PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w85_s-10 hlm. 10-14
  • Teruslah Hindari Jerat Ketamakan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Teruslah Hindari Jerat Ketamakan
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1985 (s-10)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Jangan Santai Dalam Hal Ini
  • Memeriksa Motif Kita
  • Kaya di Hadapan Allah
  • Berhasil dalam Menghindari Jerat Ketamakan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • ”Zaman Ketamakan”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Bayangkan suatu Dunia tanpa Ketamakan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Ketamakan Dapat Membawa Maut
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (s-1)
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1985 (s-10)
w85_s-10 hlm. 10-14

Teruslah Hindari Jerat Ketamakan

”Jagalah dirimu dari pada segala tamak, karena kehidupan orang bukannya bergantung kepada kelebihan hartanya.”—LUKAS 12:15, Bode.

1. Mengapa peringatan Paulus terhadap ketamakan cocok?

KITA hidup dalam suatu dunia yang memuja kemakmuran materi. Kepentingan-kepentingan perdagangan selalu merangsang ketamakan orang-orang agar mereka memperkaya diri. Sukses biasanya diukur dengan besarnya gaji. Karena itu, banyak peringatan Alkitab terhadap ketamakan dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada hubungannya dengan keserakahan cocok sekali. (Kolose 3:5; 1 Timotius 6:10) Menurut kamus, ketamakan dan iri hati kedua-duanya mengandung unsur ”mempunyai atau memperlihatkan keinginan yang kuat untuk mendapatkan barang-barang dan terutama harta benda”. Ketamakan dapat sama seriusnya seperti percabulan atau penyembahan berhala, karena Paulus memperingatkan, ”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir [tamak, Bode], penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.—1 Korintus 5:11; Efesus 5:3, 5.

2. Peringatan apa diberikan Yesus dan Yehuwa kepada kita terhadap ketamakan?

2 Yesus memperingatkan para pengikutnya, ”Waspadalah terhadap segala ketamakan.” (Lukas 12:15) Dan Yehuwa sendiri memasukkan perintah yang menentang kebiasaan buruk ini dalam Sepuluh Firman, ”Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.”—Keluaran 20:17; Roma 13:9.

Jangan Santai Dalam Hal Ini

3. Bagaimana ketamakan menguasai Hawa dan belakangan orang-orang Israel?

3 Faktanya ialah, tidak seorang pun dapat mengendurkan kewaspadaannya terhadap ketamakan dan iri hati. Ketika Hawa berdosa di taman Eden, ini disebabkan ketamakan, ”Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati.” (Kejadian 3:6) Pada suatu kejadian di padang belantara, orang-orang Israel memperlihatkan ketamakan yang memuakkan. Ketika, sebagai jawaban atas keluhan mereka, Yehuwa menyediakan burung puyuh secara berlimpah, mereka bertindak seperti orang-orang yang gelojoh dan mendapat hukuman keras.—Bilangan 11:4-6, 31-33.

4. Contoh-contoh sejarah lain apa memperlihatkan bahaya-bahaya dari ketamakan?

4 Belakangan, dalam pertempuran di Yerikho, ketamakanlah yang mendorong Akhan untuk mencuri perak, emas dan jubah yang mahal dari jarahan kota itu. (Yosua 7:20, 21) Ketamakan membuat Gehazi, pembantu Elisa, mencoba untuk mendapatkan keuntungan uang dari penyembuhan mujizat atas kusta Naaman. (2 Raja 5:20-27) Raja Ahab juga seorang pria yang tamak. Ia membiarkan Izebel, istrinya yang kafir, untuk merencanakan kematian Nabot, tetangganya, supaya ia dapat mengambil kebun anggur Nabot. (1 Raja 21:1-19) Akhirnya, Yudas Iskariot, salah seorang teman akrab Yesus, dengan tamak menggunakan kedudukannya untuk mencuri dari uang kas. Dan ketamakan membuat ia mengkhianati Yesus untuk 30 keping perak.—Matius 26:14-16; Yohanes 12:6.

5. Apa yang kita pelajari dari pengalaman-pengalaman berbagai macam orang yang jatuh ke dalam jerat ketamakan?

5 Semua orang yang tamak ini dihukum. Tetapi apakah saudara memperhatikan berbagai macam orang yang jatuh ke dalam jerat ketamakan? Hawa seorang wanita sempurna yang hidup di Firdaus. Akhan dan orang-orang Israel secara pribadi menyaksikan mujizat-mujizat Yehuwa. Ahab seorang raja, mungkin orang yang terkaya di negeri itu. Gehazi dan Yudas diberkati dengan pergaulan rohani yang berharga dan hak kehormatan dinas yang mulia. Namun mereka semua menjadi tamak. Jadi siapapun juga—betapa kaya, betapa mulia (tinggi) hak kehormatan dinasnya, atau apapun pengalamannya—dapat jatuh ke dalam jerat ini. Tidak mengherankan jika Yesus memperingatkan, ”Waspadalah terhadap segala ketamakan”!—Lukas 12:15.

6. Apa yang dibutuhkan jika kita ingin menghindari jerat ketamakan?

6 Tetapi bagaimana kita dapat berbuat demikian? Hanya dengan pengendalian diri dan terus memeriksa diri sendiri. Ketamakan dimulai dari hati. Untuk menghindari jerat ketamakan, kita harus terus memeriksa hati kita untuk melihat apakah ada tanda ketamakan mulai berakar di sana. Alkitab membantu kita melakukan hal itu. Bagaimana? Antara lain, Alkitab mencatat apa yang Yesus dan murid-muridnya katakan tentang ketamakan. Jika kita memeriksa komentar-komentar tersebut, ada beberapa pertanyaan yang menyelidik yang hendaknya kita tanyakan pada diri sendiri untuk melihat sikap kita dalam soal ketamakan.

Memeriksa Motif Kita

7. Bagaimana jawaban Yesus kepada orang yang terlibat dalam pertengkaran mengenai warisan membantu kita memeriksa diri sendiri?

7 Peringatan Yesus terhadap ketamakan didorong oleh suatu permohonan dari salah seorang pendengarnya, ”Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Yesus menjawab, ”Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” (Lukas 12:13, 14) Kemudian ia selanjutnya memperingatkan terhadap ketamakan. Yesus tidak ingin terlibat dalam sengketa untuk memperebutkan perkara-perkara materi, mengingat tugas rohani yang penting yang harus ia penuhi di bumi. (Yohanes 18:37) Namun dari percakapan tersebut kita dapat menarik pertanyaan-pertanyaan menyelidik yang dapat kita ajukan pada diri sendiri. Andai kata kita tidak benar-benar kekurangan, tetapi kita merasa berhak mendapat bagian dari harta atau kekayaan yang diperebutkan, atau warisan yang menjadi sengketa. Sejauh manakah kita akan berusaha memperjuangkan hak kita? Berapa banyak yang akan kita korbankan dari dinas kita kepada Yehuwa atau hubungan kita dengan saudara-saudara kita untuk memenangkan apa yang kita anggap sebagai hak kita?—Amsal 20:21; 1 Korintus 6:7.

8. Bagaimana kita dapat menghindar agar tidak menjadi seperti ahli-ahli Taurat yang disebut Yesus dalam Lukas 20:46, 47?

8 Pertimbangkan komentar lain dari Yesus. Ia memperingatkan para pengikutnya, ”Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang . . . menelan rumah janda-janda.” (Lukas 20:46, 47) Benar-benar suatu perwujudan dari ketamakan yang kejam! Orang-orang Kristen, tentu, wajib mengurus janda-janda, bukan menjadikan mereka sebagai mangsa. (Yakobus 1:27) Tetapi, andai kata saudara mengenal seorang janda yang telah menerima penggantian asuransi yang besar, dan saudara membutuhkan uang dengan cepat untuk suatu keadaan darurat. Apakah saudara langsung memikirkan untuk mendekati janda itu, karena merasa bahwa ia orang yang paling mudah untuk dibujuk, atau bahwa ia wajib membantu karena ’ia mempunyai banyak uang’? Atau andai kata saudara sudah meminjam uang, dan kini saudara mempunyai kesulitan untuk membayar kembali. Apakah saudara akan merasa dibenarkan untuk menunda membayar kembali, karena janda itu ’tidak akan menimbulkan banyak kesulitan’, atau mungkin karena saudara merasa ’ia tidak benar-benar membutuhkan uang itu’? Kita harus berhati-hati agar tidak membiarkan pikiran kita disesatkan berkenaan prinsip-prinsip sewaktu menghadapi problem keuangan.

9. Bagaimana kita dapat jatuh ke dalam jerat ’menjilat orang untuk keuntungan pribadi’?

9 Yudas juga melukiskan suatu cara bagaimana ketamakan dapat menjerat kita. Ia berbicara tentang orang-orang yang telah menyusup ke dalam sidang Kristen dan mencemarinya dengan ketamakan dan tingkah laku mereka yang tidak terkendali, ”menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”. (Yudas 4) Juga, mereka ”menjilat orang untuk mendapat keuntungan”. (Yudas 16) Kita tidak ingin menjadi seperti itu. Tetapi coba pikir: Apakah kita mendapati diri lebih senang bergaul dengan orang-orang Kristen yang kaya dan tidak begitu memperhatikan yang miskin dalam sidang? Jika demikian, apakah ada kemungkinan kita berharap untuk mendapat keuntungan dengan suatu cara? (Bandingkan Kisah 20:33; 1 Tesalonika 2:5.) Jika kita memperlihatkan sifat suka memberi tumpangan kepada orang-orang yang bertanggung jawab dalam organisasi, apakah kita berbuat demikian karena kasih atau karena mengharapkan hak-hak tertentu sebagai imbalan? Jika halnya yang disebut belakangan itu, mungkin kita, juga, ”menjilat orang untuk mendapat keuntungan”.

10. Dengan cara-cara apa kita dapat membuat keuntungan secara keuangan dari ibadat kita kepada Yehuwa? Jika kita melakukan ini, contoh siapa yang kita ikuti?

10 Salah satu perwujudan dari ketamakan yang sangat mengesalkan Yesus ialah ketika ”dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ”. Gairah untuk rumah Yehuwa mendorongnya untuk mengusir orang-orang ini dari bait dan menyatakan, ”Jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.” (Yohanes 2:13-17) Apakah kita mempunyai gairah yang sama? Maka ada baiknya untuk bertanya pada diri sendiri: Apakah saya akan membicarakan soal-soal bisnis di Balai Kerajaan? Apakah saya mempromosikan usaha-usaha bisnis di antara sesama Kristen disebabkan karena mereka adalah saudara-saudara rohani sehingga mereka sulit untuk mengatakan tidak? Apakah saya memanfaatkan banyaknya teman-teman yang saya miliki dalam organisasi untuk memperluas hubungan bisnis saya? Tentu, janganlah kita dengan tamak mendapatkan keuntungan secara keuangan, menyalahgunakan hubungan kita dengan saudara-saudara kita.

11. Prinsip-prinsip Kristen apa membantu kita memelihara sikap yang benar jika kita mengadakan bisnis satu sama lain?

11 Apakah itu berarti bahwa orang-orang Kristen tidak pernah dapat mengadakan bisnis bersama? Bukan. Persoalannya ialah ada waktu dan tempat untuk bisnis, dan ada waktu serta tempat untuk beribadah. (Pengkhotbah 3:1) Namun, jika orang-orang Kristen memang mempunyai hubungan bisnis, mereka tidak boleh melupakan prinsip-prinsip Alkitab. Jika seorang Kristen membuat perjanjian bisnis, ia tidak boleh mencari jalan keluar secara hukum untuk melepaskan diri dari kewajiban moralnya. (Matius 5:37) Ia juga tidak akan menjadi tidak berperasaan atau ingin membalas dendam jika suatu bisnis gagal dan ia kehilangan uang. Rasul Paulus menulis kepada orang-orang Korintus, ”Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?” (1 Korintus 6:7) Dapatkah saudara, demi kepentingan sidang, memilih untuk dirugikan dari pada beperkara di pengadilan?

12. Prinsip-prinsip Alkitab apa akan membantu mereka yang mengadakan bisnis untuk menghindari jerat ketamakan?

12 Setiap orang Kristen yang mengadakan bisnis harus sangat berhati-hati. Dewasa ini banyak praktek bisnis yang memotong leher, namun seorang Kristen tidak dapat bertindak seperti itu. Ia sekali-kali tidak boleh lupa bahwa ia seorang murid Kristus. Ia tidak ingin mendapat nama buruk sebagai seseorang yang tidak jujur atau yang melakukan praktek-praktek yang kejam. (Bandingkan Amsal 20:14; Yesaya 33:15.) Dan sekali-kali ia tidak boleh melupakan peringatan Yesus untuk tidak menjadikan kekayaan suatu ilah, atau Yohanes terhadap ”keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup”. (1 Yohanes 2:16; Matius 6:24) Sebagai seorang pengusaha Kristen, dapatkah saudara menolak godaan untuk memanfaatkan ketamakan orang lain demi meningkatkan penjualan? Atau apakah saudara akan menarik keuntungan dari keangkuhan atau kesombongan mereka untuk memajukan bisnis saudara? Apakah saudara melaksanakan pekerjaan duniawi saudara sedemikian rupa sehingga saudara tidak malu berbicara kepada Yehuwa tentang hal itu dalam doa-doa saudara?—Matius 6:11; Filipi 4:6, 7.

13, 14. (a) Keseimbangan apa harus dipertahankan orang-orang Kristen yang kaya? Dan mereka yang tidak kaya? (b) Bagaimana doa di Amsal 30:8 membantu kita belajar bersikap masuk akal dalam soal kekayaan?

13 Akhirnya, Paulus menulis kepada Timotius, ”Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” (1 Timotius 6:9) Menjadi orang kaya bukan suatu dosa, meskipun kekayaan mendatangkan problem-problem dan godaan-godaan sendiri. (Matius 19:24-26) Bahayanya ialah ”ingin [bertekad untuk menjadi, NW] kaya”. Misalnya, seorang penatua mengatakan, ”Problem sering timbul jika seseorang memandang saudara Kristennya yang kaya dan mengatakan, ’Mengapa saya tidak bisa seperti dia?’”

14 Alkitab mendesak, ”Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ’Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’” (Ibrani 13:5) Jika saudara kaya, apakah saudara menganggapnya sebagai karunia, sesuatu yang dapat saudara gunakan dalam dinas Yehuwa? Pada suatu peristiwa, Yesus berkata kepada seorang pemuda kaya bahwa jika ia ingin mengikuti dia, ia harus membagikan semua kekayaannya. Jika Yesus mengatakan hal itu kepada saudara, apakah saudara memutuskan untuk mempertahankan kekayaan saudara atau mengikuti Yesus? (Matius 19:20-23) Jika saudara tidak kaya, dapatkah saudara merasa puas dengan keadaan itu? Dapatkah saudara menghindari jerat ketamakan? Apakah saudara percaya kepada janji Yehuwa, ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”?—Lihat juga Amsal 30:8.

Kaya di Hadapan Allah

15, 16. (a) Perumpamaan apa digunakan Yesus untuk menandaskan nasihatnya tentang ketamakan? (b) Apa problem utama dari orang dalam perumpamaan Yesus?

15 Ketika Yesus memperingatkan para pendengarnya agar ’waspada terhadap segala ketamakan’, ia selanjutnya menceritakan tentang seorang petani yang hasil ladangnya berlimpah-limpah. Orang itu ”bertanya dalam hatinya: ’Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: ”Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”’” Tetapi, pada malam itu juga, orang itu mati. Semua kekayaan yang telah ditimbunnya sama sekali tidak membantunya. Yesus mengakhiri, ”Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”—Lukas 12:16-21.

16 Apakah orang itu melakukan suatu dosa besar, seperti pemerasan atau pencurian? Perumpamaan itu tidak mengatakan demikian. Tetapi, ia mempunyai problem. Ia bersandar pada kekayaannya untuk suatu masa depan yang aman dan melupakan sesuatu yang lebih penting: ”kaya di hadapan Allah”. Justru karena orang-orang Kristen sejati menjadikan hubungan mereka dengan Allah perkara yang paling penting dalam kehidupan mereka, mereka dapat menghindari jerat ketamakan dan dengan demikian tidak menjadi bagian dari dunia.—Yohanes 17:16.

17. Bagaimana seorang Kristen yang seimbang memandang problem mencari nafkah?

17 Yesus pernah menasihati, ”Janganlah kamu kuatir dan berkata: ’Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?’ Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.” (Matius 6:31, 32) Memang, kita semua menghadapi problem yang sama yang dihadapi ”bangsa-bangsa”. Sebagian besar dari kita harus bekerja keras mencari nafkah agar dapat membeli perkara-perkara yang perlu untuk dimakan, diminum, dan dipakai. (2 Tesalonika 3:10-12) Tetapi kita tidak mau membiarkan kekuatiran sedemikian merintangi usaha kita untuk menjadi ”kaya di hadapan Allah”.

18. Bagaimana percaya kepada Yehuwa memungkinkan kita untuk menghindari jerat ketamakan?

18 Yehuwa adalah sumber dari semua kekayaan. (Kisah 14:15, 17) Ia telah berjanji untuk memberi perhatian khusus kepada hamba-hambaNya. Yesus mengatakan, ”Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:32, 33; Mazmur 37:25) Apakah saudara mempercayai janji itu? Apakah saudara yakin bahwa Yehuwa akan memenuhinya? Apakah saudara merasa puas dengan persediaan-persediaan yang dibuat Yehuwa? Jika demikian, saudara akan dapat menghindari jerat ketamakan. (Kolose 3:5) Dinas saudara kepada Yehuwa dan hubungan saudara dengan Dia selalu ada di tempat pertama, dan seluruh jalan hidup saudara akan merupakan pernyataan dari iman saudara di dalam Dia.

Apakah Saudara Ingat?

◻ Orang-orang macam apa dipengaruhi ketamakan?

◻ Bagaimana kita dapat waspada terhadap ketamakan?

◻ Bagaimana ketamakan kadang-kadang menampakkan diri?

◻ Pertanyaan-pertanyaan apa membantu kita untuk melihat apakah kita menghindari jerat ketamakan atau tidak?

◻ Apa yang merupakan perlindungan besar terhadap ketamakan?

[Blurb di hlm. 13]

Bila mengadakan bisnis bersama, orang-orang Kristen jangan sekali-kali melupakan prinsip-prinsip Alkitab

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan