Mengapa Allah yang Pengasih Menuntut Pembalasan?
”Allah adalah kasih.”—1 Yoh. 4:8.
1. Apa yang akan membantu kita untuk mengerti hal yang kelihatannya bertentangan dalam tema kita?
PEMBALASAN? Oleh Allah yang pengasih? Bagaimana mungkin? Bukankah gagasan bahwa Allah yang pengasih menuntut pembalasan merupakan hal yang bertentangan? Seakan-akan begitu. Namun marilah kita selidiki sifat-sifat pengasih yang diperlihatkan oleh sang Pencipta, maka kita akan lebih jelas mengerti mengenai hubungan sifat-sifat ini dengan pembalasanNya.
2. Mengapa dapat kita katakan bahwa mutu dari kasih Allah adalah yang terunggul, dan apakah antara lain persediaanNya yang pengasih yang sepatutnya kita hargai? (Mzm. 136:1-6)
2 Bila kita membahas mengenai kasih Allah, dapat kita katakan bahwa mutunya paling unggul, atau pada tingkatan yang tertinggi. Dan sifat ini telah dinyatakan kepada kita dalam banyak cara. Misalnya, pertimbangkanlah bumi tempat kita hidup. Menurut Alkitab bumi ini adalah ’pemberian Allah’ kepada umat manusia. (Mzm. 115:16) Dan memang pemberian yang sangat bagus! Renungkanlah betapa menakjubkan Allah mempersiapkan bumi ini bagi kita. Allah menempatkannya di langit sedemikian sehingga mendapat panas dan cahaya dari matahari dalam jumlah yang tepat, menutupinya dengan tumbuh-tumbuhan hijau beserta aneka warna bunga-bunga yang indah. Dan karena kasihNya, Allah melengkapi bumi kita dengan banyak sekali hewan, burung dan ikan, serta menyediakan begitu banyak padi-padian dan makanan lainnya.—Mzm. 104:1, 13-15.
3. Bagaimana Allah mempertunjukkan kasih dalam menciptakan kita umat manusia?
3 Akan tetapi kasih Allah menjadi nyata bukan hanya pada perkara-perkara yang Ia jadikan untuk kita; tetapi juga dari cara Dia menjadikan kita. Ia menjadikan kita agar menikmati ciptaanNya. Betapa tepatnya penulis mazmur menyatakan ini ketika ia berkata, ”TUHAN [Yehuwa], . . . Aku bersyukur kepadaMu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib”! (Mzm. 139:1, 14) Karena kemurahan dan kasihNya, Allah memberi kita mata untuk melihat keindahan dunia di sekitar kita. Ia memberi kita telinga untuk menikmati berbagi bunyi seperti musik dan suara manusia. Ia memberi kita hidung untuk menghirup harumnya makanan dan wanginya bunga-bunga. Dan melebihi semua itu adalah otak manusia, yang dapat berpikir, mengingat, dan mengatur kegiatan-kegiatan tubuh. Kita memang harus takjub karena Allah dengan limpahnya melengkapi tubuh kita. Sesungguhnya ”Allah adalah kasih.”—1 Yoh. 4:8.
Kasih Allah Menyelamatkan
4. Bagaimana kasih Allah dinyatakan di firdaus Eden?
4 Ketika Allah menciptakan manusia pertama Adam, Ia menempatkannya di firdaus Eden yang indah. Adam pasti amat senang dengan kelimpahan persediaan yang pengasih dari Allah di sekelilingnya! Allah kemudian menjadikan Hawa dan membawanya kepada Adam. Alangkah senangnya Hawa, pada hari pertama kehidupannya, untuk dipersatukan dengan seorang suami dan kepala yang akan mengasihi dan membimbingnya! Mereka dapat bersama-sama berharap untuk melaksanakan kehendak Allah supaya bumi diperindah dan dipenuhi, dan binatang-binatang ditaklukkan dengan penuh kasih. Alangkah mulianya masa depan yang Allah bentangkan di hadapan mereka!
5. (a) Bagaimana nenek moyang kita yang pertama menjadi tidak layak untuk mendapatkan kasih Allah? (b) Namun, bagaimana kasih Allah diulurkan kepada keturunan mereka?
5 Namun menyedihkan sekali, masa depan tersebut tidak terwujud, paling tidak bagi mereka. Suatu makhluk roh yang memberontak secara mementingkan diri menjauh dari kasih Allah, menjadikan dirinya Setan si Iblis. Iblis ini membujuk Hawa, dan melalui Hawa, membujuk Adam, agar mereka ’berbuat semaunya sendiri’. Namun, dengan berbuat demikian, mereka terbukti benar-benar tidak layak memperoleh kasih dari Pencipta mereka. Maka sepantasnya Allah menjatuhkan hukuman mati atas pedosa-pedosa yang sengaja ini. Akan tetapi, karena kasihNya kepada umat manusia, Ia mengijinkan mereka hidup sampai mereka melahirkan anak-anak. Kalau tidak, mustahil kita hidup sekarang. Selain itu, walaupun keturunan umat manusia telah mewarisi dosa dan kematian dari orangtua kita yang pertama, Allah yang pengasih menyediakan suatu dasar untuk pengharapan.—Kej. 3:16-23; Rm. 8:20, 21.
6. Pernyataan apa di Eden yang lebih jauh memperlihatkan kasih Allah, dan cara bagaimana?
6 Cara bagaimana? Sejak awal pemberontakan itu, Allah memberitahukan bahwa Ia akan menimbulkan suatu ’Benih’, suatu keturunan. Ia akan mengutus Pribadi ini dari organisasi surgawiNya sendiri untuk melenyapkan semua malapetaka yang ditimbulkan oleh si Iblis, Adam dan Hawa. Akan tetapi, ketika itu di Eden, Allah yang pengasih juga memberitahu bahwa Ia akan melaksanakan pembalasan atas Setan dan atas semua yang lain-lainnya yang menjadikan diri bagian dari keturunan Setan, dengan menjauhi kasih Allah.—Kej. 3:15; Why. 12:9.
ALLAH YANG BERSIFAT KASIH DAN MENGADAKAN PEMBALASAN
7. Selaras dengan Ulangan 32:43, alasan apa yang kita miliki untuk bergembira?
7 Maka Allah kasih juga menyatakan diriNya sebagai Allah yang mengadakan pembalasan. Tetapi pembalasan atas musuh-musuhNya memang selayaknya. Mengapa? Karena dengan demikian akan terbuka jalan bagi semua orang yang mengasihi Allah untuk dapat bergembira dan bersukacita. Sesungguhnya, kita sekarang dapat bersukacita karena Allah akan memungkinkan kita untuk menikmati persediaan kehidupan kekal. Perhatikan apa yang Allah ilhamkan untuk diucapkan oleh Musa, ”Bersorak-sorailah, hai bangsa-bangsa karena umatNya, sebab Ia membalaskan darah hamba-hambaNya, Ia membalas dendam kepada lawanNya.”—Ul. 32:43.
8, 9. (a) Karena kasihNya, Allah bermaksud melaksanakan dua hal apa? (b) Dalam menyatakan kasihNya, pemberian menakjubkan apa telah Allah buat?
8 Ya, Allah kita yang pengasih bermaksud membuktikan betapa layak kedaulatanNya, serta menyelamatkan orang-orang yang mengasihiNya, dari para musuh. Ya, Ia bahkan akan menyelamatkan kita dari musuh terbesar yaitu maut, yang muncul dalam kehidupan kita sebagai warisan dari orang tua kita yang pertama. (Rm. 5:12) Tetapi bagaimana Allah melaksanakan hal ini? Alkitab memberitahukan kita bahwa Ia melakukannya dengan menyerahkan PutraNya, ”Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”—1 Yoh. 4:8-10; 1 Kor. 15:25, 26.
9 Maka Allah menyediakan PutraNya Yesus Kristus untuk melepaskan kita dari kematian yang menimpa kita karena dosa yang diwarisi dari Adam. Ya, seperti dikatakan oleh Alkitab dalam Satu Timotius 2:6 [NW] Kristus ”memberikan dirinya sebagai tebusan yang sepadan bagi semua orang”, yang mau menaruh iman kepadanya. Karena itu Yesus dapat berkata kepada para pengikutnya yang bersifat domba, ”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”, ya, kehidupan kekal.—Yoh. 10:10.
10. (a) Mengapakah ’Allah kasih’ juga Allah ’pembalasan’? (b) Mengapa sekarang begitu penting agar kita mengenal dan mentaati Allah?
10 Ya, berulang kali Alkitab memberitahukan kita bahwa ’Allah kasih’ adalah juga ’Allah yang mengadakan pembalasan’. Mengapa? Sebab kasih Allah tidak dapat membiarkan kejahatan selama-lamanya. (Nah. 1:2; Ul. 32:35, 41) Itulah sebabnya rasul Paulus menulis tentang ”Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriNya bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita.” (2 Tes. 1:6-9) Maka betapa pentingnya agar kita semakin mengenal Allah! Dalam dunia yang kacau balau dengan begitu banyak ragam agama, betapa pentingnya, seperti kata Alkitab, untuk ’mencari Allah yang benar dan sungguh-sungguh menemukan Dia!’—Kis. 17:27.
PEMBALASAN DIIMBANGI DENGAN KASIH
11, 12. (a) Situasi apa yang berkembang pada permulaan sejarah umat manusia, dan ini menuntut tindakan apakah di pihak Allah? (b) Bagaimana pembalasan Allah di sana diimbangi dengan kasihNya?
11 Namun, marilah kita kembali ke awal sejarah umat manusia. Ini akan membantu kita untuk lebih mengerti hubungan antara kasih Allah dan pembalasanNya. Dengan pengasih, Allah telah mengijinkan keturunan Adam berkembang biak. Tetapi manusia yang suka melawan tidak menyambut kasih itu. Maka kira-kira 500 tahun kemudian, Yehuwa mengutus nabi Henokh untuk mengumumkan hukuman ilahi atas manusia-manusia yang jahat karena perbuatan-perbuatan mereka yang tidak saleh dan kata-kata nista yang mereka ucapkan terhadap Allah. (Yud. 14, 15) Seribu tahun lagi berlalu, dan dunia purba mencapai puncaknya dalam hal kekerasan dan imoralitas. Maka Firman Allah berkata, ”bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar.”—Kej. 6:11, 12.
12 Nah, apa yang akan Allah lakukan? Apakah Ia akan mengadakan pembalasan? Ya! Namun, dalam hal inilah, sifat kasihNya menjadi nyata. Mengapa kita berkata demikian? Pada waktu itu, ada satu keluarga di atas bumi yang setia melakukan kehendak Allah. Ini adalah keluarga Nuh, pria yang disebut dalam Alkitab sebagai ”pemberita kebenaran”. Karena kasih, Yehuwa menyuruh Nuh membangun bahtera ”untuk menyelamatkan keluarganya”. Kemudian tiba air bah sedunia yang menyingkirkan tetangga-tetangga Nuh yang jahat. (2 Ptr. 2:5; Ibr. 11:7) Seluruh bumi dibersihkan dari kekerasan dan imoralitas yang merusak, supaya kembali menjadi tempat tinggal yang cocok bagi keluarga-keluarga umat manusia untuk berkembang biak.—Kej. 6:9, 22; 7:21-23; 8:15-17.
13. Apakah pengadilan Yehuwa atas Sodom dan Gomora tidak pengasih, dan mengapa saudara menjawab demikian?
13 Namun, kecenderungan-kecenderungan yang berdosa yang diwarisi dari Adam tetap ada, dan tak lama kemudian manusia yang tidak saleh mulai memperlihatkan lagi sifat-sifat buruk. (Mzm. 51:5) Sebagai contoh adalah orang-orang dari Sodom dan Gomora, yang mendiami daerah yang pernah disebut ”seperti taman TUHAN”. Alkitab mengatakan bahwa ”orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN”. Mereka orang-orang homoseks, berusaha memuaskan hawa nafsu mereka dengan cara yang keji. (Kej. 13:10, 13; 19:4-11) Allah yang pengasih, Yehuwa, memutuskan untuk membinasakan kota-kota itu. Dengan demikian Abraham yang benar dan Lot kemenakannya tidak usah lagi berurusan dengan tetangga-tetangga yang fasik demikian. Sebagaimana dikatakan di Kejadian 18:25, ”Hakim segenap bumi”, ’melakukan apa yang benar’. Ia menyelamatkan Lot dan dua anak gadisnya, tetapi menghujani Sodom dan Gomora dengan kebinasaan yang bernyala-nyala, agar seluruh daerah itu dibersihkan.—Luk. 17:29; Yud. 7.
14, 15. (a) Apakah orang-orang Kanaan yang tidak bersalah? (b) Apakah Allah bertindak benar dalam melaksanakan pembalasan atas mereka?
14 Bertahun-tahun kemudian, Yehuwa sekali lagi berbuat ’apa yang benar’ bagi umatNya, Israel. Cara bagaimana? Dengan mengatur agar orang-orang Kanaan diusir dari Tanah Perjanjian. (Ul. 18:9-12) ’Namun, bukankah hal ini tidak adil terhadap orang-orang Kanaan yang tidak bersalah itu?’ mungkin ada yang bertanya. Orang-orang Kanaan yang tidak bersalah? Mereka sama sekali bukan orang-orang yang tidak bersalah! Orang-orang Kanaan begitu menjijikkan karena perbuatan sumbang (incest), perbuatan-perbuatan cabul, zinah, mengorbankan anak-anak, homoseks dan hubungan kelamin dengan binatang. Misalnya, dalam ibadat kepada ilah-ilah palsu mereka mengorbankan anak-anak dengan melemparkannya hidup-hidup ke dalam api. Juga terdapat pelacur-pelacur wanita dan pria di kuil-kuil.a Itulah sebabnya Yehuwa memberikan perintah ini kepada umatNya, ”Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis. Negeri itu telah menjadi najis dan Aku telah membalaskan kesalahannya kepadanya, sehingga negeri itu memuntahkan penduduknya.”—Im. 18:1-25.
15 Sekali lagi, justru karena kasih kepada umatNya sendiri maka Yehuwa memerintahkan bangsa Israel untuk menyingkirkan orang-orang yang berbuat dosa. Cara hidup mereka yang cabul berbahaya bagi umatNya. Seperti dikatakan oleh Alkitab, ”hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN [Yehuwa]”.—Mzm. 106:34-40; Ul. 18:12.
16. Bagaimanakah kasih dan kesabaran Allah dinyatakan terhadap Israel?
16 Sebaliknya, bagaimana Allah memperlakukan umat Israel? Yehuwa menyatakan kasih yang paling lembut terhadap mereka. Musa melukiskan ini dengan kata-kata yang indah di Ulangan 32:11 dan 12, ”Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN [Yehuwa] sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.” Tetapi, sayang! Ilah-ilah asing akhirnya menyusup ke dalam ibadat Israel. Maka, Allah yang telah menyatakan bahwa Ia akan mengadakan pembalasan kepada musuh-musuh mereka terpaksa menuntut pembalasan atas umatNya sendiri. Namun betapa sabarnya Yehuwa terhadap bangsa Israel! Bayangkan selama 900 tahun Allah bersabar atas sikap mereka yang suka melawan! Selama seluruh masa itu, Yehuwa mengulurkan tanganNya yang berbelas kasihan terhadap mereka. ”’Aku tidak berkenan,” firman Yehuwa, ”kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”—Yeh. 33:11.
17. (a) Peringatan apakah yang Allah berikan kepada Israel? (b) Bagaimana pelaksanaan pembalasan Allah kepada Israel dikendalikan oleh kasihNya?
17 Berulang kali Allah memperingatkan umatNya terhadap akibat-akibat dari penyembahan berhala mereka, perbuatan-perbuatan yang imoral dan penumpahan darah dari orang-orang yang tidak bersalah. Tetapi akhirnya Yehuwa terpaksa menuntut pembalasan atas bangsa Israel dengan membiarkan Raja Nebukhadnezar dari Babel membinasakan Yerusalem beserta bait mereka. Orang-orang yang masih hidup ditawan ke Babel. Akan tetapi setelah 70 tahun Allah mengatur agar Babel digulingkan sehingga sekelompok sisa dari orang-orang Israel yang memiliki penghargaan dapat kembali ke negeri mereka dan memulihkan ibadat yang murni di sana.—2 Raj. 24:3, 4; 2 Taw. 36:12-21; Ezr. 1:1-3; Ibr. 12:6.
YESUS BERBICARA MENGENAI KASIH DAN PEMBALASAN
18. Pernyataan-pernyataan apa yang Yesus buat mengenai (a) kasih Allah, dan (b) pembalasanNya?
18 Apa yang Yesus Kristus katakan tentang kasih Allah dan pembalasanNya ini? Antara lain, ia dengan hangat menyebut sifat kasih dari Bapanya dengan berkata, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16) Tetapi apakah ia ragu-ragu untuk menyebut tentang pembalasan Allah? Sama sekali tidak! Sebab Alkitab berkata bahwa Yesus, sama seperti Bapanya, ’mengasihi keadilan dan membenci sikap tidak mempedulikan hukum’. Yesus terutama membenci sikap tidak mempedulikan hukum dan hutang darah dari para pemimpin agama. (Ibr. 1:9; Mzm. 11:5, 7) Ia selalu terus terang sewaktu berbicara kepada atau mengenai kaum ulama Yahudi pada jamannya. Dalam Khotbahnya di Bukit, tiga kali ia menyebut mereka ”munafik”. (Mat. 6:2, 5, 16) Ia berkata kepada kaum ulama tersebut, ”Iblislah yang menjadi bapamu,” dengan demikian mereka dihubungkan dengan ’benih ular’. (Yoh. 8:44; Kej. 3:15) Kemudian, tiga hari sebelum ia dibunuh, Yesus terang-terangan mencela para pemimpin agama bangsa Yahudi dengan berkata, ”Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka [Gehena, NW]?”—Mat. 23:13-33.
19. (a) Mengapa sikap Yesus dan berita peringatannya sangat pengasih? (b) Namun bagaimana Yehuwa telah bertindak dengan benar?
19 Apakah ini berarti bahwa Yesus tidak bersifat kasih? Sama sekali tidak, sebab walaupun Yesus tahu bahwa orang-orang Yahudi itu akan menambah hutang darah mereka dengan membunuhnya, ia berkata selanjutnya di Matius pasal 23, ”Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.” (Mat. 23:37, 38; Kis. 3:13-15) Tiga puluh tujuh tahun kemudian, bala tentara Roma mengepung Yerusalem dan memusnahkan baitnya. Ini memang suatu bencana yang menyebabkan 1.100.000 orang dari penduduk yang memberontak tewas! Maka, ketika itu arti sepenuhnya dari kata-kata nubuat Yesus menjadi jelas. Dengan alasan yang patut, Yehuwa telah menuntut pembalasan!
20. Sehubungan dengan kasih dan pembalasan, corak-corak yang menarik apa terdapat di Yesaya 61:1, 2?
20 Beberapa abad sebelumnya, Yesaya, salah seorang dari nabi-nabi yang dikabarkan telah dibunuh di Yerusalem dulu, mengucapkan kata-kata ini, ”Roh Tuhan ALLAH [Yehuwa] ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara [yang lemah lembut], . . . untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung.”—Yes. 61:1, 2.
21. (a) Apa yang mungkin menyebabkan Yesus untuk mengutip hanya sebagian dari Yesaya 61:1, 2? (b) Pertanyaan apa timbul yang menyangkut Yesaya 2:2-5?
21 Yesus membacakan sebagian dari nubuat ini, pada awal pelayanannya dan menerapkannya pada dirinya sebagai Pribadi Utama yang Diurapi oleh Yehuwa. (Luk. 4:18-21) Akan tetapi, ketika Yesus mengutip kata-kata tersebut dari Yesaya ia tidak membacakan mengenai hari pembalasan Allah. Mengapa? Rupanya karena pengumuman mengenai pembalasan Allah akan ditandaskan terutama ”pada hari-hari yang terakhir”, sebagaimana dikatakan dalam Yesaya pasal 2. Apakah kita sekarang sudah tiba pada masa itu?
[Catatan Kaki]
a Lihat juga Aid to Bible Understanding, yang diterbitkan oleh Watch Tower Society, halaman 76, 145 dan 287, di bawah judul ”Anath”, ”Ashtoreth” dan ”Canaan, Canaanite”.
[Kotak di hlm. 24]
”Betapa banyak perbuatanMu, ya TUHAN [Yehuwa], sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu. . . . Pujilah TUHAN [Yehuwa], hai jiwaku! Haleluya!”—Mzm. 104:24, 35.
[Kotak di hlm. 25]
PEMBERIAN TERBESAR DARI KASIH ALLAH
Karena kasih yang dalam terhadap umat manusia yang menderita, Allah dengan rela mengorbankan milikNya yang paling berharga, rekanNya yang paling akrab, ”anak kesayangan” [pekerja ahli, NW] bersama Dia dalam penciptaan, ’pribadi yang menjadi kesenanganNya setiap hari’. Ia bersedia mengutus Putra surgawiNya yang sulung ke bumi, untuk menderita semua celaan, kehinaan dan kekejaman apa saja yang akan ditimpakan atasnya oleh Iblis beserta kaki tangannya. Di bawah ujian, sang Putra akan membuktikan bahwa sebagai manusia sempurna, di bawah pencobaan-pencobaan yang paling hebat, ia dapat mendukung kedaulatan Allah, bahkan sampai mati. Selain itu dengan demikian ia ”memberikan nyawaNya menjadi tebusan” demi kepentingan banyak orang dari umat manusia yang ditimpa dosa, yang mau menaruh iman kepadanya. (Ams. 8:30; Mat. 20:28) Karena itu Yesus dapat berkata tentang para pengikutnya yang seperti domba, baik dari ”kawanan kecil” maupun dari ”domba-domba lain”nya, ”Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.” Kebanyakan orang akan memperoleh kehidupan kekal itu melalui kebangkitan dari antara orang-orang mati. (Luk. 12:32; Yoh. 10:16, 28; 5:28, 29) Alangkah besar kasih karunia ini, yang diperlihatkan terhadap umat manusia yang tak berdaya! Jika kita menolak persediaan yang pengasih ini, kita memang layak mendapat pembalasan murka dari Allah!
[Kotak di hlm. 26]
KEHIDUPAN KITA BERGANTUNG PADANYA!
Kebanyakan orang beragama sejak lahir. Tetapi apakah ini berarti bahwa mereka menyembah Allah yang benar? Sebaliknya, bukankah agama dari kebanyakan orang hanya secara kebetulan dianut sebagai suatu warisan? Akan tetapi kehidupan kita justru bergantung pada ’mengenal Allah dan mentaati Injil Yesus, Pemimpin kita’, yang Ia utus untuk menebus kita dari dosa dan kematian. (2 Tes. 1:8; Mrk. 10:45) Jelas sekali, dunia sekitar kita tidak ”mengenal Allah”. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ada ”satu Allah dan Bapa dari semua”. (Ef. 4:6) Namun umat manusia terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok yang menyembah banyak tuhan. Ada Budha-Budha, allah-allah nenek moyang dari agama Shinto dan Confusius, Allah dari orang Islam, juga Brahma, Wisnu dan Syiwa—tritunggal dari agama Hindu—dan tritunggal dari Susunan Kristen yakni, Bapa, Putra dan ”Roh Suci”. Banyak orang bahkan mendewakan orang-orang penting, baik mati atau masih hidup, seperti misalnya bintang-bintang ”rock”, pahlawan-pahlawan olah raga dan pemimpin-pemimpin revolusi.
[Kotak di hlm. 28]
PENEMUAN-PENEMUAN ILMU PURBAKALA DI KANAAN:
”Orang-orang Kanaan beribadat melalui pemuasan hawa nafsu, sebagai suatu upacara agama, di hadapan allah-allah mereka; dan kemudian, dengan membunuh anak-anak sulung mereka, sebagai korban kepada allah-allah yang sama ini. Kelihatannya, dalam ukuran yang besar, negeri Kanaan telah menjadi semacam Sodom dan Gomora secara nasional. . . . Apakah peradaban yang demikian luar biasa menjijikkan dan keji masih mempunyai hak untuk tetap tinggal hidup? . . . Para ahli ilmu purbakala yang menggali reruntuhan kota-kota di Kanaan merasa heran bahwa Allah tidak lebih awal membinasakannya.”—”Halley’s Bible Handbook”, H. H. Halley, hal. 161.
[Kotak di hlm. 28]
SIFAT BELAS KASIHAN YANG MENONJOL PADA YEHUWA
Bahkan pada waktu Ia dengan keras mendisiplin bangsa Israel yang memberontak, Yehuwa mengulurkan belas kasihanNya, dengan berkata melalui nabiNya Yeremia, ”Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya. Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.”—Rat. 3:31-33