PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w80_No27 hlm. 14-16
  • Tataplah Terus ke Depan sebagai Seorang Kristen

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tataplah Terus ke Depan sebagai Seorang Kristen
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1980 (No. 27)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • APA YANG KITA LIHAT JIKA KITA MENATAP TERUS KE DEPAN
  • PERLU USAHA UNTUK TERUS MENATAP KE DEPAN
  • MEMPERKEMBANGKAN PANDANGAN YANG POSITIP
  • BINALAH IMAN DAN KEPERCAYAAN YANG LEBIH BESAR
  • JANGAN KUATIR
  • USAHAKAN KEROHANIAN YANG LEBIH DALAM
  • BERJALAN DENGAN ALLAH
  • MENATAP KE DEPAN MENGHASILKAN UPAYA YANG LIMPAH
  • Apakah Mata Saudara ”Baik”?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-24)
  • Bersaksilah bagi Yehuwa dan Jangan Menjadi Jemu
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Gunakanlah Alkitab untuk Membantu Diri Sendiri dan Orang Lain
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2013
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1980 (No. 27)
w80_No27 hlm. 14-16

Tataplah Terus ke Depan sebagai Seorang Kristen

PEMBURU-PEMBURU anjing laut itu tersesat tanpa harapan di suatu daerah tak berpenghuni. Yang ada cuma es dan badai salju yang membutakan. Ketika keadaan sudah memuncak, salah seorang dari mereka berkata, ”Rasanya tak akan ada dari kita yang bertahan hidup untuk membawa berita.” Namun, dua orang dari pria-pria itu sama sekali tidak mau jadi tawar hati. Seorang dari mereka, yaitu pemimpin rombongan, terus mengingat tunangannya. Ketika rekan-rekannya yang sudah kehabisan tenaga itu ingin menyerah saja, wajah tunangannya terus terbayang. Pria ini tidak pasrah untuk mati, dan ia menganjurkan kawan-kawannya jangan berbaring saja di atas salju, tetapi terus bergerak maju. Akhirnya ia bersama-sama kira-kira 50 pria lainnya, melewati bencana itu. Cintanya terhadap tunangannya, yang kemudian menjadi isterinya dan wajahnya yang jelas terbayang dalam pikirannya, telah menyelamatkan banyak orang dari kematian.

Dari kisah nyata ini jelas betapa pentingnya agar pandangan kita jangan sekali-kali tersimpang dari tujuan dalam pertandingan Kristen untuk mencapai kehidupan. Kadang-kadang perjuangan orang Kristen agar tidak tersimpang dari jalan kebenaran, bisa sama hebatnya seperti perjuangan pemburu-pemburu anjing laut yang kehabisan tenaga itu. Kematian terjadi bila seseorang berhenti ”berjuang” dan mengalah kepada desakan kuat untuk berbaring dan tidur saja. Alangkah bahagianya orang-orang yang selalu mengingat sesuatu yang dapat menganjurkan mereka untuk terus menatap ke depan dan tidak menyerah!

Justru ini yang dilakukan oleh orang-orang yang setia zaman dulu. Misalnya, dari pada terus hidup sebagai pangeran di istana Firaun dari Mesir, Musa memilih untuk ”menderita sengsara dengan umat Allah”. Dan mengapa ia membuat pilihan ini? ”Sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.” Ya, Musa menatap ke depan dan bukan saja kepada upah itu, tetapi juga kepada Dia yang memungkinkan upah tersebut. Musa seakan-akan melihat ”Ia melihat apa yang tidak kelihatan”, yaitu Yehuwa Allahnya.—Ibr. 11:24-27.

Juga, Yesus Kristus tidak menyerah dalam perjuangan pahit untuk mempertahankan ketulusan hatinya, walaupun ia harus melakukannya dengan ”jeritan yang kuat dan air mata”. (Ibr. 5:7, NW) Ia belajar taat dari apa yang ia derita dan tetap menatap ke depan kepada hadiah yang telah disediakan baginya oleh Bapanya.—Ibr. 12:2.

APA YANG KITA LIHAT JIKA KITA MENATAP TERUS KE DEPAN

Allah Yang Maha Tinggi menyingkap diri kepada umat manusia dengan namaNya Yehuwa dan melalui kasih, belas kasihan, pemeliharaan yang lembut dan kemurahanNya. (Mzm. 83:19; Kis. 14:17) Yehuwa telah terbukti begitu penuh dengan sifat-sifat ini. Maka seperti Ayub yang setia dulu, hendaknya kita dapat berseru, ”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayb. 42:5) Dengan mata iman, kita juga melihat Yesus sedang duduk di sebelah kanan Allah di sorga. Dialah yang memberikan kehidupannya untuk memerdekakan kita dari perbudakan dosa dan maut. Betapa menawannya pemandangan ini!—Kol. 3:1, 2; bandingkan Kisah Rasul-Rasul 7:55, 56.

Seolah-olah ini belum cukup, maka di kaki langit kita lihat fajar menyingsing manakala kerajaan Allah akan mulai menjadikan bumi sebuah firdaus sudah di ambang pintu! Jangan sampai pandangan kita tersimpang dari kenyataan-kenyataan ini. Mata kita harus diarahkan begitu rupa seperti lensa sebuah kamera yang disetel dengan cermat, sehingga benda-benda yang berada di depan kita, menghasilkan bayangan gambar yang jelas dalam semangat dan hati kita.

”Matamu adalah pelita tubuhmu,” kata Yesus. ”Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu.” (Luk. 11:34) Kalau mata yang baik diarahkan kepada Yehuwa, PuteraNya dan KerajaanNya, kita akan sanggup mengatasi kecenderungan untuk menyerah bahkan dalam keadaan-keadaan yang sulit. Jadi kita akan sungguh-sungguh menaruh perhatian kepada nasehat ini, ”Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.”—Ams. 4:25, 26.

PERLU USAHA UNTUK TERUS MENATAP KE DEPAN

Dari kisah nyata tadi, jelaslah dibutuhkan banyak usaha untuk tetap maju ke depan dalam keadaan-keadaan yang sulit. Lebih mudah untuk menyerah dan putus asa. Sejarah dunia saat ini memperlihatkan bahwa kita hidup dalam keadaan-keadaan yang sulit yang diingatkan oleh Paulus kepada kita di 2 Timotius 3:1, ”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” Meskipun banyak orang Kristen memberikan teladan ketekunan yang bagus, ada yang memperlihatkan tanda-tanda kelesuan dan ada pula yang bahkan cenderung untuk meninggalkan pertandingan. Sangatlah berguna untuk diketahui alasan-alasan apa yang menyebabkan seorang Kristen mulai memperlihatkan gejala-gejala kelelahan dan, terlebih penting lagi, mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk mengimbanginya. Faktor-faktor berikut ini telah terbukti menolong orang-orang Kristen untuk tetap menatap terus ke depan bila mereka telah kehilangan semangat atau hampir menyerah.

MEMPERKEMBANGKAN PANDANGAN YANG POSITIP

Anjuran merupakan tenaga yang kuat untuk bertekun. (Kis. 27:33-36) Sikap yang positip perlu sebagai suatu anjuran, sedangkan sikap negatip justru berakibat sebaliknya, yaitu mengecilkan hati. Apakah saudara mengenal orang yang sangat negatip dan kritis tentang hampir semua hal? Apakah mereka bahagia? Tentu tidak semua kritik salah, karena ada juga kritik yang benar. Tetapi tidakkah saudara setuju bahwa kritik yang negatip menyebabkan seorang yang kritis menjadi lesu dan dapat membuatnya menjadi sangat tidak bahagia? Karena yang penting di sini tak lain dari pandangan, maka kesulitan akan diatasi dengan memperkembangkan sikap yang positip.

Yehuwa senantiasa mencari hal-hal yang baik bahkan dalam diri orang-orang yang bersalah. Walaupun perbuatan salah dari Raja Yosafat menimbulkan murka Allah terhadapnya, Yehuwa berkata kepadanya, ”Namun masih terdapat hal-hal yang baik padamu.” (2 Taw. 19:3) Jadi tidakkah sebaiknya meniru Yehuwa dalam hal ini, dan mencari kebaikan dalam diri orang lain? Misalnya, jika saudara ingin mengritik seorang penatua yang terlantik dalam sidang Kristen, tidakkah berfaedah untuk mempertimbangkan banyak hal baik yang dimilikinya—kasihnya kepada Yehuwa dan sidang, kerja kerasnya mempersiapkan perhimpunan-perhimpunan dan kerelaannya untuk membantu? Dengan demikian dapat lebih mudah membuang pendapat-pendapat negatip dari pikiran saudara. Dan kapan saja saudara dihadapkan dengan keadaan-keadaan yang nampaknya negatip, tidakkah sebaiknya dipertimbangkan kebaikan yang dihasilkan kalau reaksi saudara tepat dalam keadaan semacam itu? Ada teladan yang bermutu dari Yesus, yang menderita di tangan para musuhnya namun ”telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya”.—Ibr. 5:8.

BINALAH IMAN DAN KEPERCAYAAN YANG LEBIH BESAR

Boleh jadi saudara pernah bertemu dengan orang yang dikuasai oleh rasa rendah diri. Bahkan orang Kristen dapat terlalu dikuasai oleh perasaan-perasaan semacam itu sehingga menganggap dirinya tidak berharga dan tidak lagi layak untuk terus berada pada jalan Kristen. Tetapi apakah ini cara yang benar untuk memandang masalahnya? Tentu saja tidak. Anak-anak Yehuwa di bumi sangat berharga bagiNya. (Hag. 2:7) Tak seorangpun yang berusaha melakukan apa yang benar dipandang rendah olehNya. Jadi yang kita butuhkan justru keyakinan yang makin bertambah kepada Yehuwa dan iman yang lebih besar akan kesanggupan Allah untuk menjadikan kita hamba-hamba yang memenuhi syarat melalui rohNya.—2 Kor. 3:5.

Dari pada membiarkan diri berkecil-hati dan menyerah, dengan mengingat hal-hal yang disebutkan tadi, kita akan dianjurkan untuk terus menatap ke depan dengan yakin. Karena bertekun kita akan merasakan sukacita, sebab ”berbahagialah orang yang percaya kepada Yehuwa”.—Ams. 16:20.

JANGAN KUATIR

Rasa kuatir yang berlebihan juga merampas keriangan hidup dari seseorang dan membuatnya lesu. Bahwa ini merupakan faktor yang penting sekarang, ditunjukkan oleh kata-kata Yesus tentang ”akhir zaman”. (Dan. 12:4) Ia menjelaskan bahwa ”Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini.”—Luk. 21:26.

Ada orang yang selalu membicarakan keadaan yang susah, ekonomi yang sulit, inflasi yang membubung, bertambahnya kejahatan, kehidupan keluarga yang berantakan, rasa kesepian dan banyak perkara lainnya yang tidak menyenangkan. Karena rasa kuatir ini, bahkan beberapa orang Kristen telah kehilangan kemauan untuk tetap berjalan melawan badai, sehingga kehidupan mereka terancam. Jadi memang beralasan untuk memiliki pandangan yang sama sekali berbeda. Inilah nasehat yang menggerakkan dari Paulus, ”Bersukacitalah [ya, bahkan bila problem-problem timbul] senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! . . . Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Apa hasilnya? ”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Flp. 4:4-7) Orang demikian tidak akan berputus asa.

USAHAKAN KEROHANIAN YANG LEBIH DALAM

Untuk tabah melalui badai salju, perlu semangat hidup yang sangat besar. Cadangan tenaga yang berkurang dalam tubuh harus diganti kembali. Demikian pula halnya orang Kristen yang tidak tetap memberi makan pikiran dan hatinya dengan makanan rohani, akan menjadi tidak bahagia dan menjadi lelah. Jika keadaan ini berlangsung terlalu lama, ia tidak akan terus berada pada jalan kehidupan.—Mat. 4:4.

Yang terutama ditonjolkan dewasa ini adalah kesenangan dan hiburan-hiburan. Ini dapat menyebabkan bahkan orang-orang Kristen yang dulunya kuat menjadi ”mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah”. (2 Tim. 3:4) Ini, selanjutnya, akan menyita waktu secara rohani. Juga, materialisme, ’tekad untuk menjadi kaya’, banyak menuntut waktu dari seseorang sehingga kecenderungan rohani bisa menjadi binasa. Peringatan dari Paulus teristimewa cocok bagi zaman kita, ”Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman.”—1 Tim. 6:9, 10.

Orang yang ingin berdiri teguh dalam masa penuh tekanan ini, harus memperdalam kerohaniannya dengan membuat jadwal waktu harian untuk mempelajari Alkitab dan publikasi-publikasi yang berdasarkan Alkitab. Dan ia harus berusaha terus bergaul dengan saudara-saudara seiman. (2 Tim. 3:16, 17; Ibr. 10:24, 25) Ini akan membantu meneguhkan pikiran dan hatinya seperti diuraikan di Yesaya 40:29-31, ”Dia [Yehuwa] memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. . . . orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN . . . mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

BERJALAN DENGAN ALLAH

Berbahagialah orang yang tidak ’berjalan sendiri’ tetapi mempunyai seorang teman di perjalanan. Ya, ”berdua lebih baik dari pada seorang diri, . . . Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya.” (Pkh. 4:9, 10) Orang yang setia di zaman dulu seperti Henokh dan Nuh mempunyai teman terbaik dalam perjalanan mereka. Mereka berjalan dengan Allah. (Kej. 5:24; 6:9) Kalau kita berjalan dengan Allah, kita memperoleh bantuan yang perlu untuk hidup terus melewati badai yang paling hebat. Komunikasi setiap hari dengan Yehuwa dan hubungan pribadi yang kuat dengan Bapa sorgawi akan membuat orang tetap tegak.

Misalnya, jika seseorang merasa sepi karena kematian merenggut teman hidup yang dikasihi atau anaknya, hubungan intim ini dengan Allah akan membantunya menanggung rasa kehilangan yang perih. Bila orang Kristen diperlakukan dengan tidak baik, menderita karena ketidakadilan, atau bahkan bila ia sakit hati karena seorang saudara seiman, hubungan yang sangat berharga dengan Yehuwa akan melindunginya untuk tidak menyerah dalam perjuangannya. Sekalipun seseorang telah berdosa dan hati kecilnya sangat terganggu dalam pertobatan, hubungan dengan Yehuwa akan memulihkan dia dan, melalui korban tebusan Yesus Kristus, dosa-dosanya akan diampuni. (1 Yoh. 1:7) Ia akan terus menatap dan berjalan lurus ke depan sebagai seorang Kristen.

MENATAP KE DEPAN MENGHASILKAN UPAYA YANG LIMPAH

Sebagaimana telah kita lihat, perlu sekali bersikap positip untuk memungkinkan kita bertahan mengatasi tantangan-tantangan dalam kehidupan pribadi kita. Selain itu, boleh jadi kita masing-masing harus menghadapi ”sengsara besar”, suatu ”badai” hebat seluas dunia yang akan menghancurkan seluruh sistem dunia sekarang ini. (Mat. 24:21, 22; Yer. 25:31, 32) Roh Allah akan menolong kita untuk melalui badai ini dan tetap hidup bila semua berlalu dan matahari muncul menyinari bumi yang sudah dibersihkan, bumi yang akan diubah menjadi firdaus sedunia.

Allah Yehuwa tidak ingin kita menjadi lelah dan menyerah. Ia ingin kita berada di antara orang-orang yang oleh Paulus dilukiskan di Ibrani 6:11, 12, ”Kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.” Jadi, janganlah kita menjadi lelah, tetapi biarlah hubungan pribadi kita dengan Allah Yehuwa, iman kita kepada korban tebusan Yesus dan pandangan yang cerah akan Susunan Baru menjadi tenaga yang menggiatkan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita akan menjadi seperti Musa, yang melihat Yehuwa dengan iman, dan seperti Yesus, yang menatap ke depan, kepada sukacita yang diperuntukkan baginya. Ya, dan sama seperti ratusan ribu orang Kristen di seluruh bumi yang terus menatap ke depan dan dengan yakin berkata, ”Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”—Ibr. 10:39.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan