Berjalanlah Kamu Seperti Anak-Anak Terang
”Karena dahulu kamu gelap, tetapi sekarang kamu terang dengan berkat Tuhan. Berjalanlah kamu seperti anak-anak terang.”—Ef. 5:8, Bode.
1, 2. (a) Dalam perumpamaan di atas, mengapa penting agar orang itu berjalan melawan angin? (b) Mengapa seorang Kristen harus berjuang untuk menghindari cara berjalan seperti orang kafir?
ORANG itu berjuang melawan angin yang kencang. Sambil melangkah dengan susah payah, dengan tiada goyah ia maju terus. Mengapa ia berusaha sekeras itu? Mengapa ia tidak berbalik saja dan berjalan mengikuti arah angin? Sebab tidak jauh di belakangnya membayang sebuah jurang yang dalam gelap. Tak ada pilihan lain baginya jika ia ingin hidup. Tidak heran mengapa ia berjuang melawan angin.
2 Dewasa ini, bagaikan angin kencang, ”roh dunia” yang dilancarkan oleh Setan, sedang berusaha untuk menyeret seluruh umat manusia ke dalam suatu haluan yang pasti akan membawa ke dalam ”jurang” kebinasaan, pada waktu murka Allah dinyatakan kelak. (1 Kor. 2:12; Ef. 5:6) Untuk menghindari murka tersebut seorang Kristen perlu untuk, seolah-olah ’berjalan melawan angin’. Ia harus berjuang jika ia ingin berjalan sebagai ’anak terang’, dan tidak seperti ’orang kafir berjalan’ atau bertingkah laku.—Ef. 4:17; 5:8, Bode.
DIBUTUHKAN KEKUATAN DARI DALAM
3. (a) Di manakah, menurut Efesus 3:16, usaha kita harus ditingkatkan agar cara berjalan seperti orang kafir dapat dihindarkan? (b) Bagaimana kita menguatkan ’batin kita’?
3 Di manakah upaya kita harus ditingkatkan agar perjuangan ini dapat dimenangkan? Paulus menjawab dengan mendesak kita supaya ’dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh [Allah] di dalam batin (kita)’. Inilah bidang yang harus kita usahakan, yaitu ’batin kita’, bagaimana kita sebenarnya di dalam, ”manusia batiniah”. Ini harus diperkuat. Bagaimana caranya? Kuncinya terdapat dalam ayat berikut ini, ”Oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.”—Ef. 3:16, 17; 1 Ptr. 3:4.
4. (a) Apa yang terlibat dalam hal membiarkan ’Kristus diam di dalam hati kita’? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang membuka hati yang harus kita pertimbangkan secara pribadi?
4 Agar ’Kristus dam di dalam hati kita’ pertama-tama roh dunia harus disingkirkan. Bagaimana roh Kristus dapat memenuhi ’batin kita’ jika Setan, ”roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka”, masih bekerja dalam diri kita atau mulai merayap memasuki kehidupan kita kembali? (Ef. 2:2) Jadi, tanyalah diri saudara, ”Dalam hatiku, apakah aku masih memiliki semangat Setan yang menguasai orde lama ini? Apakah aku merasa terhibur oleh hal-hal yang di dalamnya sama sekali tidak terdapat rasa kesopanan?” Mudah saja kita memperlihatkan kepada orang lain suatu sikap yang sebenarnya berbeda dengan kepribadian yang ada di dalam batin kita. Kristus akan berdiam di dalam hati kita jika teladan dan ajarannya kita biarkan mempengaruhi perasaan dan tindakan kita. Misalnya, Yesus mengatakan agar para pengikutnya jangan memandang lawan jenisnya dengan hawa nafsu. Dalam benak kita, apakah kita mentaati kata-kata tersebut? Apakah kita sungguh-sungguh menghindari hal-hal yang dapat membangkitkan perasaan sedemikian? Pertimbangkanlah: Apakah Yesus akan berminat kepada roh yang terdapat dalam bentuk hiburan yang kita nikmati? Apakah kita memiliki rohnya bukan saja dalam ’mencintai kebenaran tetapi juga dalam membenci kefasikan’? Jika demikian, roh Kristus telah kita biarkan memenuhi batin kita, ”kecenderungan mental yang sama” seperti Kristus telah kita miliki.—Mat. 5:27, 28; Ibr. 1:9; 1 Ptr. 4:1, NW.
5, 6. (a) Mengapa pelajaran pribadi dan renungan penting untuk memperkuat ’batin kita’? (b) Apakah pengetahuan akal merupakan jawaban yang lengkap; ika tidak, apa lagi yang diperlukan?
5 Maka pelajaran pribadi dan renungan Alkitab penting jika kita ingin ”berakar serta berdasar . . . supaya [kita] bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya” kebenaran Firman Allah, dan terutama karena hal itu berhubungan dengan teladan kasih yang diberikan oleh Yesus Kristus dalam kehidupan dan ajaran-ajarannya. Sesuatu yang berakar dalam tidak mudah dicabut, apa yang dibangun di atas dasar yang kuat tidak mudah disingkirkan. Jadi kita harus menjaga ’akar dan dasar’ rohani kita agar tetap kuat dengan membiarkan pengetahuan tentang Kristus mengalir dengan limpah ke dalam ’batin’ kita.—Ef. 3:17, 18.
6 Tetapi, janganlah sekali-kali merasa bahwa saudara telah memiliki Kristus dalam hati bila saudara rajin mengumpulkan sejumlah fakta Alkitab. Rasul Paulus mengetahui benar bahayanya iman yang didasarkan hanya atas pengetahuan akal, sehingga ia melanjutkan, ”Dan dapat mengenal kasih itu [Kristus], sekalipun ia melampaui segala pengetahuan . . . supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Jadi diperlukan lebih dari pada ’pengetahuan akal’ saja. Memang benar bahwa makin banyak saudara bergaul dengan seseorang, saudara makin mengerti cara berpikir orang tersebut. Namun barulah setelah mulai meniru orang itu dalam caranya memperlakukan orang-orang lain atau meniru haluan hidupnya, saudara dapat sungguh-sungguh menghargai perasaannya. Demikian pula, seseorang tidak dapat mengerti kasih Kristus hanya dengan membaca buku-buku. Tetapi jika ia menjadi seperti Kristus, maka dengan berpikir, bertindak dan merasa seperti Kristus, ia dapat mengetahui hal-hal yang ”melampaui segala pengetahuan”.—Ef. 3:19.
7. Benar atau salah?−Karena Kristus sempurna, tidak masuk akal jika kita berharap untuk dapat menjadi seperti dia. Apa alasan dari jawaban saudara menurut Alkitab?
7 Alangkah mulianya tujuan tersebut! Betapa luhurnya teladan yang harus diikuti ini! Memang, kedengarannya seperti suatu usaha yang besar sekali, tetapi dengan bantuan Allah hal itu dapat dilakukan, meskipun kemampuan kita tidak sempurna, karena Paulus mengatakan bahwa Allah dapat ”melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan”. Yang perlu dijawab adalah, Apakah kita melakukan bagian kita?—Ef. 3:20; lihat juga 1 Petrus 2:21 dan 1 Korintus 11:1.
’SINGKIRKAN KEPRIBADIAN LAMA, DENGAN KEINGINANNYA YANG MENYESATKAN’
8. (a) Menurut Paulus, keinginan-keinginan macam apakah yang masih dapat tinggal dalam ”kepribadian lama”? (b) Bagaimana beberapa orang membenarkan diri dalam memilih bentuk-bentuk hiburan yang merusak, dan apakah jalan pikiran demikian benar menurut Alkitab?
8 Demikianlah anjuran Paulus di Efesus 4:22 (NW). Tidak, jangan menambal kepribadian lama, melainkan ’singkirkan’lah, buanglah. (Kol. 3:9) Mengapa? Karena ’keinginan yang menyesatkan’ yang tinggal dalam hati kita yang suka ’menipu’ dapat ’menyesatkan’ atau membuat kepribadian yang lama itu makin buruk. (Yer. 17:9) Untuk membenarkan kebiasaan memilih hiburan yang jelas merusak, beberapa orang Kristen berdalih, ’Hati nurani saya tidak terganggu, jadi apa salahnya?’ Mungkinkah hati nurani mereka yang salah dan keinginan hati mereka telah menipu? Bukanlah merupakan jaminan bahwa tindakan kita benar, hanya karena hati nurani kita tidak mengganggu kita. Bahkan rasul Paulus mengakui, ”Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan [Yehuwa].” (1 Kor. 4:4) Hati nurani banyak orang di sidang Korintus pada zaman dulu telah menjadi begitu tumpul sehingga mereka menyetujui imoralitas di tengah-tengah mereka, bahkan merasa bangga akan hal itu. Alangkah sesatnya hati nurani mereka!—1 Kor. 5:1, 2, 6; Tit. 1:15; 1 Tim. 4:2.
9. Laporan yang menguatirkan manakah memperlihatkan bagaimana hati nurani seseorang dapat berubah secara bertahap?
9 Mudah membiarkan hati nurani kita sedikit demi sedikit dirusak oleh ’keinginan yang menyesatkan’. Dari kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa di suatu negeri di Eropa datang laporan yang menguatirkan sebagai berikut,
”Kira-kira 10 tahun yang lalu saudara-saudara kita pasti tidak akan menonton kebanyakan film yang kini diputar, karena kesusilaan mereka telah berubah. Tidak diragukan lagi, kecenderungan dunia sekarang rupanya telah mempengaruhi beberapa dari antara saudara-saudara kita.”
10. (a) Di abad pertama, bagaimana pemain gladiator akhirnya diterima? (b) Apa yang dapat dipelajari dari sini?
10 Sedikit demi sedikit Setan berusaha agar patokan-patokannya yang merusak diterima. Ketika permainan gladiator diperkenalkan di Palestina, mula-mula orang merasa ”ngeri” karena ”tidak biasa melihat pertunjukan seperti itu” demikian dikatakan oleh Livy, seorang ahli sejarah pada abad pertama, yang menambahkan pula,
”Kemudian, dengan sering mengulang-ulanginya, kadang-kadang dengan membiarkan orang-orang yang berkelahi itu hanya melukai satu sama lain saja . . . ia membuat pertunjukan tersebut lebih dikenal dan bahkan menyenangkan, dan ia membangkitkan rasa senang pada senjata dalam diri banyak kaum muda.”
Berangsur-angsur rasa ngeri pada diri orang-orang makin berkurang. Lama-kelamaan mereka tidak merasa ngeri lagi melainkan ikut serta dengan senang hati. Cara-cara Setan jarang berubah; maka waspadalah agar ”kesusilaan” Kristen saudara tidak berubah dengan perlahan-lahan. Pikirkanlah sejenak: Berapa jauhkah hati nurani saudara membiarkan saudara melakukan sesuatu? Apakah terlalu jauh? Dalam soal hiburan, apakah haluan saudara sedikit saja berbeda dengan orang-orang yang ”jauh melewati batas perasaan moral”?
UJILAH APA YANG BERKENAN KEPADA TUHAN
11, 12. (a) Mengapa nasihat dalam Efesus 5:10 dan 17 begitu penting sekarang, dan bagaimana ayat-ayat tersebut dapat diterapkan? (b) Karena bagian-bagian tertentu dalam hiburan yang rusak mungkin ada yang bermanfaat, apakah hiburan tersebut dapat diterima bagi seorang Kristen?
11 Banyak hal yang rusak secara moral dipamerkan di depan kita seolah-olah semuanya itu sangat baik. Itulah sebabnya kita harus tetap ’menguji apa yang berkenan kepada Tuhan’. ”Sebab itu [karena hari-hari ini jahat] janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan [Yehuwa].”—Ef. 5:10, 17.
12 Jadi mengenai hiburan yang disediakan oleh dunia, memilih yang patut itulah kuncinya. Untuk jelasnya, perhatikanlah komentar orang ini, ”Sebagian besar film itu cukup baik, tetapi kebanyakan film selalu berisi adegan-adegan seks, jadi jika anda ingin melihat sisa film itu, anda harus melihat adegan seks tersebut.” Tetapi apakah menonton film yang sebagian besar ”cukup baik” ada gunanya dibandingkan dengan kerusakan moral yang mungkin ditimbulkan oleh ”adegan-adegan seks” dari film itu? Adegan-adegan yang memperlihatkan hal-hal yang dilakukan secara rahasia kini ditampilkan di hadapan para penonton. Jika Paulus mengatakan bahwa ”menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka [orang kafir] di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan”, bagaimanakah hendaknya sikap kita terhadap bagian manapun dari hiburan sedemikian? (Ef. 5:12) Sebaliknya dari meminta pendapat kepada daftar peraturan Talmud Yahudi, seorang Kristen harus menggunakan ’pancaindranya’ sendiri dan ’jangan bodoh [bahasa Yunani, ”tak berakal, tidak mempunyai kecerdasan moral”]’. (Ibr. 5:14) Untuk itu mungkin kita harus sama sekali menghindari beberapa film atau acara-acara di TV yang kadang-kadang menyajikan hal-hal yang sangat menarik. Salah seorang dari penulis-penulis yang mengaku Kristen di abad kedua mengemukakan suatu pokok yang bagus sekali dalam karangannya yang berjudul The Shows (Pertunjukan-Pertunjukan),
”Memang diakui bahwa [dalam pertunjukan-pertunjukan] terdapat hal-hal yang menyenangkan, hal-hal yang dapat diterima dan tidak salah; bahkan beberapa hal yang bagus sekali. Tak seorangpun mencampur racun dengan empedu [suatu zat yang pahit] . . . sesuatu yang meracuni justru dimasukkan ke dalam bumbu yang sedap dan sangat manis rasanya.”—Tertullian.
13. Bagaimana kita dapat membantu orang lain yang, dengan ”kata-kata yang hampa”, meremehkan nasihat Alkitab?
13 Alangkah baiknya jika secara pribadi kita dapat saling menganjurkan untuk mengejar haluan yang ”berkenan pada Tuhan”! Benar-benar patut dipuji pernyataan seorang anak muda, ”Saya perhatikan suatu usaha besar di antara kaum remaja yang matang secara rohani untuk mencoba menjauhkan diri dari film-film yang imoral dan juga untuk menganjurkan yang lain-lain menjauhkan diri dari hal-hal tersebut.” Namun Paulus memperingatkan sidang bahwa beberapa orang akan meremehkan nasihat Alkitab yang terus terang. Ia mengatakan, ”Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian [percabulan, kecemaran, perkataan kotor, dan sebagainya] mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.” (Ef. 5:6) Orang-orang yang ’hampa kata-katanya’ dapat memberikan pengaruh yang buruk atas orang-orang lain. Mengenai orang-orang yang terus berjalan dengan sesat, rasul Paulus menganjurkan,
”Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan . . . tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.”—2 Tes. 3:14, 15.
Benar, janganlah memperlakukan dia sebagai ”musuh”, tetapi jangan bergaul dengan dia lagi secara erat dengan menuruti keinginannya. Mungkin ia akan mengerti bahwa ia perlu mengubah jalan pikirannya.
PILIHAN LAIN BAGI ANAK-ANAK TERANG
14, 15. (a) Di abad pertama, apa yang dilakukan oleh banyak orang kafir sebagai hiburan dalam kehidupan mereka? (b) Pilihan lain apa disebutkan di Efesus 5:18, 19 bagi orang-orang Kristen, dan bagaimana hal itu dipandang oleh orang-orang kafir?
14 Semua orang, tua dan muda, sangat membutuhkan dorongan, penyegaran, suatu perubahan dalam kegiatan, untuk membangkitkan semangat mereka dari kegiatan sehari-hari yang rutin. Hal yang umum bagi orang-orang duniawi pada abad pertama adalah untuk mendapatkan kesenangan atau ”penyegaran” dengan minum sampai mabuk. Pertemuan ramah tamah mereka sering kali hanya menjadi ”perjamuan minum”. Betapa bedanya dengan orang-orang Kristen! Mereka memiliki sumber penyegaran yang bagus! Apakah itu? Rasul Paulus mengatakan kepada kita, ”Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.” Pengaruh roh Allah akan menghasilkan keriangan yang besar sekali bagi orang-orang Kristen. Sebab itu, pertemuan ramah tamah mereka tidak mencerminkan ”hawa nafsu [minum anggur dengan berlebihan, berpesta pora, NW]” atau ”kehidupan yang liar” (terjemahan Beck) dari orang-orang yang tidak beriman. Karena roh suci Allah memenuhi hati mereka, apa yang keluar dari mulut mereka berbeda sekali dengan ucapan orang-orang yang ’dipenuhi’ dengan anggur. Sebaliknya dari bersenang-senang dengan lagu-lagu yang cabul yang sering disertai dansa-dansi yang tidak sopan, yang menjadi ciri khas orang kafir, orang Kristen akan mengikuti nasihat yang baik dari Paulus, ”Berbicara seorang kepada yang lain dengan mazmur dan pujian bagi Allah dan nyanyian rohani, bernyanyi dan mengiringi dirimu dengan musik dalam hatimu bagi Yehuwa.” Batin mereka akan disegarkan.—Ef. 5:18, 19, NW; 1 Ptr. 4:3.
15 Hal-hal ini kelihatannya begitu membosankan bagi orang-orang kafir! Tetapi ”anak-anak terang” di abad pertama merasa senang karena mereka benar-benar memiliki roh yang berbeda. Mereka bertindak sebagai satu keluarga yang hangat, ”anggota-anggota keluarga Allah”, masing-masing menggunakan ’pemberiannya’ untuk membina keluarga sidang.—Ef. 2:19; 4:7.
16. (a) Pengaruh apa akan dihasilkan oleh roh ’keluarga’ yang hangat atas suatu sidang, dan mengapa nasihat dalam Yakobus 1:27 hendaknya diingat? (b) Bahaya apa yang hendaknya dihindari dalam pertemuan ramah tamah? (c) Apa yang harus menonjol dalam rekreasi yang diadakan pada pertemuan-pertemuan ramah tamah Kristen?
16 Jadi dewasa ini, apabila terdapat suatu roh atau semangat ”keluarga” yang hangat dalam sidang, akan timbul keinginan yang wajar untuk saling bertemu dalam perhimpunan maupun dalam acara ramah tamah untuk saling membina. Kasih yang sejati akan menggerakkan perhatian yang spontan terhadap semua, tua dan muda, dan terutama kepada ”janda-janda dan yatim piatu”. (Yak. 1:27) Namun, janganlah pertemuan ramah tamah itu menjadi rusak suasananya, seperti yang terjadi dalam peristiwa berikut ini:
”Mula-mula upacara perkawinan tersebut sangat menyenangkan. Hamba yang mengucapkan khotbah perkawinan memberikan nasihat-nasihat Alkitab yang bagus. Kemudian, pasangan itu beserta beberapa ratus tamu pergi ke suatu gedung tak jauh dari situ untuk resepsi. Tetapi, betapa berbeda suasananya! Sebuah band yang terkenal terus-menerus memainkan musik yang merangsang dan liar dengan keras sekali, sehingga beberapa tamu harus meminta diri. Minuman keras yang memabukkan mengalir tanpa batas. Dansa-dansi mencerminkan roh yang liar dan tak terkendali. Banyak tamu bertanya, Mengapa perkawinan teokratis yang penuh sukacita itu harus dirusak dengan memasukkan keduniawian ke dalamnya?”
Apa yang dapat dilakukan apabila orang-orang Kristen bersantai atau rekreasi? Ada banyak hal yang membina! Yang penting adalah, apa yang dilakukan harus menunjukkan bahwa kita ini ”anak-anak terang”, dan berada di bawah pengaruh roh Allah, dan bukan ”roh dunia”.—1 Kor. 2:12.
SEMUA MENGGUNAKAN PENGARUHNYA UNTUK KEBAIKAN
17. Bagaimana para penatua serta orang-orang lain ”yang rohani” dapat membantu orang-orang yang ’melakukan pelanggaran’ dalam hal hiburan?
17 Dengan bertambahnya tekanan dunia, perlu kewaspadaan untuk menolak roh dunia dalam sidang. Pengaruh para penatua seharusnya memperlancar mengalirnya roh Allah. Untuk ini kadang-kadang mereka harus mengoreksi cara berpikir dari beberapa orang yang menjadi tidak seimbang. Karena merasa prihatin akan masuknya keduniawian ke dalam sidang, seorang penatua menulis, ”Sebagai penatua kami ikut bersalah karena beberapa di antara kami ternyata lemah dalam hal memberi nasihat pada waktu diperlukan dan tidak tegas membela apa yang benar.” Tetapi, bukan hanya para penatua, melainkan semua ”yang rohani” harus rela ”memimpin [mengoreksi] orang [yang melakukan suatu pelanggaran] itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut”. Nasihat yang ”lemah lembut” sedemikian mungkin dapat mencegah supaya ”suatu pelanggaran” tidak menjadi haluan yang sesat yang akan membawa malapetaka.—Ef. 4:11-14; Gal. 6:1.
18. Mengapa dibutuhkan keseimbangan?
18 Semua orang patut menyadari bahwa selera masing-masing berbeda dalam memilih hiburan. Dari pada menjadi terlalu kritis, sehingga hampir menjadi ”terlalu saleh”, anjurkanlah apa yang berfaedah. Pakailah patokan-patokan yang dinyatakan dalam Alkitab. Biarlah kuasa Firman Allah menyentuh hati orang-orang yang ’melakukan pelanggaran’.—Pkh. 7:16.
19. Bagaimana para orang tua dapat menggunakan pengaruh mereka untuk kebaikan anak-anak?
19 Orang tua terutama cocok sekali untuk membantu anak-anak mereka. Sang rasul memerintahkan para ayah, ”Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan [Yehuwa].” Kata Yunani yang diterjemahkan dengan ”didiklah” mengandung gagasan bersikap hangat terhadap anak itu, karena akar katanya dapat diterapkan pada ”seorang ibu yang sedang menyusui menyayangi” anak-anaknya.—Ef. 6:4; 1 Tes. 2:7, NW.
20. (a) Mengapa disiplin dibutuhkan? (b) Mempertimbangkan pernyataan seorang muda, apa yang hendaknya dilakukan oleh orang tua, dan apakah ini akan dihargai oleh anak-anak mereka di kemudian hari?
20 Perhatian sedemikian dapat mencegah para orang tua agar tidak bersikap acuh tak acuh terhadap hiburan yang dipilih oleh anak-anak mereka. Karena kasih yang dalam terhadap anak itu, orang tua kadang-kadang bersikap tegas, ’mendidik anak itu dengan disiplin’. Terutama karena adanya tekanan dari anak-anak lain yang sebaya, seorang anak boleh jadi merasa keberatan terhadap beberapa pembatasan dari orang tua, mungkin dalam hal hiburan. Seorang pengabar sepenuh waktu berumur 21 tahun yang dibesarkan oleh orang tua yang saleh merenungkan kembali masa remajanya, dan berkata,
”Hanya setelah bertahun-tahun kemudian saya menyadari bahwa latihan yang saya terima justru untuk kefaedahan saya sendiri, meskipun pada waktu itu saya pikir saya telah kalah. Di pihak orang tua, mereka mungkin mengira mereka akan kehilangan anak bila mereka bersikap tegas. Mereka tidak akan kehilangan anak. Mereka harus melihat perkara itu untuk jangka panjang. Tahukah saudara bahwa orang tua merasa sangat kuatir jika anak mereka mengatakan, ’Oh ibu, Susan dapat melakukannya dan ia masih dalam Kebenaran, jadi mengapa ibu berpikir bahwa saya akan keluar dari Kebenaran?’ Pasti sulit sekali bagi orang tua untuk mengatakan, ’Tidak.’ Namun hanya setelah kita menjadi lebih tua, bertahun-tahun kemudian, lalu kita mengenang kembali, kitapun dapat mengatakan, ’Terima kasih, Yehuwa, bahwa orang tua saya telah cukup berani untuk bersikap tegas.’”
21. Para orang tua sepatutnya membantu anak-anak untuk membina hubungan yang berharga apa? Mengapa?
21 Namun kekuatan atau disiplin dari luar bukanlah jawaban yang lengkap. Rasul Paulus menyebut ”nasihat Yehuwa”. Secara aksara kata aslinya berarti menaruh pikiran Yehuwa di dalam diri anak itu sebagai suatu pengaruh yang mengendalikan atau mengatur dia. Usahakanlah membantu anak saudara untuk membina hubungan dengan Allah sehingga ia akan menolak bentuk-bentuk hiburan yang rusak maupun tingkah laku yang buruk. Seperti dikatakan oleh seorang muda yang mengembangkan hubungan sedemikian, ”Yang lebih penting bukanlah antara saya dan orang tua saya, melainkan antara saya dan Yehuwa.”
22. Dengan terus berjalan sebagai anak-anak terang, harapan apa dapat kita miliki?
22 Bagi kita semua, yang penting adalah hubungan antara kita dan Yehuwa. Jadi hendaknya jangan seorangpun dari umat Yehuwa lupa siapa mereka sebenarnya, yaitu ”anak-anak terang”. Teruslah berjalan sebagai penerang pada waktu ini, nikmatilah kehidupan yang bahagia dan memuaskan, dan milikilah harapan untuk kebahagiaan yang kekal dalam orde baru yang segera terwujud, yang dipenuhi oleh kecerdasan moral yang menggugah semangat.