PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Berhati-hati terhadap Guru-Guru Palsu!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Kelakuan yang tidak tahu malu
    Daftar Istilah
  • Sampai di Mana Batasnya?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2

TINGKAH LAKU BEBAS

Tindakan-tindakan yang mencerminkan sikap tidak tahu malu, sikap yang menyingkapkan tidak adanya respek terhadap hukum dan wewenang, bahkan penghinaan atasnya. Kata Ibrani zim·mahʹ diterjemahkan menjadi ”tingkah laku bebas” dan ”moral bebas”. (Im 18:17; 19:29) Kata Yunani a·selʹgei·a (tingkah laku bebas) bisa juga diterjemahkan menjadi ”ketidaksenonohan; sikap semaunya sendiri; tingkah laku memalukan; tingkah laku cabul”. (Gal 5:19, Rbi8, ctk.; 2Ptr 2:7, Rbi8, ctk.) Kedua kata tersebut tidak hanya berlaku untuk amoralitas seksual. Dalam Alkitab, perbuatan yang dikategorikan sebagai tingkah laku bebas antara lain ialah pemerkosaan beramai-ramai (Hak 19:25; 20:6), pelacuran (Yer 13:27; Yeh 23:44), dan penumpahan darah (Mz 26:9, 10; Yeh 22:9; Hos 6:9). ”Pria yang tidak berprinsip” disebutkan sebagai orang yang merancang tingkah laku bebas, dan orang yang menganggap tingkah laku tersebut ”seperti permainan” digolongkan sebagai orang bebal, atau tidak berharga secara moral.—Yes 32:7; Ams 10:23.

”Dari Hati.” Yesus menunjukkan bahwa tingkah laku bebas mencerminkan batin seseorang. Ia mengatakan, ”Dari dalam, dari hati orang, keluar pertimbangan yang merugikan: percabulan, . . . perzinaan, . . . tingkah laku bebas . . . Semua hal yang fasik ini keluar dari dalam dan menajiskan orang.” (Mrk 7:20-23) Tingkah laku bebas adalah salah satu ”perbuatan daging”, salah satu keinginan daging yang ”menimbulkan konflik dengan jiwa”. Menurut Firman Allah, ”Orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah.”—Gal 5:19, 21; 1Ptr 2:11.

Orang Kristen yang mengasihi terang kebenaran diberi perintah, ”Seperti pada siang hari, biarlah kita berjalan dengan sopan, tidak dengan pesta pora dan bermabuk-mabukan, tidak dengan melakukan hubungan yang tidak sah dan tingkah laku bebas.” (Rm 13:13; Yoh 3:19-21) Rasul Petrus memberikan alasannya, ”Karena selama waktu yang telah lewat [sebelum menjadi hamba Allah] kamu sudah cukup melakukan kehendak bangsa-bangsa, bertingkah laku bebas.” (1Ptr 4:3) Rasul Paulus juga menasihati orang Kristen dengan menggambarkan bahwa haluan bangsa-bangsa di dunia, yang sebelumnya adalah teman bergaul mereka, berada ”dalam kegelapan secara mental, dan terasing dari kehidupan seperti yang Allah miliki . . . Karena tidak memiliki perasaan moral, mereka menyerahkan diri kepada tingkah laku bebas untuk melakukan setiap jenis kenajisan dengan tamak”.—Ef 4:17-19.

Meskipun demikian, beberapa orang yang mengaku sebagai hamba Allah dan Kristus berpaling dari jalan terang dan secara terang-terangan memperlihatkan sikap menentang hukum serta wewenang ilahi. Paulus merasa pedih hati atas orang-orang di sidang Korintus yang tidak bertobat dari ”kenajisan dan percabulan dan tingkah laku bebas yang mereka praktekkan”, meskipun telah dinasihati agar bertobat. (2Kor 12:21) Petrus memperingatkan orang Kristen masa awal bahwa guru-guru palsu akan muncul dari kalangan mereka sendiri dan bahwa banyak orang akan mengikuti tingkah laku bebas mereka, sehingga mendatangkan celaan atas jalan kebenaran. (2Ptr 2:1, 2) Kata-kata Yesus kepada sidang-sidang di Pergamus dan Tiatira, yang ditulis oleh rasul Yohanes sekitar tahun 96 M, menunjukkan bahwa nubuat Petrus sampai suatu taraf tertentu telah digenapi pada waktu itu. (Pny 2:12, 14, 18, 20) Baik Petrus maupun Yudas menyatakan hukuman yang akan menimpa orang-orang yang mempraktekkan tingkah laku bebas.—2Ptr 2:17-22; Yud 7.

Dalam upaya memikat dan memperdayakan orang lain di sidang Kristen, beberapa orang yang mempraktekkan tingkah laku bebas memberikan argumen bahwa Allah memiliki berlimpah kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh dan bahwa Ia akan mengabaikan dosa-dosa mereka, karena Ia mengakui ketidaksempurnaan dan kelemahan jasmani mereka. Tetapi Yudas, saudara tiri Yesus, menyebut mereka sebagai ”orang-orang yang tidak saleh yang membuat kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh dari Allah kita menjadi dalih untuk tingkah laku bebas, dan yang tidak setia kepada satu-satunya Pemilik dan Tuan kita, Yesus Kristus”. (Yud 4) Percuma saja mereka mengaku diri Kristen. Dinas mereka tidak berterima oleh Allah, seperti dikatakan penulis yang berhikmat di Israel, ”Korban orang-orang fasik adalah sesuatu yang memuakkan. Terlebih lagi jika seseorang membawanya disertai tingkah laku bebas.”—Ams 21:27.

Di dalam Hukum terdapat pandangan yang sama terhadap tingkah laku bebas. Allah tidak berubah sehubungan dengan hal ini. Tingkah laku bebas dilarang dan sanksinya adalah kematian. (Im 18:17; 20:14) Daud memohon kepada Allah agar tidak mencabut nyawanya bersama ”orang-orang yang berutang darah, yang pada tangannya terdapat tingkah laku bebas”.—Mz 26:9, 10.

Melalui nabi-nabi-Nya, Yeremia dan Yehezkiel, Yehuwa memperingatkan Israel bahwa Ia akan menghakimi mereka atas tingkah laku bebas yang dipraktekkan secara jasmani maupun rohani.—Yer 13:26, 27; Yeh 16:27, 43, 58; 22:9; 23:21-49; 24:13.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan