PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w90 1/11 hlm. 10-15
  • Pandangan Kristen berkenaan Kalangan Berwenang yang Lebih Tinggi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pandangan Kristen berkenaan Kalangan Berwenang yang Lebih Tinggi
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Siapa yang Dimaksud Kalangan Berwenang yang Lebih Tinggi
  • ”Ditetapkan dalam Kedudukan Mereka yang Relatif oleh Allah”
  • ”Ilah Sistem Ini”
  • Kalangan Berwenang yang Adil
  • Pandangan Kristen terhadap Wewenang
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Wewenang Siapa yang Harus Saudara Akui?
    Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi
  • Allah dan Kaisar
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Respek terhadap Wewenang—Mengapa Sangat Penting?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
w90 1/11 hlm. 10-15

Pandangan Kristen berkenaan Kalangan Berwenang yang Lebih Tinggi

”Tiap-tiap orang harus takluk kepada kalangan berwenang yang lebih tinggi, sebab tidak ada wewenang yang tidak berasal dari Allah; kalangan berwenang yang ada, ditetapkan dalam kedudukan mereka yang relatif oleh Allah.”​—ROMA 13:1, ”NW”.

1, 2. (a) Mengapa Paulus dipenjarakan di Roma? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang ditimbulkan dengan permohonan banding Paulus kepada Kaisar?

RASUL Paulus menulis kata-kata di atas kepada jemaat di Roma kira-kira pada tahun 56 M. Beberapa tahun kemudian, ia ternyata berada di Roma sebagai tahanan. Mengapa? Ia telah diserang oleh suatu gerombolan di Yerusalem dan diselamatkan oleh prajurit-prajurit Roma. Ia dibawa ke Kaisarea, dan di sana menghadapi tuduhan-tuduhan palsu, tetapi ia dengan terampil membela diri di hadapan Feliks, gubernur Roma. Feliks, yang mengharapkan uang suap, memenjarakan dia selama dua tahun. Akhirnya, Paulus menuntut dari Festus, gubernur berikutnya, agar kasusnya disidangkan oleh Kaisar.​—Kisah 21:​27-32; 24:1–25:12.

2 Ini merupakan haknya sebagai warga negara Roma. Namun apakah konsisten jika Paulus meminta banding kepada wewenang kerajaan itu padahal Yesus menyebut Setan sebagai ”penguasa dunia” yang sesungguhnya dan Paulus sendiri menyebut Setan ”ilah sistem ini”? (Yohanes 14:30; 2 Korintus 4:4, NW) Atau apakah wewenang Roma menempati ’kedudukan tertentu yang bersifat relatif’ sehingga Paulus pantas mengharapkan perlindungan atas hak-haknya dari wewenang tersebut? Sesungguhnya, apakah ungkapan terdahulu dari para rasul, ”Kita harus lebih taat kepada Allah sebagai penguasa dari pada kepada manusia,” mengizinkan umat Kristiani untuk taat kepada para penguasa manusia asalkan ini tidak mengharuskan mereka untuk tidak patuh kepada Allah?​—Kisah 5:​29, NW.

3. Pandangan yang matang apa yang Paulus ungkapkan, dan bagaimana hati nurani terlibat?

3 Paulus membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dalam suratnya kepada jemaat di Roma, yang memuat pandangan yang matang tentang pemerintah manusia. Di Roma 13:​1-7, Paulus menyatakan dengan jelas pentingnya peranan hati nurani seorang Kristiani dalam membuat seimbang ketaatan penuh kepada Wewenang Tertinggi, Allah Yehuwa, dengan ketaatan yang relatif kepada ”kalangan berwenang yang lebih tinggi”. (NW)

Siapa yang Dimaksud Kalangan Berwenang yang Lebih Tinggi

4. Perubahan sudut pandangan apa dibuat pada tahun 1962, yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apa?

4 Selama bertahun-tahun, sampai tahun 1962, Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa kalangan berwenang yang lebih tinggi adalah Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Akan tetapi, selaras dengan Amsal 4:​18, terang bertambah, dan pandangan ini diubah, yang mungkin menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran beberapa orang. Apakah tepat jika kita sekarang mengatakan bahwa kalangan berwenang tersebut adalah para raja, presiden, perdana menteri, wali kota, hakim, dan orang-orang lain yang memegang kekuasaan duniawi, dalam bidang politik dan bahwa kita wajib tunduk kepada mereka secara relatif?

5. Bagaimana ikatan kalimat Roma 13:1 membantu kita mengetahui siapa kalangan berwenang yang lebih tinggi itu, dan bagaimana berbagai terjemahan Alkitab mendukung hal ini?

5 Irenaeus, seorang penulis pada abad kedua M., berkata bahwa menurut beberapa orang pada zamannya, dalam Roma 13:1 Paulus sedang berbicara ”mengenai kuasa para penguasa yang tidak kelihatan [atau] kuasa para malaikat”. Akan tetapi, Irenaeus sendiri memandang kalangan berwenang yang lebih tinggi sebagai ”kalangan berwenang manusia yang sesungguhnya”. Ikatan kalimat dari kata-kata Paulus memperlihatkan bahwa Irenaeus benar. Dalam ayat-ayat penutup dari Roma pasal 12, Paulus menjelaskan bagaimana umat Kristiani harus membawakan diri di hadapan ”semua orang”, dengan memperlakukan bahkan ’seteru’ dengan kasih dan timbang rasa. (Roma 12:17-21) Jelas, ungkapan ”semua orang” berlaku atas orang-orang di luar sidang Kristen. Maka ”kalangan berwenang yang lebih tinggi”, yang selanjutnya dibahas oleh Paulus, pasti juga di luar sidang Kristen. Selaras dengan ini, perhatikan berbagai terjemahan dari bagian pertama Roma 13:1, ”Setiap orang harus mematuhi kalangan berwenang negara” (Today’s English Version); ”setiap orang harus menundukkan diri kepada kalangan berwenang yang memerintah” (New International Version); ”setiap orang wajib menaati kalangan berwenang sipil”.​—New Testament in Modern English oleh Phillips.

6. Bagaimana kata-kata Paulus tentang membayar pajak dan upeti memperlihatkan bahwa kalangan berwenang yang lebih tinggi pasti adalah kalangan berwenang duniawi?

6 Paulus selanjutnya mengatakan bahwa kalangan yang berwenang ini menuntut pajak dan upeti. (Roma 13:​6, 7) Sidang Kristen tidak menuntut pajak atau upeti; Yehuwa, atau Yesus, atau ”penguasa-penguasa yang tidak kelihatan” lainnya juga tidak. (2 Korintus 9:7) Pajak hanya dibayar kepada kalangan berwenang duniawi. Selaras dengan ini, kata Yunani untuk ”pajak” dan ”upeti” yang digunakan oleh Paulus dalam Roma 13:7 (NW) khusus memaksudkan uang yang dibayar kepada Negara.a

7, 8. (a) Bagaimana berbagai ayat selaras dengan pandangan bahwa umat Kristiani harus tunduk kepada kalangan berwenang politik di dunia ini? (b) Hanya dalam keadaan apa orang Kristiani tidak akan menaati perintah dari ’yang berwenang’?

7 Selanjutnya, nasihat Paulus agar tunduk kepada kalangan berwenang yang lebih tinggi selaras dengan perintah Yesus untuk membayar kembali ”kepada Kaisar apa yang milik Kaisar”, dan ”Kaisar” memaksudkan wewenang duniawi. (Matius 22:​21, BIS) Ini juga sesuai dengan ucapan Paulus belakangan kepada Titus, ”Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa [”kalangan berwenang sebagai penguasa”, NW], taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.” (Titus 3:1) Jadi, bila umat Kristiani diperintahkan oleh pemerintah untuk ikut melakukan pekerjaan kemasyarakatan, mereka dengan sepatutnya mematuhinya asalkan pekerjaan tersebut tidak merupakan pengganti yang bersifat kompromi, untuk dinas yang tidak berdasarkan Alkitab, atau yang melanggar prinsip-prinsip Alkitab, seperti yang terdapat dalam Yesaya 2:4.

8 Petrus juga menegaskan bahwa kita harus tunduk kepada kalangan berwenang duniawi ketika ia berkata, ”Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi [”karena kedudukannya yang lebih tinggi”, NW], maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.” (1 Petrus 2:​13, 14) Selaras dengan ini, umat Kristiani tentu juga akan mengindahkan nasihat Paulus kepada Timotius, ”Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar [”yang mempunyai kedudukan tinggi”, NW], agar kita dapat hidup tenang dan tenteram.”b​—1 Timotius 2:​1, 2.

9. Mengapa tidak mengurangi kemuliaan Allah untuk menyebut kalangan berwenang manusia ”lebih tinggi”?

9 Dengan menyebut kalangan berwenang duniawi ”lebih tinggi”, apakah kita mengurangi penghormatan yang layak diberikan kepada Yehuwa? Tidak, karena Yehuwa jauh lebih unggul, tidak hanya lebih tinggi. Ia adalah ”Tuhan Yang Berdaulat”, ”Yang Mahatinggi”. (Mazmur 73:28, NW; Daniel 7:​18, 22, 25, 27; Wahyu 4:11; 6:10) Ketundukan yang selayaknya kepada kalangan berwenang manusiawi sama sekali tidak mengurangi penyembahan kita kepada Wewenang Tertinggi, Tuhan Yang Berdaulat Yehuwa. Maka, sejauh manakah kalangan berwenang ini lebih tinggi? Hanya dalam kaitan dengan manusia lain dan dalam ruang lingkup kegiatan mereka sendiri. Mereka bertanggung jawab untuk memerintah dan melindungi masyarakat manusia, dan untuk itu mereka menetapkan peraturan-peraturan mengenai tata cara dalam urusan kemasyarakatan.

”Ditetapkan dalam Kedudukan Mereka yang Relatif oleh Allah”

10. (a) Pernyataan Paulus mengenai ’menetapkan’ kalangan berwenang yang lebih tinggi membuktikan apa tentang wewenang Yehuwa sendiri? (b) Apa yang Yehuwa izinkan sehubungan dengan ’penetapan’ penguasa-penguasa tertentu, dan bagaimana hamba-hamba-Nya dengan demikian diuji?

10 Kekuasaan tertinggi Allah Yehuwa bahkan atas kalangan berwenang duniawi nyata dalam hal kalangan berwenang ini ”ditetapkan dalam kedudukan mereka yang relatif oleh Allah”. Akan tetapi, pernyataan ini menimbulkan pertanyaan. Beberapa tahun setelah Paulus menulis kata-kata itu, Nero, kaisar Roma, melancarkan kampanye penganiayaan yang keji terhadap umat Kristiani. Apakah Allah secara pribadi menetapkan Nero dalam kedudukannya? Sama sekali tidak! Halnya bukanlah bahwa tiap penguasa secara individu dipilih oleh Allah dan ditetapkan dalam kedudukan mereka ’dengan rahmat Allah’. Akan tetapi, Setan kadang-kadang mengatur siasat agar orang-orang yang kejam menduduki jabatan sebagai penguasa, dan Yehuwa mengizinkan hal ini, bersama dengan ujian yang ditimpakan oleh penguasa-penguasa demikian ke atas hamba-hamba-Nya yang memelihara integritas.​—Bandingkan Ayub 2:​2-10.

11, 12. Kasus-kasus apa yang dicatat mengenai tindakan Yehuwa secara pribadi dalam menetapkan dan menurunkan kalangan berwenang duniawi dari kedudukannya?

11 Akan tetapi, Yehuwa pernah secara pribadi campur tangan dalam kasus beberapa penguasa atau pemerintah tertentu demi melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang luhur. Misalnya, pada zaman Abraham orang Kanaan diizinkan tinggal di negeri Kanaan. Akan tetapi, belakangan Yehuwa memusnahkan mereka dan memberikan negeri itu kepada benih Abraham. Selama pengembaraan umat Israel di padang gurun, Yehuwa tidak mengizinkan mereka menyerbu Edom, Moab, dan Gunung Seir. Namun Ia memerintahkan mereka untuk menghancurkan kerajaan Sihon dan kerajaan Og.​—Kejadian 15:​18-21; 24:37; Keluaran 34:11; Ulangan 2:​4, 5, 9, 19, 24; 3:​1, 2.

12 Setelah umat Israel menetap di Kanaan, Yehuwa tetap menaruh minat langsung kepada kalangan berwenang yang mempengaruhi umat-Nya. Kadang-kadang, bila Israel berdosa, Yehuwa mengizinkan mereka dikuasai oleh wewenang bangsa lain. Bila mereka bertobat, Ia menyingkirkan wewenang itu dari negeri mereka. (Hakim 2:​11-23) Akhirnya, Ia membiarkan Yehuda, bersama banyak bangsa lain, berada di bawah kekuasaan Babel. (Yesaya 14:​28–19:17; 23:​1-12; 39:​5-7) Setelah umat Israel berada dalam pembuangan di Babel, Yehuwa menubuatkan bangkit dan jatuhnya kuasa-kuasa dunia yang akan mempengaruhi umat-Nya sejak zaman Babel sampai zaman kita.​—Daniel, pasal 2, 7, 8, dan 11.

13. (a) Menurut nyanyian Musa, mengapa Yehuwa menetapkan wilayah bangsa-bangsa? (b) Mengapa Allah belakangan memulihkan Israel ke negerinya?

13 Musa bernyanyi tentang Yehuwa, ”Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel. Tetapi bagian [Yehuwa] ialah umatNya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagiNya.” (Ulangan 32:​8, 9; bandingkan Kisah 17:26.) Ya, untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya, Allah di sana menetapkan kalangan berwenang mana yang akan tetap berkuasa dan yang mana akan dibinasakan. Dengan demikian, Ia memberikan kepada keturunan Abraham suatu negeri untuk diwarisi dan belakangan memulihkan mereka ke negeri itu, agar akhirnya Benih yang dijanjikan dapat tampil di sana, tepat seperti dinubuatkan.​—Daniel 9:​25, 26; Mikha 5:1.

14. Kebanyakan, dalam arti apa Yehuwa menetapkan kalangan berwenang manusiawi dalam kedudukan mereka yang relatif?

14 Akan tetapi, dalam kebanyakan kasus, Yehuwa menetapkan penguasa-penguasa dalam kedudukan mereka yang relatif dalam arti Ia mengizinkan manusia menempati kedudukan dengan wewenang yang relatif atas satu sama lain namun selalu lebih rendah daripada Dia sendiri. Jadi, ketika Yesus berdiri di hadapan Pontius Pilatus, ia mengatakan kepada penguasa itu, ”Engkau tidak mempunyai kuasa [”wewenang”, NW] apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” (Yohanes 19:11) Ini tidak berarti bahwa Pilatus secara pribadi ditetapkan dalam kedudukannya oleh Allah, tetapi ini berarti bahwa wewenangnya dalam menentukan hidup dan matinya Yesus hanyalah atas izin Allah.

”Ilah Sistem Ini”

15. Dalam hal apa Setan menjalankan kekuasaan di dunia ini?

15 Akan tetapi, bagaimana dengan pernyataan Alkitab bahwa Setan adalah ilah, atau penguasa dunia ini? (Yohanes 12:31; 2 Korintus 4:4, NW) Sebenarnya, bagaimana dengan cakap besar Setan kepada Yesus ketika ia memperlihatkan kepada Yesus semua kerajaan dunia dan berkata, ”Segala kuasa [”wewenang”, NW] itu . . . telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.” (Lukas 4:6) Yesus tidak membantah bual Setan tersebut. Dan kata-kata Setan selaras dengan apa yang Paulus tulis belakangan kepada jemaat Efesus, ”Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa [”kalangan berwenang”, NW], melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12) Selanjutnya, buku Wahyu menggambarkan Setan sebagai seekor naga besar yang memberikan kepada seekor binatang buas lambang sistem politik dunia, ”kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya [”wewenang”, NW] yang besar”.​—Wahyu 13:2.

16. (a) Bagaimana dapat terlihat bahwa wewenang Setan terbatas? (b) Mengapa Yehuwa mengizinkan Setan mempunyai wewenang di antara umat manusia?

16 Akan tetapi, perhatikan bahwa pernyataan Setan kepada Yesus, ”Segala wewenang itu . . . telah diserahkan kepadaku,” memperlihatkan bahwa ia juga menjalankan wewenang hanya setelah mendapat izin. Mengapa Allah memberikan izin ini? Karir Setan sebagai penguasa dunia dimulai dulu di Eden ketika ia terang-terangan menuduh Allah telah berdusta dan menjalankan kedaulatan-Nya dengan tidak adil. (Kejadian 3:​1-6) Adam dan Hawa mengikuti Setan dan tidak taat kepada Allah Yehuwa. Pada saat itu Yehuwa dapat, dengan keadilan sempurna, mengeksekusi Setan dan kedua pengikutnya yang baru. (Kejadian 2:​16, 17) Akan tetapi, kata-kata Setan sebenarnya merupakan tantangan pribadi kepada Yehuwa. Maka Allah dalam hikmat-Nya membiarkan Setan tetap hidup untuk suatu waktu tertentu, dan Adam serta Hawa diizinkan beranak cucu sebelum mereka mati. Dengan demikian, Allah menyediakan waktu dan kesempatan untuk memperlihatkan kepalsuan tantangan Setan.​—Kejadian 3:​15-19.

17, 18. (a) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa Setan adalah ilah dunia ini? (b) Dalam hal apa ”tidak ada wewenang” di dunia ini ”yang tidak berasal dari Allah”?

17 Peristiwa-peristiwa sejak Eden memperlihatkan bahwa tuduhan Setan benar-benar suatu dusta. Keturunan Adam tidak menemukan kebahagiaan di bawah pemerintahan Setan ataupun pemerintahan manusia. (Pengkhotbah 8:9) Sebaliknya, cara Allah berurusan dengan umat-Nya sendiri memperlihatkan keunggulan pemerintahan ilahi. (Yesaya 33:22) Namun, karena kebanyakan keturunan Abraham tidak menerima kedaulatan Yehuwa, dengan sengaja atau tidak sengaja, mereka melayani Setan sebagai allah mereka.​—Mazmur 14:1; 1 Yohanes 5:19.

18 Tidak lama lagi, sengketa yang diajukan di Eden akan diselesaikan. Kerajaan Allah akan sepenuhnya mengambil alih tata laksana urusan umat manusia, dan Setan akan dimasukkan ke dalam jurang maut. (Yesaya 11:​1-5; Wahyu 20:​1-6) Akan tetapi, sementara itu, diperlukan semacam penyelenggaraan atau struktur di antara umat manusia agar memungkinkan kehidupan yang teratur. Yehuwa adalah ”Allah yang suka akan ketertiban; ia bukan Allah yang suka pada kekacauan.” (1 Korintus 14:​33, BIS) Maka, Ia mengizinkan adanya struktur-struktur pemerintah dalam masyarakat-masyarakat yang berkembang di luar Eden, dan Ia mengizinkan manusia menjalankan kekuasaan dalam penyelenggaraan ini. Dengan demikian ”tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah”.

Kalangan Berwenang yang Adil

19. Apakah setiap penguasa manusia berada di bawah kendali langsung dari Setan?

19 Sejak Eden, Setan memiliki kebebasan yang besar di antara umat manusia, dan ia menggunakan kebebasan ini untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa di bumi, selaras dengan bualnya kepada Yesus. (Ayub 1:7; Matius 4:​1-10) Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa setiap penguasa di dunia secara langsung tunduk kepada kendali Setan. Beberapa​—seperti Nero pada abad pertama dan Adolf Hitler pada abad kita​—telah memperlihatkan semangat yang benar-benar jahat seperti Setan. Akan tetapi yang lain-lain tidak. Sergius Paulus, gubernur Siprus, adalah ”orang cerdas” yang ”ingin mendengar firman Allah”. (Kisah 13:7) Galio, gubernur Akhaya, tidak mau ditekan oleh orang-orang Yahudi yang menuduh Paulus. (Kisah 18:​12-17) Banyak penguasa lain dengan cara terhormat menjalankan kekuasaan mereka dengan sungguh-sungguh.​—Bandingkan Roma 2:15.

20, 21. Peristiwa-peristiwa apa pada abad ke-20 menunjukkan bahwa penguasa-penguasa manusia tidak selalu melakukan kehendak Setan?

20 Buku Wahyu menubuatkan bahwa pada ”hari Tuhan”, yang mulai pada tahun 1914, Yehuwa bahkan akan mengatur agar kalangan berwenang manusia menggagalkan tujuan Setan. Buku Wahyu menggambarkan gelombang penganiayaan, yang dilancarkan oleh Setan terhadap umat Kristiani terurap, yang akan ditelan oleh ”bumi”. (Wahyu 1:​10, NW; 12:16) Unsur-unsur dalam ”bumi”, yaitu masyarakat manusia yang sekarang ada di atas bumi, akan melindungi umat Yehuwa dari penganiayaan Setan.

21 Apakah ini benar-benar telah terjadi? Ya. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, misalnya, Saksi-Saksi Yehuwa di Amerika Serikat mendapat tekanan hebat, menderita serangan oleh gerombolan dan sering ditangkap secara tidak adil. Mereka mendapat kebebasan ketika Mahkamah Agung A.S. mengeluarkan sejumlah keputusan yang mengakui sahnya pekerjaan mereka. Di tempat-tempat lain juga, kalangan berwenang telah membantu umat Allah. Kira-kira 40 tahun yang lalu di Irlandia, suatu gerombolan Katolik Roma menyerang dua Saksi di kota Cork. Seorang polisi setempat membantu Saksi-Saksi, dan pengadilan mendisiplin para penyerang. Tahun lalu di Fiji, dalam rapat antara para pejabat tinggi diusulkan agar kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa dilarang. Salah seorang pembesar dengan berani membela Saksi-Saksi, dan usul itu ditolak.

22. Pertanyaan apa saja yang akan dibahas selanjutnya?

22 Tidak, kalangan berwenang dunia tidak selalu melayani tujuan Setan. Umat Kristiani dapat tunduk kepada kalangan berwenang yang lebih tinggi tanpa tunduk kepada Setan sendiri. Sesungguhnya, mereka akan tunduk kepada kalangan berwenang ini selama Allah mengizinkan kalangan berwenang itu ada. Akan tetapi, apa artinya ketundukan demikian? Dan apa yang dapat diharapkan umat Kristiani sebagai imbalan dari kalangan berwenang yang lebih tinggi? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dibahas dalam artikel pelajaran yang mulai pada halaman 18 dan 23 dari majalah ini.

[Catatan Kaki]

a Lihat, misalnya, penggunaan kata ”pajak” (phoʹros) di Lukas 20:22. Lihat juga penggunaan kata Yunani teʹlos, yang tadi diterjemahkan ”upeti”, (NW) namun di Matius 17:​25 (TB) diterjemahkan ”bea”.

b Kata benda Yunani yang diterjemahkan ”kedudukan tinggi”, hy·pe·ro·kheʹ, berkaitan dengan kata kerja hy·pe·reʹkho. Kata ”lebih tinggi” dalam ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” berasal dari kata kerja Yunani yang sama ini, yang menambah bukti bahwa kalangan berwenang yang lebih tinggi adalah wewenang duniawi. Terjemahan Roma 13:1 dalam The New English Bible, ”Setiap orang harus tunduk kepada kalangan berwenang tertinggi,” tidak tepat. Manusia yang ”memiliki kedudukan tinggi” tidak menduduki tempat yang paling tinggi, walaupun mereka mungkin lebih tinggi daripada manusia lainnya.

Bagaimana Saudara Akan Menjawab?

◻ Siapakah kalangan berwenang yang lebih tinggi?

◻ Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa ”tidak ada wewenang yang tidak berasal dari Allah”?

◻ Mengapa Yehuwa membiarkan dunia berada di bawah wewenang Setan?

◻ Dalam hal apa Allah menetapkan kalangan berwenang manusia ”dalam kedudukan mereka yang relatif”?

[Gambar di hlm. 13]

Setelah membakar Roma, Nero memperlihatkan semangat yang benar-benar jahat

[Gambar di hlm. 15]

Sergius Paulus, gubernur Siprus, ingin mendengar firman Allah

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan