PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w00 1/6 hlm. 4-7
  • Berubahnya Wajah ”Kekristenan”—Diterima oleh Allah?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Berubahnya Wajah ”Kekristenan”—Diterima oleh Allah?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Gereja Merangkul Negara
  • Memodifikasi Paham Tentang Allah
  • Memodifikasi Paham tentang Jiwa
  • Mencoreng ”Potret” Kekristenan di Zaman Modern
  • Melihat ”Potret” yang Asli
  • Apakah Neraka Itu Panas?
    Begini Sajakah Hidup Ini?
  • Amalkan Iman untuk Kehidupan yang Kekal
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Dapatkah Saudara Percaya kepada Alkitab?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Seberapa Kuatkah Kepercayaan Saudara Akan Kebangkitan?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
w00 1/6 hlm. 4-7

Berubahnya Wajah ”Kekristenan”—Diterima oleh Allah?

MISALKAN saudara meminta seorang seniman melukis potret diri saudara. Ketika sang seniman merampungkannya, saudara merasa sangat senang; kemiripannya sempurna. Saudara membayangkan bahwa anak-cucu-cicit saudara akan melihat lukisan itu dengan bangga.

Akan tetapi, pada beberapa generasi kemudian, salah seorang keturunan saudara merasa bahwa menipisnya rambut saudara pada lukisan itu kurang bagus, jadi ia menambahkan rambut di sana. Bentuk hidung saudara juga kurang disukai, jadi diubahnya juga. ”Perbaikan” lainnya dilakukan oleh generasi-generasi selanjutnya, sehingga akhirnya lukisan wajah saudara sudah jauh berbeda dengan aslinya. Jika saudara tahu bahwa ini akan terjadi, bagaimana perasaan saudara? Pasti, tidak senang.

Sayangnya, kisah tentang potret diri ini mirip dengan kisah gereja yang mengaku diri Kristen. Sejarah menunjukkan bahwa tidak lama setelah kematian rasul-rasul Kristus, wajah ”Kekristenan” yang sesungguhnya mulai berubah, tepat seperti yang Alkitab nubuatkan.​—Matius 13:24-30, 37-43; Kisah 20:30.a

Tentu saja, sangatlah patut bila prinsip-prinsip Alkitab ini diterapkan dalam berbagai kebudayaan dan zaman. Namun, sama sekali tidak patut bila ajaran-ajaran Alkitab diubah agar selaras dengan pemikiran yang sedang populer. Tetapi, justru itulah kenyataannya. Misalnya, perhatikan perubahan-perubahan yang telah dibuat dalam sejumlah ajaran yang penting.

Gereja Merangkul Negara

Yesus mengajarkan bahwa pemerintahannya, atau Kerajaannya, adalah sebuah kerajaan surgawi yang, pada waktunya, akan membinasakan semua pemerintahan manusia dan berkuasa atas seluruh bumi. (Daniel 2:44; Matius 6:9, 10) Kerajaan ini memerintah bukan melalui sistem politik manusia. ”Kerajaanku bukan bagian dari dunia ini,” kata Yesus. (Yohanes 17:16; 18:36) Oleh karena itu, murid-murid Yesus, meskipun tetap taat hukum, menjauhi dunia politik.

Akan tetapi, pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Konstantin, pada abad keempat, banyak orang yang mengaku Kristen tidak sabar lagi untuk menunggu kembalinya Kristus dan berdirinya Kerajaan Allah. Lambat laun, sikap mereka terhadap politik berubah. ”Sebelum masa pemerintahan Konstantin,” kata buku Europe​—A History, ”orang-orang Kristen tidak menggunakan kekuasaan [politik] untuk menyebarkan ajaran dan kepercayaan mereka. Setelah masa pemerintahan Konstantin, Kekristenan dan politik tinggi berjalan bergandengan.” Kekristenan yang dimodifikasi ini menjadi agama resmi yang bersifat ”universal”, atau ”katolik”, agamanya Kekaisaran Romawi.

Ensiklopedia Great Ages of Man menyatakan bahwa dengan adanya perkawinan antara Gereja dan Negara ini, ”pada tahun 385 M, hanya 80 tahun setelah terjadinya gelombang besar penindasan terhadap orang Kristen, Gereja sendiri mulai menghukum mati para bidah, dan para pemimpin agamanya memiliki kekuasaan yang hampir sederajat dengan kaisar”. Dengan demikian, pada era ini, pedang mulai menggantikan persuasi sebagai sarana pertobatan, dan pemimpin agama yang bergelar dan sangat berkuasa mulai menggantikan para pengabar sederhana abad pertama. (Matius 23:​9, 10; 28:​19, 20) Sejarawan H. G. Wells menulis tentang ”perbedaan mencolok antara” Kekristenan pada abad keempat ”dan ajaran Yesus orang Nazaret”. ”Perbedaan mencolok” ini bahkan mempengaruhi ajaran-ajaran dasar tentang Allah dan Kristus.

Memodifikasi Paham Tentang Allah

Kristus dan murid-muridnya mengajarkan bahwa hanya ada ”satu Allah, sang Bapak”, terlihat dari nama pribadi-Nya, Yehuwa, yang muncul sekitar 7.000 kali di manuskrip-manuskrip Alkitab yang diproduksi lebih awal. (1 Korintus 8:6; Mazmur 83:18) Yesus diciptakan oleh Allah; dia ”yang sulung dari antara setiap ciptaan”, kata Alkitab Versi Katolik Douay, dalam Kolose 1:​15. Dengan demikian, sebagai makhluk ciptaan, Yesus dengan terus terang menyatakan, ”Bapak lebih besar daripada aku.”​—Yohanes 14:28.

Namun, pada abad ketiga, pemimpin-pemimpin agama tertentu yang cukup berpengaruh, yang begitu gandrung pada ajaran trinitas dari filsuf kafir asal Yunani, Plato, mulai memodifikasi paham tentang Allah agar sesuai dengan rumus Trinitas. Pada abad-abad berikutnya, doktrin ini, yang tidak berdasarkan Alkitab, meninggikan Yesus hingga sederajat dengan Yehuwa dan membuat roh kudus Allah, atau tenaga aktif-Nya, menjadi suatu pribadi.

Mengenai pengadopsian konsep kafir Tritunggal oleh gereja, New Catholic Encyclopedia mengatakan, ”Formulasi ’satu Allah dalam tiga Pribadi’ masih belum dikukuhkan, yang tentulah tidak sepenuhnya berasimilasi ke dalam kehidupan Kristen dan iman yang dijalankannya, hingga akhir abad ke-4. Namun, formulasi inilah yang pertama kali diakui sebagai dogma Trinitas. Di antara Bapa-Bapa Rasuli, tidak pernah sedikit pun terlintas pemikiran dan perspektif seperti ini.”

The Encyclopedia Americana menyatakan hal yang sama, ”Trinitarianisme yang berasal dari abad ke-4 tidak akurat dalam mencerminkan ajaran Kristen masa awal tentang sifat Allah; sebaliknya, hal ini merupakan penyimpangan.” The Oxford Companion to the Bible menyebut Tritunggal sebagai salah satu ”formulasi kredo yang muncul belakangan”. Namun, Tritunggal bukanlah satu-satunya konsep kafir yang berasimilasi ke dalam gereja.

Memodifikasi Paham tentang Jiwa

Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa manusia memiliki jiwa tak berkematian yang tetap hidup setelah tubuh mati. Namun, tahukah saudara bahwa ajaran gereja ini pun baru muncul belakangan? Yesus meneguhkan kebenaran Alkitab bahwa orang mati ”tidak sadar akan apa pun”, mereka seolah-olah sedang tertidur. (Pengkhotbah 9:5; Yohanes 11:11-13) Kehidupan akan dipulihkan lewat kebangkitan​—’bangun’ dari tidur kematian. (Yohanes 5:​28, 29) Jiwa yang tak berkematian, seandainya ada, tidak membutuhkan kebangkitan, karena tak berkematian berarti tidak akan pernah mati.

Yesus bahkan mempertunjukkan ajaran Alkitab tentang kebangkitan dengan membangkitkan orang dari kematian. Misalnya Lazarus, yang mati selama empat hari. Ketika Yesus membangkitkannya, Lazarus keluar dari kuburan dalam keadaan hidup dan bernapas. Tidak ada jiwa tak berkematian yang kembali dari alam surgawi nan bahagia lalu merasuk ke tubuh Lazarus sewaktu ia bangun dari kematian. Seandainya itu yang terjadi, maka kebangkitan yang Yesus lakukan itu tidak dapat disebut pertolongan!​—Yohanes 11:39, 43, 44.

Lalu, dari mana datangnya teori jiwa tak berkematian? The Westminster Dictionary of Christian Theology mengatakan bahwa konsep ini ”lebih banyak berasal dari filosofi Yunani ketimbang penyingkapan Alkitab”. The Jewish Encyclopedia menjelaskan, ”Kepercayaan bahwa jiwa terus ada setelah tubuh mati lebih bersifat spekulasi filosofi dan teologi ketimbang iman yang murni, dan dengan demikian tidak diajarkan dengan jelas di bagian mana pun dari Kitab Suci.”

Sering kali, satu kekeliruan melahirkan kekeliruan berikutnya, dan itulah yang terjadi pada ajaran jiwa yang tak berkematian. Hal itu memungkinkan terbentuknya ajaran kafir tentang siksaan kekal di neraka yang bernyala-nyala.b Namun, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa ”upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian”​—bukan siksaan kekal. (Roma 6:​23) Oleh karena itu, dalam menjelaskan tentang kebangkitan, King James Version menyatakan, ”Laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya; dan kematian dan neraka menyerahkan orang mati yang ada di dalamnya.” Demikian pula, Alkitab terjemahan Douay menyatakan bahwa ”laut . . . dan kematian dan neraka menyerahkan orang-orang mati”. Ya, intinya, orang-orang yang ada di neraka adalah orang-orang mati, ’sedang tertidur’, seperti yang Yesus katakan.​—Penyingkapan 20:13.

Apakah saudara yakin bahwa ajaran tentang kutukan kekal dalam neraka membuat orang tertarik pada Allah? Sama sekali tidak. Dalam pikiran orang-orang yang adil dan pengasih, gagasan siksaan kekal sangat menjijikkan! Sebaliknya, Alkitab mengajarkan bahwa ”Allah adalah kasih” dan bahwa kekejaman, bahkan terhadap binatang, merupakan hal yang sangat dibenci-Nya.​—1 Yohanes 4:8; Amsal 12:10; Yeremia 7:​31; Yunus 4:​11.

Mencoreng ”Potret” Kekristenan di Zaman Modern

Pencemaran reputasi Allah dan Kekristenan berlanjut sampai sekarang. Baru-baru ini, seorang profesor agama menggambarkan bahwa di gereja Protestannya terdapat pergumulan ”antara wewenang dan doktrin Alkitab versus wewenang non-Alkitab dan ideologi kemanusiaan, antara kesetiaan gereja terhadap pertuanan Kristus versus perombakan Kekristenan untuk mengikuti perkembangan zaman. Masalah yang diperdebatkan adalah: Siapa yang menetapkan haluan kebijakan gereja . . . Kitab Suci atau ideologi yang sedang dominan?”

Sayang sekali, ”ideologi yang sedang dominan” masih cenderung berjaya. Misalnya, bukan rahasia lagi bahwa banyak gereja telah mengubah pendiriannya tentang berbagai permasalahan agar tampak progresif dan berpikiran terbuka. Khususnya dalam masalah-masalah moral, gereja-gereja telah semakin liberal, seperti disebutkan dalam artikel pembuka. Namun, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa percabulan, perzinaan, dan homoseksualitas adalah dosa berat di mata Allah, dan orang-orang yang mempraktekkannya ”tidak akan mewarisi kerajaan Allah”.​—1 Korintus 6:​9, 10; Matius 5:​27-​32; Roma 1:​26, 27.

Sewaktu rasul Paulus menulis kata-kata yang dikutip di atas, dunia yang berkebudayaan Yunani-Romawi di sekitarnya sarat dengan segala bentuk kefasikan. Paulus bisa saja bernalar, ’Memang, Allah menghancurleburkan Sodom dan Gomora karena dosa seksual yang berat, tetapi itu 2.000 tahun yang lalu! Tentu saja, standar itu tidak berlaku lagi di zaman pencerahan seperti sekarang.’ Akan tetapi, Paulus tidak menafsirkan seperti itu; dia tidak mau merusak kebenaran Alkitab.​—Galatia 5:​19-​23.

Melihat ”Potret” yang Asli

Di hadapan para pemimpin agama Yahudi pada zamannya, Yesus mengatakan bahwa ibadat mereka ’sia-sia karena mereka mengajarkan perintah manusia sebagai doktrin’. (Matius 15:9) Apa yang dilakukan para pemimpin agama itu terhadap Hukum Yehuwa yang disampaikan melalui Musa tidak ubahnya seperti apa yang telah, dan masih, dilakukan para pemimpin agama Susunan Kristen terhadap ajaran Kristus​—mereka membubuhkan ”cat” tradisi pada kebenaran ilahi. Namun, Yesus menghapus semua kepalsuan itu demi manfaat orang-orang yang berhati jujur. (Markus 7:7-13) Yesus menyatakan kebenaran, entah itu disukai orang atau tidak. Firman Allah selalu menjadi wewenang yang dijunjungnya. ​—Yohanes 17:17.

Betapa kontrasnya Yesus dengan kebanyakan orang yang mengaku Kristen! Memang, Alkitab menubuatkan, ”Orang-orang akan tertarik dengan hal-hal terkini dan mengumpulkan . . . guru-guru sesuai dengan selera mereka; dan kemudian, sebaliknya daripada mendengarkan kebenaran, mereka akan berpaling kepada mitos.” (2 Timotius 4:3, 4, The Jerusalem Bible) ”Mitos” ini, yang beberapa di antaranya telah kita bahas, merusak secara rohani, sedangkan kebenaran Firman Allah membangun, dan membimbing kepada kehidupan abadi. Inilah kebenaran, dan Saksi-Saksi Yehuwa menganjurkan saudara untuk menyelidikinya.​—Yohanes 4:24; 8:​32; 17:3.

[Catatan Kaki]

a Seperti yang Yesus singkapkan melalui perumpamaan tentang lalang dan gandum, dan melalui ilustrasi tentang jalan yang lebar dan jalan yang sempit (Matius 7:​13, 14), Kekristenan sejati akan terus dipraktekkan oleh sedikit orang saja dari zaman ke zaman. Akan tetapi, mereka seolah-olah tertelan oleh mayoritas orang yang seperti lalang, yang memperkenalkan diri dan ajaran mereka sebagai wajah asli Kekristenan. Inilah wajah yang dibahas dalam artikel ini.

b ”Neraka” adalah terjemahan dari kata Ibrani Syeol dan kata Yunani Hades, keduanya hanya memaksudkan ”kuburan”. Dengan demikian, meskipun para penerjemah King James Version mengalihbahasakan Sheol sebagai ”neraka” sebanyak 31 kali, mereka juga menerjemahkannya sebagai ”kuburan” sebanyak 31 kali, dan sebagai ”lubang” sebanyak 3 kali, yang menunjukkan bahwa istilah-istilah ini pada dasarnya memaksudkan hal yang sama.

[Kotak/Gambar di hlm. 7]

Asal-Usul Nama Kristen

Selama sedikitnya sepuluh tahun setelah Yesus meninggal, para pengikutnya dikenal sebagai pengikut ”Jalan Itu”. (Kisah 9:2; 19:​9, 23; 22:4) Mengapa? Karena jalan hidup mereka berpusat pada iman akan Yesus Kristus, yang adalah ”jalan dan kebenaran dan kehidupan”. (Yohanes 14:6) Kemudian, sekitar tahun 44 M, di Antiokhia-Siria, murid-murid Yesus ”dengan bimbingan ilahi disebut orang Kristen”. (Kisah 11:26) Nama ini segera diakui oleh masyarakat, bahkan oleh kalangan pejabat publik. (Kisah 26:28) Nama baru ini tidak mengubah jalan hidup Kristen, yang terus meniru jalan hidup Kristus.​—1 Petrus 2:21.

[Gambar di hlm. 7]

Melalui pelayanan kepada masyarakat, Saksi-Saksi Yehuwa mengarahkan orang-orang kepada Firman Allah, Alkitab

[Keterangan Gambar di hlm. 4]

Ketiga dari kiri: United Nations/Photo by Saw Lwin

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan