PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w86_s-25 hlm. 6-10
  • Adakah yang Dapat Memisahkan Saudara Dari Kasih Allah?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Adakah yang Dapat Memisahkan Saudara Dari Kasih Allah?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-25)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ’Ia Akan Menguatkan Dan Mengokohkan Kamu’
  • Cengkeraman Dosa atas Tubuh Yang Berdosa
  • Bahaya Hanyut
  • Siapa yang Akan Memisahkan Kita dari Kasih Allah?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2001
  • Mengapa Kita Menjadi Tua dan Mati?
    Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi
  • Apakah Saudara Menyambut Kasih Yesus?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Tetaplah Berada dalam Kasih Allah!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-25)
w86_s-25 hlm. 6-10

Adakah yang Dapat Memisahkan Saudara Dari Kasih Allah?

”Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”—ROMA 8:38, 39.

1. Dengan cara-cara bagaimana kasih Allah dinyatakan setiap hari?

ALLAH adalah kasih. Hal ini dinyatakan kepada kita setiap hari dalam hal-hal yang menunjang kehidupan. Udara yang kita hirup, air yang kita minum, makanan yang kita nikmati, semuanya kita peroleh sebagai pernyataan dari kasih Allah. Selain itu, hal-hal tersebut diberikan kepada orang baik maupun orang jahat, tidak soal apakah itu dihargai atau tidak. Yesus membuktikan hal ini ketika ia mengatakan tentang Bapa sorgawinya, ”[Ia] menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45) Setiap makhluk hidup di bumi harus bersyukur kepada Allah untuk makanan dan minuman yang diperolehnya.—Mazmur 145:15, 16.

2. Bagaimana kasih Yehuwa yang besar terhadap umat manusia diperlihatkan, dan bagaimana Yesus memperlihatkan penghargaan atas kehendak Yehuwa?

2 Bagi makhluk-makhluk manusia, kasih Allah jauh melebihi pemberian hal-hal yang perlu untuk menunjang kehidupan sekarang ini yang akan layu seperti bunga dan kering seperti rumput. (1 Petrus 1:24) Ia membuat persediaan bagi umat manusia agar dapat hidup kekal, ”Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16) Persediaan ini dibuat dengan pengorbanan yang besar di pihak Bapa maupun Putra. Di taman Getsemani pada malam sebelum kematiannya, Yesus berlutut di tanah dan berdoa dalam penderitaan yang begitu besar sehingga ”peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” Pada saat yang penuh kesengsaraan ini, Yesus mengingat celaan yang ditimpakan ke atas nama Allah, dan ia bahkan memohon agar cawan itu diambil. Namun ia menambahkan, ”Tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Lukas 22:44; Markus 14:36) Meskipun Yesus sangat menderita, kehendak Yehuwa didahulukan. Bahkan prospek akan menderita dan mati secara perlahan-lahan dengan dipakukan pada sebuah tiang siksaan tidak dapat memisahkan dia dari kasih Allah.

3. Kata-kata Paulus yang mana juga diucapkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan dengan akibat apa atas diri mereka?

3 Kehendak Yehuwa juga didahulukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang dewasa ini mengikuti jejak kaki Yesus. ”Jika Allah di pihak kita,” kata mereka, mengutip kata-kata rasul Paulus, ”siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:31, 35, 37) Dalam abad ini Saksi-Saksi Yehuwa telah diserang oleh gerombolan, dipukuli, dilumuri dengan ter dan bulu-bulu, disiksa sampai cacat, diperkosa, dibiarkan kelaparan, dibunuh oleh pasukan penembak, dan bahkan dipancung di kamp-kamp konsentrasi Nazi—hanya karena mereka tidak mau memisahkan diri dari kasih Allah.

4. Bagaimana kesan saudara terhadap seorang pria muda yang menolak untuk memisahkan diri dari kasih Allah?

4 Empat puluh empat tahun yang lalu, seorang pria muda, salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, menulis surat kepada orangtuanya dari sebuah kamp konsentrasi Nazi, bunyinya, sebagian:

”Kini jam 9 pada hari saya akan diadili, tetapi saya harus menunggu sampai jam 11.30. Saya menulis kalimat-kalimat ini dalam sebuah sel tersendiri di pengadilan militer negara. Saya merasa begitu damai, yang benar-benar sulit dipercaya; tetapi saya juga telah menyerahkan semuanya kepada Tuhan, maka saya dapat dengan tenang menghadapi saat ini dan keadaan yang terus terbelenggu. Mereka mengatakan bahwa saya tidak akan dirantai. Dusta! Siang malam: hanya pada waktu berpakaian dan menanggalkannya dan jika sel dibersihkan baru seseorang tidak dibelenggu . . .

”12.35. Semua sudah berlalu sekarang. Mengingat kenyataan bahwa saya tetap menolak [tuntutan mereka agar ia meninggalkan ibadatnya kepada Allah Yehuwa], mereka menjatuhkan hukuman mati. Saya mendengarkan, lalu setelah saya mengucapkan kata-kata ’Setialah sampai mati’ dan beberapa kata lain dari Tuhan kita, semuanya selesai. Tetapi tidak menjadi soal sekarang. Saya merasa begitu damai, begitu tenang, yang tidak mungkin kalian bayangkan. . . . Perasaan damai ini, sukacita ini yang meliputi diri saya sejak di ruang pengadilan, yang tidak pernah dapat dimengerti dunia ini, meliputi diri saya pada waktu saya kembali ke sel . . . Jangan menangis. . . . Ini hal terbaik yang dapat saya berikan kepada kalian, dan semua saudara-saudara yang kekasih dewasa ini, hari Minggu terakhir sebelum saya dihukum mati dengan dipancung, hari manakala saya bebas dari belenggu.”a

’Ia Akan Menguatkan Dan Mengokohkan Kamu’

5, 6. Jaminan apa diberikan Paulus dan Petrus yang menghibur mereka yang dicobai dengan hebat karena berpegang teguh kepada kasih Allah?

5 Pria muda ini telah dipisahkan dari kehidupan tetapi tidak dari kasih Allah. Kekejian yang serupa juga ditimpakan atas Saksi-Saksi Yehuwa selama berabad-abad. Kesanggupan hamba-hamba Allah untuk menanggung penganiayaan sedemikian, bahkan sampai mati, tidaklah dengan kekuatan mereka sendiri tetapi dengan kekuatan Allah. ”Allah setia,” kita diyakinkan oleh Paulus, ”dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13) Pada waktu mendapat ujian, saksi-saksi yang setia dari Yehuwa dewasa ini dapat mengatakan seperti Paulus ketika ia dipenjarakan, ”Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.”—2 Timotius 4:17.

6 Rasul Petrus, setelah memperingatkan kita agar waspada terhadap si Iblis, yang mencari mangsa seperti singa yang mengaum-aum dan berusaha menelan kita, memberikan jaminan, ”Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu.” (1 Petrus 5:8-10) Setelah mempertimbangkan semua dukungan ilahi ini, satu hal nyata: kasih Allah tidak berkesudahan; kalaupun kita dipisahkan dari kasih tersebut, itu adalah karena kesalahan kita sendiri, bukan kesalahan Dia.

7. Taktik-taktik apa yang digunakan Setan terhadap Yesus, dan bagaimana Yesus mengalahkan dia?

7 Setan tidak selalu menyerang seperti singa yang mengaum-aum. Banyak kali ia datang seperti ’ular yang licik’ dan bahkan sebagai ”malaikat Terang” yang murtad. Ia mempunyai maksud jahat terhadap kita, dan kita harus waspada agar tidak dikalahkan olehnya. Kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah ’supaya dapat melawan tipu muslihat Iblis.’ (Kejadian 3:1, BIS; 2 Korintus 2:11; 11:13-15; Efesus 6:11, catatan kaki Alkitab Referensi NW) Pada permulaan pelayanan Yesus, Setan datang kepadanya dan mengutip ayat-ayat, menerapkannya dengan cara yang salah dalam usaha menggoda Yesus untuk membuat pelanggaran. Tiga kali ia menggoda Yesus dan tiga kali ia gagal. Yesus menangkis cara Setan memutarbalikkan ayat-ayat Alkitab dengan penerapan yang sepatutnya. Kemudian Yesus mengusir Setan. Tetapi Setan hanya ”mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik.”—Lukas 4:13; Matius 4:3-11.

8, 9. Dengan cara-cara apa yang memperdayakan, Setan kembali menyerang Yesus, dan apa yang Paulus anjurkan untuk kita lakukan sebagai perlindungan?

8 Setan tetap berkeras. Ia terus datang kembali dengan penyamaran yang berbeda-beda. Ia kembali kepada Yesus melalui para pemimpin agama pada waktu itu. Yesus mengerti hal ini dan dengan terus-terang mengatakan kepada mereka, ”Iblislah yang menjadi bapamu.” Ada orang yang mungkin bahkan dengan tidak sengaja melayani maksud-maksud Setan. Rasul Petrus berbuat demikian ketika ia, meskipun bermaksud baik, menegur Yesus dengan mengatakan, ”Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Yesus harus menegur Petrus dengan keras, ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu.” (Yohanes 8:44; Matius 16:22, 23) Demikian pula, tujuan Setan mungkin dengan tidak disengaja dijalankan oleh seorang majikan, rekan sekerja, teman sekolah, sahabat, sanak keluarga, orangtua, atau teman hidup. Kita harus terus waspada dan jangan membiarkan apapun melemahkan hubungan kita dengan Yehuwa.

9 Jadi saudara perlu mengenakan ”seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan . . . roh-roh jahat di udara.”—Efesus 6:11, 12.

Cengkeraman Dosa atas Tubuh Yang Berdosa

10. Apa artinya kata ”dosa,” dan perbuatan-perbuatan apa dapat memisahkan kita dari kasih Allah?

10 Setan menyerang titik-titik kelemahan kita. Jadi kecenderungan tubuh kita untuk berdosa menjadi sasaran yang paling ia senangi. (Mazmur 51:7) Kata Yunani yang diterjemahkan dosa ialah ha·mar·tiʹa. Kata kerjanya ialah ha·mar·taʹno, yang pada dasarnya berarti ”tidak kena pada sasaran.” (Roma 3:9, catatan kaki, Alkitab Referensi NW) Makin jauh kita tidak mengenai sasaran dan gagal untuk mentaati perintah-perintah Allah, makin lebih jauh kita dari kasih Allah, karena ”inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya.” (1 Yohanes 5:3) Perzinahan, percabulan, hubungan seks yang tidak wajar, kemabukan, pesta-pora, hawa nafsu yang tidak terkendali, iri hati, kemarahan, ketamakan akan perkara-perkara materi—semua hal tersebut memisahkan kita dari kasih Allah, dan ”barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”—Galatia 5:19-21.

11. Bagaimana dosa secara progresif dapat membelenggu kita, dengan akibat apa pada akhirnya?

11 Film-film, buku, drama, acara-acara TV—yang dibumbui iklan yang materialistis, aku dulu, dan cenderung kepada seks—memperkembangkan keinginan mengejar kesenangan yang tidak terkendali. Dosa yang pertama membuat dosa yang kedua lebih mudah, yang ketiga dan keempat akan mengikutinya, dan tidak lama kemudian seseorang dengan cepat sekali jatuh ke dalam keduniawian. Akhirnya, orang-orang yang ”lebih suka kepada kesenangan dunia daripada menuruti Allah” menjadi begitu sibuk membuat ”rencana-rencana untuk hawa nafsu tubuh.” (2 Timotius 3:4, BIS; Roma 13:14, NW) Orang-orang yang tua maupun yang muda terperosok ke dalam perangkap dosa, dan hati nurani mereka akan benar-benar seperti diselar dengan besi panas. ”Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.”—Efesus 4:19; 1 Timotius 4:2.

12. Ayat-ayat mana menunjukkan kuasa dosa atas kita, dan bagaimana Paulus meratapi hal ini?

12 Mereka yang bertekad untuk tidak dipisahkan dari kasih Allah harus menguatkan diri terhadap cengkeraman dosa pada tubuh yang tidak sempurna. Ini adalah musuh yang sangat kuat, seperti berulang kali ditekankan oleh Alkitab, ”Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa,” ”semua ada di bawah kuasa dosa,” ”semua orang telah berbuat dosa,” ”hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana,” ”kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati,” ”upah dosa ialah maut,” dan semua orang ’telah dikurung di bawah kekuasaan dosa.’ (Yohanes 8:34; Roma 3:9, 23; 6:12, 16, 23, Galatia 3:22) Paulus ”terjual di bawah kuasa dosa,” seorang ”tawanan hukum dosa,” yang membuat ia meratap, ”Bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” (Roma 7:14, 19, 23) Jadi ia berseru, ”Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Kemudian datang jawaban yang menggembirakan ini, ”Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”—Roma 7:24, 25.

13, 14. (a) Melalui apa kita dibebaskan dari dosa? (b) Bagaimana kita dapat tetap berada dalam kasih Kristus?

13 Sebelum Kristus Yesus datang, ”dosa berkuasa dalam alam maut.” (Roma 5:14, 17, 21) Tetapi dengan kematian dan kebangkitan Yesus, dosa telah diturunkan dari takhta bagi mereka yang menyambut karunia Allah yang pengasih berupa PutraNya. Ia menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, mencucinya, membersihkan kita dari padanya, membebaskan kita darinya, dan sama sekali menghapusnya bagi kita. (Matius 1:21; Kisah 3:19; 22:16; 2 Petrus 1:9; 1 Yohanes 1:7; Wahyu 1:5) Jadi bukan hanya rasul Paulus tetapi semua yang beriman dalam darah Kristus Yesus yang dicurahkan, harus mengucap syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus Tuhan kita karena telah membuka jalan untuk dibebaskan dari perbudakan yang menyedihkan secara jasmani kepada dosa dan kematian.

14 Jadi penting sekali untuk bukan hanya mencegah agar tidak terpisah dari kasih Allah, tetapi juga untuk tetap berada dalam kasih Kristus. Rumus untuk tetap dekat dengan Yesus sama seperti rumus mendekatkan diri kepada Allah. Yesus menyatakan hal ini, dengan mengatakan, ”Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya.”—Yohanes 15:9, 10.

Bahaya Hanyut

15. Kita mudah diserang oleh apa, dan apa yang harus kita lakukan untuk menghindari bahaya itu?

15 Jangan kehilangan kemerdekaan dari belenggu kepada dosa dan kematian dengan terpeleset kembali atau hanyut. Hal itu dapat terjadi sedikit demi sedikit sehingga kita sama sekali tidak menyadarinya. Seperti dikatakan Galatia 6:1, ”Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” Meskipun seseorang menasihati orang lain, ia harus ’menjaga dirinya sendiri.’ Kita semua begitu mudah diserang! ”Harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.”—Ibrani 2:1.

16, 17. Apa yang melukiskan bahaya hanyut secara rohani, dan apa yang hendaknya kita lakukan untuk menghindarinya?

16 Hanyut dibawa arus tidak membutuhkan usaha. Itulah sebabnya hal tersebut sangat mudah dan begitu berbahaya, secara rohani. Saudara bisa mendapati diri terpisah dari kasih Allah sebelum saudara menyadarinya. Dan ini dapat disamakan dengan seekor domba yang tersesat. Bagaimana ia dapat tersesat? Seorang gembala menjelaskan, ’Ia tersesat sendiri sambil makan rumput. Ia melihat suatu kumpulan rumput hijau beberapa langkah jauhnya, ia pergi ke sana untuk memakannya. Kemudian ia melihat sebidang kecil beberapa meter lebih jauh dan menuju ke sana untuk menikmatinya. Suatu bidang rumput lain kelihatannya sangat menarik, dan domba itu juga pergi ke sana. Tidak lama kemudian ia sudah jauh dari kawanan yang lain. Jadi sambil makan ia tersesat sendiri.’

17 Demikian pula dengan mereka yang hanyut secara rohani. Mungkin hal itu mulai dengan hal-hal yang tidak salah misalnya beberapa perkara materi, atau teman-teman duniawi, atau spekulasi atas beberapa ayat. Tetapi sedikit demi sedikit, orang-orang sedemikian bergerak makin menjauh dari kawanan domba Allah, dan tidak lama kemudian mereka telah memisahkan diri dari sidang dan dari kasih Allah. Mereka tidak mengindahkan nasihat Paulus, ”Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak dalam iman. Selidikilah dirimu!”—2 Korintus 13:5.

18, 19. Apa yang harus kita lakukan agar si Iblis lari dari kita, dan bagaimana kita mendekat kepada Allah?

18 ”Lawanlah Iblis,” kita diberitahu, ”maka ia akan lari dari padamu!” Dengan mahir menggunakan ”pedang Roh, yaitu firman Allah,” kita dapat menolak serangan Setan yang licik. Demikianlah caranya Yesus di padang belantara mengusir Setan. Kita juga diberitahu, ”Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:7, 8; Efesus 6:17) Sama seperti para penulis mazmur, kita harus tetap dekat kepada Allah dengan berpaut kepada firmanNya, ”Peraturan [Yehuwa] itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.” ”Aku hendak memperhatikan peringatan-peringatanMu. FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. . . . Aku tidak menyimpang dari peringatan-peringatanMu.”—Mazmur 19:7; 119:95, 105, 157.

19 Dengan berdoa, mempelajari Firman Allah, mengasihi saudara-saudara kita dan berhimpun dengan mereka secara tetap tentu, dengan menceritakan kepada orang-orang lain tentang Kerajaan Allah—semua cara ini akan mendekatkan kita kepada Allah dan kasihNya seperti yang dinyatakan dalam Kristus Yesus Tuhan kita.—1 Tesalonika 5:17; Roma 12:2; Ibrani 10:24, 25; Lukas 9:2

20. Tekad apa dinyatakan oleh Paulus yang juga merupakan tekad dari Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini?

20 Dalam sebuah pernyataan yang meyakinkan dan tegas, Paulus menyatakan tekad dari semua saksi-saksi Yehuwa yang setia di atas bumi dewasa ini, dengan mengatakan, ”Aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada [sudah ditunjukkannya, BIS] dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”—Roma 8:38, 39.

[Catatan Kaki]

a The Watchtower, 1 Agustus 1945, halaman 237, 238.

Apakah Saudara Ingat?

◻ Bagaimana kasih Yehuwa diperlihatkan dalam persediaanNya untuk kehidupan?

◻ Untuk memisahkan Saksi-Saksi Yehuwa dari kasih Allah, cara-cara apa telah dicoba oleh Setan?

◻ Ayat-ayat mana menunjukkan cengkeraman dosa atas kita, dan bagaimana cengkeraman dapat dilepaskan?

◻ Mengapa keadaan hanyut begitu berbahaya, dan bagaimana ini dapat dilawan?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan