PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w80_No27 hlm. 6-17
  • Doa Pada ”Hari-Hari Terakhir” Ini

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Doa Pada ”Hari-Hari Terakhir” Ini
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1980 (No. 27)
  • Subjudul
  • KETEKUNAN YANG TEGUH MEMBAWA HASIL
  • PERLUNYA ”SELALU BERDOA DENGAN TIDAK JEMU-JEMU”
  • ”BERJAGA-JAGALAH SENANTIASA SAMBIL BERDOA”
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1980 (No. 27)
w80_No27 hlm. 6-17

Doa Pada ”Hari-Hari Terakhir” Ini

”Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa.”—Luk. 21:36.

1. (a) Di manakah Lukas pertama kali menyebut mengenai doa atau ”permohonan”? (b) Bagaimanakah Yesus menanggapi permintaan, ”Tuhan, ajarlah kami berdoa”?

MESKIPUN doa telah disebutkan di permulaan dari Injil Lukas berkenaan ’doa’ dari Zakharia kepada Allah (di pasal 1, ayat 13), baru di pasal 11 Yesus membahas pokok ini secara panjang lebar. Ini dimulai ketika Yesus menjawab permintaan dari salah seorang muridnya, ”Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” (Luk. 11:1) Yesus menjawab,

”Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”—Luk. 11:2-4.

2. (a) Bagaimanakah nama Allah akan dimuliakan, dan selaras dengan ayat-ayat manakah? (b) Keadaan bertentangan apakah terdapat di dunia, dan bagaimanakah hal itu akan diperbaiki?

2 Selaras dengan ayat-ayat dalam 1 Raja-Raja 8:41-43 dan Yesaya 56:6-8, yang dibahas dalam artikel sebelumnya, perhatikanlah bagaimana Yesus di Lukas 11:2-4 juga mendahulukan nama Bapanya. Nama Yehuwa pasti tidak dikuduskan di dunia dewasa ini. Semangat nasionalisme, yang mendahulukan kepentingan sendiri dan menuruti hawa nafsu, yang puas dengan ’menjalankan ibadah secara lahiriah, tetapi pada hakekatnya memungkiri kekuatannya’, dan keadaan-keadaan lain yang serupa, menyebabkan nama Allah dicela dan dicemarkan atau sama sekali diabaikan. (2 Tim. 3:5) Jadi, Allah harus menyucikan namaNya sendiri sebagai jawaban atas doa ini. (Yeh. 36:23) Keadaan yang memalukan ini akan diperbaiki pada waktu kerajaan Allah, di tangan Yesus Kristus, bertindak melawan bangsa-bangsa dan para penguasa mereka, seperti dengan jelas digambarkan dalam Mazmur 2.

3. Sehubungan dengan ini, peringatan dan janji apakah yang diberikan Petrus?

3 Perkara-perkara ini akan terjadi pada hari Yehuwa, yang kini sudah begitu dekat, sebagaimana dengan jelas ditunjukkan dalam nubuatan Alkitab yang sedang digenapi. Karena itu, sebaiknya kita memperhatikan nasehat dan peringatan Petrus yang terilham,

”Yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia.”—2 Ptr. 3:12-14.

4. Bagaimanakah kedua permohonan pertama dalam Doa Bapa Kami erat hubungannya satu sama lain dan bagaimana hal ini membantu kita sehubungan dengan permohonan lainnya?

4 Setelah segala sesuatu ini terlaksana, nama Allah akan dibenarkan dan disucikan sepenuhnya. Itulah sebabnya kedua permohonan dalam Lukas 11:2, berhubungan erat satu sama lain dan ditempatkan pada bagian pertama dari Doa Bapa Kami. Ini merupakan peristiwa-peristiwa yang penting sekali untuk zaman kita dan untuk masa depan yang dekat. Dengan senantiasa mengingat hal itu, kita akan dibantu untuk memiliki pandangan yang lebih seimbang terhadap kebutuhan-kebutuhan dan problem-problem pribadi kita sehari-hari, yang disebutkan selanjutnya dalam doa itu. Dari pada menjadi egosentris (segala pikiran dan perbuatan dipusatkan pada diri sendiri), yang begitu mudah terjadi, kita pertama-tama menanyakan diri: Sikap dan tindakan apakah di pihak saya akan selaras dengan kehendak Allah, seperti yang diuraikan dalam FirmanNya, dan dengan demikian akan memuliakan namaNya?

KETEKUNAN YANG TEGUH MEMBAWA HASIL

5. (a) Apakah yang umumnya berlaku berkenaan pelaku-pelaku yang digunakan Yesus dalam perumpamaan-perumpamaannya? Berikan sebuah contoh. (b) Di Lukas 11:5-8, siapakah pelaku-pelakunya dan peranan apa yang mereka mainkan?

5 Selanjutnya, Lukas kemudian menceritakan tentang suatu perumpamaan yang Yesus berikan, mengenai suatu hal yang luar biasa. Pada umumnya, apabila dipakai satu atau beberapa pelaku dalam suatu perumpamaan, maka masing-masing pelaku mempunyai persamaan yang erat dengan orang yang dilukiskannya. Jika misalnya Bapa surgawi yang digambarkan, seperti halnya dalam perumpamaan mengenai anak yang hilang di Lukas 15:11-32, maka tidak sulit untuk melihat dari apa yang ia katakan dan lakukan, cara bagaimana ayah dari anak itu cocok sekali menggambarkan Bapa surgawi kita. Namun, tidak demikian halnya dengan perumpamaan Yesus yang berikut,

”Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu [engkau berani minta kepadanya terus-menerus, BIS; terus berkeras, NW], ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.”—Luk. 11:5-8.

6. Bagaimana seorang pelaku di dalam perumpamaan tersebut bertentangan dengan Yehuwa, dan apa yang Yesus tandaskan dengan itu?

6 Di sini kita lihat bahwa orang yang sanggup menyediakan kebutuhan-kebutuhan si pemohon, mula-mula dengan tegas menolak untuk berbuat sesuatu, dengan berkata, ”Jangan mengganggu aku.” Ia sama sekali tidak mau menolong. Berbeda dengan Bapa yang di surga, Ia memperlihatkan diri sama sekali bertentangan. Dengan cara ini, pokok perumpamaan semakin ditandaskan. Jika orang itu, yang sudah tidur bersama keluarganya, bersedia bangun dan memberi apa yang diminta, maka di pihak si pemohon tidak diperlukan ”terus berkeras”. Itulah yang Yesus tandaskan.

7, 8. Cara bagaimana perkataan Yesus selanjutnya menegaskan hal ini, dan bagaimana hal ini sangat menganjurkan kita?

7 Hal ini dengan jelas ditegaskan oleh kata-kata Yesus selanjutnya, ”Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Luk. 11:9) Kemudian masih menggunakan cara yang mempertentangkan, ia mengakhiri perumpamaan itu dengan berkata, ”Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.”—Luk. 11:13.

8 Coba bayangkan orang itu yang, ’karena terus berkeras’ memperoleh apa yang ia perlukan, bahkan di tengah malam! Ketekunannya membawa hasil. Alangkah menganjurkan untuk menerapkan makna dari perumpamaan Yesus, ’Teruslah meminta—mencari—mengetuk.’ Janganlah berhenti berdoa atau menjadi lemah dalam iman, karena terus-menerus ditentang dalam kegiatan saudara untuk mengabarkan Kerajaan atau menjadikan murid, atau karena hidup dalam rumah tangga yang terbagi, atau karena harus berjuang melawan kelemahan pribadi yang ternyata telah lebih berurat berakar dari pada yang saudara bayangkan.

9. Contoh-contoh apa mengenai ketekunan dalam doa dan tindakan dicatat dalam Kisah 4:24-30 dan Kisah 5:41, 42?

9 Suatu contoh yang bagus mengenai ketekunan semacam itu dalam doa, yang didukung oleh tindakan yang selaras, nampak pada masa permulaan dari sidang Kristen. Ketika Petrus dan Yohanes melaporkan perlawanan yang mereka alami di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin), perhatikanlah doa persekutuan yang terdapat di Kisah 4:24-30, terutama kata-kata dalam ayat 29, ”Dan sekarang, ya Tuhan (Yehuwa, NW), lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu.” Tidak lama kemudian, ketika semua rasul dicambuk seusainya suatu persidangan selanjutnya di hadapan Mahkamah Agama, catatan di Kisah 5:41, 42, mengatakan, ”Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” Tak seorangpun di antara para rasul mengalami perlawanan yang lebih hebat dari pada rasul Paulus, dan inilah apa yang ia katakan, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”—Flp. 4:13.

PERLUNYA ”SELALU BERDOA DENGAN TIDAK JEMU-JEMU”

10. Sebelum diberikan perumpamaan lain yang menekankan doa, menurut Lukas apa yang dikatakan oleh Yesus, yang menunjuk pada dua penggenapan apa?

10 Ketika pelayanan Yesus di bumi hampir berakhir, ia memberikan sebuah contoh yang bahkan lebih tegas lagi dari penggunaan suatu kontras dalam sebuah perumpamaan. Maksudnya untuk menekankan seperti yang ditulis oleh Lukas, ”Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” (Luk. 18:1) Tetapi, kita sebelumnya akan mempertimbangkan alasannya perumpamaan ini diberikan. (Menarik sekali, Lukas selalu memberitahukan alasan mengapa perumpamaan-perumpamaan tertentu diberikan, seperti yang dapat dilihat di Lukas 18:9 dan 19:11.) Bila memeriksa kembali Lukas 17:22-37, kita perhatikan bahwa Lukas melaporkan apa yang dikatakan Yesus mengenai keadaannya sewaktu ia ”ditolak oleh angkatan ini”. (Luk. 17:25) Meskipun kata-kata Yesus ini, yang sebagian dari padanya selaras dengan Matius pasal 24, digenapi pada zamannya, yang menuju kepada akhir dari susunan perkara-perkara Yahudi, kata-kata ini mengalami penggenapan yang lebih besar pada zaman kita sekarang, ”akhir zaman” untuk susunan perkara sekarang ini.—Dan. 12:4.

11. (a) Bagaimana keadaan sekarang ini sama seperti zaman Nuh dan Lot? (b) Apa yang terutama diperhatikan Yesus, dan apakah hal ini ada persamaannya dengan zaman sekarang?

11 Dan bagaimanakah keadaan pada umumnya di antara orang-orang dari generasi sekarang? Ya, tiap hari keadaan semakin menyerupai keadaan zaman Nuh, ketika ”Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi” dan bumi telah ”penuh dengan kekerasan”. (Kej. 6:12, 13) Tetapi Yesus tidak memaksudkan hal-hal itu, melainkan sebaliknya, menyebutkan suatu hal lain yang jauh lebih penting. Apakah itu? Orang-orang pada waktu itu sibuk sekali dan cukup puas dengan kesibukan sehari-hari seperti ’makan dan minum, kawin dan dikawinkan’. ”Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot” ketika beberapa hal lainnya disebutkan pula seperti membeli, menjual, menanam dan membangun. (Luk. 17:26-29) Sebaliknya dari pada merasa prihatin dan kuatir dengan kejahatan dan kekerasan yang terjadi, sikap mereka acuh tak acuh dan tidak peduli. Mengenai kesaksian besar yang diberikan oleh Nuh, baik melalui kata-kata dan perbuatan pada waktu membangun bahtera, ”mereka [orang-orang] tidak memberikan perhatian”. (Mat. 24:39, NW; 2 Ptr. 2:5) Pastilah hal yang sama dapat dikatakan berkenaan sikap orang-orang pada umumnya dewasa ini, terutama sehubungan dengan kesaksian besar seluas dunia tentang kerajaan Allah, seperti yang dinubuatkan dalam Matius 24:14. Kebanyakan orang sama sekali tidak ada minat; ada lebih banyak hal lain yang menyita waktu dan perhatian mereka. Tentang kedua zaman tersebut di atas, perhatikanlah pula pokok yang Yesus nyatakan, bahwa pelaksanaan hukuman akhir akan datang secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka ”membinasakan mereka semua”.—Luk. 17:27, 29.

12. Apa yang dapat kita pelajari dan praktekkan dari Lukas 17:31-37?

12 Kami yakin saudara termasuk kelompok kecil yang prihatin dengan keadaan dunia dewasa ini dan rela memperhatikan apa yang dikatakan Firman Allah mengenai hal-hal ini. Jika, seperti yang ditunjukkan dalam Lukas 17:31-37, saudara menyadari perlunya untuk berhenti menjadi bagian atau pendukung dari susunan perkara sekarang dan saudara tidak lagi berusaha untuk ’memelihara nyawa (kehidupan)’ hanya untuk saudara sendiri, maka janganlah membuang waktu. Berpihaklah pada Yehuwa dan kerajaanNya. Serahkanlah harapan hidup saudara, baik sekarang dan di masa depan, pada pembaktian diri kepada Yehuwa untuk melakukan kehendakNya. Janganlah melihat ke belakang dengan merindukan hal-hal yang telah saudara tinggalkan. ”Ingatlah akan isteri Lot!” (Luk. 17:32) Sebaliknya, bergabunglah dengan orang-orang yang, seperti dikatakan Yesus, ”bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”.—Yoh. 17:14-17.

13. Apakah pokok-pokok utama dari perumpamaan dalam Lukas 18:2-5?

13 Kini tibalah kita pada perumpamaan di Lukas 18:2-5. Di sini juga ada seorang pemohon, kali ini seorang janda, dan juga seseorang yang dapat memenuhi kebutuhannya, yang digambarkan dengan seorang ”hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun”. Pada akhirnya dengan rasa kurang senang ia membenarkan janda ini, seperti yang dikatakannya, hanya ”karena janda ini [terus, NW] menyusahkan aku”. Pastilah janda ini bertekun, yang menggambarkan ’perlunya selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu’.

14. (a) Bertentangan dengan hakim yang ”lalim”, menurut Yesus, apa yang akan dilakukan Allah? (b) Apa yang dapat kita pelajari dari sini berkenaan soal waktu?

14 Hakim itu sama seperti pria yang disebut dalam Lukas 11:7, karena di sini kita sekali lagi melihat hal yang sangat kontras dengan sifat Allah. Perhatikan juga, komentar Yesus selanjutnya mengenai apa yang akan dilakukan Allah, dengan mempertentangkan Dia dengan Hakim yang ”lalim” itu. Allah akan ”menyebabkan keadilan dilaksanakan bagi orang-orang pilihannya . . . sekalipun ia panjang sabar terhadap mereka”. Ia akan melakukan hal ini dengan ”dengan cepat”. (Luk. 18:6-8, NW) Banyak yang dapat kita pelajari dari pernyataan-pernyataan ini. Itulah sebabnya kita harus berusaha untuk memandang segala sesuatu dari sudut pandangan Allah, baik dalam soal-soal pribadi maupun dalam pelaksanaan maksud tujuanNya. Seperti dijelaskan oleh Petrus, ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu [umat Allah], karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Dan nabi Habakuk menulis kata-kata Yehuwa mengenai penggenapan dari penglihatan itu, ”Apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”—2 Ptr. 3:9; Hab. 2:3; lihat juga Wahyu 6:10, 11.

15. Bagaimana hal ini berlaku untuk problem-problem pribadi, dan apa yang harus dihindari?

15 Mengenai problem-problem pribadi, kita dapat yakin bahwa jawaban atas permohonan kita yang kelihatannya lambat, bukanlah disebabkan karena Allah tidak sanggup atau enggan. Jika, seperti janda itu, kita mengalami ketidakadilan atau penindasan, bagaimanakah kita memperlihatkan iman bahwa akan ada keadilan? Hendaknya kita jangan hanya terus berdoa, tetapi juga memelihara kesetiaan dalam perbuatan-perbuatan kita. Jika kita berkompromi dengan maksud untuk menghindari penindasan, maka tentu tidak ada gunanya terus berdoa. Hal ini bukan hanya menunjukkan kurangnya iman, tetapi juga mengakibatkan kita tidak dapat membuktikan bahwa kita salah seorang hamba Kristen dari Allah.—2 Kor. 11:23-27; 2 Tim. 3:12.

16. Bagaimana pertanyaan di Lukas 18:8 dapat dianggap sebagai tantangan pribadi disertai faedah bagi kita sendiri?

16 Mungkin kelihatannya aneh bahwa Yesus mengakhiri komentarnya dengan pertanyaan, ”Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk. 18:8) Ia membiarkan pertanyaan itu tidak terjawab. Meskipun hal ini rupanya menunjukkan bahwa ketika itu tidak akan ada banyak iman, kita tidak dapat menarik kesimpulan bahwa di mana-mana di bumi, sama sekali tidak ditemukan iman yang sejati. Sebaliknya, kita dapat menganggapnya sebagai suatu tantangan pribadi. Janganlah kita terlalu pasti mengenai diri kita sendiri, meskipun kita sudah lama menjadi hamba Yehuwa yang berbakti. (1 Kor. 10:12, 13) Kita bukan hanya harus memperhatikan nasehat di Lukas 11:9 untuk ’teruslah meminta—mencari—mengetuk’, tetapi juga seperti yang ditekankan oleh Yesus mengenai apa yang perlu pada zaman sekarang, kita harus ’hati-hati dan berjaga-jaga!’ Hal ini menuntut agar kita bertekun dalam segala segi, menahan tekanan berupa sikap acuh tak acuh dan perlawanan dari luar, maupun mengatasi kelemahan dari dalam.—Mrk. 13:32-37; 14:38.

17. Terutama sekali, mengenai apakah kita harus berdoa, mengikuti teladan siapa?

17 Teruslah berdoa dengan iman agar saudara terbukti setia dan tidak undur. (Ibr. 10:39) Sewaktu menghadapi ujian yang berat, seperti Yesus lakukan pada saat-saat yang sangat genting, teruslah berdoa agar kehendak Allah yang terutama sekali terjadi. (Mat. 26:38-44) Allah berkenan dengan doa semacam itu. Ia membiarkan kita sebagai pemohon agar memperlihatkan keprihatinan yang dalam, keinginan yang kuat dan ketulusan dari motip-motip kita. Dia, meskipun panjang sabar, akan segera melaksanakan penghukuman bila sudah tiba waktunya.—Mzm. 55:17, 18; Rm. 1:9-12.

”BERJAGA-JAGALAH SENANTIASA SAMBIL BERDOA”

18. (a) Peringatan dan teguran yang tegas apa yang diberikan Yesus pada penutup dari nubuatannya? (b) Dengan cara bagaimana kita dapat menghindari segala sesuatu yang ”akan menimpa semua penduduk bumi ini”?

18 Sesuai dengan yang telah dibahas, Injil Lukas menulis bagaimana Yesus, seraya menutup nubuatannya baik untuk zamannya dan zaman kita, memperingatkan kita terhadap sifat terlalu menuruti hawa nafsu dan agar hati kita jangan ”sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan [penghukuman terakhir] jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”. Ia kemudian mengatakan dengan tegas, ”Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, [dengan maksud apa?] supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Luk. 21:34-36) Ini bukan berarti bahwa kita dibawa pergi dari tempat penghukuman, tetapi sebaliknya, kita harus menghindarkan diri agar tidak ’terperangkap’ seperti dalam suatu jerat, atau didapati dalam perhimpunan orang-orang yang jahat. Sebaliknya, kita harus dengan sungguh-sungguh berdoa setiap waktu dan berusaha untuk bertindak selaras dengan doa-doa kita agar kita dapat ”tahan berdiri [diperkenan] di hadapan Anak Manusia”.

19. Pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat secara berfaedah kita ajukan pada diri sendiri mengenai doa, dan bagaimana teladan Nehemia dapat membantu kita?

19 Mengingat banyaknya peringatan untuk bertekun dan tidak menyerah, berapa seringnya saudara berdoa? Apabila hanya pada waktu-waktu tertentu seperti pada waktu makan atau di perhimpunan-perhimpunan? Apakah doa-doa saudara hanya dari pikiran dan diucapkan di bibir, atau apakah saudara terus ’memohon’ dan dengan sungguh-sungguh meminta dari hati, kadang-kadang mungkin dengan ”keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”? (Rm. 8:26) Apapun kebutuhannya, saudara dapat berbuat seperti Nehemia yang berdoa dalam hati sewaktu ia menghadap raja, ”Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit.” (Neh. 2:4) Doanya yang disertai iman dijawab. Ingatlah juga, bahwa meskipun saudara dapat dibantu oleh doa-doa orang lain, tetapi sebenarnya tak seorangpun dapat menggantikan saudara dalam doa.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan