Begitu Banyak Saksi bagaikan Awan!
”Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita . . . berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”—IBRANI 12:1.
1, 2. (a) Gambaran kiasan apa yang mungkin ada dalam pikiran Paulus ketika ia menulis kepada orang-orang Kristen Ibrani? (b) Mengapa orang-orang Ibrani rekan-rekan seimannya membutuhkan iman yang teguh?
BAYANGKAN diri saudara sebagai seorang pelari di sebuah stadion. Saudara terus lari, mengerahkan setiap otot, mata saudara dipusatkan pada tujuan akhir. Namun bagaimana dengan penontonnya? Ya, semuanya adalah pelari-pelari yang sudah memperoleh kemenangan! Mereka bukan hanya menonton saja tetapi telah menjadi saksi-saksi yang aktif dalam kata-kata maupun perbuatan.
2 Rasul Paulus mungkin mempunyai gambaran kiasan sedemikian dalam pikirannya ketika ia menulis kepada orang-orang Kristen Ibrani (± 61 M.). Mereka membutuhkan iman yang teguh. (Ibrani 10:32-39) Hanya dengan iman mereka dapat mentaati peringatan Yesus untuk melarikan diri ketika Yerusalem dikepung oleh bala tentara yang berkemah di sekitarnya (pada tahun 66 M.) beberapa tahun sebelum kehancuran kota di tangan orang-orang Roma (pada tahun 70 M.). Iman juga akan menguatkan mereka pada waktu mereka ”dianiaya oleh sebab kebenaran”.—Matius 5:10; Lukas 21:20-24.
3. Di Ibrani 12:1, apa gerangan ’dosa yang mudah menjerat kita’; dan orang-orang Kristen dianjurkan untuk dengan tekun berlari dalam perlombaan apa?
3 Setelah meninjau kembali perbuatan-perbuatan iman pada jaman pra-Kristen (dalam Ibrani, pasal 11), Paulus menganjurkan, ”Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban [yang menghalangi kita secara rohani] dan dosa [kurangnya iman] yang begitu merintangi [”mudah menjerat”, Bode] kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan [untuk hidup kekal] yang diwajibkan bagi kita.” (Ibrani 12:1) Tinjauan Paulus tentang bekerjanya iman menonjolkan berbagai segi dari iman dan akan membantu kita, tidak soal apakah kita orang Kristen terurap yang berlari dalam perlombaan untuk peri yang tidak berkematian di surga atau menjadi bagian dari ”kumpulan besar” yang mempunyai cita-cita hidup kekal di suatu bumi firdaus. (Wahyu 7:4-10; Lukas 23:43; Roma 8:16, 17) Tetapi apa sebenarnya iman itu? Apa beberapa segi dari permata rohani ini? Dan bagaimana tindakan kita jika kita mempunyai iman? Seraya saudara mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, silakan baca ayat-ayat yang dikutip dari Ibrani pasal 11 dan 12 selama pelajaran pribadi dan di perhimpunan.
Apa Iman Itu
4. Apa gerangan iman itu?
4 Paulus pertama-tama mendefinisikan iman. (Baca Ibrani 11:1-3.) Sebagian, iman ialah ”pengharapan yang pasti dari segala sesuatu yang kita harapkan”. (NW) Seorang yang beriman mempunyai jaminan bahwa segala sesuatu yang Allah janjikan dapat dikatakan sudah digenapi. Iman juga adalah ”bukti yang nyata dari fakta-fakta meskipun tidak kita lihat”. (NW) Bukti yang meyakinkan dari fakta-fakta yang tidak kita lihat begitu kuat sehingga iman dikatakan sama dengan bukti itu.
5. Dengan iman, apa yang akan kita pahami?
5 Melalui iman ’nenek moyang kita telah mendapat kesaksian’ bahwa mereka menyenangkan Allah. Juga, ”karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta”—bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang—”telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”. Kita diyakinkan bahwa Yehuwa adalah Pencipta hal-hal itu, meskipun kita tidak dapat melihat Dia karena Ia adalah suatu Roh yang tidak kelihatan.—Kejadian 1:1; Yohanes 4:24; Roma 1:20.
Iman dan ”Dunia Purba”
6. Mengapa Habel mempunyai ”pengharapan yang pasti” bahwa firman nubuat Yehuwa mengenai ’keturunan perempuan itu’ akan menjadi kenyataan?
6 Salah satu dari banyak segi dari iman ialah penghargaan akan perlunya suatu korban untuk dosa-dosa. (Baca Ibrani 11:4.) Dalam ”dunia purba”, iman akan korban darah diperlihatkan oleh Habel, putra kedua dari pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa. (2 Petrus 2:5) Pasti Habel melihat dalam dirinya akibat-akibat yang membawa maut dari dosa warisan. (Kejadian 2:16, 17; 3:6, 7; Roma 5:12) Jelas bahwa ia juga melihat penggenapan dari pernyataan Allah yang mengakibatkan Adam harus bekerja sangat keras dan Hawa mengalami sakit yang sangat selama masa kehamilannya. (Kejadian 3:16-19) Jadi Habel mempunyai ”pengharapan yang pasti” bahwa hal-hal lain yang diucapkan oleh Yehuwa akan menjadi kenyataan. Ini termasuk firman nubuat yang ditujukan kepada penipu besar Setan ketika Allah mengatakan kepada ular itu, ”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kejadian 3:15.
7. (a) Bagaimana Habel memperlihatkan penghargaan akan perlunya suatu korban untuk dosa-dosa? (b) Cara bagaimana Allah ’menyaksikan di dalam hal persembahan Habel’?
7 Habel memperlihatkan iman dalam Keturunan atau Benih yang dijanjikan dengan mempersembahkan kepada Allah korban binatang yang dapat secara gambaran menggantikan kehidupan Habel sendiri. Tetapi kakaknya yang tidak beriman Kain mempersembahkan sayur-sayuran yang tidak mengandung darah. Sebagai pembunuh, Kain setelah itu menumpahkan darah Habel. (Kejadian 4:1-8) Namun Habel mati dengan mengetahui bahwa Yehuwa menganggapnya benar, ”Allah menyaksikan di dalam hal persembahannya”. (Bode) Bagaimana? Dengan menerima korban dari Habel yang dipersembahkan dalam iman. Karena imannya dan perkenan ilahi, yang tentang hal itu Catatan Terilham selanjutnya memberi kesaksian, ’Habel berkata-kata, walaupun ia sudah mati’. (Bode) Ia melihat perlunya suatu korban untuk dosa-dosa. Apakah saudara mempunyai iman dalam korban tebusan Yesus Kristus yang jauh lebih berarti?—1 Yohanes 2:1, 2; 3:23.
8. (a) Apa yang kita pelajari mengenai iman dari kesaksian Henokh yang berani? (b) Bagaimana Henokh ”terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian”?
8 Iman akan menggerakkan kita untuk menyatakan berita Allah dengan berani. (Baca Ibrani 11:5, 6.) Saksi Yehuwa yang mula-mula, Henokh, dengan berani menubuatkan pelaksanaan penghukuman ilahi atas orang-orang fasik. (Yudas 14, 15) Pastilah musuh-musuh Henokh berusaha membunuhnya, tetapi Allah ’mengangkat dia’ agar ia tidak merasakan penderitaan kematian. (Kejadian 5:24) Tetapi, pertama-tama ”ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah”. Bagaimana? ”Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian.” Demikian pula, Paulus dipindahkan, atau ”diangkat ke Firdaus”, maksudnya untuk menerima suatu penglihatan tentang firdaus rohani dari sidang Kristen di masa depan. (2 Korintus 12:1-4) Jadi Henokh rupanya menikmati penglihatan dari Firdaus di bumi yang akan datang ketika Yehuwa membuatnya tidur dalam kematian, aman dari tangan musuh. Untuk menyenangkan Allah, kita seperti Henokh, harus menyatakan berita Allah dengan berani. (Kisah 4:29-31) Kita juga harus percaya bahwa Allah itu ada dan ”memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”.
9. Bagaimana haluan Nuh memperlihatkan bahwa mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dengan saksama merupakan suatu segi lain dari iman?
9 Mentaati petunjuk-petunjuk Allah dengan saksama merupakan segi lain dari iman. (Baca Ibrani 11:7.) Dengan bertindak berdasarkan iman, Nuh melakukan ”seperti yang diperintahkan Allah”. (Kejadian 6:22; 7:16) Nuh mendapat ”petunjuk [”peringatan”, NW] Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan” dan percaya kepada pernyataan Yehuwa bahwa akan terjadi air bah seluas dunia. Dalam iman dan dengan rasa takut yang disertai hormat kepada Allah, Nuh ”mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya”. Dengan ketaatan dan perbuatan-perbuatan yang benar, ia menghukum dunia yang tidak percaya untuk perbuatan-perbuatannya yang jahat dan memperlihatkan bahwa dunia itu patut dibinasakan.—Kejadian 6:13-22.
10. Meskipun Nuh membangun bahtera, ia mengadakan waktu untuk kegiatan lain apa?
10 Nuh juga salah seorang dari saksi-saksi Yehuwa karena ia adalah ”pemberita kebenaran”. (2 Petrus 2:5) Meskipun sibuk membangun bahtera, ia mengadakan waktu untuk mengabar, sama seperti Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini. Memang, Nuh berbicara dengan berani sebagai pemberita dari peringatan Allah kepada orang-orang sebelum air bah terjadi, tetapi ”mereka tidak memperhatikan sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua”.—Matius 24:36-39, NW.
Iman di Kalangan para Datuk Setelah Air Bah
11. (a) Bagaimana Abraham memperlihatkan bahwa iman mencakup keyakinan penuh kepada janji-janji Yehuwa? (b) Karena iman, Abraham menantikan ”kota” apa?
11 Iman termasuk keyakinan penuh kepada janji-janji Yehuwa. (Baca Ibrani 11:8-12.) Melalui iman Abraham (Abram) mentaati perintah Allah dan meninggalkan Ur negeri orang Kasdim, sebuah kota yang banyak menawarkan hal-hal materi. Ia percaya kepada janji Yehuwa bahwa ”semua kaum di muka bumi” akan memberkati diri sendiri melalui dia dan bahwa benihnya akan diberi suatu negeri. (Kejadian 12:1-9; 15:18-21) Putra Abraham Ishak dan cucunya Yakub ”turut menjadi ahli waris janji yang satu itu”. Karena iman Abraham ”diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing”. Ia menantikan ”kota yang mempunyai dasar [yang sejati, NW], yang direncanakan dan dibangun oleh Allah”. Ya, Abraham menantikan Kerajaan surgawi Allah yang di bawahnya ia akan mendapat kebangkitan untuk hidup di bumi. Apakah Kerajaan itu mendapat tempat yang begitu penting dalam kehidupan saudara?—Matius 6:33.
12. Apa yang terjadi karena Sara mempunyai iman dalam janji-janji Yehuwa?
12 Istri-istri para datuk yang takut akan Allah juga mempunyai iman dalam janji-janji Yehuwa. Misalnya, karena iman istri Abraham Sara, meskipun mandul sampai kira-kira berumur 90 tahun dan ”usianya sudah lewat”, mendapat kekuatan ”untuk menurunkan anak cucu, . . . karena ia menganggap Dia [Allah], yang memberikan janji itu setia”. Pada waktunya, Sara melahirkan Ishak. Jadi dari Abraham yang berumur 100 tahun, ”orang yang telah mati pucuk” sehubungan dengan melahirkan anak, akhirnya ”terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit”.—Kejadian 17:15-17; 18:11; 21:1-7.
13, 14. (a) Meskipun Abraham, Ishak, dan Yakub ”tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu,” bagaimana reaksi mereka? (b) Bagaimana kita dapat memperoleh manfaat dengan memikirkan keloyalan para datuk kepada Yehuwa bahkan meskipun kita tidak segera melihat penggenapan dari janji-janjiNya?
13 Iman akan membuat kita tetap loyal kepada Yehuwa meskipun kita tidak segera melihat penggenapan dari janji-janjiNya. (Baca Ibrani 11:13-16.) Para datuk yang setia semua mati tanpa melihat penggenapan penuh dari janji-janji Allah kepada mereka. Tetapi ’dari jauh [mereka] melihat [hal-hal yang dijanjikan] dan melambai-lambai kepadanya dan mengakui [di depan umum, NW], bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini’. Ya, mereka hidup dalam iman sampai mati, karena baru setelah beberapa generasi berlalu Negeri Perjanjian menjadi milik keturunan Abraham.
14 Kenyataan bahwa mereka tidak memperoleh penggenapan dari janji-janji ilahi dalam kehidupan mereka, tidak membuat Abraham, Ishak, dan Yakub sakit hati atau mengakibatkan mereka menjadi murtad. Mereka tidak meninggalkan Yehuwa dan kembali ke Ur, tenggelam dalam kegiatan-kegiatan duniawi. (Bandingkan Yohanes 17:16; 2 Timotius 4:10; Yakobus 1:27; 1 Yohanes 2:15-17.) Tidak, para datuk ’berusaha mencapai’ (NW) suatu tempat yang jauh lebih baik dari pada Ur, ”yaitu satu tanah air sorgawi”. Jadi Yehuwa ”tidak malu disebut Allah mereka”. Mereka memelihara iman dalam Yang Maha Tinggi sampai mati dan tidak lama lagi akan dibangkitkan untuk hidup di bumi, bagian dari wilayah ”kota” itu, Kerajaan Mesias Allah yang dipersiapkan bagi mereka. Tetapi bagaimana dengan saudara? Meskipun saudara sudah ”hidup dalam kebenaran” selama bertahun-tahun, menjadi tua dalam dinas Yehuwa, saudara harus memelihara keyakinan akan sistem baru yang Ia janjikan. (3 Yohanes 4; 2 Petrus 3:11-13) Betapa besar pahala yang akan diterima oleh saudara dan para datuk yang setia itu untuk iman sedemikian!
15. (a) Apa yang memungkinkan Abraham untuk benar-benar mempersembahkan Ishak sebagai korban? (b) Bagaimana seharusnya pengaruh dari peristiwa yang menyangkut Abraham dan Ishak atas iman kita? (c) Apa yang secara nubuat digambarkan oleh peristiwa itu?
15 Ketaatan tanpa syarat kepada Allah merupakan satu segi yang penting dari iman. (Baca Ibrani 11:17-19.) Karena Abraham mentaati Yehuwa tanpa syarat, ia ”sama seperti telah mengorbankan Ishak”, (NW) ”anaknya yang tunggal”—anak satu-satunya yang ia peroleh dari Sara. Bagaimana Abraham dapat melakukan ini? Karena ”ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan [Ishak] sekalipun dari antara orang mati”, jika perlu, untuk menggenapi janji mengenai keturunan melalui dia. Dalam sekejap pisau di tangan Abraham akan mengakhiri kehidupan Ishak, tetapi suara malaikat mencegah hal ini. Maka, Abraham ”seakan-akan [”secara gambaran”, NW]” telah menerima kembali Ishak dari kematian. Kita seharusnya juga tergerak untuk mentaati Allah dalam iman bahkan meskipun kehidupan kita sendiri atau anak-anak kita dipertaruhkan. (1 Yohanes 5:3) Patut diperhatikan pula, bahwa Abraham dan Ishak kemudian secara nubuat menggambarkan bagaimana Allah Yehuwa akan menyediakan Putra tunggalNya, Yesus Kristus, sebagai tebusan agar mereka yang mempraktekkan iman kepadanya dapat memperoleh hidup yang kekal.—Kejadian 22:1-19; Yohanes 3:16.
16. Sehubungan dengan anak-anak kita dan iman dalam janji-janji Allah, teladan apa yang diberikan oleh para datuk?
16 Jika kita mempunyai iman, kita akan membantu anak-anak kita agar menaruh harapan mereka pada apa yang Allah janjikan untuk masa depan. (Baca Ibrani 11:20-22.) Iman para datuk begitu teguh sehingga meskipun janji-janji Yehuwa kepada mereka tidak digenapi sepenuhnya selama hidup mereka, mereka meneruskan ini kepada anak-anak mereka sebagai warisan yang harus dihargai. Jadi, ”Ishak . . . memberkati Yakub dan Esau berhubung dengan perkara-perkara yang akan datang”, (Bode) dan Yakub menjelang kematiannya mengucapkan berkat untuk putra-putra Yusuf yakni Efraim dan Manasye. Karena Yusuf sendiri mempunyai iman yang kuat bahwa orang-orang Israel akan meninggalkan Mesir dan pergi ke suatu negeri yang dijanjikan, ia menyuruh saudara-saudaranya bersumpah agar membawa tulang-tulangnya bersama mereka pada waktu pergi. (Kejadian 27:27-29, 38-40; 48:8-22; 50:24-26) Apakah saudara membantu keluarga saudara untuk memperkembangkan iman yang sama akan apa yang Yehuwa telah janjikan?
Iman Menyebabkan Kita Mendahulukan Allah
17. Bagaimana orangtua Musa bertindak berdasarkan iman?
17 Iman menggerakkan kita untuk mendahulukan Yehuwa dan umatNya di atas segala sesuatu yang ditawarkan oleh dunia ini. (Baca Ibrani 11:23-26.) Orang Israel menjadi budak-budak yang membutuhkan pembebasan dari perbudakan Mesir ketika orangtua Musa bertindak berdasarkan iman. ”Mereka tidak takut akan perintah raja” untuk membunuh anak laki-laki Ibrani segera setelah lahir. Sebaliknya, mereka menyembunyikan Musa selama tiga bulan, dan akhirnya ia ditaruh dalam sebuah peti dari pandan di antara rumput-rumput yang tinggi di tepi sungai Nil. Ia ditemukan oleh putri Firaun, dan kemudian ’diasuh seperti anaknya sendiri’. Tetapi, mula-mula Musa diasuh dan secara rohani dilatih di rumah ayah dan ibunya, Amram dan Yokhebed. Kemudian, sebagai anggota dari keluarga Firaun, ia ”dididik dalam segala hikmat orang Mesir” dan menjadi ”berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya”, mempunyai kemampuan mental dan fisik yang kuat.—Kisah 7:20-22; Keluaran 2:1-10; 6:19.
18. Karena imannya, sikap apa yang diambil Musa sehubungan dengan ibadat Yehuwa?
18 Namun, pendidikan di Mesir dan kemewahan materi dari istana tidak menyebabkan Musa meninggalkan ibadat Yehuwa dan menjadi murtad. Tetapi, ”karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun”, suatu haluan yang dinyatakannya ketika ia membela saudaranya seorang Ibrani. (Keluaran 2:11, 12) Musa lebih suka ”menderita sengsara dengan umat Allah [orang-orang Israel sesama penyembah Yehuwa] dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa”. Jika saudara seorang hamba Yehuwa yang sudah dibaptis yang mempunyai latar belakang yang sangat menunjang dengan pendidikan rohani yang baik, apakah saudara mau mengikuti teladan Musa dan berdiri teguh untuk ibadat sejati?
19. (a) Apa buktinya bahwa Musa mendahulukan Yehuwa dan umatNya dalam kehidupannya? (b) Musa menanti-nantikan diberikannya upah apa?
19 Musa menggabungkan diri bersama umat Yehuwa karena ”ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir”. Kemungkinan besar Musa ’menganggap penghinaan karena menjadi suatu gambaran jaman purba dari Kristus, atau Pribadi Yang Diurapi Allah, sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir’. Sebagai anggota dari keluarga istana, ia bisa saja menikmati kekayaan dan kemasyhuran di Mesir. Tetapi ia mempraktekkan iman dan ”pandangannya ia arahkan kepada upah”—hidup kekal melalui kebangkitan di bumi dalam sistem baru yang Allah janjikan.
20. Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman Musa yang menunjukkan bahwa iman membuat kita tidak takut sebagai hamba-hamba Yehuwa?
20 Iman akan membuat kita tidak takut karena kita yakin kepada Yehuwa sebagai penyelamat. (Baca Ibrani 11:27-29.) Setelah mendengar bahwa Musa telah membunuh seorang Mesir, Firaun berusaha untuk membunuhnya. ”Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian.” (Keluaran 2:11-15) Jadi Paulus rupanya memaksudkan keluarnya orang-orang Ibrani belakangan dari Mesir ketika ia mengatakan, ”Dari sebab iman juga ia [Musa] meninggalkan tanah Mesir dengan tiada takut akan murka raja itu [yang memberikan ancaman kematian karena ia mewakili Allah demi kepentingan orang-orang Israel], karena tetaplah ia seolah-olah ia nampak Yang tiada kelihatan.” (Bode) (Keluaran 10:28, 29) Meskipun Musa tidak pernah benar-benar melihat Allah, cara Yehuwa berurusan dengannya begitu nyata sehingga ia bertindak seolah-olah ia benar-benar melihat ”Yang tiada kelihatan”. (Keluaran 33:20) Apakah hubungan saudara dengan Yehuwa sedemikian kuat?—Mazmur 37:5; Amsal 16:3.
21. Sehubungan dengan keberangkatan Israel dari Mesir, apa yang terjadi ”karena iman”?
21 Tepat sebelum Israel meninggalkan Mesir, ”karena iman maka ia [Musa] mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka [anak-anak sulung Israel]”. Ya, dibutuhkan iman untuk mengadakan Paskah dengan keyakinan bahwa anak-anak sulung Israel akan dibiarkan hidup sedangkan anak-anak sulung orang Mesir akan mati, dan iman ini diberkati. (Keluaran 12:1-39) Juga ”karena iman maka mereka [umat Israel] telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga”. Allah terbukti sebagai penyelamat yang benar-benar mengagumkan! Dan karena pembebasan ini, orang-orang Israel ”takut kepada [Yehuwa] dan mereka percaya kepada [Yehuwa] dan kepada Musa hambaNya itu”.—Keluaran 14:21-31.
22. Mengenai iman, pertanyaan-pertanyaan apa yang masih akan dibahas?
22 Iman Musa dan para datuk benar-benar suatu pola bagi Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini. Tetapi apa yang terjadi pada waktu Allah selanjutnya berurusan dengan keturunan Abraham sebagai suatu bangsa yang diorganisasi secara teokratis? Apa yang dapat kita pelajari dari tindakan-tindakan iman selanjutnya pada jaman purba?
Bagaimana Saudara Akan Menjawab?
◻ Apa gerangan iman itu?
◻ Teladan Henokh mengajar kita apa tentang iman?
◻ Bagaimana para datuk yang takut akan Allah memperlihatkan bahwa iman mencakup keyakinan penuh kepada janji-janji Yehuwa?
◻ Tindakan apa dari Abraham menunjukkan bahwa ketaatan tanpa syarat kepada Allah merupakan satu segi yang penting dari iman?
◻ Tindakan-tindakan apa oleh Musa memperlihatkan bahwa iman berarti mendahulukan Yehuwa dan umatNya di atas segala sesuatu yang ditawarkan oleh dunia ini?