PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w96 1/9 hlm. 14-19
  • Hukum Kristus

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Hukum Kristus
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Perjanjian Baru
  • Hukum yang Berasal dari Kemerdekaan
  • Yesus dan Orang-Orang Farisi
  • Apakah Hukum Kristus Bersifat Serba Boleh?
  • Susunan Kristen Mencemari Hukum Kristus
  • Menarik Pelajaran dari Kesalahan Susunan Kristen
  • Hukum Sebelum Kristus
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Makna Hukum Musa bagi Saudara
    Bersatu dalam Ibadat dari Satu-Satunya Allah yang Benar
  • ”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
  • Apakah Kita di bawah Sepuluh Hukum?
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
w96 1/9 hlm. 14-19

Hukum Kristus

”Aku . . . di bawah hukum terhadap Kristus.”​—1 KORINTUS 9:21.

1, 2. (a) Bagaimana kebanyakan kesalahan manusia sebenarnya dapat dicegah? (b) Apa yang gagal dipelajari Susunan Kristen dari sejarah Yudaisme?

”BANGSA-BANGSA dan pemerintah-pemerintah tidak pernah belajar dari pengalaman sejarah, atau bertindak menurut prinsip-prinsip yang diperoleh darinya sebagai kesimpulan.” Demikian pernyataan seorang filsuf Jerman abad ke-19. Memang, jalannya sejarah manusia telah digambarkan sebagai se-”rentetan kebodohan”, serangkaian kesalahan dan krisis yang mengerikan, yang kebanyakan bisa saja dicegah seandainya saja umat manusia mau menarik pelajaran dari kesalahan di masa lampau.

2 Pembahasan tentang hukum ilahi kali ini mengulas tentang sikap yang sama yakni tidak mau menarik pelajaran dari kesalahan di masa lampau. Allah Yehuwa mengganti Hukum Musa dengan hukum yang jauh lebih baik​—hukum Kristus. Namun, para pemimpin Susunan Kristen, yang mengaku mengajarkan dan menjalankan hukum ini, telah gagal menarik pelajaran dari kebodohan besar yang dilakukan orang-orang Farisi. Oleh karena itu, Susunan Kristen memutarbalikkan dan menyalahgunakan hukum Kristus sama seperti yang dilakukan Yudaisme terhadap Hukum Musa. Bagaimana hal itu sampai terjadi? Pertama-tama, marilah kita membahas tentang hukum Kristus​—hukum macam apakah itu, siapa yang berada di bawah hukum itu dan bagaimana, serta apa yang membedakannya dari Hukum Musa. Kemudian kita akan memeriksa bagaimana Susunan Kristen telah menyalahgunakannya. Dengan demikian semoga kita dapat belajar dari pengalaman sejarah dan memperoleh manfaat darinya!

Perjanjian Baru

3. Janji apa Yehuwa adakan sehubungan dengan suatu perjanjian baru?

3 Siapa selain Allah Yehuwa yang sanggup memperbaiki suatu Hukum yang sempurna? Perjanjian Hukum Musa adalah perjanjian yang sempurna. (Mazmur 19:8) Akan tetapi, Yehuwa berjanji, ”Sesungguhnya, akan datang waktunya, . . . Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka.” Sepuluh Hukum​—inti dari Hukum Musa​—ditulis di atas lempeng batu. Namun tentang perjanjian baru, Yehuwa mengatakan, ”Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka.”​—Yeremia 31:31-34.

4. (a) Israel yang mana terlibat dalam perjanjian baru? (b) Siapa lagi selain orang-orang Israel rohani berada di bawah hukum Kristus?

4 Siapa yang akan dimasukkan ke dalam perjanjian baru ini? Tentu saja bukan ”rumah Israel” harfiah, yang menolak Perantara dari perjanjian ini. (Ibrani 9:15) Sebaliknya, ”Israel” baru ini adalah ”Israel milik Allah”, suatu bangsa yang terdiri dari orang-orang Israel rohani. (Galatia 6:16; Roma 2:28, 29) Kelompok kecil orang-orang Kristen yang diurapi roh ini belakangan akan disertai oleh suatu ”kumpulan besar” dari segala bangsa yang juga akan berupaya menyembah Yehuwa. (Penyingkapan 7:9, 10; Zakharia 8:23) Meskipun tidak ambil bagian dalam perjanjian baru ini, mereka juga akan terikat oleh hukum. (Bandingkan Imamat 24:22; Bilangan 15:15.) Sebagai ”satu kawanan” di bawah ”satu gembala”, semua akan berada ”di bawah hukum terhadap Kristus”, seperti yang ditulis rasul Paulus. (Yohanes 10:16; 1 Korintus 9:21) Paulus menyebut perjanjian baru ini suatu ”perjanjian yang lebih baik”. Mengapa? Antara lain, ini didasarkan atas janji-janji yang tergenap, bukan atas bayangan dari perkara-perkara yang akan datang.—Ibrani 8:6; 9:11-14.

5. Apa tujuan perjanjian baru, dan mengapa itu akan berhasil?

5 Apa tujuan dari perjanjian ini? Tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu bangsa yang terdiri dari raja-raja dan imam-imam guna memberkati seluruh umat manusia. (Keluaran 19:6; 1 Petrus 2:9; Penyingkapan 5:10) Perjanjian Hukum Musa tidak pernah menghasilkan bangsa semacam itu dalam arti penuh, karena Israel secara keseluruhan memberontak dan kehilangan kesempatan mereka ini. (Bandingkan Roma 11:17-21.) Akan tetapi, perjanjian baru pasti berhasil karena ini dikaitkan dengan suatu hukum yang sangat berbeda jenisnya. Dalam hal apa saja hukum ini berbeda?

Hukum yang Berasal dari Kemerdekaan

6, 7. Bagaimana hukum Kristus menyediakan kemerdekaan yang lebih besar daripada kemerdekaan dari Hukum Musa?

6 Hukum Kristus berulang-kali dikaitkan dengan kemerdekaan. (Yohanes 8:31, 32) Itu disebut sebagai ”hukum dari umat yang merdeka” dan ”hukum yang sempurna yang berasal dari kemerdekaan”. (Yakobus 1:25; 2:12) Tentu saja, semua kemerdekaan di kalangan umat manusia bersifat relatif. Namun, hukum ini menawarkan kemerdekaan yang jauh lebih besar daripada pendahulunya, Hukum Musa. Mengapa demikian?

7 Sebagai contoh, tidak seorang pun berada di bawah hukum Kristus sejak lahir. Faktor-faktor seperti ras dan tempat kelahiran tidak menjadi soal. Orang-orang Kristen sejati bebas memilih di dalam hati mereka untuk menerima kuk ketaatan kepada hukum ini. Dengan melakukannya, mereka merasa bahwa ini adalah kuk yang menyenangkan, tanggungan yang ringan. (Matius 11:28-30) Bagaimanapun juga, Hukum Musa juga dirancang untuk mengajar manusia bahwa ia berdosa dan sangat membutuhkan korban tebusan untuk menebusnya. (Galatia 3:19) Akan tetapi, Hukum Kristus mengajarkan bahwa Mesias telah datang, membayar harga tebusan dengan kehidupannya, dan membuka jalan bagi kita untuk dibebaskan dari penindasan yang hebat oleh dosa dan kematian! (Roma 5:20, 21) Untuk memperoleh manfaat, kita perlu ”menjalankan iman” kepada korban tersebut.—Yohanes 3:16.

8. Apa yang tercakup dalam hukum Kristus, namun mengapa menjalankan hukum itu tidak menuntut menghafal ratusan undang-undang hukumnya?

8 ”Menjalankan iman” termasuk menjalankan hukum Kristus. Itu meliputi menaati segala perintah Kristus. Apakah ini maksudnya menghafalkan ratusan hukum dan undang-undang? Tidak. Musa, perantara dari perjanjian lama, menuliskan Hukum Musa, sedangkan Yesus, Perantara dari perjanjian baru, tidak pernah menuliskan satu hukum pun. Sebaliknya, ia menjalankan hukum ini. Melalui haluan kehidupannya yang sempurna, ia menyediakan suatu pola untuk diikuti oleh kita semua. (1 Petrus 2:21) Barangkali itulah sebabnya mengapa ibadat orang-orang Kristen masa awal disebut sebagai ”Jalan Itu”. (Kisah 9:2; 19:9, 23; 22:4; 24:22) Bagi mereka, hukum Kristus ditunjukkan dalam teladan kehidupan Kristus. Meniru Yesus berarti menaati hukum ini. Kasih mereka yang kuat kepadanya mengartikan bahwa hukum ini benar-benar ditulis dalam hati mereka, seperti yang telah dinubuatkan. (Yeremia 31:33; 1 Petrus 4:8) Dan seseorang yang taat karena kasih tidak akan pernah merasa tertindas—alasan lain lagi mengapa hukum Kristus dapat disebut ”hukum dari umat yang merdeka”.

9. Apa intisari dari hukum Kristus, dan dalam hal apa hukum ini mencakup suatu perintah baru?

9 Jika dalam Hukum Musa kasih itu penting, kasih adalah intisari dari hukum Kristen. Hukum Kristus dengan demikian mencakup suatu perintah baru—orang-orang Kristen harus memiliki kasih yang rela berkorban bagi satu sama lain. Mereka harus mengasihi sebagaimana halnya Yesus; ia dengan rela menyerahkan nyawanya demi kepentingan sahabat-sahabatnya. (Yohanes 13:34, 35; 15:13) Maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa hukum Kristus adalah suatu pernyataan teokratis yang bahkan lebih mulia daripada hukum Musa. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh jurnal ini sebelumnya, ”Teokrasi merupakan pemerintahan oleh Allah; Allah adalah kasih; maka teokrasi adalah pemerintahan oleh kasih.”

Yesus dan Orang-Orang Farisi

10. Bagaimana pengajaran Yesus kontras dengan pengajaran orang-orang Farisi?

10 Maka, tidak mengherankan bahwa Yesus bertolak belakang dengan para pemimpin agama Yahudi pada zamannya. Suatu ”hukum yang sempurna yang berasal dari kemerdekaan” sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak para penulis dan orang-orang Farisi. Mereka berupaya mengendalikan orang-orang melalui peraturan-peraturan buatan manusia. Pengajaran mereka menjadi menindas, mengecam, dan negatif. Sebaliknya, pengajaran Yesus sangat membina dan positif! Yesus bersifat praktis dan memperhatikan kebutuhan dan keprihatinan yang sebenarnya dari orang-orang. Ia mengajar dengan sederhana dan dengan perasaan yang tulus, dengan menggunakan berbagai ilustrasi dari kehidupan sehari-hari dan menggunakan wewenang dari Firman Allah. Oleh karena itu, ”kumpulan orang terpukau atas cara ia mengajar”. (Matius 7:28) Ya, pengajaran Yesus mencapai hati mereka!

11. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa Hukum Musa seharusnya diterapkan dengan sikap masuk akal dan belas kasihan?

11 Sebaliknya daripada menambahkan lebih banyak peraturan kepada Hukum Musa, Yesus memperlihatkan bagaimana orang-orang Yahudi seharusnya selalu menerapkan Hukum tersebut—yaitu dengan sikap masuk akal dan belas kasihan. Misalnya, ingatlah peristiwa ketika ia didekati oleh seorang wanita yang menderita pendarahan. Menurut Hukum Musa, siapa pun yang disentuh wanita itu menjadi najis, maka wanita itu tentu tidak boleh berbaur dengan kumpulan orang banyak! (Imamat 15:25-27) Tetapi ia begitu ingin disembuhkan sehingga ia menerobos kerumunan orang banyak dan menyentuh pakaian luar Yesus. Pendarahan berhenti saat itu juga. Apakah Yesus menghardiknya karena melanggar Hukum? Tidak; sebaliknya Yesus memahami keadaannya yang tanpa harapan dan mempertunjukkan perintah yang terbesar dari hukum—kasih. Dengan penuh empati ia mengatakan kepada wanita itu, ”Anak perempuan, imanmu telah membuatmu sembuh. Pergilah dalam kedamaian, dan sehatlah dari penyakitmu yang memedihkan hati.”—Markus 5:25-34.

Apakah Hukum Kristus Bersifat Serba Boleh?

12. (a) Mengapa kita hendaknya tidak menyimpulkan bahwa Kristus bersifat serba boleh? (b) Apa yang memperlihatkan bahwa menciptakan banyak hukum menyebabkan terciptanya banyak celah hukum?

12 Jadi, haruskah kita simpulkan bahwa karena hukum Kristus ”berasal dari kemerdekaan”, hukum itu bersifat serba boleh, sedangkan orang-orang Farisi, dengan semua tradisi lisannya, setidaknya membuat tingkah laku orang tetap dalam batas-batas yang ketat? Tidak. Sistem hukum dewasa ini memperlihatkan bahwa sering kali semakin banyak hukum, semakin banyak celah hukum yang ditemukan orang di dalamnya.a Pada zaman Yesus, banyaknya peraturan Farisi membuka kesempatan untuk mencari celah, perbuatan yang dilakukan secara mekanis tanpa kasih, dan mengembangkan sikap menganggap diri adil-benar demi menyembunyikan kebejatan di dalam.—Matius 23:23, 24.

13. Mengapa hukum Kristus menghasilkan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaidah hukum tertulis mana pun?

13 Hukum Kristus, sebaliknya, tidak mengembangkan sikap semacam itu. Sebenarnya, menaati hukum yang berdasarkan kasih kepada Yehuwa dan yang ditaati dengan meniru kasih Yesus yang rela berkorban bagi orang-orang lain, menghasilkan standar tingkah laku yang jauh lebih tinggi daripada mengikuti kaidah hukum yang formal. Kasih tidak mencari celah; kasih mencegah kita agar tidak melakukan hal-hal yang berbahaya meskipun suatu kaidah hukum tidak secara eksplisit melarangnya. (Lihat Matius 5:27, 28.) Maka, hukum Kristus akan menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu bagi orang-orang lain​—memperlihatkan kemurahan hati, keramahtamahan, dan kasih—​dalam cara-cara yang untuk melakukannya tidak bergantung kepada hukum formal mana pun.​—Kisah 20:35; 2 Korintus 9:7; Ibrani 13:16.

14. Pengaruh apa dihasilkan dengan menjalankan hukum Kristus atas sidang Kristen pada abad pertama?

14 Selama anggota-anggotanya menjalankan hukum Kristus, sidang Kristen masa awal menikmati suasana yang hangat dan penuh kasih, secara relatif bebas dari sikap yang kaku, bersifat menghakimi dan munafik yang begitu lazim dalam sinagoga-sinagoga pada zaman itu. Anggota-anggota dari sidang yang masih muda ini pasti benar-benar merasa bahwa mereka menjalani ”hukum dari umat yang merdeka”!

15. Apa saja upaya awal Setan untuk merusak sidang Kristen?

15 Akan tetapi, Setan ingin sekali merusak sidang Kristen dari dalam, tepat sebagaimana ia telah merusak bangsa Israel. Rasul Paulus memperingatkan terhadap pria-pria seperti serigala yang akan ”membicarakan perkara-perkara yang belat-belit” dan menindas kawanan Allah. (Kisah 20:29, 30) Ia harus bersoal jawab dengan para penganut Yudaisme, yang berupaya menukar kemerdekaan yang relatif dari hukum Kristus dengan perbudakan kepada Hukum Musa, yang telah digenapi dalam Kristus. (Matius 5:17; Kisah 15:1; Roma 10:4) Setelah rasul yang terakhir meninggal, tidak ada lagi pengekangan terhadap kemurtadan demikian. Maka kerusakan pun merajalela.​—2 Tesalonika 2:6, 7.

Susunan Kristen Mencemari Hukum Kristus

16, 17. (a) Susunan Kristen mengalami kerusakan dalam bentuk-bentuk apa saja? (b) Bagaimana hukum-hukum dari Gereja Katolik mendukung pandangan yang diputarbalikkan tentang seks?

16 Seperti halnya Yudaisme, kerusakan dalam Susunan Kristen muncul dalam lebih dari satu bentuk. Ia juga terjerat ke dalam doktrin-doktrin palsu dan moral bebas. Dan upayanya untuk melindungi kawanannya terhadap pengaruh-pengaruh luar sering kali terbukti merusak sisa ibadat murni yang masih ada. Hukum-hukum yang kaku dan tidak berdasarkan Alkitab pun berkembang luas.

17 Gereja Katolik telah menjadi terkemuka dalam menciptakan banyak sekali hukum gereja. Hukum-hukum ini khususnya menyimpangkan makna perkara-perkara berkenaan seks. Menurut buku Sexuality and Catholicism, gereja menyerap filsafat Yunani yaitu Stoikisme yang mempermasalahkan segala bentuk kesenangan. Gereja mulai mengajarkan bahwa segala kesenangan seksual, termasuk dalam hubungan perkawinan yang normal, adalah dosa. (Pertentangkan Amsal 5:18, 19.) Seks dianggap hanya untuk menghasilkan keturunan, tidak lebih daripada itu. Itulah sebabnya hukum gereja mengecam segala bentuk kontrasepsi sebagai dosa yang serius, yang kadang-kadang menuntut hukuman selama bertahun-tahun. Selain itu, para imam dilarang menikah, yaitu suatu perintah yang telah menyebabkan banyak hubungan seks gelap, termasuk penganiayaan seksual atas anak-anak.—1 Timotius 4:1-3.

18. Apa yang dihasilkan dari dilipatgandakannya hukum-hukum gereja?

18 Seraya hukum-hukum gereja berlipat ganda, itu disusun menjadi buku. Buku-buku ini mulai mengaburkan dan menggantikan Alkitab. (Bandingkan Matius 15:3, 9.) Seperti Yudaisme, gereja Katolik tidak mempercayai tulisan sekuler dan benar-benar menganggapnya sebagai ancaman. Tak lama kemudian, pandangan ini jauh melampaui peringatan Alkitab yang masuk akal sehubungan soal ini. (Pengkhotbah 12:12; Kolose 2:8) Jerome, seorang penulis gereja pada abad keempat M, mengatakan, ”Oh Tuhan, jika hamba sampai memiliki kitab-kitab duniawi dan membacanya, hamba telah menyangkal-Mu.” Pada akhirnya, gereja mulai menyensor buku-buku​—bahkan buku-buku dengan tema sekuler. Itulah sebabnya astronom abad ke-17, Galileo, dikecam karena menulis bahwa bumi mengorbit matahari. Dengan gereja berkeras untuk menjadi wewenang terakhir atas segala sesuatu​—bahkan berkenaan astronomi—​gereja akhirnya justru melemahkan iman akan Alkitab.

19. Bagaimana biara-biara memberlakukan otoritas yang kaku?

19 Pembuatan peraturan oleh gereja tumbuh subur dalam biara-biara, tempat para biarawan memisahkan diri mereka dari dunia ini untuk hidup dalam penyangkalan diri. Kebanyakan biara Katolik berpaut kepada ”Peraturan St. Benedict”. Abbot [kepala biara] (suatu gelar yang berasal dari kata Aramaik untuk ”bapak”) berkuasa dengan wewenang absolut. (Bandingkan Matius 23:9.) Jika seorang biarawan mendapat oleh-oleh dari orang-tuanya, kepala biara akan memutuskan apakah sang biarawan atau orang lain yang akan menerimanya. Selain melarang perkataan cabul, sebuah peraturan yang melarang segala macam obrolan ringan dan lelucon, dengan mengatakan, ”Tidak seorang murid pun boleh mengucapkan hal-hal demikian.”

20. Apa yang memperlihatkan bahwa Protestantisme juga terbukti mahir dalam memberlakukan otoritas yang tidak berdasarkan Alkitab?

20 Protestantisme, yang berupaya melakukan reformasi atas hal-hal berlebihan yang tidak berdasarkan Alkitab dari Gereja Katolik, segera menjadi sama mahirnya dalam membuat peraturan otoriter tanpa dasar hukum Kristus. Misalnya, reformis terkemuka John Calvin dijuluki ”legislator dari Gereja yang direnovasi”. Ia memerintah Gereja di Jenewa dengan banyak peraturan kaku yang diberlakukan oleh para ”Penatua” yang, menurut Calvin, ”tugas”nya adalah ”mengawasi kehidupan setiap orang”. (Pertentangkan dengan 2 Korintus 1:24.) Gereja mengelola penginapan dan menentukan topik percakapan apa yang diperbolehkan. Ada hukuman yang keras bagi pelanggaran seperti melantunkan nyanyian atau tarian yang tidak formal.b

Menarik Pelajaran dari Kesalahan Susunan Kristen

21. Apa yang menjadi pengaruh keseluruhan dari kecenderungan Susunan Kristen untuk ”melampaui perkara-perkara yang tertulis”?

21 Apakah semua peraturan dan hukum ini berperan untuk melindungi Susunan Kristen terhadap kerusakan? Justru sebaliknya! Dewasa ini, Susunan Kristen telah terpecah-belah menjadi ratusan sekte, mulai dari yang sangat ketat sampai yang sangat serba boleh. Mereka semua, dengan satu atau lain cara, telah ”melampaui perkara-perkara yang tertulis”, membiarkan cara berpikir manusia mengatur kawanan dan merusak hukum ilahi.—1 Korintus 4:6.

22. Mengapa kerusakan Susunan Kristen tidak berarti akhir dari hukum Kristus?

22 Akan tetapi, sejarah hukum Kristus tidak berakhir dengan tragis. Allah Yehuwa tidak akan pernah membiarkan manusia melenyapkan hukum ilahi. Hukum Kristen masih berlaku dewasa ini di kalangan orang-orang Kristen sejati, dan mereka memiliki hak istimewa besar untuk menjalankan hukum itu. Namun setelah memeriksa apa yang telah dilakukan Yudaisme dan Susunan Kristen atas hukum ilahi, kita sepantasnya bertanya, ’Bagaimana caranya kita menjalankan hukum Kristus sambil menghindari jerat mencemari Firman Allah dengan penalaran dan peraturan manusia yang merusak makna sesungguhnya dari hukum ilahi? Pandangan seimbang apa hendaknya ditanamkan dalam diri kita dewasa ini oleh hukum Kristus?’ Artikel selanjutnya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

[Catatan Kaki]

a Orang-orang Farisi khususnya bertanggung jawab atas bentuk Yudaisme yang ada dewasa ini, maka tidak mengejutkan bahwa Yudaisme masih mencari celah dalam banyak pembatasan hari Sabat yang ditambahkan. Misalnya, orang yang berkunjung ke sebuah rumah sakit Yahudi ortodoks pada hari Sabat akan mendapati bahwa lift secara otomatis berhenti di setiap lantai supaya para pemakainya tidak perlu melakukan ”pekerjaan” dosa untuk menekan tombol lift. Beberapa dokter ortodoks menulis resep dengan tinta yang akan hilang dalam waktu beberapa hari. Mengapa? Misynah mengklasifikasikan menulis sebagai ”pekerjaan”, namun mendefinisikan ”menulis” sebagai menggoreskan tanda yang bertahan lama.

b Servetus, yang membantah beberapa pandangan teologi Calvin, dibakar di tiang sebagai seorang bidah.

Bagaimana Saudara Akan Menjawab?

◻ Apa intisari dari hukum Kristus?

◻ Bagaimana gaya mengajar Yesus berbeda dari gaya mengajar orang-orang Farisi?

◻ Untuk merusak Susunan Kristen, bagaimana Setan menggunakan kecenderungan untuk membuat hukum dan yang bersifat kaku?

◻ Apa saja pengaruh positif dari menjalankan hukum Kristus?

[Gambar di hlm. 16]

Yesus menerapkan Hukum Musa dengan sikap masuk akal dan belas kasihan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan