PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w86_s-23 hlm. 3-6
  • Alkitab​—Buku bagi Seluruh Umat Manusia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Alkitab​—Buku bagi Seluruh Umat Manusia
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-23)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Berita bagi Seluruh Umat Manusia
  • Suatu Pandangan Umum Dari Awal
  • Suatu Janji demi Kefaedahan Seluruh Umat Manusia
  • Suatu Tata Praja untuk Perdamaian
  • Manakala Semua Ras Hidup Bersama dalam Damai
    Sedarlah!—1993
  • Apa yang Allah Lakukan Selama Ini?
    Perdamaian dan Keamanan Sejati—Bagaimana Memperolehnya?
  • Apa yang Telah Dilakukan Allah Selama Ini?
    Perdamaian dan Keamanan yang Sejati—Dari Sumber Manakah?
  • Prasangka Ras
    Sedarlah!—2014
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-23)
w86_s-23 hlm. 3-6

Alkitab​—Buku bagi Seluruh Umat Manusia

”SESUNGGUHNYA, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta.”

Kumpulan apakah itu? Dan apa yang mereka lakukan?

’Mereka memegang daun-daun palem di tangan mereka,’ kata kisah itu selanjutnya. ”Dan dengan suara nyaring mereka berseru, ’Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba.’” Tidak, ini bukan suatu gerombolan yang menuntut sesuatu dengan kekerasan atau mengadakan unjuk-rasa untuk memperjuangkan sesuatu. Tetapi, ini suatu kumpulan orang-orang yang bahagia, penuh sukacita yang baru saja mengalami peristiwa yang paling menggembirakan. ”Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; . . . Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, . . . Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”

Berita bagi Seluruh Umat Manusia

Gambaran dari ”kumpulan besar” internasional itu terdapat dalam buku terakhir dari Alkitab, Wahyu, dalam pasal 7, ayat 9 sampai 17. Secara gambaran, kita diberi suatu pandangan ke masa depan di mana umat manusia tidak akan terbagi-bagi lagi oleh suku, bahasa, dan kebangsaan tetapi akan dipersatukan dalam perdamaian dan keselarasan serta menikmati kebebasan sejati dari rasa takut dan kekurangan. Hal itu, pada dasarnya merupakan berita unik yang disampaikan Alkitab kepada seluruh umat manusia.

’Tetapi,’ saudara mungkin bertanya, ’dalam hal apa berita itu unik? Bukankah di seluruh dunia orang berbicara tentang perdamaian dan persatuan?’ Memang. Dalam abad ketegangan internasional ini, yang diperburuk oleh pertikaian politik, ras, ekonomi, dan agama, siapa yang berakal sehat yang tidak prihatin terhadap perdamaian dunia? Tetapi lama sebelum adanya pertikaian-pertikaian internasional sedemikian dan lama sebelum keselamatan manusia menjadi sengketa, Alkitab berbicara tentang suatu masa di mana seluruh umat manusia akan menikmati perdamaian dan persatuan di bawah satu pemerintahan, Kerajaan Allah.

Suatu Pandangan Umum Dari Awal

Sejak mula-mula sekali, Alkitab memberikan suatu pandangan umum ketika membicarakan masa depan umat manusia. ”Beranakcuculah dan bertambah banyak: penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” adalah perintah pertama yang diberikan kepada Adam dan Hawa oleh Pencipta mereka, Allah Yehuwa. (Kejadian 1:28) Adam dan Hawa tidak akan menjadi nenek moyang dari satu ras atau bangsa khusus. Tetapi, mereka akan menjadi nenek moyang dari rumpun manusia. Rasul Paulus membuktikan kenyataan ini ketika ia menyampaikan berita Alkitab kepada orang-orang Yunani di Atena. Ia mengatakan kepada mereka bahwa ”dari satu orang saja [Allah] telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi.”—Kisah 17:26.

Kita harus mengakui bahwa konsep yang menyatakan seluruh rumpun manusia itu bersaudara sudah jauh lebih dahulu ada sebelum muncul pemikiran umum. Bahkan dewasa ini, walaupun banyak diadakan pembicaraan mengenai perdamaian dan persaudaraan dunia, tidakkah benar bahwa prasangka ras dan nasionalisme masih tetap ada di antara kekuatan-kekuatan yang paling memecah-belah yang mengganggu umat manusia? Namun, Alkitab tidak dipengaruhi oleh hal-hal ini dan penghalang-penghalang lain. Alkitab berbicara kepada orang dari segala bangsa sebagai satu keluarga besar dan berbicara tentang bumi sebagai sebuah rumah besar bagi seluruh rumpun manusia. Dalam pengertian ini, Alkitab benar-benar sebuah buku bagi seluruh umat manusia.

Harapan bahwa seluruh rumpun manusia akan hidup sebagai suatu keluarga yang bahagia di seluruh bumi akan terwujud kalau saja Adam dan Hawa tetap taat kepada Allah Yehuwa. Tetapi kenyataannya tidak demikian. ”Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa,” kata Alkitab kepada kita.—Roma 5:12.

Mengingat ini, tidak ada ras atau bangsa manapun yang lebih unggul atau lebih rendah dibandingkan ras atau bangsa lain. Dalam hal ini, Alkitab sekali lagi berbicara kepada seluruh umat manusia tanpa prasangka atau pilih kasih. Alkitab hanya menunjukkan bahwa ”semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23) Meskipun di daerah-daerah tertentu orang mungkin secara materi lebih makmur, berpendidikan lebih tinggi, dan sebagainya, bukankah di mana-mana kita melihat orang-orang harus menghadapi problem-problem pokok yang sama—penyakit, usia tua, ketidaksempurnaan, dan kematian?

Suatu Janji demi Kefaedahan Seluruh Umat Manusia

Meskipun keadaan manusia sangat menyedihkan, mereka tidak dibiarkan tanpa harapan. Pada saat yang genting, Allah Yehuwa turun tangan dengan memberikan janji. Kepada Abraham, Allah mengatakan, ”Melalui benihmu segala bangsa di bumi pasti akan memberkati diri mereka sendiri.” (Kejadian 22:18, NW) Secara kebetulan, janji ini diterima oleh tiga dari agama-agama utama di dunia—Yudaisme, Kristen, dan Islam—sebagai bagian dari kepercayaan mereka. Hanya Alkitab saja yang menyingkapkan pelaksanaan dari janji ini dengan mencatat bagaimana Allah Yehuwa berurusan dengan Abraham dan keturunannya, termasuk bangsa Israel purba.

Namun di sinilah banyak orang akan tersinggung. Mereka merasa bahwa ini merupakan bukti yang menyolok dalam hal pilih kasih atau prasangka nasionalistis. Karena alasan ini mereka menolak Alkitab, atau sedikitnya menolak banyak bagian dari Alkitab Ibrani, menganggapnya hanya sebagai adat kebiasaan suatu suku bangsa. Namun apakah ini alasan yang baik? Mengapa Yehuwa begitu yakin kepada Abraham dan memberikan janji ini kepadanya?

Alkitab menjelaskan, ”’Lalu percayalah Abraham kepada [Yehuwa], maka [Yehuwa] memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ’Sahabat [Yehuwa].’” (Yakobus 2:23) Menarik sekali, kitab suci Islam, Al Qur’an, juga menyebutkan iman sebagai alasan mengapa Abraham (Ibrahim) diterima oleh Allah sebagai sahabat. ”Dan siapakah yang lebih baik cara beragamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, berbuat kebajikan dan mengikuti agama [iman] Ibrahim yang cinta tauhid [keesaan Allah]? Allah telah menjadikan Ibrahim itu menjadi kesayanganNya [sahabatNya].”—SURAT IV, ayat 125, Terjemah & tafsir Al-Quran oleh Bachtiar Surin.

Bagaimana dengan orang-orang Israel? Lebih dari 400 tahun setelah Allah berjanji kepada Abraham, Musa mengatakan kepada mereka, ”Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati [Yehuwa] terpikat olehmu dan memilih kamu—bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?—tetapi karena [Yehuwa] mengasihi kamu dan memegang sumpahNya yang telah diikrarkanNya kepada nenek moyangmu.”—Ulangan 7:7, 8.

Jadi bukan karena Abraham atau orang-orang Israel dari suatu rumpun atau bangsa yang lebih unggul, atau karena mereka dalam hal tertentu lebih baik dari pada umat lain. Tetapi, oleh karena kasih dan kemurahan Allah yang diperlihatkan atas dasar iman dan perbuatan-perbuatan yang benar. Rasul Paulus menegaskan hal ini ketika ia mengatakan, ”Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”—Kisah 10:34, 35.

Jadi, meskipun Allah Yehuwa khususnya berurusan dengan bangsa Israel untuk suatu waktu, Ia benar-benar mengingat kesejahteraan seluruh umat manusia. Cara Dia berurusan dengan Israel tidak dicatat dalam Alkitab untuk memperkembangkan semangat nasionalisme atau mengunggulkan satu bangsa di atas bangsa lain. Tetapi, ”segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.” (Roma 15:4) Ya, peristiwa-peristiwa ini menonjolkan kasih dan kesabaran Allah dalam mewujudkan harapan bahwa seluruh umat manusia sekali lagi akan dipersatukan dalam perdamaian dan keselarasan. Bagaimana harapan ini akan terwujud?

Suatu Tata Praja untuk Perdamaian

Paulus menjelaskan, ”Sesuai dengan rencana kerelaan [Allah], Ia sendiri bermaksud mendirikan suatu tata praja pada batas penuh dari waktu yang telah ditetapkan, yaitu, untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus, segala sesuatu, perkara-perkara di surga maupun perkara-perkara di bumi.” (Efesus 1:9, 10, NW) Apa ”tata praja” ini?

Ungkapan ini diterjemahkan dari kata Yunani oi·ko·no·miʹa, yang pada dasarnya berarti ”pengelolaan suatu rumah tangga.” Jadi meskipun umat manusia terbagi secara politik, ras, ekonomi, dan agama, Allah bermaksud untuk menyingkirkan semua kekuatan yang memecahbelah ini dan mempersatukan kembali seluruh umat manusia yang taat sebagai satu keluarga yang bahagia seluas dunia. Bagaimana Ia akan melaksanakan ini? Ia akan mewujudkannya melalui Kerajaan Mesias di tangan PutraNya, Yesus Kristus.—Lihat Daniel 2:44; Yesaya 9:5, 6.

Dewasa ini, di tengah-tengah ketegangan dan problem seluas dunia, jutaan orang di seluruh dunia menyambut berita Alkitab tentang perdamaian dan keselarasan. Mereka muncul sebagai ”kumpulan besar” orang yang tak terhitung banyaknya yang digambarkan dalam buku Wahyu. Secara lambang, mereka sudah melambaikan daun palem di hadapan takhta Allah, memberikan puji-pujian dan tunduk kepada pribadi ”yang duduk di atas takhta,” Allah Yehuwa, ”dan bagi Anak Domba” Yesus Kristus.—Wahyu 7:9, 10.

Apakah berita itu menarik bagi saudara? Tidak soal ras, bangsa, atau bahasa saudara, dengan memeriksa dan menerima berita Alkitab sekarang, saudara dapat bergabung dengan ”kumpulan besar” internasional itu. Bersama mereka, saudara dapat mengatakan dengan yakin, ”Sesuai dengan janji [Allah], kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”—2 Petrus 3:13.

Ya, Alkitab dapat menjadi Buku yang cocok bagi saudara!

[Gambar di hlm. 4]

Adam dan Hawa adalah nenek moyang dari rumpun manusia

[Gambar di hlm. 6]

Abraham, yang meninggalkan tempat kediamannya, mendapat perkenan Allah melalui iman dan perbuatan baik

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan