PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Saudara Bisa Mendapat Manfaat dari Perjanjian Baru
    Firman Allah untuk Kita melalui Yeremia
  • Perjanjian Baru Allah Mendekati Penyelesaiannya
    Keamanan Seluas Dunia di Bawah ”Raja Damai”
  • Kamu Akan Menjadi ”Kerajaan Imam”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2014
  • Berkat-Berkat yang Lebih Besar melalui Perjanjian Baru
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1

LALAI; MENGABAIKAN

Kedua kata ini mengandung pengertian tidak memberikan perhatian kepada, tidak peduli akan, lalai memelihara atau merawat (seseorang atau sesuatu), gagal menjalankan atau melaksanakan (perintah, kewajiban, dan sebagainya), serta dapat mengandung konotasi dengan sengaja atau secara sadar lalai, atau sekadar khilaf karena tidak acuh atau ceroboh.

Satu di antara beberapa istilah Ibrani yang mengandung pengertian ”mengabaikan” adalah kata kerja pa·raʽʹ, yang secara harfiah berarti ”menggerai”. (Bil 5:18) Kata itu mengandung makna ”tidak terurus” sehubungan dengan penampilan fisik (Im 10:6), ”tidak terkendali” sehubungan dengan tingkah laku (Kel 32:25), dan ”mengabaikan” atau ”menjauhi” disiplin (Ams 13:18; 15:32; bdk. Kel 5:4, yang menerjemahkan kata itu menjadi ”meninggalkan”.) Kata lain adalah ʽa·zavʹ, yang secara harfiah berarti ”meninggalkan; mengabaikan”. (Ul 29:25; 1Raj 12:8) Jadi, Nehemia menganjurkan para penganut ibadat sejati agar tidak ”mengabaikan” rumah Allah yang benar. (Neh 10:39; bdk. 13:11.) Kata Ibrani lain untuk menunjukkan kelalaian secara harfiah berarti ”kurang semangat”, yang dapat diumpamakan dengan busur yang kendur.—Yer 48:10; bdk. Mz 78:57.

Kata Yunani a·me·leʹo (dari a, ”tidak”, dan meʹlo, ”memelihara”) secara lebih jelas mengandung gagasan tidak peduli, tidak memperhatikan, dan bukan sekadar khilaf atau lupa akan sesuatu. Setelah menguraikan hukuman berat atas ketidaktaatan terhadap Hukum Musa, rasul Paulus mengatakan, ”Bagaimana kita akan luput jika kita mengabaikan [Yn., a·me·leʹsan·tes, ”tidak peduli (akan)”] keselamatan yang begitu besar, mengingat hal itu mula-mula disampaikan melalui Tuan kita . . . sedangkan Allah ikut memberikan kesaksian?” Di ayat ini ia menunjukkan bahwa masalahnya bukan khilaf, melainkan kurang peduli, ”hanyut” (ay. 1), tidak taat kepada firman Allah yang diucapkan melalui Putra satu-satunya yang diperanakkan.—Ibr 2:1-4, Int.

Matius menggunakan sebuah bentuk kata Yunani itu sewaktu menceritakan perumpamaan Yesus mengenai pesta pernikahan. Orang-orang yang diundang oleh sang raja ke pesta pernikahan putranya tidak datang. Mengapa? Mereka bukannya khilaf, melainkan mereka ’tanpa peduli pergi, yang seorang ke ladangnya, yang lain ke usaha dagangnya’. Sikap tidak peduli inilah yang membuat mereka dianggap tidak layak.—Mat 22:5, 8.

Pria muda bernama Timotius diberi tanggung jawab yang berat sebagai pengawas di Efesus. Paulus menasihatinya, ”Janganlah mengabaikan [atau, tidak acuh terhadap] karunia dalam dirimu yang diberikan kepadamu melalui ramalan dan pada waktu badan para tua-tua meletakkan tangan mereka ke atasmu.” Timotius harus berupaya keras untuk tidak bersikap masa bodoh. Ia harus sibuk membaca, mengajar dan menasihati dengan benar, menjaga tingkah laku, dan menjadi teladan, memperlihatkan kepedulian dengan perhatian yang konstan dan tidak tersimpangkan. Kalau tidak, ia bisa gagal karena lalai, karena tidak benar-benar peduli akan perkenan Allah yang dikaruniakan kepadanya.—1Tim 4:11-16, Int.

Paulus mengutip kata-kata Yehuwa mengenai Israel ketika Ia berbicara tentang perjanjian Hukum, dengan mengatakan, ”yaitu perjanjianku yang mereka langgar, meskipun akulah pemilik dan suami mereka”. (Yer 31:32) Sebagai ganti ”meskipun akulah pemilik dan suami mereka”, terjemahan Septuaginta mencantumkan ”dan aku tidak lagi memperhatikan mereka”. Pastilah hal itu menjelaskan mengapa kutipannya, di Ibrani 8:9, berbunyi, ”Karena mereka tidak setia kepada perjanjianku, sehingga aku tidak lagi memperhatikan [tidak mempedulikan] mereka.” Yehuwa tentunya tidak lalai dalam pengertian ceroboh atau khilaf; sebaliknya, Ia sangat memperhatikan umat perjanjian-Nya sampai mereka tidak menghiraukan firman-Nya dan memberontak terhadap-Nya. Baru pada saat itulah dan atas dasar tersebut Ia ”tidak lagi memperhatikan [Yn., e·meʹle·sa] mereka”.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan