PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 1/3 hlm. 10-13
  • ’Kata-Kata Rohani’ bagi Orang yang Tertekan secara Mental

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ’Kata-Kata Rohani’ bagi Orang yang Tertekan secara Mental
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”Cepat Untuk Mendengar”
  • Memberikan Bantuan ”Dengan Tidak Mencela”
  • Menyembuhkan Dengan Lidah yang Bijak
  • Perhimpunan dan Dinas Pengabaran
  • Membantu Keluarga Mereka
  • Mempertahankan Integritas
  • Gangguan Mental​—Bila Hal Itu Menimpa Seorang Kristen
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Bagaimana Membantu Penderita Depresi Memulihkan Sukacita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Saudara Dapat Menemukan Penghiburan pada Waktu Merasa Kecil Hati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Para Penatua—Teruslah Tiru Teladan Rasul Paulus
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2022
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 1/3 hlm. 10-13

’Kata-Kata Rohani’ bagi Orang yang Tertekan secara Mental

GANGGUAN mental menimpa bahkan beberapa dari hamba-hamba Allah yang setia. Dan walaupun kadang-kadang mungkin perlu dan tepat bagi orang yang tertekan untuk mencari bantuan seorang ahli, mereka dapat juga memperoleh manfaat dari bantuan dan dorongan sidang Kristen. Misalnya, sewaktu orang Kristen yang setia Epafroditus, menderita tekanan yang berat, saudara-saudara seiman di Filipi dianjurkan untuk tidak mengabaikan penderitaannya tetapi ’menyambut dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan menghormati orang-orang seperti dia.’—Filipi 2:25-29.

Saksi-Saksi Yehuwa zaman sekarang juga diwajibkan untuk ’menasihati seorang akan yang lain’ dan ’menganjurkan mereka yang lemah (NW).’ (1 Tesalonika 5:11, 14) Para penatua Kristen harus menjadi teladan dalam hal ini.—Yesaya 32:2.

Memang, para penatua biasanya tidak memenuhi syarat untuk bertindak sebagai dokter atau menggunakan konsep dan istilah psikiatri. Melakukan hal itu tidak patut dan mungkin berbahaya. (Amsal 11:2) Seperti rasul Paulus, mereka harus ’berkata-kata dengan perkataan yang bukan diajarkan oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.’ (1 Korintus 2:13) ’Kata-kata rohani’ ini adalah konsep dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Alkitab. Jika diterapkan dengan tepat, hal ini sangat berguna untuk menghibur dan membina orang-orang yang tertekan.—2 Timotius 3:16.

”Cepat Untuk Mendengar”

Tetapi, pertama-tama para penatua harus ”cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata.” (Yakobus 1:19) ’Menjawab sebelum mendengar’ mudah membuat seseorang memberikan nasihat yang keliru. (Amsal 18:13) Karena tidak memahami sifat dasar dari depresi yang diderita seorang saudara, sekelompok penatua menganggap dia lemah secara rohani. ”Berdoalah lebih sering,” kata mereka kepadanya—petunjuk yang ia rasakan sulit untuk diterapkan karena keadaan pikirannya yang tertekan.

Maka, sebelum memberikan nasihat, para penatua hendaknya mendengarkan segala sesuatu yang ingin dikatakan si penderita. Mungkin, yang ia perlukan adalah seorang pendengar yang baik. Dengan kesabaran dan pengamatan, ’timbalah’ apa yang ada dalam hatinya. (Amsal 20:5) Jika orang yang tertekan itu merasa sulit untuk menyatakan perasaannya, ingat bagaimana Elkana mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ramah tetapi mengena sehubungan dengan kesedihan istrinya. ”Hana,” ia bertanya, ”mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih?” (1 Samuel 1:8) Pertanyaan yang bijaksana dan lembut, sering dapat membantu saudara yang tertekan untuk menyatakan dengan jelas sumber ’kekuatirannya.’ (Amsal 12:25) Misalnya dalam satu kasus, problem dalam perkawinan ternyata menjadi penyebab dari depresi seorang saudara.

Memberikan Bantuan ”Dengan Tidak Mencela”

Orang yang tertekan tidak selalu memberikan penjelasan yang masuk akal untuk perasaan mereka. Seorang korban penyakit mental menulis, ”Ketika saya sakit, saya tidak dapat mengerti penyakit itu dan kadang-kadang menyalahkan Yehuwa.” Maka, para penderita mungkin mengutarakan keluhan-keluhan yang tidak beralasan bahwa mereka telah diperlakukan dengan tidak baik atau ditolak oleh sidang. Bagaimana seharusnya tanggapan para penatua?

Yehuwa menjadi teladan dengan ”memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit [”mencela,” NW].” (Yakobus 1:5) Para penderita tidak boleh dibuat merasa bahwa mereka bodoh atau aneh karena merasa demikian. Perasaan mereka—walaupun mungkin tidak masuk akal—sangat nyata bagi mereka. Mereka membutuhkan orang yang ”seperasaan,” bukan kecaman. (1 Petrus 3:8) Para penatua hendaknya juga berhati-hati untuk tidak menambah beban emosi si penderita dengan menuduh dia telah berbuat salah. Ayub yang benar merasa begitu tertekan sehingga mengeluh, ”Aku telah bosan hidup.” (Ayub 10:1) Tetapi ketiga temannya tidak menghibur dia. Salah seorang dari mereka bahkan berkata, ”Bukankah kejahatanmu besar dan kesalahanmu tidak berkesudahan?”—Ayub 22:5.

Tetapi kadang-kadang, perbuatan salah merupakan penyebab dari pergolakan emosi atau membantu memperbesar problem itu. ”Selama aku berdiam diri [tentang perbuatan salah], tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari,” kata pemazmur Daud. (Mazmur 32:3) Demikian pula, seorang saudara menjadi begitu kuatir sehingga tidak dapat lagi bekerja. Penyebab dari penderitaannya? Perbuatan zinah yang telah ia sembunyikan. Maka jika ada alasan untuk mencurigai adanya perbuatan salah, para penatua dapat menyelidiki hal ini sebagai suatu kemungkinan. Tetapi mereka hendaknya melakukan itu dengan ramah, tidak menuduh dan mencela orang yang telah berbuat salah.

Menyembuhkan Dengan Lidah yang Bijak

Setelah para penatua berupaya sedapat mungkin untuk menentukan sifat dasar dari problem seseorang, mereka harus bertindak selaras dengan Amsal 12:18, yang mengatakan, ”Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.” Memang, para penatua tidak dapat menyembuhkan penyakit itu sendiri. Tetapi dengan menggunakan kata-kata yang dipilih dengan tepat, mereka mungkin dapat menyingkirkan kegelisahan dan ketegangan yang tidak perlu dari orang yang tertekan secara mental. Para penatua dapat mulai dengan memilih artikel-artikel dalam Menara Pengawal dan Sedarlah! mengenai gangguan mental dan emosi. Ini dapat dibahas dengan orang yang tertekan untuk membantu mereka lebih mengerti keadaan mereka. Sering kali mereka merasa lega mengetahui bahwa problem mereka adalah akibat ketidaksempurnaan fisik, bukan karena hilangnya perkenan Yehuwa.

Memang, orang-orang yang terganggu pikirannya dapat sulit ditangani, ada yang menjadi sangat goncang. Namun, seorang penatua yang bijaksana ingat bahwa ”jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman.” (Amsal 15:1) Dengan memastikan agar kata-katanya selalu ramah dan menyenangkan akan mencegah dia untuk tidak mempersulit keadaan secara tidak perlu. (Kolose 4:6) Misalnya, seorang saudara yang menderita schizophrenia (penyakit jiwa suka menarik diri) mungkin bersikeras bahwa ia mendengar suara-suara.a Dr. E.Fuller Torrey menyatakan, ”Upaya untuk meyakinkan penderita schizophrenia agar tidak mempercayai khayalan mereka akan menghasilkan hal yang bertentangan. Melakukan hal itu sering kali mengakibatkan salah pengertian dan kemarahan. Sebaliknya dari berbantah-bantahan, buatlah pernyataan tidak setuju saja’. Dengan kata lain, para penatua dapat dengan sabar menjelaskan bahwa walaupun suara-suara tersebut kelihatannya nyata, kemungkinan pikirannya saja yang mempermainkan dia.

Menggunakan Alkitab dengan efektif dapat juga mendatangkan hasil yang baik. (Ibrani 4:12) Misalnya, jika seorang yang sakit menyatakan perasaan takut yang tidak masuk akal bahwa Allah telah meninggalkan dia, kita dapat dengan ramah menunjukkan simpati untuk perasaan takutnya. Tetapi, pada waktu yang sama, dengan sabar ingatkan dia akan kuasa tebusan, dengan menggunakan ayat-ayat seperti Mazmur 103:8-14 dan 1 Yohanes 2:1, 2. Satu Petrus 5:6, 7 dan Roma 8:26, 27 mungkin akan membantu dia menghargai bahwa Allah ’memperhatikan dia’ dan mendengar doanya, sekalipun ia sulit menyatakan perasaannya. Dengan mengikuti prinsip dalam Yakobus 5:14, para penatua kemudian dapat berdoa bersama orang yang tertekan.

Bagaimana jika si penderita cenderung kesal atas hal-hal yang sepele? Ia dapat diingatkan kepada nasihat Alkitab untuk tidak menjadi ”terlalu saleh.” (Pengkhotbah 7:16) Orang lain mungkin dapat memperoleh manfaat dari anjuran di Filipi 4:8, yang dapat membantu dia melawan pikiran yang imoral. Namun, orang lain lagi mungkin tidak dapat menerima keterbatasannya dan bisa jadi merasa kecil hati karena penyakitnya membatasi kegiatan Kristennya. Ayat-ayat seperti Matius 13:23 dan Lukas 21:1-4 dapat digunakan untuk membantu dia menghargai bahwa walaupun keadaan kita mungkin membatasi apa yang dapat kita lakukan, Yehuwa sangat menghargai upaya kita.

Ya, dengan diperlengkapi lidah yang terlatih oleh Alkitab, para penatua dapat berbuat banyak untuk membantu dan menghibur saudara-saudara seiman yang tertekan. Seorang saudari yang menderita problem mental mengatakan: ”Saya sangat menghargai apa yang dikatakan Yesaya 32:2 tentang para penatua di sidang. Mereka selalu siap dengan nasihat yang praktis sewaktu saya membutuhkannya.”

Perhimpunan dan Dinas Pengabaran

Seorang yang tertekan secara mental masih membutuhkan hal-hal rohani. (Matius 5:3, NW) Sesungguhnya, tetap kuat secara rohani benar-benar sangat penting dan menentukan bagi beberapa orang. Irene, yang menderita karena schizophrenia selama 30 tahun, mengingat, ”Kadang-kadang, saya sangat bingung. Tetapi kebenaran selalu ada dalam pikiran saya—kuat seperti beton. Hal itu mencegah saya dari bunuh diri!”

Maka, sejauh itu praktis, orang yang sakit harus dianjurkan untuk ikut ambil bagian dalam pekerjaan pengabaran dan menghadiri perhimpunan, tidak ”menyendiri.” (Amsal 18:1) Karena sakit mental, beginilah perasaan seorang saudari: ’Saya yakin bahwa saya telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni terhadap Allah kita, Yehuwa. Akibatnya, saya salah mengartikan segala sesuatu yang saya dengar di perhimpunan. Apa saja yang dikutuk, saya kenakan kepada diri sendiri.’ Tetapi ia terus menghadiri perhimpunan-perhimpunan dan akhirnya mendengar sebuah khotbah yang membantu dia menghilangkan khayalannya bahwa ia ditolak oleh Allah.

Tetapi, bagaimana jika seorang yang sakit parah menjadi tidak tenang dan mengganggu perhimpunan atau dinas pengabaran? Si penderita mungkin tidak akan mencelakakan orang lain tetapi hanya marah sebab pikirannya kacau. Sungguhpun demikian, hal ini dapat mengganggu semua yang bersangkutan. Jika gangguan itu sedikit atau jarang, kemungkinan sidang dapat memperlihatkan panjang sabar. (Kolose 3:12, 13) Kalau tidak, mungkin perlu disarankan agar si penderita duduk di tempat yang akan kurang mengalihkan perhatian pada waktu gangguan timbul. Penyelenggaraan yang pengasih dapat juga dibuat agar orang tersebut tetap aktif dalam dinas pengabaran, mungkin mengatur supaya ia selalu ditemani oleh penyiar yang matang dan berpengertian, atau agar ia mengikuti pelajaran Alkitab rumahan yang diadakan dengan orang yang dapat mengerti dan menerima keadaannya.

Tetapi kadang-kadang tingkah laku seseorang bisa mengagetkan, menimbulkan celaan, atau berbahaya karena tidak terkendali. Mungkin orang itu tidak lagi minum obat dokter dan perlu anjuran yang tegas untuk kembali minum obat yang biasa ia minum. Tetapi jika tidak ada tanggapan atau tindakannya yang mengacau terus berlangsung, ia mungkin perlu dilarang pergi ke perhimpunan dan dinas pengabaran demi menjaga ketertiban. (1 Korintus 14:40) Dengan ramah, para penatua hendaknya memberitahu orang yang sakit itu bahwa ia bukan dianggap tidak setia tetapi penyakitnya saja yang membatasi hal-hal yang dapat ia lakukan. ’Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaannya,’ dan Ia mengerti kelemahannya. (Ibrani 6:10) Kunjungan penggembalaan yang tetap tentu akan membantu seseorang mempertahankan kerohaniannya sampai keadaannya menjadi lebih baik.

Membantu Keluarga Mereka

Penyakit mental bisa sangat mengganggu keluarga-keluarga. ”Menghancurkan hati,” kata seorang saudara yang anaknya yang sudah dewasa menderita sakit mental berat. ”Hari demi hari kita tidak melihat kesembuhan,” istrinya menambahkan. ”Hal itu telah mempengaruhi perkawinan kami, karena kami kadang-kadang cekcok.” Juga, bayangkan betapa sedihnya melihat teman hidup menderita sakit mental. Kata seorang saudara, ”Istri saya dinyatakan ’paranoid schizophrenic.’ Ia mendengar suara-suara dan menolak pengobatan karena ia yakin hal itu akan ’meracuni’ dia. Ia tidak percaya bahwa saya suaminya dan menolak untuk pergi ke dinas atau ke perhimpunan.” Bagaimana kita dapat membantu keluarga dari orang-orang yang menderita penyakit demikian?

Paulus mengatakan, ”Hiburlah mereka yang tawar hati.” (1 Tesalonika 5:14) Adalah kejam untuk menghindari atau mengabaikan sesama Kristen yang bekerja keras merawat anggota keluarga yang sakit mental. ”Terimalah satu akan yang lain,” kata Paulus. (Roma 15:7) Perhimpunan memberi kita kesempatan untuk menyambut satu sama lain dengan hangat dan menyatakan kasih serta penghargaan bagi mereka yang ”berbakti kepada kaum keluarganya sendiri.”—1 Timotius 5:4.

Dalam kunjungan penggembalaan, para penatua dapat lebih menganjurkan orang-orang demikian untuk melanjutkan pelajaran keluarga, menghadiri perhimpunan, dan tetap aktif sebagai penyiar Kerajaan. Tetapi, bila hal itu menyangkut kebutuhan sehari-hari dan materi, sidang tentu tidak hanya akan berkata, ”Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!” (Yakobus 2:16) Bisa jadi keluarga itu memerlukan bantuan untuk pergi ke perhimpunan. Beberapa orang mungkin dapat membantu mereka sehubungan dengan rekening dokter yang menumpuk. (1 Yohanes 3:17, 18) Betapa dihargai perhatian yang pengasih itu! Kata suami seorang saudari yang sakit mental, ”Sidang mengetahui problem kami, dan mereka dengan sangat pengasih memperlihatkan bahwa mereka prihatin.”

Mempertahankan Integritas

”Sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit,” kata Paulus. (Roma 8:22) Dan tekanan mental hanya salah satu warisan ketidaksempurnaan yang menyedihkan. Dokter-dokter mungkin dapat memberikan pertolongan tertentu. Tetapi kebanyakan orang yang mencari bantuan mereka mengalami seperti wanita pada zaman Yesus yang ”berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.”—Markus 5:26.

Jadi, banyak orang harus belajar untuk hidup dengan problem mereka, mencari kesembuhan sejati dalam dunia baru Allah. (Wahyu 21:3, 4) ”Pujilah [Yehuwa], . . . yang menyembuhkan segala penyakitmu,” kata pemazmur. (Mazmur 103:2, 3) Sementara itu, perhatian kita yang paling utama hendaknya, bukan untuk memiliki kesehatan mental dan fisik yang sempurna, tetapi untuk membuktikan integritas kita. (Mazmur 26:11; bandingkan 1 Korintus 7:29-31.) Menderita gangguan mental dapat membuat hal ini sulit. Tetapi banyak hamba Allah, seperti Paulus, setia melayani dengan ’duri di dalam daging.’ (2 Korintus 12:7) ”Saya telah belajar bahwa tidak ada dokter, bahkan saudara-saudara, yang dapat menyembuhkan saya,” kata seorang penderita penyakit mental. ”Tetapi saya telah belajar bersandar pada Yehuwa.” Orang-orang yang menderita tekanan mental juga dapat bersandar pada saudara-saudari yang pengasih yang dengan sabar menggunakan ’kata-kata rohani’ untuk menghibur dan menguatkan mereka.

[Catatan Kaki]

a Artikel ”Gangguan Mental—Bila Hal Itu Menimpa Seorang Kristen” dalam brosur Menara Pengawal terbitan 1 Februari 1989, memberikan petunjuk untuk menangani keadaan jika diduga ada pengaruh roh-roh jahat.

[Gambar di hlm. 10]

’Kata-kata rohani’ dari para penatua yang pengasih dapat sangat membantu orang yang tertekan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan