PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w97 15/8 hlm. 26-30
  • Mengapa Melaporkan Hal yang Buruk?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Melaporkan Hal yang Buruk?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Menghargai Nilai dari Teguran
  • Tanggung Jawab Siapa?
  • Menangani Masalah
  • Memelihara Kekudusan di Dalam Sidang
  • Bantuan bagi Para Pelaku Kesalahan
  • Tindakan Kasih yang Berprinsip
  • Jangan Tersangkut dalam Dosa Orang Lain
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1985 (s-18)
  • Pertobatan yang Menuntun Kembali kepada Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1981 (No. 37)
  • Terimalah Selalu Disiplin dari Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Menjaga Sidang Tetap Damai dan Bersih
    Diorganisasi untuk Melakukan Kehendak Yehuwa
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
w97 15/8 hlm. 26-30

Mengapa Melaporkan Hal yang Buruk?

”SIAPA membuka rahasia di depan umum akan menjadi musuh masyarakat,” demikian bunyi pepatah di Afrika Barat. Itulah yang menimpa Olu ketika ia menuduh abangnya melakukan inses dengan adik perempuannya. ”Kamu bohong!” teriak abangnya. Lalu ia memukuli Olu habis-habisan, mengusirnya dari rumah keluarga, dan membakar semua pakaian Olu. Penduduk desa mendukung sang kakak. Karena tidak lagi diterima di desa itu, Olu harus pergi. Setelah sang gadis ketahuan hamil, barulah orang-orang sadar bahwa Olu mengatakan yang sebenarnya. Abangnya mengaku, dan Olu diterima kembali. Akhir kisahnya dapat terjadi sebaliknya. Bisa saja Olu dibunuh.

Jelaslah, orang-orang yang tidak mempunyai kasih akan Yehuwa kemungkinan besar tidak senang jika kesalahan mereka tersingkap. Kecenderungan manusia berdosa ialah menolak teguran dan kesal terhadap siapa pun yang menyampaikannya. (Bandingkan Yohanes 7:⁠7.) Tidak heran, banyak orang diam seribu basa bila harus menyingkapkan kesalahan orang lain kepada pihak yang berwenang untuk mengoreksi orang yang bersangkutan.

Menghargai Nilai dari Teguran

Akan tetapi, di kalangan umat Yehuwa terdapat sikap yang berbeda terhadap teguran. Pria dan wanita yang saleh sangat menghargai penyelenggaraan yang telah Yehuwa buat untuk membantu orang-orang yang berbuat salah dalam sidang Kristen. Mereka menganggap disiplin demikian sebagai pernyataan kebaikan hati-Nya yang penuh kasih sayang.​—Ibrani 12:6-11.

Ini mungkin dapat diilustrasikan dengan insiden yang terjadi dalam kehidupan Raja Daud. Meskipun ia seorang pria yang adil-benar sejak mudanya, sekali peristiwa, ia melakukan pelanggaran yang serius. Mula-mula, ia berzina. Kemudian, untuk menutupi kesalahannya, ia mengatur agar suami sang wanita terbunuh. Tetapi Yehuwa menyingkapkan dosa Daud kepada nabi Natan, yang dengan berani berbicara langsung kepada Daud mengenai perkara ini. Dengan menggunakan ilustrasi yang ampuh, Natan menanyakan kepada Daud apa yang sebaiknya dilakukan terhadap seorang pria kaya yang mempunyai banyak domba tetapi ia mengambil dan menyembelih anak domba satu-satunya, hewan peliharaan yang berharga milik seorang pria miskin, demi menjamu sahabatnya. Daud, yang adalah bekas seorang gembala, menjadi marah dan geram. Ia mengatakan, ”Orang yang melakukan itu harus dihukum mati!” Natan kemudian menerapkan ilustrasi tersebut kepada Daud, dengan berkata, ”Engkaulah orang itu!”​—2 Samuel 12:1-7.

Daud tidak menjadi marah kepada Natan; ia juga tidak berupaya membela diri atau menuduh balik. Sebaliknya, hardikan Natan benar-benar menyentuh hati nuraninya. Dengan hati tersayat, Daud mengaku, ”Aku sudah berdosa kepada TUHAN.”​—2 Samuel 12:13.

Disingkapkannya dosa Daud oleh Natan, yang diikuti oleh teguran yang saleh, mendatangkan hasil yang baik. Meskipun Daud tidak luput dari konsekuensi perbuatan salahnya, ia bertobat dan dirukunkan dengan Yehuwa. Bagaimana perasaan Daud terhadap teguran itu? Ia menulis, ”Biarlah orang benar memalu dan menghukum aku, itulah kasih; tetapi janganlah minyak orang fasik menghiasi kepalaku!”​—Mazmur 141:5.

Pada zaman kita juga, hamba-hamba Yehuwa bisa saja terlibat dalam perbuatan salah yang serius, bahkan hamba-hamba yang telah setia selama bertahun-tahun. Karena menyadari bahwa para penatua dapat membantu, kebanyakan orang mengambil inisiatif untuk mendekati mereka guna menerima bantuan. (Yakobus 5:​13-​16) Tetapi kadang-kadang seorang pelaku kesalahan mungkin berupaya menutup-nutupi dosanya, seperti Raja Daud. Apa yang seharusnya kita lakukan jika kita mengetahui adanya pelanggaran serius di sidang?

Tanggung Jawab Siapa?

Sewaktu para penatua mengetahui pelanggaran serius, mereka menghampiri orang yang bersangkutan untuk memberikan bantuan serta koreksi yang dibutuhkan. Penatua bertanggung jawab untuk menghakimi orang-orang demikian di dalam sidang Kristen. Dengan mengamati secara saksama keadaan rohani sidang, mereka membantu dan memperingatkan siapa pun yang salah langkah atau tidak berhikmat.​—1 Korintus 5:​12, 13; 2 Timotius 4:2; 1 Petrus 5:​1, 2.

Tetapi bagaimana jika saudara bukan penatua dan saudara mengetahui bahwa pelanggaran serius tertentu dilakukan oleh seorang Kristen? Pedomannya terdapat dalam Hukum yang Yehuwa berikan kepada bangsa Israel. Hukum itu menyatakan bahwa jika seseorang menyaksikan tindak-tindak kemurtadan, hasutan, pembunuhan, atau kejahatan serius tertentu, dialah yang bertanggung jawab untuk melaporkan hal itu dan memberikan kesaksian mengenai apa yang ia ketahui. Imamat 5:​1 menyatakan, ”Apabila seseorang berbuat dosa, yakni jika ia mendengar seorang mengutuki, dan ia dapat naik saksi karena ia melihat atau mengetahuinya, tetapi ia tidak mau memberi keterangan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri.”​—Bandingkan Ulangan 13:​6-8; Ester 6:2; Amsal 29:24.

Meskipun tidak berada di bawah Hukum Musa, orang-orang Kristen dewasa ini dapat dituntun oleh prinsip-prinsip dibalik hukum itu. (Mazmur 19:8, 9) Maka, jika saudara mengetahui pelanggaran serius dari seorang rekan Kristen, apa yang hendaknya saudara lakukan?

Menangani Masalah

Pertama-tama, sungguh penting untuk memastikan adanya alasan yang sah untuk mempercayai bahwa pelanggaran yang serius benar-benar terjadi. ”Jangan menjadi saksi terhadap sesamamu tanpa dasar,” demikian pernyataan seorang pria yang berhikmat. ”Maka engkau akan berlaku bodoh dengan bibirmu.”​—Amsal 24:28, NW.

Saudara dapat memutuskan untuk langsung menemui para penatua. Tidak ada salahnya bila itu dilakukan. Akan tetapi, biasanya, haluan yang paling pengasih adalah mendekati orang yang bersangkutan. Mungkin faktanya tidak seperti apa yang kita lihat. Atau mungkin keadaan itu sudah ditangani oleh para penatua. Bahaslah masalah tersebut dengan tenang bersama orang yang bersangkutan. Jika masih ada alasan untuk percaya bahwa suatu kesalahan serius telah dilakukan, anjurkan dia untuk mendekati para penatua guna meminta bantuan, dan jelaskan hikmat dari melakukan hal itu. Jangan membicarakan masalah tersebut dengan orang-orang lain, karena itu berarti gosip.

Seandainya orang tersebut tidak kunjung melapor kepada penatua dalam jangka waktu yang masuk akal, maka saudaralah yang harus melakukannya. Kemudian, satu atau dua orang penatua akan membahas masalahnya dengan si tertuduh. Para penatua perlu ”memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik” untuk melihat apakah kesalahan telah dilakukan. Jika benar, mereka akan menangani kasus itu menurut pedoman Alkitab.​—Ulangan 13:12-14.

Sekurang-kurangnya dua saksi dibutuhkan untuk mengesahkan tuduhan perbuatan salah. (Yohanes 8:17; Ibrani 10:28) Jika orang yang bersangkutan menyangkal tuduhan tersebut dan keterangan saudara adalah satu-satunya dasar tuduhan, masalahnya akan diserahkan ke tangan Yehuwa. (1 Timotius 5:19, 24, 25) Tindakan ini dilakukan dengan mengingat bahwa segala perkara ”tersingkap secara terbuka” bagi Yehuwa dan bila orang tersebut memang bersalah, pada akhirnya, dosanyalah yang akan ”menimpa” dia.​—Ibrani 4:13; Bilangan 32:23.

Tetapi seandainya orang yang bersangkutan menyangkal tuduhan dan saudara adalah satu-satunya saksi yang memberatkan dia. Dapatkah saudara sekarang dituntut balik sebagai pemfitnah? Tidak, kecuali saudara telah menggosipkan perkara itu dengan orang-orang yang tidak berkepentingan. Melaporkan kondisi-kondisi yang meracuni sidang kepada orang-orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengoreksi tidak dapat digolongkan sebagai fitnah. Sesungguhnya, hal ini selaras dengan hasrat kita untuk selalu melakukan apa yang tepat dan loyal.​—Bandingkan Lukas 1:74, 75.

Memelihara Kekudusan di Dalam Sidang

Satu alasan untuk melaporkan perbuatan salah adalah karena itu berfungsi untuk menjaga kebersihan sidang. Yehuwa adalah Allah yang bersih, Allah yang kudus. Ia menuntut semua orang yang beribadat kepadanya agar bersih secara rohani dan moral. Firman-Nya yang terilham memperingatkan, ”Sebagai anak-anak yang taat, berhentilah dibentuk menurut hasrat yang kamu miliki sebelumnya dalam keadaanmu yang kurang pengetahuan, tetapi, sesuai dengan Pribadi Kudus yang memanggilmu, hendaklah kamu sendiri juga menjadi kudus dalam seluruh tingkah lakumu, karena ada tertulis, ’Kamu harus kudus, karena aku kudus.’” (1 Petrus 1:​14-​16) Individu-individu yang mempraktekkan kenajisan atau perbuatan salah dapat mendatangkan kecemaran dan ketidaksenangan Yehuwa terhadap seluruh sidang kecuali tindakan diambil untuk mengoreksi atau menyingkirkan mereka.​—Bandingkan Yosua pasal 7.

Surat-surat rasul Paulus kepada sidang Kristen di Korintus menunjukkan bagaimana melaporkan perbuatan salah bermanfaat demi kebersihan umat Allah di sidang tersebut. Dalam suratnya yang pertama, Paulus menulis, ”Sesungguhnya percabulan dilaporkan di antara kamu, dan percabulan demikian yang bahkan tidak ada di antara bangsa-bangsa, bahwa istri seorang pria tertentu adalah milik bapaknya.”​—1 Korintus 5:⁠1.

Alkitab tidak memberi tahu kita dari siapa Paulus menerima laporan ini. Paulus mungkin mengetahui keadaan tersebut dari Stefanas, Fortunatus, dan Akhaikus, yang mengadakan perjalanan dari Korintus ke tempat Paulus di Efesus. Paulus juga menerima sepucuk surat permohonan dari sidang Kristen di Korintus. Tidak soal dari mana sumbernya, sewaktu saksi-saksi yang dapat dipercaya melaporkan perkaranya kepada Paulus, ia kemudian dapat memberikan pengarahan. ”Singkirkan orang yang fasik itu dari antara kamu sendiri,” tulis Paulus. Orang itu pun diusir dari sidang.​—1 Korintus 5:​13; 16:​17, 18.

Apakah instruksi Paulus mendatangkan hasil yang baik? Tentu saja! Si pelaku kesalahan terbukti menyadari perbuatannya. Dalam suratnya yang kedua kepada orang-orang Korintus, Paulus mendesak agar sidang ”dengan baik hati mengampuni dan menghibur” pria yang bertobat tersebut. (2 Korintus 2:​6-8) Maka laporan mengenai perbuatan salah menuntun kepada tindakan untuk membersihkan sidang dan memulihkan kepada perkenan Allah, orang yang merusak hubungannya dengan Dia.

Kita mendapat contoh lain dalam surat Paulus yang pertama kepada sidang Kristen di Korintus. Kali ini sang rasul menyebutkan saksi-saksi yang melaporkan perkara tersebut. Ia menulis, ”Kepadaku telah diungkapkan tentang kamu, saudara-saudaraku, oleh mereka dari rumah Khloe, bahwa ada pertikaian di antara kamu.” (1 Korintus 1:​11) Paulus mengetahui bahwa pertikaian ini, selain memberikan hormat yang tidak sepatutnya kepada manusia, telah menghasilkan sikap picik yang dapat menghancurkan persatuan sidang. Oleh karena itu, didorong oleh perhatian yang dalam terhadap kesejahteraan saudara-saudara seimannya di sana, Paulus bertindak cepat dan menulis nasihat yang korektif kepada sidang tersebut.

Dewasa ini, sebagian besar saudara-saudari di sidang-sidang di seluas dunia bekerja keras untuk memelihara kebersihan rohani sidang dengan mempertahankan secara pribadi kedudukan yang diperkenan di hadapan Allah. Beberapa orang menderita untuk itu; yang lain-lain bahkan mati demi mempertahankan integritas. Tentu saja, menyetujui atau menutup-nutupi perbuatan salah memperlihatkan kurangnya penghargaan terhadap upaya-upaya tersebut.

Bantuan bagi Para Pelaku Kesalahan

Mengapa beberapa orang yang telah jatuh ke dalam dosa besar menahan diri untuk mendekati para penatua sidang? Sering kali karena mereka tidak sadar akan manfaat dari menemui penatua. Beberapa orang dengan keliru percaya bahwa jika mereka mengaku, dosa mereka akan disingkapkan kepada seluruh sidang. Yang lain-lain menipu diri sendiri dengan memandang ringan perbuatan salah mereka yang serius. Namun ada juga yang beranggapan bahwa mereka dapat memperbaiki diri sendiri tanpa bantuan para penatua.

Tetapi pelaku-pelaku kesalahan demikian memerlukan bantuan pengasih dari para penatua sidang. Yakobus menulis, ”Adakah seseorang yang sakit di antara kamu? Hendaklah ia memanggil tua-tua di sidang jemaat kepadanya, dan hendaklah mereka berdoa baginya, mengolesnya dengan minyak dalam nama Yehuwa. Dan doa dengan iman akan membuat orang yang tidak sehat sembuh, dan Yehuwa akan membangunkannya. Juga, jika ia telah berbuat dosa-dosa, ia akan diampuni darinya.”​—Yakobus 5:14, 15.

Sungguh suatu persediaan yang luar biasa untuk membantu para pelaku kesalahan memulihkan kerohanian mereka! Dengan menerapkan nasihat yang menenteramkan dari Firman Allah dan dengan berdoa demi mereka, para penatua dapat membantu orang-orang yang sakit secara rohani untuk sembuh dari jalan-jalannya yang salah. Maka, sebaliknya daripada merasa dihukum, orang-orang yang bertobat sering kali merasa disegarkan dan diberi kelegaan sewaktu mereka bertemu dengan para penatua yang pengasih. Seorang pria muda dari Afrika Barat telah melakukan percabulan dan menutup-nutupi dosanya selama beberapa bulan. Setelah dosanya tersingkap, ia mengatakan kepada para penatua, ”Betapa saya sangat ingin agar ada yang bertanya tentang hubungan saya dengan gadis itu! Sungguh lega rasanya untuk menyingkapkan semua ini.”​—Bandingkan Mazmur 32:​3-5.

Tindakan Kasih yang Berprinsip

Hamba-hamba Allah yang telah dibaptis telah ”beralih dari kematian kepada kehidupan”. (1 Yohanes 3:14) Tetapi jika mereka melakukan dosa yang serius, mereka kembali lagi kepada jalan kematian. Bila mereka tidak dibantu, mereka dapat menjadi keras dalam perbuatan salah, tidak memiliki keinginan untuk bertobat dan kembali pada ibadat dari Allah yang benar.​—Ibrani 10:26-29.

Melaporkan perbuatan salah adalah tindakan perhatian yang tulus bagi si pelaku kesalahan. Yakobus menulis, ”Saudara-saudaraku, jika seseorang di antaramu disesatkan dari kebenaran dan yang lain membuatnya berbalik, ketahuilah bahwa ia yang membuat seorang pedosa berbalik dari jalannya yang salah akan menyelamatkan jiwanya dari kematian dan akan menutupi banyak sekali dosa.”​—Yakobus 5:​19, 20.

Jadi kalau begitu, mengapa melaporkan hal yang buruk? Karena itu mendatangkan hasil yang baik. Sesungguhnya, melaporkan perbuatan salah adalah tindakan kasih Kristen yang berprinsip yang diperlihatkan kepada Allah, sidang, dan si pelaku kesalahan. Seraya setiap anggota sidang dengan loyal menjunjung standar-standar Allah yang adil-benar, Yehuwa akan memberkati sidang secara keseluruhan dengan limpah. Rasul Paulus menulis, ”Ia [Yehuwa] juga akan membuatmu teguh sampai akhir, agar kamu tidak terbuka untuk tuduhan apa pun pada hari Tuan kita Yesus Kristus.”​—1 Korintus 1:8.

[Gambar di hlm. 26]

Adalah pengasih untuk menganjurkan seorang Saksi yang bersalah agar berbicara kepada para penatua

[Gambar di hlm. 28]

Para penatua membantu para pelaku kesalahan untuk mendapatkan kembali perkenan Allah

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan