PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w81_No35 hlm. 3-7
  • Bagaimana Berdoa kepada Yehuwa Supaya Didengar

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagaimana Berdoa kepada Yehuwa Supaya Didengar
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1981 (No. 35)
  • Subjudul
  • MENGAPA PERHATIAN PERLU DIBERIKAN KEPADA DOA-DOA SAUDARA
  • MENGAPA KITA DAPAT DENGAN YAKIN MENGHAMPIRI YEHUWA
  • BERDOA MELALUI YESUS KRISTUS BUKAN KEPADANYA
  • DENGAN HORMAT YANG SEPATUTNYA
  • DENGAN IMAN DAN KETEKUNAN
  • KESEMPATAN-KESEMPATAN UNTUK BERDOA
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1981 (No. 35)
w81_No35 hlm. 3-7

Bagaimana Berdoa kepada Yehuwa Supaya Didengar

”Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”—Ibr. 11:6.

1-3. (a) Apakah yang kita pelajari dari pengalaman seorang gadis kecil? (b) Pelajaran apa bagi semua orang tua terdapat di dalamnya?

KEJADIANNYA di sebuah Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa. Meskipun ibunya sudah berulang kali memandang dengan tajam dan membisikkan kata-kata teguran, seorang anak perempuan kecil terus nakal. Sang ibu kemudian memberi isyarat kepada suaminya untuk mengambil alih. Maka, bersama anaknya sang ayah pergi menuju sebuah ruangan kecil di bagian belakang balai. Karena menyadari apa yang akan ia peroleh, gadis cilik itu berteriak, ”Ya Yehuwa, tolonglah aku!”

2 Setiap kali peristiwa ini diceritakan, pendengar-pendengarnya tertawa kecil. Akan tetapi, apakah kejadian ini hanya terasa lucu, atau apakah di dalamnya ada suatu pelajaran? Tentu ada. Si gadis cilik itu mengetahui bahwa Yehuwa adalah nama dari Allah Sang Pencipta, sesuatu yang tidak diketahui oleh kebanyakan gadis cilik. Ia telah diajar mengenai nilai dari doa dan bahwa kepada Yehuwa dapat diminta bantuan pada saat-saat kesulitan. Memang, terasa lucu bahwa ia memohon kepada Allah untuk melepaskan dia dari disiplin yang dibutuhkan. Tetapi, sebenarnya, apakah permohonan seperti itu hanya dibuat oleh gadis-gadis cilik yang polos? Sama sekali tidak. Berkali-kali bangsa Israel berbuat justru hal yang sama, khususnya pada masa hakim-hakim. Sewaktu mereka harus menjalani hukuman yang setimpal, berulang kali mereka berdoa kepada Allah memohon keringanan.—Hak. 2:11-18; 4:1-3, 23, 24; 10:6-16; 11:32, 33.

3 Di sini terdapat suatu pelajaran bagi semua orang tua Kristen. Sejak anak-anak masih sangat kecil tanamkan dalam diri mereka kepercayaan kepada Yehuwa. Para orang tua Kristen, bantulah mereka untuk menghargai dan mengerti bahwa Yehuwa adalah Pribadi yang nyata, bahwa Ia mendengar dan menjawab doa. Apabila doa diajarkan sejak anak-anak masih sangat kecil, akan lebih mudah terbentuk dalam diri mereka sikap takut akan Allah pada waktu mereka kelak harus bertanggung jawab atas diri sendiri.—Bandingkan dengan Mazmur 22:10, 11; Amsal 22:6; 2 Timotius 3:14, 15.

MENGAPA PERHATIAN PERLU DIBERIKAN KEPADA DOA-DOA SAUDARA

4, 5. (a) Mengenai doa, pertanyaan-pertanyaan apa yang patut kita ajukan kepada diri kita? (b) Mengapa pertanyaan-pertanyaan seperti itu sangat cocok pada masa sekarang?

4 Tetapi apa peranan doa dalam hidup saudara? Seberapa banyakkah saudara berdoa? Apakah saudara sering terlalu sibuk sehingga tak ada waktu bahkan untuk berdoa? Atau, apakah saudara mungkin mengucapkan doa tanpa perhatian sungguh-sungguh, secara sambil lalu seakan-akan hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas? Bagaimanakah mutu doa-doa saudara?

5 Pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran ini memang cocok pada masa sekarang. Bahkan di antara mereka yang mengaku sebagai hamba Yehuwa, ada yang jarang berdoa. Yang lain-lain merasa bahwa doa-doa mereka kurang berarti dan kurang berisi. Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sepele oleh seorang Kristen, sebab mutu dari doa-doanya mencerminkan keadaan rohaninya. Lebih lanjut, kesehatan rohani seseorang sangat bergantung pada kesadarannya akan kebutuhan rohani dan langkah-langkah yang ia ambil untuk memenuhinya. (Mat. 5:3) Maka, justru dengan memperhatikan mutu dari doa-doanya, seseorang dapat memperbaiki keadaan rohaninya.

MENGAPA KITA DAPAT DENGAN YAKIN MENGHAMPIRI YEHUWA

6. Mengingat apa yang Alkitab katakan di Mazmur 65:3, Filipi 4:6 dan 1 Tesalonika 5:17, mengapa kita dapat dengan yakin berdoa kepada Allah?

6 Mengapa kita dapat dengan yakin menghampiri Yehuwa, seraya berharap bahwa Ia akan mendengarkan doa kita? Pertama-tama, karena Ia memperkenalkan diriNya sebagai Pribadi ”yang mendengarkan doa” dan berulang kali Ia menyuruh kita berdoa. (Mzm. 65:3) FirmanNya memuat perintah-perintah seperti, ”Berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Mat. 26:41) ”Hendaklah kamu . . . saling mendoakan.” (Yak. 5:16) ”Bertekunlah dalam doa!” (Rm. 12:12) ”Tetaplah berdoa.” (1 Tes. 5:17) ”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”—Flp. 4:6.

7. Siapa-siapakah beberapa teladan sebagai orang-orang yang selalu berdoa?

7 Alkitab juga menyediakan contoh-contoh, sehingga sebenarnya menjadi perintah-perintah tidak langsung bagi kita untuk berdoa. Dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu, catatan terilham penuh dengan contoh mengenai orang-orang yang selalu berdoa kepada Yehuwa. (Kej. 12:8) Sejak dibaptis di sungai Yordan sampai digantung di tiang hukuman, Yesus Kristus berulang kali berdoa kepada Bapanya. (Luk. 3:21; 23:46) Rasul Paulus menyebut mengenai doa dalam tulisannya. Berulang-ulang ia mengatakan perlunya mendoakan orang lain, memberi anjuran untuk berdoa, atau meminta agar orang-orang lain berdoa bagi dia. (Flp. 1:9-11; Ef. 6:18, 19) Kitab Wahyu yang ditulis oleh rasul Yohanes, diakhiri dengan dua buah doa.—Why. 22:20, 21.

8. Karena persoalan apa kita dapat menghampiri Allah dengan yakin?

8 Alasan kedua sehingga kita dapat menghampiri Yehuwa adalah karena namaNya terlibat. Ini mencakup namaNya atau reputasiNya sebagai ”yang mendengarkan doa”. Juga karena namaNya dihubungkan dengan umatNya, apabila Ia meninggalkan mereka karena sikap mereka yang tidak taat, para pengamat akan menyalah-artikannya seolah-olah Yehuwa tidak sanggup membantu hamba-hambaNya. Ini bisa mendatangkan cela atas namaNya. Maka kita membaca di Mazmur 79:9, ”Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan namaMu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena namaMu!” Musa, Yosua, Daud dan Hizkia, semua berdoa untuk maksud yang sama. (Kel. 32:11, 12; Yos. 7:8, 9; 2 Raj. 19:15-19; Mzm. 25:11) Dan nabi Daniel menyampaikan permohonannya dengan kata-kata berikut, ”Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kotaMu dan umatMu disebut dengan namaMu!” (Dan. 9:19) Memang, bila kita sungguh-sungguh mendukung nama Yehuwa, kita dapat mengajukan permohonan atas dasar itu.

9. Mengapa kita dapat dengan yakin memohon kepada Allah agar diberikan belas kasihan dan pengampunan?

9 Alasan ketiga untuk mengharap bahwa Yehuwa akan mendengarkan doa kita adalah karena Ia tahu bahwa kesanggupan kita terbatas dan Ia ingin membantu kita. Mengenai hal ini, Daud penulis Mazmur berkata, ”Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN [Yehuwa, NW] sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mzm. 103:12-14; lihat juga Mazmur 51:5.) Karena itu, bila kita terjerat dalam perbuatan salah, bila kita salah mengerjakan sesuatu atau membuat kekeliruan yang serius, kita dapat mengajukan permohonan kepada Allah Yehuwa berdasarkan kelemahan dan ketidaksempurnaan kita.

10. Seperti halnya dengan Ayub, Paulus dan lain-lain, mengapa kita dapat menghampiri Allah dengan yakin?

10 Alasan penting lain untuk dengan yakin menghampiri Yehuwa ialah bahwa Ia akan mendengarkan doa kita karena kita memelihara ketulusan hati. Karena inilah maka Ayub, dengan penuh perasaan menyampaikan permohonan kepada Allah Yehuwa dan berkata, ”Biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.” (Ayb. 31:6) Demikian rasul Paulus meminta kepada rekan-rekan seimannya, ”Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.” (Ibr. 13:18) Dari tulisan rasul Yohanes jelas bahwa kita harus jujur dilihat dari sudut pandangan Allah. Ia berkata, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari padaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya.”—1 Yoh. 3:21, 22.

BERDOA MELALUI YESUS KRISTUS BUKAN KEPADANYA

11. Hanya melalui siapa kita dapat menghampiri Allah dalam doa?

11 Bagaimana kita dapat berhubungan dengan Pribadi yang agung ”yang mendengarkan doa”? Ia telah menetapkan bahwa hal ini dilakukan hanya melalui Yesus Kristus. Hanya satu pengantara antara Allah dan manusia, dan satu Imam Besar, yaitu Yesus Kristus. (1 Tim. 2:5; Ibr. 7:25, 26) Dengan jelas sekali Yesus sendiri mengemukakan hal itu sambil berkata, ”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6) ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. . . . Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”—Yoh. 16:23, 24.

12, 13. (a) Mengingat apa yang diperbuat oleh Yohanes dan Stefanus, pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat diajukan? (b) Tetapi mengapa contoh kedua orang ini tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk berdoa langsung kepada Yesus?

12 Akan tetapi, beberapa orang ingin mengetahui: Apakah kita boleh meminta sesuatu langsung kepada Yesus Kristus sendiri? Bukankah Stefanus, seorang murid, dalam doa berbicara langsung kepada Yesus, dan bukankah rasul Yohanes berbuat yang sama? Memang, tepat sebelum Stefanus meninggal, ia berkat, ”Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” (Kis. 7:59) Dan rasul Yohanes pun berkata demikian, ”Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”—Why. 22:20.

13 Namun ada baiknya kita memeriksa kejadiannya. Misalnya, Stefanus mendapat suatu penglihatan, sebab, ia berkata, ”Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Jadi, karena melihat Yesus dalam penglihatan, Stefanus dapat berbicara langsung kepada Anak Allah. (Kis. 7:56) Rasul Yohanes juga mendapat penglihatan mengenai perkara-perkara surgawi. (Why. 1:1, 10; 4:1, 2) Sewaktu mendapat penglihatan ini, rasul Yohanes melihat Yesus dan mendengar perkataannya, ”Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ’Ya, Aku datang segera!’” (Why. 22:20) Maka sepatutnyalah Yohanes menjawab kata-kata Yesus yang baru saja ia dengar. Contoh-contoh ini sama seperti apa yang terjadi ketika si penindas Saulus dari Tarsus sedang menuju Damsyik (Damaskus). Yesus menampakkan diri kepada Saulus dan berkata, ”Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Seperti halnya Yohanes dan Stefanus, Saulus menjawab langsung kepada Yesus, ”Siapakah Engkau, Tuhan?”—Kis. 9:4, 5.

DENGAN HORMAT YANG SEPATUTNYA

14, 15. Sewaktu berdoa, sikap, kata-kata dan nada suara kita hendaknya menunjukkan apa dan mengapa?

14 Sewaktu menghampiri Yang Berdaulat di Alam Semesta, kita juga harus mendekatiNya dengan cara yang patut. Kita boleh menghampiri Dia hanya dengan respek dan hormat yang paling dalam dan sikap yang benar-benar rendah hati. Walaupun Alkitab mengatakan bahwa kita dapat menghampiri Allah dengan penuh keberanian [kebebasan berbicara, NW] tidak berarti bahwa kita boleh terlalu bebas atau serampangan terhadap sang Pencipta Yang Agung. (Ibr. 4:16; 1 Yoh. 3:21, 22) Alangkah tidak pada tempatnya untuk mulai berdoa dengan kata-kata seperti, ”Selamat siang, Yehuwa!” Kita dapat berbicara dengan perasaan leluasa, karena percaya dan yakin bahwa Allah bersedia mendengarkan dan karena kita menjaga ketulusan hati. Namun kita harus melakukannya dengan respek yang dalam, dengan penuh hormat.—Bandingkan dengan Pengkhotbah 5:1, 2.

15 Jangan sekali-kali kita lupa bahwa Allah Yehuwa sangat tinggi, jauh di atas kita. Karena kita hidup di bumi dan terbuat dari tanah, kita lebih rendah dari pada malaikat-malaikat dalam hal kemuliaan dan kuasa. (Ibr. 2:7) Lagi pula, kita adalah makhluk yang tidak sempurna dan berdosa. Maka sepatutnyalah kita berdoa dengan menggunakan kata-kata dan nada suara yang menunjukkan bahwa kita mengerti dan menghargai hubungan kita dengan Allah Yehuwa, sebab Ia hanya berkenan menerima kehadiran orang-orang yang rendah hati ’yang gentar kepada firmanNya’. (Yes. 66:2) Sangat bagus cara Yesus menekankan prinsip ini dalam perumpamaannya mengenai dua orang pria yang pergi ke bait di Yerusalem, untuk berdoa! Allah Yehuwa tidak memberi perhatian kepada orang Farisi yang angkuh dan membenarkan diri, tetapi jelas bahwa Ia mendengarkan dan mengabulkan doa si pemungut cukai yang rendah hati dan penuh penyesalan!—Luk. 18:9-14.

DENGAN IMAN DAN KETEKUNAN

16. Ayat-ayat Alkitab mana memperlihatkan pentingnya iman dalam doa?

16 Syarat penting lain agar doa kita dikabulkan oleh Yehuwa adalah agar kita menghampiriNya dengan iman. Berulang kali syarat doa ini dibawa kepada perhatian kita dalam Firman Allah. Yesus berkata, ”Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja . . . takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat. 17:20) Di Ibrani 11:6 kita diberitahu bahwa untuk benar-benar menyenangkan Allah, kita tidak cukup hanya menaruh iman bahwa Ia ada, tetapi juga bahwa Ia ”memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”. Yakobus, sang murid, menulis, ”Hendaklah ia [terus, NW] memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang” tidak akan ”menerima sesuatu dari Tuhan.”—Yak. 1:6, 7.

17. Nasihat apa yang Alkitab berikan mengenai bertekun dalam doa?

17 Agar doa kita dikabulkan, kita juga harus bertekun dalam doa. Kita hendaknya ingin menjadikan doa sebagai suatu kebiasaan. Alkitab menasihatkan kita, ”Bertekunlah dalam doa!” (Rm. 12:12) Berkali-kali Yesus menekankan segi ini dalam hal berdoa. Dalam khotbahnya di bukit, ia berkata, ”Teruslah minta, dan itu akan diberikan kepadamu; teruslah cari, dan kamu akan menemukan; teruslah ketuk, dan itu akan dibukakan bagimu.” (Mat. 7:7, NW) Dalam perumpamaannya mengenai seorang janda yang memperoleh keadilan dari seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan juga tidak memiliki respek terhadap manusia, Yesus juga menekankan pentingnya bertekun dalam doa. (Luk. 18:1-8) Jika kita memang sungguh-sungguh dengan hal-hal yang kita pohonkan dari Allah Yehuwa, kita harus ’bertekun dalam doa’ dan ’tetap berdoa’.—Rm. 12:12; 1 Tes. 5:17.

18. Hal-hal apa yang tidak boleh kita biarkan mengganggu waktu kita untuk berdoa?

18 Bertekun dalam doa erat hubungannya dengan menyediakan waktu untuk berdoa. Hendaknya kita jangan sekali-kali terlalu sibuk sehingga tidak sempat berdoa. Memang, banyak hal penting dalam hidup ini—pekerjaan sehari-hari, makan, berdandan, tidur—yang menyita sebagian besar dari waktu 24 jam setiap hari. Tetapi, apakah tidak ada hal-hal lain juga yang menyita waktu kita lebih dari pada yang seharusnya? Bisa jadi, misalnya membaca surat kabar, nonton televisi, sibuk dalam kegiatan-kegiatan olah raga dan bentuk-bentuk rekreasi atau acara santai lainnya. Jika kita tidak sungguh-sungguh menghargai hak kehormatan yang berharga ini untuk berdoa, kemungkinan kita akan melalaikannya karena hal-hal seperti disebutkan di atas akan menggeser waktu untuk berdoa.

KESEMPATAN-KESEMPATAN UNTUK BERDOA

19. Apakah beberapa di antara banyak kesempatan yang dapat kita gunakan untuk berdoa?

19 Memang ada banyak waktu atau kesempatan untuk berdoa. Agar kita dapat ’tetap berdoa’ berarti perlu berdoa pada setiap kesempatan—waktu bangun pagi, waktu mau tidur malam, sebelum makan dan di malam hari bila anda susah tidur. (Lihat Mazmur 5:4; 92:2, 3; 119:147-149, 164; 1 Timotius 4:4, 5.) Mungkin kita harus menghadapi soal-soal yang berat atau keadaan yang menegangkan, atau harus memikul tanggung jawab yang penting; mungkin kita diminta berkhotbah di hadapan orang-orang Kristen atau membela iman di hadapan pejabat pemerintah. Pastilah pada saat-saat seperti ini patut untuk menyerahkan segala kekuatiran dan kesusahan kita kepada Yehuwa. Ya, ”akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”. (Ams. 3:6) Selain itu, kapan saja kita memperoleh berkat istimewa, khususnya bila tak disangka-sangka atau sangat diidam-idamkan, sepatutnyalah hati kita dipenuhi dengan perasaan syukur kepada Yehuwa. Tetapi, tentu tidak hanya karena alasan-alasan yang istimewa. Hati dan pikiran kita mungkin tergerak untuk menyatakan terima kasih pada kesempatan manapun.

20. Apa yang dapat dikatakan mengenai sikap badan kita waktu berdoa?

20 Karena berdoa dapat kita lakukan sering dan kapan saja, apakah ini berarti bahwa kita tidak perlu memikirkan sikap tubuh sewaktu berdoa? Alkitab memang tidak menentukan suatu sikap tubuh yang khusus, seperti berlutut dan berlipat tangan sewaktu berdoa. Tetapi kita membaca mengenai orang yang berdoa sambil berdiri, berlutut atau sujud, dan dengan menadahkan tangan. (Lihat Kejadian 24:26, 48; 1 Raja-Raja 8:22, 42, 44, 54; Nehemia 2:1-4; Markus 11:25.) Ini menunjukkan bahwa bila cocok, sebaiknya mengambil sikap yang khidmat waktu berdoa. Misalnya, di perhimpunan kita boleh berdiri dan menundukkan kepala. Perubahan sikap tubuh seperti ini mungkin juga akan membantu kita memusatkan pikiran kepada doa yang diucapkan bagi kita. Memang, berlutut kelihatannya suatu sikap tubuh yang khususnya pantas waktu berdoa seorang diri. (Bandingkan dengan Daniel 6:10; Filipi 2:9, 10.) Sekalipun kita berbaring di tempat tidur waktu berdoa sebelum tidur, kita harus berhati-hati mengindahkan nasihat rasul, yaitu, ”Berjaga-jagalah di dalam doamu itu.”—Ef. 6:18.

21. Sewaktu menghampiri Allah cara bagaimana kita harus berdoa agar didengar?

21 Sesungguhnya, berdoa kepada Allah Yehuwa merupakan sesuatu yang hendaknya kita lakukan dengan serius. Semestinya kita sangat berterima kasih karena dapat menghampiri Bapa surgawi kita, yakin bahwa Dia akan mengabulkan doa kita kapan saja! Sudah tentu, semuanya ini bergantung pada apakah kita menghampiri Dia dengan iman, melalui pengantara yang tepat, dengan keadaan pikiran yang benar dan kemudian bertekun dalam doa, tidak pernah terlalu sibuk sehingga tidak sempat berdoa. Dan jika saudara mempunyai anak-anak, dengan sabar ajarkanlah kepada mereka mengenai pentingnya doa, baik dengan lisan maupun dengan contoh yang baik.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan