PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • uw psl. 17 hlm. 132-138
  • ”Kasihilah Sungguh-Sungguh Seorang Akan yang Lain”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Kasihilah Sungguh-Sungguh Seorang Akan yang Lain”
  • Bersatu dalam Ibadat dari Satu-Satunya Allah yang Benar
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Apa yang Harus Dilakukan Bila Timbul Problem
  • Mencari Jalan ’Membuka Hati Selebar-Lebarnya’
  • ”Kasihilah Satu Sama Lain dengan Sungguh-Sungguh”
    Sembahlah Satu-satunya Allah yang Benar
  • Cara Menjaga Kasih Kita Tetap Kuat
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2023
  • ”Teruslah Mengasihi”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
  • Terus Tumbuhkan Kasih Persaudaraan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
Lihat Lebih Banyak
Bersatu dalam Ibadat dari Satu-Satunya Allah yang Benar
uw psl. 17 hlm. 132-138

Pasal 17

”Kasihilah Sungguh-Sungguh Seorang Akan yang Lain”

1, 2. (a) Apa yang sering mengesankan pendatang-pendatang baru pada perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa? (b) Bukti lain apa dari sifat ini mereka amati di kebaktian-kebaktian kita?

PERTAMA kali datang ke perhimpunan sidang Saksi-Saksi Yehuwa, orang-orang sering sangat terkesan oleh kasih yang diperlihatkan di sana. Hal ini mereka lihat dalam persaudaraan yang hangat serta sambutan yang diberikan kepada mereka secara pribadi.

2 Di kebaktian kita para pengunjung juga memperhatikan bahwa hadirin pada umumnya bertingkah laku sangat baik. Seorang wartawan menulis tentang kebaktian seperti itu: ’Tidak seorang pun dalam pengaruh narkotika atau alkohol. Tidak ada jeritan dan teriakan. Tidak saling mendorong. Tidak saling berdesakan. Tidak ada yang mencaci-maki dan mengutuk. Tidak ada lelucon tidak senonoh atau bahasa kotor. Udara tidak dipenuhi asap rokok. Tidak ada yang mencuri. Tidak ada yang melemparkan kaleng-kaleng di lapangan rumput. Sungguh luar biasa.’ Semua ini membuktikan kasih, kasih yang ”tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.”—1 Kor. 13:4-8.

3. (a) Pada waktunya, apa yang hendaknya nyata dalam cara kita memperlihatkan kasih? (b) Dalam meniru Kristus, kasih macam apa perlu kita pupuk?

3 Kasih adalah suatu sifat yang mencirikan setiap orang Kristen sejati. (Yoh. 13:35) Seraya bertumbuh secara rohani, kita wajib menyatakannya lebih penuh. Rasul Paulus berdoa agar kasih saudara-saudaranya ”makin melimpah.” (Flp. 1:9; 1 Tes. 3:12) Juga Petrus menganjurkan rekan-rekan Kristennya supaya kasih mereka mencakup ”segala saudara.” (1 Ptr. 2:17, Bode) Kasih hendaknya menggerakkan kita untuk berbuat lebih dari pada sekedar menghadiri perhimpunan-perhimpunan bersama orang-orang lain tanpa usaha yang sungguh-sungguh untuk mengenal mereka secara pribadi. Semestinya lebih dari pada hanya menyapa dengan ramah sewaktu-waktu. Rasul Yohanes memperlihatkan bahwa kasih ini hendaknya rela berkorban. Ia menulis: ”Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia [Putra Allah] telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” (1 Yoh. 3:16; Yoh. 15:12, 13) Kita belum berbuat demikian. Namun apakah kita memang mau menyerahkan kehidupan kita demi saudara-saudara kita? Sejauh mana kita berusaha untuk membantu mereka sekarang, sekalipun hal itu mungkin tidak menyenangkan?

4. (a) Dalam hal apa lagi mungkin ternyata bahwa kita dapat menyatakan kasih dengan lebih penuh? (b) Mengapa sangat penting memiliki kasih yang sungguh-sungguh satu sama lain?

4 Selain perbuatan yang mencerminkan semangat rela berkorban, juga penting untuk mempunyai perasaan hangat yang tulus terhadap saudara-saudara kita. Firman Allah menganjurkan kita: ”Di dalam berkasih-kasihan dengan saudara-saudara, hendaklah kamu bersayang-sayang satu dengan yang lain.” (Rm. 12:​10, Bode) Kita semua mempunyai perasaan demikian terhadap beberapa orang. Dapatkah kita menyertakan lebih banyak orang untuk kita kasihi dengan cara yang sama? Seraya akhir sistem tua ini makin dekat, penting agar kita lebih erat dengan saudara Kristen kita. Alkitab membuat kita waspada akan hal ini, dengan mengatakan: ”Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. . . . Yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”—1 Ptr. 4:7, 8.

5. Mengapa salah untuk mengharap bahwa problem tidak akan timbul di antara anggota-anggota suatu sidang?

5 Tentu, selama kita tidak sempurna, sewaktu-waktu mungkin kita melakukan hal-hal yang melukai perasaan orang lain. Mereka, juga, dengan berbagai hal bersalah terhadap kita. (1 Yoh. 1:8) Jika ternyata demikian, apa yang hendaknya saudara lakukan?

Apa yang Harus Dilakukan Bila Timbul Problem

6. (a) Mengapa nasihat Alkitab mungkin tidak selalu selaras dengan kecenderungan-kecenderungan kita? (b) Tetapi apa hasilnya jika kita menerapkannya?

6 Alkitab menyediakan petunjuk yang dibutuhkan. Tetapi apa yang dinasihatkannya mungkin tidak seperti apa yang cenderung kita lakukan sebagai manusia yang tidak sempurna. (Rm. 7:21-23) Namun, kesungguhan mengusahakan hal itu akan membuktikan keinginan kita yang tulus untuk menyenangkan Yehuwa, dan itu juga akan memperkaya mutu kasih kita terhadap orang lain.

7. (a) Jika seseorang menyakiti kita, mengapa hendaknya kita tidak membalas? (b) Mengapa kita tidak patut menghindari saja saudara yang menyakiti kita?

7 Kadang-kadang bila orang merasa sakit hati mereka mencari jalan untuk membalas. Tetapi ini hanya memperburuk keadaan. Jika pembalasan memang perlu, kita serahkan saja kepada Allah. (Ams. 24:29; Rm. 12:17-21) Yang lain mungkin mencoba menjauhi orang yang bersalah, menghindari hubungan dengan dia. Tetapi kita tidak dapat berbuat demikian terhadap sesama rekan dalam ibadat. Ibadat kita diperkenan, sebagian, bergantung pada kasih kita kepada saudara-saudara. (1 Yoh. 4:20) Dapatkah kita dengan jujur mengatakan bahwa kita mengasihi seseorang namun kita tidak mau berbicara dengan dia atau kita merasa kehadirannya mengganggu kita? Kita perlu menghadapi problem itu dan menyelesaikannya. Bagaimana?

8, 9. (a) Jika ada alasan untuk merasa sakit hati terhadap seorang saudara, apa yang tepat untuk dilakukan? (b) Tetapi bagaimana jika ia berulang kali bersalah terhadap kita? (c) Mengapa hendaknya kita menangani persoalannya dengan cara ini, dan apa yang akan membantu kita untuk berbuat demikian?

8 Tentang hal ini rasul Paulus menulis: ”Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti [Yehuwa] telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kol. 3:13) Dapatkah saudara melakukan hal itu? Bagaimana jika kesalahan berulang kali dilakukan terhadap saudara dengan berbagai cara?

9 Rasul Petrus mengajukan pertanyaan yang sama, dan ia coba menyarankan bahwa mungkin ia patut berusaha mengampuni seorang saudara sampai tujuh kali. Yesus menjawab: ”Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Tetapi mengapa? Yesus menjelaskan dengan perumpamaan yang menonjolkan betapa besar hutang kita kepada Allah dibandingkan hutang orang lain kepada kita. (Mat. 18:21-35) Dalam banyak hal kita berdosa terhadap Allah setiap hari—kadang-kadang dengan tindakan yang mementingkan diri, sering kali dengan apa yang kita katakan atau pikirkan, maupun kegagalan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Karena ketidaktahuan, kita mungkin bahkan tidak sadar bahwa beberapa dari hal-hal yang kita lakukan adalah salah, atau karena kesibukan sehari-hari kita mungkin kurang pikir. Allah dapat menuntut kehidupan kita untuk membayar dosa-dosa kita. (Rm. 6:23) Namun Ia tetap berbelas kasihan terhadap kita. (Mzm. 103:10-14) Jadi, bukanlah sama sekali tidak masuk akal, jika Ia menuntut agar kita saling memperlakukan dengan cara seperti itu. (Mat. 6:14, 15; Ef. 4:1-3) Bila kita melakukannya, dari pada merasa dendam, ini adalah bukti bahwa kita telah mencapai kasih yang ”tidak menyimpan kesalahan orang lain.”—1 Kor. 13:4, 5; 1 Ptr. 3:8, 9.

10. Apa yang hendaknya kita lakukan jika seorang saudara tidak senang terhadap kita?

10 Mungkin suatu waktu kita menyadari bahwa, meskipun kita tidak merasa sakit hati terhadap seorang saudara, ia merasa tidak senang terhadap kita. Apa yang seharusnya kita lakukan? Tanpa menunda-nunda kita patut berbicara kepadanya dan berusaha memulihkan hubungan yang penuh damai. Alkitab menganjurkan agar kita yang mengambil langkah pertama. (Mat. 5:23, 24) Mungkin tidak mudah. Dibutuhkan kasih disertai kerendahan hati. Apakah sifat-sifat tersebut cukup kuat dalam diri saudara sehingga saudara akan melakukan apa yang Alkitab sarankan? Ini adalah tujuan penting untuk diusahakan.

11. Jika seorang saudara melakukan sesuatu yang membuat kita kesal, apa yang seharusnya dilakukan?

11 Sebaliknya, seseorang mungkin melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa kesal bagi saudara—dan mungkin bagi orang-orang lain. Bukankah ada baiknya jika seseorang berbicara kepadanya? Mungkin. Jika saudara secara pribadi menjelaskan kepadanya dengan cara yang ramah, mungkin akan ada hasil yang baik. Tetapi pertama-tama saudara patut menanya diri: ’Apakah hal-hal yang ia lakukan benar-benar tidak selaras dengan Alkitab? Atau apakah kesulitannya terutama karena latar belakang dan pendidikanku berbeda?’ Jika demikian, hati-hatilah agar saudara tidak membuat patokan sendiri dan kemudian menghakimi menurut patokan ini. (Yak. 4:11, 12) Yehuwa dengan tidak berat sebelah menerima orang dari segala macam latar belakang dan bersabar terhadap mereka seraya mereka bertumbuh secara rohani.

12. (a) Jika ada perbuatan salah yang serius dalam sidang, siapa yang akan mengurusnya? (b) Tetapi dalam keadaan bagaimana pribadi yang disakiti hatinya bertanggung jawab untuk bertindak lebih dahulu? Dengan tujuan apa?

12 Namun, jika seseorang di sidang terlibat dalam perbuatan salah yang serius, ini perlu mendapat perhatian segera. Tetapi dari siapa? Biasanya dari para penatua. Namun, jika hal ini melibatkan soal bisnis antara saudara-saudara, atau mungkin penyalahgunaan lidah dalam cara yang dengan serius telah merugikan seseorang, maka orang yang telah disakiti hendaknya mengambil langkah pertama untuk membantu orang yang bersalah secara pribadi. Mungkin sulit bagi beberapa orang. Namun itulah yang Yesus nasihatkan dalam Matius 18:15-17. Kasih akan saudara dan keinginan yang tulus agar ia tetap sebagai saudara, akan membantu kita untuk melakukannya begitu rupa, sehingga jika mungkin, akan mencapai hati orang yang bersalah tersebut.—Ams. 16:23.

13. Jika problem timbul antara kita dengan seorang saudara, apa yang akan membantu untuk memandang persoalannya dengan benar?

13 Bila problem timbul, besar atau kecil, kita akan dibantu jika kita berusaha memahami bagaimana Yehuwa memandangnya. Ia tidak menyetujui dosa dalam bentuk apapun, namun Ia melihatnya dalam diri kita semua. Pada waktuNya yang tepat para pedosa yang tidak bertobat akan disingkirkan dari organisasiNya. Tetapi bagaimana dengan yang lain-lain? Kita semua adalah penerima panjang sabar dan belas kasihanNya. Ia menetapkan pola untuk kita tiru. Bila kita melakukannya, kita mencerminkan kasihNya.—Ef. 5:1, 2.

Mencari Jalan ’Membuka Hati Selebar-Lebarnya’

14. (a) Mengapa Paulus menganjurkan orang-orang Korintus untuk ’membuka hati selebar-lebarnya’? (b) Bagaimana ayat-ayat yang dikutip di sini menyatakan bahwa ada baiknya kita semua memikirkan hal ini?

14 Berbulan-bulan rasul Paulus membina sidang di Korintus, Yunani. Ia bekerja keras membantu saudara-saudara di sana dan ia mengasihi mereka. Tetapi di antara mereka ada yang kurang memiliki perasaan hangat terhadapnya. Mereka sangat kritis. Ia menganjurkan mereka untuk ’membuka hati selebar-lebarnya’ dalam menyatakan kasih sayang. (2 Kor. 6:11-13; 12:15) Ada baiknya kita semua memikirkan sejauh mana kita menyatakan kasih kepada orang-orang lain dan berusaha untuk ’membuka hati selebar-lebarnya.’—1 Yoh. 3:14; 1 Kor. 13:3.

15. Apa yang dapat membantu kita untuk bertumbuh dalam kasih kepada siapapun yang terhadapnya kita secara pribadi mungkin tidak merasa tertarik?

15 Apakah kita merasa sulit untuk dekat dengan orang-orang tertentu di sidang? Jika kita berusaha menutupi kesalahan-kesalahan kecil di pihak mereka, sebagaimana kita inginkan agar mereka lakukan terhadap kita, ini dapat membantu menghangatkan hubungan antara sesama kita. (Ams. 17:9; 19:11) Perasaan kita terhadap mereka juga dapat menjadi lebih baik jika kita mencari sifat-sifat mereka yang baik dan lebih memperhatikannya. Apakah kita memang telah memperhatikan dalam hal-hal mana Yehuwa menggunakan saudara-saudara ini? Pasti kasih kita terhadap mereka akan berkembang.—Luk. 6:32, 33, 36.

16. Secara realistis, bagaimana kita dapat ’membuka hati selebar-lebarnya’ dalam memperlihatkan kasih terhadap orang-orang di sidang?

16 Memang, terbatas apa yang dapat kita lakukan untuk orang lain. Mungkin kita tidak dapat menyapa semua orang pada setiap perhimpunan. Tidak mungkin kita mengundang semua orang untuk makan bersama. Kita semua mempunyai teman-teman akrab dan kita menggunakan lebih banyak waktu dengan mereka dari pada dengan orang-orang lain. Tetapi dapatkah kita ’membuka hati selebar-lebarnya’? Dapatkah kita menggunakan beberapa menit saja tiap minggu untuk lebih mengenal seseorang di sidang yang belum menjadi teman akrab kita? Apakah kita mungkin sewaktu-waktu dapat mengajak salah seorang dari mereka untuk bekerja sama dalam dinas pengabaran? Jika kasih yang sungguh-sungguh memang ada terhadap satu sama lain, pasti kita akan menemukan cara untuk memperlihatkannya.

17. Bila berada di antara saudara-saudara yang belum pernah kita jumpai sebelumnya, apa yang akan memperlihatkan bahwa kita memiliki kasih yang sungguh-sungguh terhadap mereka juga?

17 Kebaktian Kristen memberikan kesempatan yang sangat baik untuk ’membuka hati selebar-lebarnya’ dalam kasih kita. Ribuan orang mungkin hadir. Kita tidak dapat berbicara dengan mereka semua. Tetapi tingkah laku kita dapat memperlihatkan bahwa kita mendahulukan kesejahteraan mereka sebaliknya dari pada kesenangan kita sendiri, meskipun kita baru pertama kali bertemu dengan mereka. Dan kita dapat memperlihatkan minat pribadi pada jam-jam istirahat dengan mengambil inisiatif untuk bertemu dengan beberapa orang di sekitar kita. Pada suatu waktu semua yang hidup di bumi akan menjadi saudara-saudara dan saudari-saudari, dipersatukan dalam ibadat kepada Allah dan Bapa semua orang. Betapa senangnya untuk mengenal mereka semua, dengan banyak dan beraneka macam sifat mereka! Kasih yang sungguh-sungguh kepada mereka akan menggerakkan kita untuk ingin berbuat demikian. Mulailah sekarang.

Pembahasan Ulangan

● Bila timbul problem di antara saudara-saudara atau saudari-saudari, bagaimana hendaknya hal ini dipecahkan? Mengapa?

● Seraya kita bertumbuh secara rohani, dalam hal-hal apa saja kasih kita juga hendaknya bertumbuh?

● Bagaimana mungkin memperlihatkan kasih yang sungguh-sungguh terhadap lebih banyak orang selain terhadap sekelompok teman-teman akrab saja?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan