PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Kemah pertemuan
    Daftar Istilah
  • ”Hotel Bintang Seribu”
    Sedarlah!—2004
  • Kemah Ibadat
    Buku Cerita Alkitab
  • Undangan Istimewa untuk Menjadi Tamu Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2024
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1

KEMAH

Tempat bernaung yang dapat dibongkar pasang, terbuat dari kain atau kulit dan ditopang oleh tiang-tiang. Kemah merupakan salah satu jenis tempat tinggal buatan manusia yang paling awal (Kej 4:20; 9:21) dan umumnya digunakan oleh kaum nomad di Timur Tengah.—Kej 9:27; Mz 83:6.

Beberapa perincian tentang desain dan penggunaan kemah terdapat dalam Alkitab. Perincian tersebut dilengkapi oleh pengetahuan mengenai kemah yang digunakan orang Arab pada tahun-tahun yang lebih belakangan, karena tampaknya tidak ada perubahan mendasar dari kemah pada zaman Alkitab. Banyak pakar berpendapat bahwa kemah-kemah yang paling awal dibuat dari kulit binatang. (Kej 3:21; Kel 26:14) Orang Badui zaman modern biasa tinggal dalam kemah dari kain bulu kambing. (Bdk. Kel 36:14; Kid 1:5.) Potongan-potongan bahan tersebut dijahit menjadi satu, dan besarnya seluruh kemah berbentuk persegi empat itu bergantung pada kekayaan sang pemilik dan jumlah penghuninya. Kemah ditopang oleh sejumlah tiang yang panjangnya antara 1,5 hingga 2 m, dan tiang yang paling tinggi dipasang dekat bagian tengah; kemah terpancang kuat dengan tali-tali yang diikatkan pada patok-patok kemah sehingga tahan terhadap angin. (Hak 4:21) Untuk privasi dan perlindungan terhadap angin, kain-kain digantungkan di sepanjang sisi-sisi kemah, yang dapat diangkat atau dilepas untuk ventilasi.

Tampaknya, pada zaman Alkitab kemah-kemah yang lebih besar biasanya disekat menjadi sedikitnya dua ruangan dengan menggantungkan kain-kain kemah. ”Kemah Sara” yang disebutkan di Kejadian 24:67 bisa jadi memaksudkan ruangannya atau kemah yang ditempatinya sendiri, sebab beberapa orang kaya memiliki sejumlah kemah, dan para wanita adakalanya mendapat kemah tersendiri. (Kej 13:5; 31:33) Tikar mungkin digelar di atas tanah di dalam kemah.

Kemah merupakan ciri khas kehidupan nomad, kontras dengan rumah-rumah orang yang kehidupannya lebih mapan. Demikianlah, Abraham disebutkan ”tinggal dalam kemah-kemah” sementara ia ”menantikan kota yang mempunyai fondasi yang tetap”. (Ibr 11:9, 10) Ketika tinggal di Mesir, tampaknya kebanyakan orang Israel tinggal di rumah-rumah, bukan di kemah-kemah. (Kel 12:7) Tetapi setelah meninggalkan Mesir, mereka tinggal lagi di kemah-kemah (Kel 16:16) yang digunakan selama 40 tahun di padang belantara. (Im 14:8; Bil 16:26) Selama periode itu, ada dua kemah istimewa yang khususnya penting, yaitu ”tabernakel” dan kemah Musa.—Kel 25:8, 9; 26:1; 33:7; lihat KEMAH PERTEMUAN; TABERNAKEL.

Bahkan setelah orang Israel menaklukkan Tanah Perjanjian, kemah kadang-kadang masih digunakan oleh gembala atau petani di ladang. (Kid 1:8) Merekalah yang kemungkinan besar disinggung di Zakharia 12:7, karena mereka yang akan pertama-tama terkena dampak dan membutuhkan perlindungan jika bangsa musuh datang ke negeri itu untuk menyerang kota Yerusalem. Selain itu, kemah digunakan oleh para komandan dan pasukan militer sewaktu mengadakan ekspedisi jarak jauh.—1Sam 17:54; 2Raj 7:7; bdk. Dan 11:45.

Pastilah karena kemah sudah lama dikenal oleh orang Israel, ”kemah” digunakan secara puitis untuk memaksudkan tempat tinggal secara umum, sekalipun itu rumah biasa.—Kel 12:23, 30; 1Sam 13:2; 1Raj 12:16; Mz 78:51.

Sebagai Kiasan. Begitu umumnya penggunaan kemah juga tercermin dari fakta bahwa Alkitab banyak menggunakan kata kemah sebagai kiasan. Mengenai dekatnya waktu kematiannya, Hizkia menulis, ”Tempat kediamanku telah dicabut dan disingkirkan dariku seperti kemah para gembala.” (Yes 38:12) Sebagaimana kemah yang berdiri di suatu tempat dapat dengan cepat dibongkar dan disingkirkan, dengan mencopot tiang-tiangnya dan mencabut pasak-pasaknya, tempat Hizkia di negeri orang hidup tampak bersifat sementara dan mudah disingkirkan. Elifaz menyamakan kematian dengan dicabutnya tali kemah, yang akan meruntuhkan kemah.—Ayb 4:21.

Dengan cara yang kurang lebih serupa, Paulus menggunakan kemah secara metafora ketika berbicara tentang tubuh jasmani orang-orang Kristen yang diperanakkan roh. Kemah yang dapat dibongkar pasang adalah tempat tinggal yang lebih rapuh dan bersifat sementara dibandingkan dengan rumah. Meskipun tinggal di bumi dalam tubuh jasmani yang berkematian, orang-orang Kristen yang memiliki roh sebagai tanda untuk kehidupan surgawi menanti-nantikan ”bangunan yang berasal dari Allah”, yakni tubuh surgawi yang abadi dan tidak fana.—1Kor 15:50-53; 2Kor 5:1-5; bdk. 2Ptr 1:13, 14.

Ketika menggambarkan pembinasaan yang akan menimpa orang Yahudi, Yeremia menggunakan kemah sebagai kiasan. (Yer 4:20) Ia menyamakan bangsa yang telantar itu dengan seorang wanita yang kemahnya roboh, dan tali-tali kemahnya diputuskan. Keadaan mengenaskan itu diperburuk karena putra-putranya berada di pembuangan, sehingga tidak ada lagi yang dapat membantunya mendirikan serta membentangkan kemah itu. (Yer 10:20) Sewaktu orang Babilonia membinasakan Yerusalem, kota itu sebagai bekas kumpulan tempat tinggal dapat digambarkan sebagai ”kemah putri Zion” yang menerima curahan murka Allah.—Rat 2:4.

”Kemah” juga digunakan dalam kiasan lainnya di sejumlah ayat. Kemah seseorang adalah tempat istirahat dan perlindungan terhadap unsur-unsur alam. (Kej 18:1) Mengingat adanya kebiasaan untuk menerima tamu, orang yang datang berkunjung memiliki alasan untuk yakin bahwa mereka akan diperhatikan dan direspek apabila diundang masuk ke kemah seseorang. Oleh karena itu, sewaktu Penyingkapan 7:15 mengatakan tentang kumpulan besar bahwa Allah ”akan membentangkan kemahnya ke atas mereka”, hal itu menyiratkan perlindungan dan keamanan. (Mz 61:3, 4) Yesaya berbicara tentang persiapan yang harus dilakukan oleh Zion, istri Allah, bagi putra-putra yang akan ia hasilkan. Ia diberi tahu untuk ’memperluas tempat kemahnya’. (Yes 54:2) Dengan demikian, ia memperbesar tempat perlindungan bagi anak-anaknya.

Di Penyingkapan 21:1-3, Allah memberikan kepada Yohanes penglihatan tentang Pemerintahan Seribu Tahun Kristus dan mengatakan, ”Lihat! Kemah Allah ada di tengah-tengah umat manusia, dan ia akan berdiam bersama mereka [atau, berkemah bersama mereka].” Dengan cara yang digambarkan sebelumnya oleh kemah atau tabernakel di padang belantara, Allah akan tinggal bersama umat manusia, bukan secara pribadi, tetapi secara tidak langsung karena Ia berurusan dengan mereka melalui ”Anak Domba Allah”, yang juga adalah Imam Besar yang agung.—Kel 25:8; 33:20; Yoh 1:29; Ibr 4:14.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan