PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • tp73 psl. 15 hlm. 193-206
  • Mengapa Kita Perlu Prihatin Atas Nasib Orang Lain?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Kita Perlu Prihatin Atas Nasib Orang Lain?
  • Perdamaian dan Keamanan yang Sejati—Dari Sumber Manakah?
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • MERESPEKTIR PRIBADI DAN HAK MILIK ORANG LAIN
  • MENGATASI PRASANGKA RAS, KEBANGSAAN DAN SOSIAL
  • KEPRIHATINAN YANG PENGASIH ATAS KESEJAHTERAAN KEKAL ORANG LAIN
  • PRIHATIN MENGENAI NASIB KELUARGA SAUDARA SENDIRI
  • Mengapa Perlu Memperdulikan Orang Lain?
    Perdamaian dan Keamanan Sejati—Bagaimana Memperolehnya?
  • ”Di Atas Segalanya, Kasihilah Satu Sama Lain dengan Sungguh-Sungguh”
    Tetaplah Berjaga-jaga!
  • Kasihilah Allah yang Mengasihi Saudara
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Pelajarilah Jalan yang Unggul Ini Kasih
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
Lihat Lebih Banyak
Perdamaian dan Keamanan yang Sejati—Dari Sumber Manakah?
tp73 psl. 15 hlm. 193-206

Pasal 15

Mengapa Kita Perlu Prihatin Atas Nasib Orang Lain?

1. (a) Apa yang menyebabkan banyak orang berkesimpulan bahwa mereka sebaiknya memikirkan diri mereka saja dan jangan terlalu prihatin akan orang2 lain? (b) Apa yang telah menjadi akibatnya?

KEPRIHATINAN yang tidak mementingkan diri akan kesejahteraan orang lain sulit kita temukan di dalam masyarakat dewasa ini. Memang kita semua telah dilahirkan dengan kesanggupan untuk menaruh cinta kasih. Tetapi apabila kita mendapati bahwa orang lain selalu mencoba menyalahgunakan kebaikan kita, atau apabila orang salah menafsirkan usaha kita untuk memperlihatkan kasih, maka lama2 kita mulai berpikir bahwa mungkin lebih baik jangan memusingkan diri tentang orang lain. Orang lain melihat bahwa mereka yang mengeksploitir sesama manusianya demi kepentingan sendiri seringkali makmur secara materi, dan karena itu berpikir bahwa demikianlah jalan menuju sukses. Akibatnya orang2 pada umumnya tidak mempunyai banyak teman yang sejati, kalaupun ada. Ada suatu suasana kurang percaya dan saling mencurigai. Apakah yang menyebabkan keadaan yang menyedihkan ini?

2. (a) Bagaimanakah Alkitab menunjukkan akar sebab problem ini? (b) Apa artinya ”mengenal” Allah?

2 Sesuatu yang kurang, yaitu kasih atau keprihatinan yang sungguh mengenai kesejahteraan kekal orang lain. Dan mengapa kasih demikian kurang? Alkitab langsung menunjukkan akar sebab persoalan dengan mengatakan: ”Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yahya 4:8) Ya, memang ada orang yang bersifat mementingkan diri dan mengaku percaya akan Allah dan bahkan pergi ke gereja. Tetapi sesungguhnya mereka ini tidak benar2 mengenal Allah. ”Mengenal” Allah berarti mengetahui benar mengenai kepribadiannya, mengakui wewenangnya, kemudian bertindak selaras dengan ini. (Yeremia 22:16; Titus 1:16) Maka untuk benar2 menikmati kehidupan, hal mana hanya mungkin apabila kita dengan bebas menyatakan kasih dan menerima kasih dari orang, kita perlu belajar mengenal Allah dengan baik dan menerapkan apa yang kita pelajari.

3. Cara bagaimanakah Allah secara menyolok telah memperlihatkan kasihNya terhadap umat manusia?

3 ”Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah2 kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya,” demikian tulis rasul Yahya. ”Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa2 kita. Saudara2ku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” (1 Yahya 4:9-11, TB) Allah tidak mengekang diri, membiarkan tingkah laku umat manusia yang tidak menaruh kasih itu memadamkan kasihNya sendiri. Seperti dinyatakan dalam Rum 5:8: ”Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (TB)

4. Bagaimanakah hal itu mempengaruhi perasaan saudara secara pribadi terhadap Allah?

4 Berapa banyak orangkah yang saudara begitu kasihi sehingga saudara rela untuk mengorbankan kehidupan saudara bagi mereka—orang2 yang belum pernah melakukan sesuatu untuk saudara? Jika saudara adalah orangtua, karena kasih sayang yang sewajarnya saudara pasti akan melindungi kehidupan anak saudara sekalipun harus saudara bela mati2an. Nah, adakah orang lain untuk siapa saudara merelakan anak saudara mati mengorbankan dirinya? Sesungguhnya, demikianlah besarnya kasih yang Allah telah nyatakan kepada kita. (Yahya 3:16) Bagaimana perasaan saudara terhadap Allah dengan menyadari hal ini? Jika kita benar2 menghargai apa yang Allah telah lakukan, kita tak akan menganggap sebagai suatu beban berat untuk menuruti perintah2Nya.—1 Yahya 5:3.

5. (a) Apakah ”perintah baru” yang Yesus berikan kepada para muridnya? (b) Bagaimanakah pengabdian kita kepada Allah sebagai penguasa terlibat di sini? (c) Dengan demikian, apakah beberapa hal yang hendaknya kita lakukan bagi sesama hamba Allah?

5 Pada malam sebelum kematiannya, Yesus memberikan kepada para muridnya salah satu perintah itu. Hal ini akan menandakan mereka sebagai orang yang berbeda dengan selebihnya dunia ini. Ia berkata: ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi.” Perintah itu bersifat ”baru” karena mereka diperintahkan supaya mengasihi orang lain, bukan hanya seperti mereka mengasihi diri sendiri, melainkan dalam kata2 Yesus ”sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” Itu mencakup kerelaan untuk bahkan mengorbankan kehidupan mereka sendiri demi satu sama lainnya. (Yahya 13:34, 35; 1 Yahya 3:16) Dengan memperlihatkan macam kasih sedemikian, kita juga memperlihatkan pengabdian kita kepada Allah. Mengapa? Karena kita membuktikan bahwa si Iblis adalah pendusta ketika ia menuduh bahwa tak seorangpun manusia yang akan tetap mentaati Allah jika hal itu membahayakan kehidupan atau jiwanya sendiri. (Ayub 2:1-10) Jelas sekali, ketaatan terhadap ”perintah baru” itu menuntut supaya kita sangat prihatin satu sama lain. Artinya jangan me-nahan2 diri dalam membuat sesuatu usaha, bahkan kalau perlu mengorbankan kehidupan kita sendiri, guna dapat memberikan bantuan rohani dan jasmani bagi hamba2 Allah yang lain apabila timbul kebutuhan.—Yakub 1:27; 2:15, 16; 1 Tesalonika 2:8.

6. Terhadap siapa lagi kasih harus diperlihatkan, dan mengapa?

6 Tetapi perbuatan2 pengasih hendaknya tidak terbatas kepada sesama saudara yang beriman saja. Kristus telah mati bagi dunia umat manusia, bukan hanya bagi orang2 yang menjadi pengikutnya selama ia melayani di atas bumi. Maka itu Alkitab menganjurkan kita: ”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan2 kita seiman.” (Galatia 6:10, TB) Ada banyak kesempatan untuk melakukan ini setiap hari dalam kehidupan kita. Bila kita tidak berpikiran picik, tetapi terbuka dan murah dalam menunjukkan kasih kepada orang lain, kita membuktikan bahwa kita benar2 ’anak2 dari Bapa kita di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.’—Matius 5:43-48.

MERESPEKTIR PRIBADI DAN HAK MILIK ORANG LAIN

7. Apa yang dengan mudah dapat mempengaruhi caranya kita memperlakukan pribadi maupun milik orang lain?

7 Kita hidup di tengah2 suatu dunia yang menaruh kasih. Barangkali saudara menyadari bahwa saudara selama ini tidak selalu berlaku tenggang-menenggang terhadap orang lain sebagaimana mestinya. Bahkan orang yang mengetahui apa yang baik dengan mudah dapat meniru kebiasaan2 buruk dari teman2 bergaulnya. (1 Korintus 15:33) Maka itu untuk dapat melayani Allah kita perlu berusaha dengan sungguh2 untuk ’merubah akal budi kita.’ (Rum 12:1, 2) Kita perlu merubah pandangan kita mengenai pribadi dan barang2 milik orang lain.

8. (a) Apa yang menunjukkan adanya sikap tidak peduli yang meluas terhadap kepunyaan orang2 lain? (b) Apakah di dalam Alkitab, yang jika dipraktekkan, akan mencegah seseorang untuk tidak melakukan hal2 sedemikian?

8 Di beberapa tempat sungguh mengejutkan sekali melihat betapa orang tidak peduli lagi mengenai barang2 milik orang lain. Sekedar untuk ber-senang2, anak2 yang masih muda merusak barang2 kepunyaan pribadi dan umum atau dengan sengaja merusak atau mengotori benda2 yang sebenarnya merupakan hasil keringat orang lain. Orang2 lain mungkin menyatakan kejengkelannya terhadap praktek vandalisme demikian tetapi sebenarnya tidak beda jauh karena dengan acuh tak acuh membuang kertas dan lain2 di taman2, di jalanan atau di gedung2 umum, di manapun mereka berada. Apakah ini perbuatan yang pengasih? Apakah mereka bertindak selaras dengan anjuran Yesus: ”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”? (Matius 7:12, TB) Apakah tingkah laku demikian memperlihatkan bahwa kita sudah serasi betul dengan maksud tujuan Allah supaya bumi ini menjadi suatu Firdaus?

9. (a) Bagaimanakah pencurian mempengaruhi kehidupan setiap orang? (b) Mengapakah pencurian salah di mata Allah?

9 Karena prihatin mengenai keselamatan jiwa dan harta benda mereka, di banyak tempat orang kini merasa perlu untuk mengunci kamar2, melengkapi jendela2 dengan terali, atau memelihara anjing untuk menjaga rumah. Toko2 terpaksa menaikkan harga2 barang untuk mengimbangi jumlah pencurian. Pencurian sudah menjadi kebiasaan umum; tetapi kebiasaan itu tidak ada tempatnya dalam kehidupan orang yang ber-siap2 untuk kehidupan di dalam susunan baru Allah. Mereka mesti belajar untuk bertingkah laku sedemikian rupa sehingga menyumbang kepada keamanan sesama manusia. Alkitab menunjukkan bahwa merupakan suatu ”karunia Allah” apabila orang dapat ”merasai kebaikan dari segala usahanya.” Maka salahlah apabila kita mencoba menyelewengkan upahnya. (Alkatib 3:13; 5:18) Ada banyak orang yang di masa lampau pernah berlaku kurang jujur, tetapi kini mereka telah berobah. Mereka bukan saja berhenti mencuri; mereka bahkan telah belajar mendapatkan keriangan dalam memberikan sesuatu kepada orang lain. (Kisah 20:35) Dengan keinginan untuk menyenangkan Allah, mereka telah mengindahkan apa yang tertulis dalam Efesus 4:28: ”Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (TB)

10. Dari caranya kita berbicara kepada orang2 lain, bagaimanakah kita dapat memperlihatkan tenggang-rasa terhadap mereka? (b) Apa yang akan membantu seseorang untuk belajar memperlihatkan kasih dalam hal ini?

10 Seringkali kekurangan orang lain bukanlah dalam hal materi. Yang mereka butuhkan sebenarnya adalah kebaikan dan kemurahan yang perlu ditunjukkan kepada mereka, terutama apabila segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi apabila orang kedapatan kesalahan atau kekurangannya, apa yang biasanya terjadi? Kita tidak heran mendengar cetusan amarah, teriakan2, caci maki atau ucapan2 yang menusuk perasaan. Walaupun beberapa orang mengakui bahwa hal ini memang kurang baik, tetapi nyatanya mereka tidak dapat mengendalikan lidah mereka. Apa yang dapat membantu seseorang untuk mengatasi kebiasaan demikian? Pada dasarnya, yang kurang di sini adalah sifat kasih, dan hal ini menunjukkan bahwa seseorang perlu belajar kenal akan Allah. Apabila seseorang benar2 menghargai sejauh mana Allah telah bertindak dengan penuh belas kasihan terhadap dirinya, maka ia tidak akan merasa begitu sulit untuk mengampuni orang lain. Malahan dengan meniru teladan Allah sendiri, ia mungkin akan mulai melihat berbagai cara untuk menyelamatkan pihak yang bersalah itu, dengan menawarkan bantuan yang murah hati untuk mengadakan perbaikan.—Matius 18:21-35; Efesus 4:31-5:2.

11. Mengapakah hendaknya kita jangan bersikap bermusuhan di dalam tutur-kata kita apabila orang2 lain tidak memperlakukan kita dengan ramah?

11 Memang orang lain mungkin tidak menjalankan nasehat bagus dari Firman Allah ini dalam hubungan mereka terhadap kita. Tidak soal bagaimana tulusnya motip kita, kita se-waktu2 mengalami bahwa diri kita justru dimusuhi dengan bengisnya. Maka apa yang harus kita perbuat? Alkitab menasehatkan: ”Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rum 12:17-21, TB; 1 Petrus 2:21-23) Kemurahan hati yang tidak di-duga2 dari pihak kita mungkin akan melunakkan sikap mereka, sehingga keluarlah sifat2 mereka yang lebih baik. Bagaimanapun juga reaksi mereka, kita yakin bahwa dengan menyesuaikan diri dengan cara2 Allah, maka kita membuktikan bahwa kita menjunjung tinggi cara2 Allah memerintah, yaitu berdasarkan kasih.

MENGATASI PRASANGKA RAS, KEBANGSAAN DAN SOSIAL

12, 13. Bagaimanakah Alkitab membantu seseorang untuk menghilangkan setiap perasaan yang menyangkut ras, kebangsaan atau prasangka sosial?

12 Orang yang benar2 menaruh kasih tidak terpengaruh oleh perbedaan rumpun bangsa (ras), warna kulit, kebangsaan atau kedudukan sosial. Mengapa tidak? Sebab ia menghargai kebenaran Alkitab bahwa ”dari satu orang saja [Allah] telah menjadikan semua bangsa.” (Kisah 17:26, TB) Maka semua orang sebenarnya adalah saudara bersaudara. Tiada ras yang mempunyai pembawaan dari lahir yang lebih hebat daripada ras lainnya.

13 Tak seorangpun mempunyai alasan untuk ber-pongah2 sebab garis keturunan, ras, warna kulit, kebangsaan ataupun kedudukannya dalam masyarakat. ”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Rum 3:23, TB) Dalam mendapatkan status sebagai orang yang ”benar,” bergantung kepada korban tebusan Kristus. Dan Alkitab menunjukkan bahwa orang2 demikian akan dilindungi selama ”sengsara besar” yang akan datang memang berasal dari ”segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.”—Wahyu 7:9, 14-17.

14. Mengapakah pengalaman yang kurang baik yang dialami seseorang bukan suatu dasar yang kuat untuk merasa kurang senang terhadap orang2 dari ras atau kebangsaan tertentu?

14 Dalam mencoba membenarkan prasangkanya, orang mungkin mengingat kembali suatu pengalaman kurang baik yang dialaminya dengan seseorang dari ras atau bangsa tertentu. Tetapi adalah baik untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa tidak semua orang dari ras atau bangsa tersebut terlibat dalam perbuatan buruk itu. Lagipula orang2 dari ras atau bangsanya sendiri pasti pernah juga melakukan perbuatan yang sama. Jika kita ingin hidup dalam susunan baru Allah yang penuh damai, kita perlu membersihkan hati kita sehingga tidak lagi menaruh prasangka apapun juga yang cenderung untuk menjauhkan diri kita dari orang2 lain.

15. Jika tutur kata seseorang mengenai ras atau kebangsaan menimbulkan sontohan bagi seorang rekan seiman, bagaimanakah hal ini akan mempengaruhi kedudukannya di hadapan Allah dan Kristus?

15 Cepat ataupun lambat apa yang ada di dalam hati kita akan nyata dalam percakapan kita. Sebagaimana Kristus Yesus berkata: ”Karena melimpah dari dalam hati melalui mulutnya.” (Lukas 6:45) Bagaimana jika tutur kata yang memperlihatkan prasangka terhadap orang2 dari ras atau kebangsaan lainnya menimbulkan sontohan bagi seseorang yang menaruh minat akan persediaan Allah untuk keselamatan? Ini dapat membawa akibat2 serius bagi orang yang bercakap dengan nada kurang kasih itu. Kristus Yesus memperingatkan: ”Barangsiapa [menimbulkan sontohan kepada] salah satu dari anak2 kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.”—Markus 9:42, TB.

16. Bagaimanakah Yesus menunjukkan sikap yang tidak memihak yang hendaknya kita perlihatkan untuk menyatakan bahwa kita prihatin akan orang2 lain?

16 Tanpa memandang ras, kebangsaan atau kedudukan dalam masyarakat, orang Kristen wajib untuk menaruh minat akan orang2 lain. (Yakub 2:1-9) Yesus dengan bagus menandaskan hal ini ketika ia berkata: ”Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang2 miskin, orang2 cacat, orang2 lumpuh dan orang2 buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa2 untuk membalasnya kepadamu.” (Lukas 14:13, 14, TB) Apabila kita dengan demikian memperlihatkan bahwa kita sungguh2 prihatin mengenai orang2 lain, kita membuktikan bahwa kita benar2 mencerminkan sifat2 Allah.

KEPRIHATINAN YANG PENGASIH ATAS KESEJAHTERAAN KEKAL ORANG LAIN

17. (a) Apakah perkara yang paling berharga yang dapat kita bagikan kepada orang2 lain? (b) Mengapakah hendaknya kita merasa tergerak untuk berbuat demikian?

17 Tentu saja keprihatinan kita terhadap orang lain hendaknya jangan hanya terbatas kepada kebutuhan2 jasmani mereka sekarang. Demikian juga kasih kita belumlah lengkap apabila kita hanya bersikap pemurah terhadap orang2 dari segala ras, kebangsaan dan tingkat dalam masyarakat. Supaya kehidupan mereka benar2 menjadi berarti, orang2 ini memerlukan pengetahuan mengenai Allah Yehuwa serta maksud2 tujuanNya. Di dalam doanya kepada Bapanya, Yesus Kristus berkata: ”Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu2nya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yahya 17:3, TB) Jika saudara telah membaca buku ini sejak permulaannya, maka saudara sudah mengetahui bagaimana caranya untuk memperoleh pahala tersebut. Saudara telah melihat sendiri apa yang dikatakan Alkitab mengenai ”sengsara besar” yang telah dinubuatkan dan bukti2 nyata yang menunjukkan betapa dekatnya ini. Saudara mengetahui bahwa kerajaan Allah adalah satu2nya harapan bagi umat manusia. Orang2 lain juga memerlukan pengetahuan yang vital ini. Apakah kasih akan Allah Yehuwa dan akan sesama manusia menggerakkan saudara sehingga saudara ingin membagi pengetahuan itu kepada mereka?

18. (a) Di Matius 24:14, pekerjaan manakah yang Yesus ramalkan akan dilakukan pada jaman kita? (b) Bagaimanakah hendaknya kita memandang partisipasi di dalamnya?

18 Ketika berbicara mengenai babak ”penutup susunan perkara2 ini” Yesus telah bernubuat: ”Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Matius 24:14, TB) Sungguh suatu hak kehormatan untuk dapat mewakili Penguasa yang Berdaulat di seluruh alam semesta, yaitu Yehuwa sendiri, sebagai salah seorang di antara para saksiNya! Kesempatan untuk turut mengambil bagian dalam pekerjaan istimewa yang dinubuatkan oleh Putra Allah ini masih terbuka, tetapi tidak untuk berapa lama lagi.

19. Mengapakah kita hendaknya jangan membiarkan sesuatu perasaan kurang sanggup secara pribadi, menahan diri kita dari ambil bagian dalam pekerjaan ini?

19 Sewaktu memikirkan kemungkinan untuk ambil bagian dalam pekerjaan ini sebagai salah seorang dari Kristen saksi2 Yehuwa, adalah baik untuk menginsafi bahwa bukannya kepandaian berbicara seseorang, melainkan Allahlah yang membuka hati dari orang2 yang senang mendengarkan kabar kesukaan. (Kisah 16:14) Jika saudara tergerak oleh hati saudara yang rela, Yehuwa dapat memakai saudara untuk melaksanakan kehendakNya. Kabar yang diberitakan itu berasal dari Dia dan Dialah yang mengatur hasilnya. (1 Korintus 3:6) Pertimbangkanlah apa yang dikatakan rasul Paulus mengenai dirinya sendiri: ”Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu se-olah2 pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.”—2 Korintus 3:4-6, TB.

20. (a) Apakah setiap orang akan menyambut kabar kesukaan ini? (b) Hasil baik apakah dicapai oleh pengabaran kepada orang2 bersikap masa bodoh atau bahkan menentang?

20 Tentu kita tidak mengharapkan bahwa semua orang akan senang terhadap kabar kesukaan itu. Banyak orang akan bersikap masa bodoh; beberapa orang akan menentang. Tetapi mereka dapat berobah. Saul dari Tarsus, yang pernah menindas orang Kristen, kemudian menjadi rasul Yesus Kristus. (1 Timotius 1:12, 13) Tidak soal apakah orang2 lain menyadarinya atau tidak, mereka memerlukan berita Kerajaan itu; sebab itulah kita mempersembahkannya dengan ber-sungguh2. Sebab itu diperlukan keprihatinan besar mengenai kesejahteraan kita sendiri. Keprihatinan demikian meminta suatu usaha sepenuh hati demi kefaedahan mereka, suatu kerelaan untuk mencurahkan tenaga kita guna mengusahakan kesejahteraan kekal mereka. (1 Tesalonika 2:7, 8) Sekalipun mereka tidak menginginkan berita Kerajaan itu, suatu hal yang baik tercapai. Kesaksian diberikan; nama Yehuwa dimuliakan; segala bangsa di-pisah2kan.—Matius 25:31-33.

PRIHATIN MENGENAI NASIB KELUARGA SAUDARA SENDIRI

21. Tanggung-jawab apakah yang dipikul atas kepala keluarga sehubungan kesejahteraan rohani rumah-tangganya sendiri?

21 Namun demikian, usaha yang kita lakukan untuk membantu orang2 lain supaya menerima faedah dari persediaan2 Yehuwa yang pengasih itu hendaknya jangan ditujukan hanya kepada orang2 di luar keluarga kita sendiri. Seorang kepala keluarga misalnya, memikul tanggung-jawab utama atas rumah tangganya sendiri. Pertumbuhan rohani mereka langsung dipengaruhi oleh bagaimana tetap tentunya ia mengatur agar keluarganya membahas dan mempelajari Firman Allah ber-sama2. Dan apabila doa2 yang diucapkan seorang ayah mewakili keluarganya memperlihatkan pengabdian dan penghargaan yang besar, ini dapat menentukan sikap dari seluruh keluarga.

22. Mengapakah penting seorang ayah mendisiplin anak2nya, dan apa yang hendaknya menggerakkan dia dalam melakukan hal ini?

22 Tanggung-jawabnya juga mencakup disiplin yang diberikan. Apabila timbul problem2, kelihatannya lebih mudah untuk mengabaikan persoalan2 itu. Tetapi jika disiplin diberikan hanya waktu sang ayah mulai menjadi jengkel, atau jika problem2 baru ditanggapi setelah menjadi cukup serius, maka ada sesuatu yang kurang. Amsal 13:24 berkata: ”Orang yang mengasihi akan anaknya itu mengajari (mendisiplin) dia pada masa mudanya.” Memang seorang ayah bersifat pengasih jika dia konsekwen dalam memberikan disiplin, sekalipun ia sudah lelah sekali sehabis pulang kerja. Jika ia dengan sabar menjelaskan segala sesuatu kepada anak2nya dan jika ia mempertimbangkan batas2 kemampuan mental, emosionil dan fisik mereka masing2, ini lebih2 lagi membuktikan kasihnya. (Efesus 6:4; Kolose 3:21) Jika saudara seorang ayah, demikiankah kasih saudara akan anak2 saudara? Kerelaan untuk memikul tanggung-jawab ini memperlihatkan bahwa seseorang bukan saja memikirkan kesejahteraan sekarang, tetapi juga kesejahteraan di masa depan dari keluarganya.—Amsal 23:13, 14; 29:17.

23. Bagaimanakah seorang ibu dapat memperlihatkan bahwa dia betul2 berminat akan kesejahteraan rohani keluarganya?

23 Dengan bekerja sama dengan suaminya untuk memelihara kerohanian keluarga, seorang isteri juga dapat menyumbang banyak bagi kesejahteraan mereka. Apabila ia sangat prihatin mengenai anak2 dan menggunakan waktunya dengan baik untuk membina kehidupan mereka supaya takut akan Allah, hal ini biasanya tercermin dari tingkah laku mereka dan sikap mereka terhadapnya. (Amsal 29:15) Bahkan di mana mungkin tidak ada seorang ayah di dalam keluarga, pengajaran Alkitab yang seksama disertai dengan contoh yang baik membawa hasil yang memuaskan.

24. (a) Jika dihadapkan dengan tentangan dari teman hidup seseorang dalam perkawinan, sengketa apakah yang hendaknya dipusatkan dalam pikirannya? (b) Di bawah keadaan2 sedemikian, bagaimanakah caranya kasih sejati akan diperlihatkan terhadap teman hidup yang tidak seiman?

24 Tetapi bagaimana jika seorang ayah di dalam keluarga yang tidak sudi menerima Firman Allah? Mungkin ia malah menganiaya isterinya. Apa yang mesti dilakukan oleh sang isteri? Jika ia mengasihi Yehuwa, tentu ia tak akan berpaling dari Allah. Setanlah yang menuduh bahwa semua manusia akan meninggalkan Allah jika mengalami kesusahan pribadi, dan tentu seorang isteri tidak rela untuk menuruti kehendak Setan. (Ayub 2:1-5; Amsal 27:11) Di samping itu Alkitab menganjurkan sang isteri untuk cukup menaruh perhatian kepada suaminya dan mengusahakan agar ia diselamatkan. Apabila ia meninggalkan apa yang ia tahu adalah benar, maka nyatalah bahwa ia kurang menaruh kasih yang sedemikian; tiada sangsi lagi hal ini berarti ke-dua2nya akan kehilangan kehidupan kekal. Tetapi di mana sang isteri berpendirian teguh dalam kepercayaannya, mungkin suaminya dapat dibantu untuk memperoleh keselamatan. (1 Korintus 7:10-16; 1 Petrus 3:1, 2) Lebih jauh, dengan menghormati janji perkawinannya sekalipun mengalami kesusahan, maka ia memperlihatkan respek yang besar terhadap Pencipta perkawinan, yaitu Allah Yehuwa.

25. Bagaimanakah keputusan orangtua mempengaruhi prospek kehidupan anak2?

25 Ada alasan lain yang kuat sekali mengapa orangtua yang beriman mesti memelihara kesetiaannya terhadap Allah sekalipun menghadapi tentangan. Yaitu mengingat anak2 mereka. Allah berkenan akan anak2 yang kecil dari hamba2Nya yang berbakti dan menjamin bahwa anak2 tersebut akan terpelihara hidup melalui ”sengsara besar” yang akan datang jika taat. Meskipun hanya satu dari orangtuanya hamba Yehuwa, Allah dengan penuh konsiderasi menganggap ”suci” anak2 muda demikian. (1 Korintus 7:14) Tetapi bagaimana jika orangtuanya ”men-cari2 dalih” untuk tidak melakukan kehendak Allah? Maka orangtua demikian mengorbankan kedudukannya yang benar di hadapan Allah bukan saja bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi anak2 kecil itu. (Ibrani 12:25) Sungguh suatu kerugian yang menyedihkan nanti!

26. Agar dapat bertindak dengan memperoleh faedah diri kita dan orang2 lain, apa yang kita butuhkan?

26 Aspek kehidupan apapun juga yang kita tinjau, adalah jelas bahwa kita perlu mengingat bukan diri kita sendiri saja, tetapi orang2 lain juga. Kita sendiri akan memperoleh kasih jika kita membiasakan diri untuk bertindak dengan prihatin terhadap orang2 lain. (Lukas 6:38) Tetapi untuk dapat memperlihatkan kasih yang sejati dan supaya tidak tersesat karena cara berpikir manusia yang picik, kita perlu mengenal Allah Yehuwa dan menikmati hubungan yang baik dengan Dia. Tetapi hal ini menyangkut suatu pilihan yang harus kita ambil sendiri.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan