PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w94 1/10 hlm. 15-20
  • Menggembalakan Kawanan Allah dengan Kasih

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menggembalakan Kawanan Allah dengan Kasih
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Teladan Gembala yang Baik
  • Gembala-Gembala yang Kejam di Israel
  • Gembala yang Penuh Kasih dalam Sidang Kristen
  • Merespek Penggunaan Kehendak Bebas
  • Para Penatua, Lakukanlah Tanggung Jawab Penggembalaan Dengan Serius
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1985 (s-18)
  • Para Gembala, Tirulah Gembala-Gembala Terbesar
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2013
  • Taatilah Para Gembala Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2013
  • Gembalakan dengan Lemah Lembut Domba-Domba Yehuwa yang Berharga
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
w94 1/10 hlm. 15-20

Menggembalakan Kawanan Allah dengan Kasih

”Gembalakanlah kawanan Allah dalam pemeliharaanmu.”​—1 PETRUS 5:2, ”NW”.

1, 2. Apa sifat Yehuwa yang menonjol, dan bagaimana hal ini diperlihatkan?

DALAM seluruh Alkitab Suci, dengan jelas disebutkan bahwa kasih adalah sifat Allah yang menonjol. ”Allah adalah kasih,” menurut 1 Yohanes 4:8. Karena kasih-Nya dinyatakan dalam perbuatan, 1 Petrus 5:7 (NW) mengatakan bahwa Allah ”memperhatikan kamu”. Di dalam Alkitab, caranya Yehuwa memperhatikan umat-Nya disamakan seperti cara seorang gembala yang penuh kasih dengan lembut memelihara domba-dombanya, ”Lihat, itu Tuhan [Yehuwa] . . . menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” (Yesaya 40:10, 11) Betapa terhiburnya Daud untuk dapat mengatakan, ”[Yehuwa] adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”!—Mazmur 23:1.

2 Adalah tepat bahwa Alkitab menyamakan orang-orang yang Allah perkenan dengan domba, karena domba suka damai, tunduk, taat kepada gembala mereka yang penuh perhatian. Sebagai Gembala yang pengasih, Yehuwa sangat memperhatikan umat-Nya yang seperti domba. Ia memperlihatkan hal ini dengan menunjang mereka secara materi dan rohani dan dengan membimbing mereka melewati ”hari-hari terakhir” yang sulit dari dunia yang jahat ini menuju dunia baru-Nya yang adil-benar yang akan datang.—2 Timotius 3:1-5, 13; Matius 6:31-34; 10:28-31; 2 Petrus 3:13.

3. Bagaimana sang pemazmur melukiskan caranya Yehuwa memperhatikan domba-domba-Nya?

3 Amatilah perhatian Yehuwa yang pengasih bagi domba-domba-Nya, ”Mata [Yehuwa] tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; . . . orang-orang benar itu berseru-seru, maka [Yehuwa] mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. Yehuwa itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi [Yehuwa] melepaskan dia dari semuanya itu.” (Mazmur 34:16-20) Alangkah besarnya penghiburan yang disediakan oleh Gembala Universal bagi umat-Nya yang seperti domba!

Teladan Gembala yang Baik

4. Apa peranan Yesus dalam memelihara kawanan Allah?

4 Putra Allah, Yesus, belajar dengan baik dari Bapanya, karena Alkitab menjuluki Yesus ”gembala yang baik”. (Yohanes 10:11-16) Pelayanannya yang penting kepada kawanan Allah dicatat dalam Wahyu pasal 7. Di ayat 9, hamba-hamba Allah pada zaman kita disebut ”suatu kumpulan besar orang . . . dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa”. Kemudian ayat 17 mengatakan, ”Anak Domba [Yesus] . . . akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” Yesus membimbing domba-domba Allah kepada air kehidupan yang mendatangkan hidup kekal. (Yohanes 17:3) Perhatikan bahwa Yesus disebut ”Anak Domba”, dengan memperlihatkan sifat-sifatnya sendiri yang seperti domba, ia menjadi teladan utama dari ketundukan kepada Allah.

5. Bagaimana perasaan Yesus terhadap orang-orang?

5 Di bumi Yesus hidup di antara orang-orang dan melihat keadaan mereka yang menyedihkan. Bagaimana ia menanggapi penderitaan mereka? ”Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Matius 9:36) Domba yang tak bergembala sangat menderita di tangan para pemangsa, demikian juga domba yang memiliki gembala yang tidak peduli. Namun Yesus sangat memperhatikan, karena ia berkata, ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”—Matius 11:28-30.

6. Sikap timbang rasa apa Yesus perlihatkan bagi yang tertindas?

6 Nubuat Alkitab meramalkan bahwa Yesus akan memperlakukan orang-orang dengan pengasih, ’Yehuwa telah mengurapi aku untuk merawat orang-orang yang remuk hati dan untuk menghibur semua orang yang berkabung’. (Yesaya 61:1, 2; Lukas 4:17-21) Yesus tidak pernah menganggap rendah orang-orang yang miskin dan tidak beruntung. Sebaliknya, ia menggenapi Yesaya 42:3, ”Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.” (Bandingkan Matius 12:17-21.) Orang-orang yang menderita bagaikan buluh yang patah terkulai, bagaikan sumbu lampu yang segera akan padam karena kekurangan bahan bakar. Menyadari keadaan mereka yang menyedihkan, Yesus memperlihatkan kepada mereka belas kasihan dan membangkitkan mereka dengan kekuatan dan harapan, menyembuhkan mereka secara rohani dan jasmani.—Matius 4:23.

7. Ke mana Yesus membimbing orang-orang yang menanggapinya?

7 Orang-orang yang seperti domba menyambut Yesus dalam jumlah besar. Pengajarannya begitu menarik sehingga petugas-petugas yang diutus untuk menangkap dia melaporkan, ”Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yohanes 7:46) Nah, para pemimpin agama yang munafik mengeluh, ”Dunia telah pergi mengikuti dia”! (Yohanes 12:19, NW) Namun Yesus tidak menginginkan kehormatan dan kemuliaan bagi dirinya sendiri. Ia membimbing orang-orang kepada Bapanya. Ia mengajar mereka untuk melayani Allah karena didorong oleh kasih akan sifat-sifat-Nya yang mengagumkan, ”Kasihilah Tuhan [”Yehuwa”, NW] Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu.”—Lukas 10:27, 28.

8. Bagaimana ketaatan yang diberikan umat Allah kepada-Nya berbeda dengan yang diberikan oleh orang-orang lain kepada para penguasa duniawi?

8 Yehuwa bangga bahwa kedaulatan universal-Nya didukung oleh orang-orang-Nya yang seperti domba, didasarkan atas kasih mereka kepada-Nya. Mereka dengan rela memilih untuk melayani-Nya karena mereka memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat yang penuh kasih. Betapa berbedanya hal ini dengan para pemimpin dunia yang rakyat mereka menaati mereka hanya karena rasa takut, atau karena terpaksa atau karena mereka memiliki motivasi yang terselubung! Tidak pernah dapat dikatakan tentang Yehuwa ataupun Yesus apa yang dikatakan terhadap seorang paus dari Gereja Katolik Roma, ”Ia [sang Paus] dikagumi oleh banyak orang, ditakuti oleh banyak orang, tidak dikasihi oleh seorang pun.”—Vicars of Christ—The Dark Side of the Papacy, oleh Peter De Rosa.

Gembala-Gembala yang Kejam di Israel

9, 10. Lukiskan para pemimpin dari Israel purba dan dari abad pertama.

9 Tidak seperti Yesus, para pemimpin agama di Israel pada zamannya tidak memiliki kasih terhadap domba-domba. Mereka seperti para pendahulu mereka yang tentangnya Yehuwa mengatakan, ”Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? . . . Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.”—Yehezkiel 34:2-4.

10 Seperti gembala-gembala politik tersebut, para pemimpin agama Yahudi pada abad pertama berhati batu. (Lukas 11:47-52) Untuk menggambarkan hal ini, Yesus menceritakan tentang seorang Yahudi yang telah dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan setengah mati di tepi jalan. Seorang imam Israel lewat, namun ketika melihat orang Yahudi ini, ia lewat dari seberang jalan. Seorang Lewi melakukan hal yang sama. Kemudian, seorang non-Israel, seorang Samaria yang dipandang rendah, lewat dan merasa kasihan terhadap korban ini. Ia membalut luka-lukanya, membawa dia ke atas binatang tunggangannya menuju sebuah tempat penginapan, dan merawatnya. Ia membayar pengurus tempat penginapan itu dan mengatakan bahwa ia akan kembali untuk membayar biaya tambahan.—Lukas 10:30-37.

11, 12. (a) Bagaimana kefasikan para pemimpin agama mencapai puncaknya pada zaman Yesus? (b) Apa yang akhirnya dilakukan oleh orang-orang Roma kepada para pemimpin agama?

11 Begitu bejatnya para pemimpin agama pada zaman Yesus sehingga sewaktu Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian, para imam kepala dan orang-orang Farisi mengumpulkan Sanhedrin dan mengatakan, ”Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” (Yohanes 11:47, 48) Mereka tidak memedulikan kebaikan yang Yesus telah lakukan demi kepentingan orang mati itu. Mereka hanya mementingkan kedudukan mereka. Maka ”mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh [Yesus]”.—Yohanes 11:53.

12 Untuk menambah kejahatan mereka, imam besar kemudian ”bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus”. (Yohanes 12:10, 11) Upaya mereka yang mementingkan diri untuk melindungi kedudukan mereka sia-sia, karena Yesus memberi tahu mereka, ”Rumahmu ditinggalkan kepadamu.” (Matius 23:38, NW) Sebagai penggenapan dari kata-kata ini, dalam generasi tersebut orang-orang Roma datang dan merampas ’tempat mereka dan bangsa mereka’, dan nyawa mereka juga.

Gembala yang Penuh Kasih dalam Sidang Kristen

13. Siapa yang Yehuwa janjikan untuk diutus menggembalakan kawanan-Nya?

13 Sebaliknya daripada gembala-gembala yang kejam dan mementingkan diri, Yehuwa akan mengangkat Gembala yang Baik, Yesus, untuk memperhatikan kawanan-Nya. Ia juga berjanji untuk mengangkat gembala-gembala bawahan yang penuh kasih guna memperhatikan domba-domba, ”Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman [Yehuwa].” (Yeremia 23:4) Oleh karena itu, sebagaimana pada sidang-sidang Kristen abad pertama, demikian pula dewasa ini, ’penetapan para tua-tua di kota demi kota’ dibuat. (Titus 1:5, NW) Para tua-tua secara rohani yang memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam Alkitab harus ’menggembalakan kawanan Allah’.—1 Petrus 5:2; 1 Timotius 3:1-7; Titus 1:7-9.

14, 15. (a) Sikap apa sulit diperkembangkan oleh murid-murid? (b) Apa yang Yesus lakukan untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa para penatua hendaknya menjadi pelayan-pelayan yang rendah hati?

14 Dalam memperhatikan domba-domba, ”di atas segalanya” para penatua harus memiliki ”kasih yang sangat kuat” terhadap mereka. (1 Petrus 4:8, NW) Namun murid-murid Yesus, karena terlalu mementingkan kehormatan dan kedudukan, harus mempelajari hal ini. Maka, sewaktu ibu dari dua murid mengatakan kepada Yesus, ”Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu,” murid-murid yang lain menjadi marah. Yesus mengatakan kepada mereka, ”Pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”—Matius 20:20-28.

15 Dalam peristiwa lain, setelah murid-murid ”berbantah di antara mereka sendiri siapa yang lebih besar”, Yesus mengatakan kepada mereka, ”Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Markus 9:34, 35) Kerendahan pikiran dan kerelaan untuk melayani harus menjadi bagian dari kepribadian mereka. Namun murid-murid masih mendapat kesulitan dengan gagasan-gagasan tersebut, karena tepat malam sebelum Yesus mati, pada perjamuan makan malamnya yang terakhir, ”perbantahan yang sengit” timbul di antara mereka berkenaan siapa yang terbesar! Hal itu timbul meskipun Yesus telah memperlihatkan kepada mereka bagaimana seorang penatua harus melayani kawanan; ia telah merendahkan dirinya dan mencuci kaki mereka. Ia mengatakan, ”Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”—Lukas 22:24, NW; Yohanes 13:14, 15.

16. Pada tahun 1899, komentar-komentar apa dibuat oleh Watch Tower tentang sifat yang paling penting dari para penatua?

16 Saksi-Saksi Yehuwa senantiasa mengajar bahwa para penatua harus seperti ini. Hampir seabad yang lalu, Watch Tower 1 April 1899 mencatat kata-kata Paulus di 1 Korintus 13:1-8 dan kemudian mengatakan, ”Sang Rasul memperlihatkan dengan jelas bahwa pengetahuan dan kecakapan berkhotbah bukanlah ujian yang paling penting, namun bahwa kasih yang meresap ke dalam hati dan meluas ke seluruh haluan kehidupan, dan menggerakkan serta bekerja atas tubuh kita yang berkematian, merupakan ujian yang sesungguhnya—bukti nyata dari hubungan kita dengan ilahi. . . . Sifat khas utama yang harus dilihat dalam diri setiap orang yang diterima sebagai hamba dari gereja, untuk melayani dalam perkara-perkara suci, pertama-tama hendaknya semangat kasih.” Kutipan ini menyebut bahwa pria-pria yang tidak dengan rendah hati melayani karena kasih adalah ”guru-guru yang berbahaya, dan kemungkinan mendatangkan lebih banyak kerugian sebaliknya daripada kebaikan”.—1 Korintus 8:1.

17. Bagaimana Alkitab menekankan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para penatua?

17 Maka, para tua-tua tidak boleh ”memerintah atas” domba-domba. (1 Petrus 5:3) Sebaliknya, mereka harus mengambil pimpinan dalam bersikap ”ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra”. (Efesus 4:32) Paulus menekankan, ”Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. . . . Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”—Kolose 3:12-14.

18. (a) Teladan bagus apa diberikan Paulus dalam berurusan dengan domba-domba? (b) Mengapa para penatua hendaknya tidak melalaikan kebutuhan dari domba-domba?

18 Paulus belajar untuk melakukan hal ini, dengan mengatakan, ”Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” (1 Tesalonika 2:7, 8 ) Selaras dengan hal itu, ia mengatakan, ”Hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.” (1 Tesalonika 5:14) Tidak soal jenis problem yang mungkin disampaikan oleh domba-domba kepada mereka, para penatua hendaknya mengingat Amsal 21:13, ”Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”

19. Mengapa para penatua yang penuh kasih merupakan suatu berkat, dan bagaimana domba-domba menanggapi kasih demikian?

19 Para tua-tua yang dengan penuh kasih menggembalakan kawanan merupakan berkat bagi domba-domba. Yesaya 32:2 menubuatkan, ”Mereka masing-masing akan seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar, di tanah yang tandus.” Kita senang mengetahui bahwa banyak penatua dewasa ini bertindak selaras dengan gambaran yang bagus di atas tentang penyegaran. Mereka telah belajar untuk menerapkan prinsip berikut ini, ”Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.” (Roma 12:10) Bila para penatua memperlihatkan kasih dan kerendahan hati semacam ini, domba-domba menanggapi dengan memberi mereka ”pertimbangan melebihi yang luar biasa dalam kasih oleh karena pekerjaan mereka”.—1 Tesalonika 5:12, 13, NW.

Merespek Penggunaan Kehendak Bebas

20. Mengapa para penatua harus merespek kehendak bebas?

20 Yehuwa menciptakan manusia dengan kehendak bebas untuk membuat keputusan-keputusan mereka sendiri. Meskipun para penatua harus memberi nasihat dan bahkan disiplin, mereka tidak boleh mengambil alih kehidupan atau iman dari orang-orang lain. Paulus mengatakan, ”Bukan karena kami mau memerintahkan apa yang harus kamu percayai, karena kamu berdiri teguh dalam imanmu. Sebaliknya, kamu mau turut bekerja untuk sukacitamu.” (2 Korintus 1:24) Ya, ”tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri”. (Galatia 6:5) Yehuwa telah memberi kita banyak kebebasan dari belenggu hukum-hukum dan prinsip-prinsip-Nya. Oleh karena itu para penatua hendaknya menghindari menetapkan peraturan-peraturan, bila prinsip-prinsip Alkitab tidak dilanggar. Dan mereka harus melawan kecenderungan apa pun untuk memberikan pendapat pribadi mereka sendiri sebagai dogma atau membiarkan ego mereka turut campur jika seseorang tidak menyetujui pandangan-pandangan demikian.—2 Korintus 3:17; 1 Petrus 2:16.

21. Apa yang dapat dipelajari dari sikap Paulus terhadap Filemon?

21 Perhatikan bagaimana Paulus, sewaktu dipenjarakan di Roma, berurusan dengan Filemon, seorang pemilik budak Kristen di Kolose, Asia Kecil. Budak Filemon yang bernama Onesimus melarikan diri ke Roma, menjadi seorang Kristen, dan membantu Paulus. Paulus menulis kepada Filemon, ”Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela [”kehendak bebasmu sendiri”, NW].” (Filemon 13, 14) Paulus mengembalikan Onesimus, meminta Filemon memperlakukannya sebagai seorang saudara Kristen. Paulus mengetahui bahwa kawanan bukanlah miliknya; itu adalah milik Allah. Ia bukan majikan dari kawanan namun pelayan mereka. Paulus tidak mendikte Filemon; ia merespek kehendak bebasnya.

22. (a) Apa yang hendaknya dimengerti para penatua sehubungan kedudukan mereka? (b) Organisasi macam apa yang sedang Yehuwa kembangkan?

22 Seraya organisasi Allah berkembang, lebih banyak penatua dilantik. Mereka, serta juga para penatua yang lebih berpengalaman, harus memahami bahwa kedudukan mereka merupakan dinas yang rendah hati. Dengan cara ini, seraya Allah menggerakkan organisasi-Nya menuju dunia baru, ini akan terus berkembang sesuai dengan keinginan-Nya—diorganisasi dengan baik tetapi tidak mengorbankan kasih dan belas kasihan demi efisiensi. Dengan demikian, organisasi-Nya akan menjadi semakin menarik bagi orang-orang yang seperti domba yang akan melihat hal ini sebagai bukti bahwa ”Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”. Hal ini pantas diharapkan dari sebuah organisasi yang dilandaskan atas kasih, karena ”kasih tidak pernah berkesudahan”.—Roma 8:28; 1 Korintus 13:8, NW.

Bagaimana Saudara Akan Menjawab?

◻ Bagaimana Alkitab menjelaskan perhatian Yehuwa bagi umat-Nya?

◻ Peranan apa dimainkan Yesus dalam memelihara kawanan Allah?

◻ Sifat khas yang utama apa harus dimiliki para penatua?

◻ Mengapa para penatua harus mempertimbangkan kehendak bebas dari domba-domba?

[Gambar di hlm. 16]

Yesus, ”gembala yang baik”, memperlihatkan keibaan hati

[Gambar di hlm. 17]

Para pemimpin agama yang bejat bersekongkol untuk membunuh Yesus

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan