PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ct psl. 11 hlm. 184-191
  • Menambah Makna Kehidupan Anda Selama-lamanya

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menambah Makna Kehidupan Anda Selama-lamanya
  • Apakah Ada Pencipta yang Mempedulikan Anda?
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Berpaling kepada Sang Pencipta
  • Makna yang Memancar dari Pengetahuan
  • Sang Pencipta Dapat Menjadikan Kehidupan Saudara Lebih Bermakna
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Pencipta Saudara—Pelajarilah Pribadi Macam Apa Dia
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Apa yang Membuat Hidup Benar-Benar Bermakna?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2004
  • Sumber yang Paling Menentukan Arti Hidup
    Sedarlah!—1980 (No. 3)
Lihat Lebih Banyak
Apakah Ada Pencipta yang Mempedulikan Anda?
ct psl. 11 hlm. 184-191

Pasal Sebelas

Menambah Makna Kehidupan Anda Selama-lamanya

DI MANA PUN kita tinggal, kita mendengar tentang penemuan-penemuan ilmiah. Para ahli biologi, ahli oseanografi, dan yang lainnya terus memperkaya pengetahuan manusia tentang bola bumi dan kehidupan di atasnya. Para ahli astronomi dan ahli fisika menyelidiki tempat-tempat lain, mereka belajar lebih banyak lagi tentang tata surya kita, bintang-bintang, dan bahkan galaksi-galaksi yang jauh. Apa yang diperlihatkan oleh hal ini?

Banyak orang yang berpikiran jernih setuju dengan Raja Daud yang hidup di masa lampau, ”Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” (Mazmur 19:1) Memang, beberapa orang mungkin tidak sependapat atau mengatakan bahwa mereka kurang begitu yakin. Namun, setelah Anda mempertimbangkan bukti-bukti yang disajikan dalam buku ini, bukankah Anda dapat melihat cukup banyak alasan untuk percaya bahwa ada Pencipta dan bahwa Dia yang merancang jagat raya kita dan kehidupan kita?

Rasul Paulus menyatakan, ”Manusia tidak dapat mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang Allah. Semenjak awal dunia ini, manusia dapat melihat seperti apa Allah itu melalui hal-hal yang Dia buat. Hal ini memperlihatkan kuasa-Nya yang bertahan selama-lamanya. Ini memperlihatkan bahwa Dia adalah Allah.” (Roma 1:20, Holy Bible—New Life Version) Materi pembahasan kita dalam pasal-pasal sebelumnya tentang penciptaan mempermudah untuk ”melihat seperti apa Allah itu”, menghargai ”sifat-sifatnya yang tidak kelihatan”. (New World Translation) Namun, memperhatikan bagaimana ciptaan jasmani mencerminkan Sang Pencipta hendaknya tidak dijadikan tujuan utama. Mengapa?

Banyak ilmuwan mengabdikan diri untuk mempelajari jagat raya, namun mereka masih merasa hampa, tidak menemukan makna yang bertahan lama. Misalnya, ahli fisika bernama Steven Weinberg, menulis, ”Semakin banyak yang tampaknya kita ketahui tentang jagat raya ini, semakin tidak dapat kita pahami ujung pangkalnya.” Berkenaan pandangan ahli astronomi, Alan Dressler, majalah Science mengatakan, ”Sewaktu para peneliti mengatakan bahwa kosmologi menyingkapkan ’pikiran’ atau ’tulisan tangan’ Allah, mereka menganggap Allah adalah sumber dari apa yang akhirnya menjadi aspek yang lebih rendah dalam jagat raya—struktur fisiknya.” Dressler menunjukkan bahwa apa yang jauh lebih penting adalah makna eksistensi manusia. Ia menyatakan, ”Orang-orang telah meninggalkan kepercayaan lama bahwa bumi adalah pusat jagat raya [fisik] ini, namun kembali kepada kepercayaan bahwa manusia adalah pusat makna kehidupan tersebut.”

Jelaslah, kita masing-masing hendaknya sangat berminat akan makna eksistensi kita. Sekadar mengakui bahwa Sang Pencipta, atau Perancang Agung itu ada dan bahwa kita bergantung pada-Nya tidak akan memberi makna pada kehidupan kita. Terlebih lagi karena kehidupan terasa sangat singkat. Banyak orang merasa seperti Raja Macbeth dalam salah satu drama William Shakespeare,

”Kehidupan hanyalah bayangan yang berlalu, bagaikan aktor yang malang

Yang berjalan dengan pongah dan bergaya sewaktu di panggung

Kemudian ia tidak ada lagi. Itulah dongeng

Disampaikan oleh orang dungu, dengan kata-kata yang tak bermakna dan hiruk-pikuk,

Tak ada artinya.”—Macbeth, Babak V, Adegan V.

Orang-orang di seluruh bola bumi setuju dengan kata-kata tersebut; namun bila mereka secara pribadi menghadapi krisis yang hebat, mereka mungkin masih berseru meminta tolong kepada Allah. Elihu, seorang pria bijaksana pada zaman dahulu, mengamati, ”Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong . . . tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku . . . yang memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi, dan hikmat melebihi burung di udara?”—Ayub 35:9-11.

Kata-kata Elihu menandaskan bahwa kita manusia ini, bukanlah pusat makna yang sejati. Pencipta Agung kita adalah pusat makna tersebut, dan makna sejati apa pun tentang eksistensi kita, secara logika pasti melibatkan Dia dan bergantung pada-Nya. Untuk menemukan makna seperti itu dan untuk mendapatkan kepuasan yang dalam, kita perlu mengenal Sang Pencipta dan menyelaraskan kehidupan kita dengan kehendak-Nya.

Berpaling kepada Sang Pencipta

Itulah yang dilakukan Musa. Ia dengan realistis mengakui, ”Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan.” Kesadaran akan keadaan ini tidak menjadikan Musa murung atau pesimistis; kesadaran ini membantunya untuk memahami perlunya berpaling kepada Pencipta kita. Musa berdoa, ”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kenyangkanlah [”Puaskanlah”, NW] kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami. Kiranya kemurahan [”kesenangan”, NW] Tuhan, Allah kami, atas kami.”—Mazmur 90:10, 12, 14, 17.

’Puas di waktu pagi’. ”Bersukacita semasa hari-hari kami”. ’Kesenangan Allah atas kami’. Bukankah ungkapan-ungkapan tersebut memperlihatkan bahwa seseorang telah menemukan makna dalam kehidupan—makna yang hilang dari benak orang-orang pada umumnya?

Kita dapat mengambil langkah penting untuk meraih makna itu dengan menyadari kedudukan kita di hadapan Sang Pencipta. Dengan kata lain, pengetahuan yang semakin bertambah tentang jagat raya dapat membantu kita. Daud bertanya, ”Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”—Mazmur 8:3, 4.

Dan kita perlu berbuat lebih banyak daripada sekadar mengakui bahwa Yehuwa menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang dan kemudian membuat kehidupan berlimpah di bumi dengan segala prasarananya. (Nehemia 9:6; Mazmur 24:2; Yesaya 40:26; Yeremia 10:10, 12) Sebagaimana kita pelajari sebelumnya, nama Yehuwa yang unik menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang memiliki maksud-tujuan dan satu-satunya yang dapat melaksanakan kehendak-Nya secara tuntas.

Yesaya menulis, ”Dialah Allah—yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya,—dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami.” Yesaya kemudian mengutip kata-kata Yehuwa, ”Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain.” (Yesaya 45:18) Dan Paulus belakangan mengatakan tentang rekan-rekan Kristennya, ”Kita adalah hasil pekerjaannya dan diciptakan dalam persatuan dengan Kristus Yesus untuk perbuatan-perbuatan baik.” Yang paling penting dari antara ”perbuatan-perbuatan baik” tersebut adalah memberitakan ”keragaman yang luas dari hikmat Allah, . . . sesuai dengan maksud-tujuan kekal[-Nya]”. (Efesus 2:10; 3:8-11) Kita dapat dan secara masuk akal harus menjalin hubungan dengan Sang Pencipta, berupaya mempelajari maksud-tujuan-Nya dan bekerja sama dengan itu.—Mazmur 95:3-6.

Pengakuan kita akan adanya Pencipta yang pengasih dan peduli hendaknya menggerakkan kita untuk bertindak. Misalnya, perhatikan keterkaitan antara pengakuan demikian dan caranya kita memperlakukan orang-orang lain. ”Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia.” ”Bukankah satu Allah menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain?” (Amsal 14:31; Maleakhi 2:10) Maka, mengakui bahwa ada Pencipta yang mempedulikan kita hendaknya menggerakkan kita untuk memperlihatkan kepedulian yang lebih besar terhadap ciptaan-Nya yang lain.

Kita tidak dibiarkan seorang diri dalam melaksanakan hal ini. Sang Pencipta dapat membantu kita. Meskipun Yehuwa kini tidak menghasilkan ciptaan-ciptaan baru di bumi, dapat dikatakan bahwa Dia masih menciptakan dalam arti lain. Dia dengan aktif dan produktif membantu orang-orang yang mencari bimbingan-Nya. Setelah berdosa, Daud memohon, ”Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:10; 124:8) Dan Alkitab mendesak orang-orang Kristen untuk ”menyingkirkan kepribadian lama” yang dibentuk oleh dunia di sekeliling mereka dan untuk ”mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah”. (Efesus 4:22-24) Ya, Yehuwa dapat menciptakan sebuah hati kiasan yang baru dalam diri orang-orang, membantu mereka memperkembangkan suatu kepribadian yang mencerminkan diri-Nya.

Namun, ini barulah langkah-langkah dasar. Kita masih harus melangkah lebih jauh. Paulus memberi tahu beberapa orang Athena yang terpelajar, ’Allah yang menjadikan dunia dan segala perkara di dalamnya menetapkan waktu-waktu yang telah ditentukan, bagi manusia untuk mencari Dia, jika mereka mungkin mencari-cari dia dan benar-benar menemukan dia, meskipun, sebenarnya, dia tidak jauh dari kita masing-masing.’—Kisah 17:24-27.

Makna yang Memancar dari Pengetahuan

Dari apa yang telah kita bahas, jelaslah bahwa Sang Pencipta menyediakan banyak informasi melalui ciptaan jasmani-Nya dan melalui Firman-Nya yang terilham, Alkitab. Ia menganjurkan kita untuk bertumbuh dalam pengetahuan dan pemahaman, bahkan menubuatkan waktu kala ”seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya”.—Yesaya 11:9; 40:13, 14.

Bukanlah kehendak Sang Pencipta bahwa kesanggupan kita untuk belajar dan berkembang terbatas untuk masa hidup 70 atau 80 tahun. Anda dapat melihat hal ini dalam salah satu pernyataan Yesus yang paling terkenal, ”Allah begitu mengasihi dunia sehingga ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang menjalankan iman kepada dia tidak akan dibinasakan melainkan memiliki kehidupan abadi.”—Yohanes 3:16.

”Kehidupan abadi”. Hal itu bukan suatu fantasi. Sebaliknya, konsep kehidupan selama-lamanya tanpa akhir, konsisten dengan apa yang Sang Pencipta tawarkan kepada orang-tua kita yang pertama, Adam dan Hawa. Ini konsisten dengan fakta-fakta ilmiah tentang sifat dan kapasitas otak kita. Dan ini konsisten dengan apa yang Yesus Kristus ajarkan. Kehidupan abadi bagi umat manusia merupakan inti berita Yesus. Pada malam terakhirnya di bumi bersama para rasul, ia mengatakan, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.”—Yohanes 17:3.

Seperti yang dibahas pada pasal sebelumnya, janji Yesus tentang kehidupan abadi akan menjadi kenyataan di sini, di bumi, bagi jutaan orang. Jelaslah, memiliki prospek ini dapat sangat menambah makna kehidupan seseorang. Ini mencakup memperkembangkan hubungan dengan Sang Pencipta. Hubungan semacam itu sekarang juga, membubuh dasar untuk memperoleh kehidupan selama-lamanya. Bayangkan apa yang dimungkinkan oleh kehidupan semacam itu bagi Anda: belajar, menyelidiki, mengalami—semua ini tanpa dibatasi oleh penyakit dan kematian. (Bandingkan Yesaya 40:28.) Apa yang dapat Anda lakukan atau yang ingin Anda lakukan dengan kehidupan semacam itu? Anda sendiri yang paling tahu minat Anda, bakat yang telah lama Anda ingin perkembangkan, dan jawaban-jawaban yang ingin Anda temukan. Kesanggupan Anda untuk meraihnya bahkan akan menambah makna yang lebih besar untuk kehidupan Anda!

Paulus memiliki alasan yang benar untuk mengantisipasi saat ”ciptaan itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kepada kefanaan dan mendapat kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”. (Roma 8:21) Orang-orang yang mencapai kemerdekaan itu akan menikmati makna kehidupan yang sebenarnya sekarang dan akan memiliki makna kehidupan untuk selama-lamanya, demi kemuliaan Allah.—Penyingkapan 4:11.

Saksi-Saksi Yehuwa di seluas dunia telah mempelajari pokok ini. Mereka yakin bahwa ada Pencipta dan bahwa Dia mempedulikan mereka dan Anda. Mereka senang membantu orang-orang lain untuk menemukan makna kehidupan yang memiliki dasar yang kukuh. Silakan bahas hal ini dengan mereka. Hal itu akan menambah makna kehidupan Anda selama-lamanya!

[Kotak di hlm. 185]

Allah dalam Arti Apa?

”Para ilmuwan dan orang-orang lain kadang-kadang menggunakan kata ’Allah’ untuk mengartikan sesuatu yang sangat abstrak dan yang tidak berperasaan sehingga Dia hampir tidak dapat dibedakan dengan hukum-hukum alam,” demikian komentar Steven Weinberg, penerima hadiah Nobel untuk karyanya tentang gaya-gaya dasar. Ia menambahkan,

”Saya rasa, agar kata ’Allah’ ada manfaatnya, kata itu harus memaksudkan Allah yang menaruh perhatian, pencipta dan pemberi hukum yang telah membentuk bukan saja hukum-hukum alam dan jagat raya namun juga standar mengenai apa yang baik dan jahat, pribadi yang mempedulikan tindakan kita, sesuatu yang singkatnya, pantas untuk kita sembah. . . . Dia adalah Allah yang penting bagi pria dan wanita sepanjang sejarah.”—Dreams of a Final Theory.

[Gambar di hlm. 187]

Musa menyadari bahwa tidak soal seberapa lama kita hidup, makna kehidupan yang sebenarnya melibatkan Sang Pencipta

[Gambar di hlm. 190]

Menemukan makna yang langgeng dalam kehidupan membuka jalan kepada berlimpah kemungkinan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan