PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Agama—Pengaruh yang Baik atau yang Buruk?
    Menara Pengawal—2004 | 15 Februari
    • Agama—Pengaruh yang Baik atau yang Buruk?

      ”SAYA berutang kepada Kekristenan, dan saya yakin, demikian pula dunia tempat kita tinggal selama 2.000 tahun terakhir ini.”—Kata pengantar, Two Thousand Years​—The First Millennium: The Birth of Christianity to the Crusades.

      Dukungan untuk ”Kekristenan” itu dinyatakan oleh penulis dan penyiar TV asal Inggris Melvyn Bragg. Kata-katanya menggemakan sentimen berjuta-juta penduduk bumi yang juga merasa sangat berutang dan loyal kepada satu atau lain agama. Mereka yakin bahwa agama telah memberikan pengaruh kuat yang baik dalam kehidupan mereka. Contohnya, seorang penulis mengatakan bahwa Islam ”telah mengilhami suatu peradaban yang hebat . . . [yang telah] memperkaya seluruh dunia”.

      Peranan Agama​—Baik atau Buruk?

      Akan tetapi, kata-kata Bragg berikutnya membangkitkan pertanyaan serius mengenai apakah agama secara umum benar-benar telah memberikan pengaruh yang baik. Ia menambahkan, ”Kekristenan juga berutang penjelasan kepada saya.” Penjelasan apa yang ia inginkan? ”Kefanatikan, kefasikan, kebengisan, dan pembodohan yang disengaja yang juga telah mencirikan banyak ’sejarahnya’,” kata dia.

      Banyak orang mengatakan bahwa kefanatikan, kefasikan, kebengisan, dan pembodohan yang disengaja telah menodai kebanyakan agama dunia sepanjang sejarah. Pandangan mereka ialah bahwa agama hanya tampak sebagai pemberi manfaat bagi umat manusia​—bahwa di balik wajah kebajikan dan kesuciannya, sebenarnya agama penuh dengan kemunafikan dan dusta. (Matius 23:27, 28) ”Tidak ada pernyataan yang lebih umum dalam karya sastra kita selain bahwa agama bernilai khusus dalam kaitannya dengan peradaban,” kata A Rationalist Encyclopædia. ”Dan, tidak ada yang lebih didiskreditkan secara besar-besaran oleh fakta sejarah,” lanjutnya.

      Coba baca surat kabar apa pun dewasa ini, dan Saudara akan menemukan banyak sekali contoh tentang pemimpin agama yang berkhotbah tentang kasih, perdamaian, dan keibaan hati tetapi mengipas-ngipasi api kebencian dan menggunakan nama Allah untuk melegitimasi konflik brutal mereka. Tidak heran bahwa banyak orang merasa agama lebih sering menjadi pengaruh yang destruktif dalam kehidupan!

      Lebih Baik Tanpa Agama?

      Bahkan beberapa orang seperti filsuf Inggris Bertrand Russell, telah menyimpulkan bahwa halnya akan bagus jika pada akhirnya ”setiap jenis kepercayaan religius lenyap”. Dalam pandangan mereka, penyingkiran agama adalah satu-satunya solusi yang langgeng untuk semua problem umat manusia. Akan tetapi, mereka mungkin ingin mengabaikan fakta bahwa mereka yang menolak agama dapat mengobarkan kebencian dan intoleransi sebanyak yang dihasilkan oleh mereka yang mendukungnya. Penulis tentang agama Karen Armstrong mengingatkan kita, ”Setidak-tidaknya, Holocaust memperlihatkan bahwa ideologi sekularis [dapat] sama fatalnya dengan perang salib keagamaan mana pun.”​—The Battle for God​—Fundamentalism in Judaism, Christianity and Islam.

      Maka, apakah agama benar-benar memberikan pengaruh yang baik, atau apakah ia, malah merupakan akar penyebab dari problem umat manusia? Apakah penyingkiran semua agama adalah solusi untuk semua problem itu? Perhatikan apa yang Alkitab katakan mengenai hal ini dalam artikel berikut. Jawabannya mungkin mengherankan Saudara.

  • Apakah Agama Akar Problem Umat Manusia?
    Menara Pengawal—2004 | 15 Februari
    • Apakah Agama Akar Problem Umat Manusia?

      ”SEWAKTU agama tidak mendukung pertikaian, ia bertindak seperti narkotik yang menumpulkan hati nurani manusia dan mengisi otak manusia dengan fantasi eskapis [untuk lari dari kenyataan]. . . . [Agama] menyebabkan manusia menjadi picik, bersifat takhayul, penuh kebencian dan ketakutan.” Mantan misionaris Metodis yang menulis komentar itu menambahkan, ”Tuduhan ini benar. Ada agama yang buruk dan baik.”​—Start Your Own Religion.

      ’Tentu kecaman itu tidak adil,’ kemungkinan demikianlah kata beberapa orang. Namun, siapa yang dapat menyangkal fakta sejarah? Secara keseluruhan, agama​—didefinisikan sebagai ”upacara dan ibadat kepada Allah atau makhluk supernatural”—memiliki riwayat yang mengejutkan. Agama seharusnya menerangi dan mengilhami kita. Akan tetapi, sering kali apa yang ia lakukan ialah mengobarkan pertikaian, intoleransi, dan kebencian. Mengapa begitu?

      ”Malaikat Terang” yang Menyesatkan

      Menurut Alkitab, jawabannya sangat sederhana. Setan si Iblis, yang berpura-pura sebagai ”malaikat terang”, telah menyesatkan berjuta-juta orang untuk mengikuti ajarannya ketimbang ajaran Allah. (2 Korintus 11:14) Rasul Yohanes memperlihatkan bahwa pengaruh Setan begitu ekstensif sehingga ”seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik”. (1 Yohanes 5:19) Yohanes tahu bahwa Setan ”menyesatkan seluruh bumi yang berpenduduk”.​—Penyingkapan (Wahyu) 12:9.

      Apa akibatnya? Setan telah memperkenalkan sistem-sistem keagamaan yang pada permukaannya tampak kudus. Sistem-sistem tersebut memiliki ”wajah ’agama’ ”, tetapi kondisi mereka yang sebenarnya disingkapkan oleh buah kejahatan yang mereka hasilkan. (2 Timotius 3:5, J. B. Phillips; Matius 7:15-20) Ketimbang membantu memecahkan problem umat manusia, agama malah menjadi bagian problem itu.

      Jangan cepat-cepat menolak gagasan itu sebagai gagasan yang mustahil atau tidak masuk akal. Ingat, inti dari tipu daya ialah bahwa seseorang tidak sadar kalau ia sedang ditipu. Rasul Paulus memberikan contoh tentang hal ini sewaktu ia menulis, ”Perkara-perkara yang dikorbankan oleh bangsa-bangsa, mereka korbankan kepada hantu-hantu dan bukan kepada Allah.” (1 Korintus 10:20) Orang-orang tersebut mungkin sekali terkejut sewaktu sadar bahwa mereka menyembah hantu-hantu. Mereka mengira bahwa mereka menyembah suatu ilah, atau dewa-dewi, kebaikan tertentu. Namun, kenyataannya mereka telah ditipu oleh ”kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi”, yang mendukung Setan dalam upayanya menyesatkan umat manusia.​—Efesus 6:12.

      Sebagai contoh, mari kita bahas bagaimana Setan berhasil menipu dan menyesatkan banyak orang yang mengaku Kristen yang memilih untuk mengabaikan peringatan rasul Yohanes mengenai pengaruh jahat itu.​—1 Korintus 10:12.

      Apa yang Yesus Ajarkan Berasal dari Allah

      ”Apa yang aku ajarkan,” kata Yesus Kristus, ”bukanlah milikku, melainkan milik dia yang telah mengutus aku.” (Yohanes 7:16) Ya, apa yang ia ajarkan berasal dari Allah Yang Mahakuasa. Maka, ajaran Yesus memiliki pengaruh kuat yang membangun atas orang-orang yang mendengarkannya. Ajarannya tidak ’menumpulkan hati nurani manusia atau mengisi otak manusia dengan fantasi eskapis’. Sebaliknya, ajaran Yesus memerdekakan orang dari kekeliruan agama dan filsafat manusia yang dihasilkan oleh suatu dunia yang berada ”dalam kegelapan secara mental” karena tipu daya Iblis.​—Efesus 4:18; Matius 15:14; Yohanes 8:31, 32.

      Orang Kristen sejati dikenali, bukan karena sekadar mengaku saleh, melainkan karena iman yang mencerminkan sifat-sifat menarik yang dihasilkan oleh roh kudus Allah. (Galatia 5:22, 23; Yakobus 1:22; 2:26) Yang menonjol di antara sifat-sifat ini​—dan tanda pengenal Kekristenan sejati​—ialah sifat yang sangat luhur, yaitu kasih.​—Yohanes 13:34, 35.

      Namun, perhatikan pokok krusial ini: Baik Yesus maupun para rasulnya mengantisipasi bahwa sidang Kristen tidak akan terus berada dalam keadaan yang semula ketika itu dibentuk. Mereka tahu bahwa kemurtadan akan berkembang dan bahwa agama yang benar akan tertutupi selama suatu waktu.

      Agama yang Benar Tersembunyi selama Suatu Waktu

      Dalam suatu ilustrasi mengenai gandum dan lalang, Yesus menubuatkan bahwa agama yang benar akan hampir tersembunyi sama sekali selama suatu waktu. Bacalah kisahnya di Matius 13:24-30, 36-43. Yesus menaburi ladang dengan gandum, ”benih yang baik”, yang menggambarkan murid-muridnya yang setia yang akan membentuk sidang Kristen semula. Ia memperingatkan bahwa ”seorang musuh”, Setan si Iblis, pada waktunya akan menaburi lagi ladang gandum itu dengan ”lalang”​—orang-orang yang mengaku mengikuti Yesus Kristus tetapi yang kenyataannya menolak ajarannya.

      Segera setelah kematian rasul-rasul Yesus, muncullah orang-orang yang terbukti menjadi ”lalang”, yang mendukung ajaran manusia yang diputarbalikkan dan bukannya ”firman Yehuwa”. (Yeremia 8:8, 9; Kisah 20:29, 30) Akibatnya, Kekristenan yang menyimpang dan palsu muncul di pentas dunia. Kekristenan itu didominasi oleh apa yang Alkitab sebut ”si pelanggar hukum”​—golongan klerus bejat yang berkubang dalam ”segala macam tipu daya yang tidak adil-benar”. (2 Tesalonika 2:6-10) Yesus menubuatkan bahwa keadaan ini akan berubah ”pada penutup sistem ini”. Orang Kristen yang seperti gandum akan dikumpulkan dalam persatuan dan ”lalang” akhirnya akan dibinasakan.

      Kekristenan palsu inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya ”barbarisme total selama berabad-abad” dan kegelapan rohani yang menyelubungi Susunan Kristen pada abad-abad setelahnya. Karena sudah bisa melihat hal ini dan semua tindakan bejat dan bengis lainnya yang dilakukan sejak saat itu dalam nama agama, rasul Petrus dengan tepat menubuatkan bahwa ”oleh karena [orang-orang yang mengaku Kristen] ini, jalan kebenaran akan dicaci”.​—2 Petrus 2:1, 2.

      ”Teologi Kemurkaan dan Kebencian”

      Tentu bukan hanya Susunan Kristen yang telah membuat agama bereputasi buruk. Sebagai contoh, pikirkan versi fundamentalis ”kesalehan militan” yang menurut mantan biarawati Karen Armstrong telah dilahirkan oleh ”setiap tradisi agama utama”. Menurut Armstrong, satu tes krusial dari setiap agama ialah bahwa agama seharusnya menuntun kepada ”mempraktekkan keibaan hati”. Bagaimana riwayat agama-agama fundamentalis dalam hal ini? ”Kepercayaan fundamentalis,” tulisnya, ”apakah itu orang Yahudi, orang Kristen, atau Muslim, gagal dalam tes krusial ini jika itu menjadi teologi kemurkaan dan kebencian.” (The Battle for God​—Fundamentalism in Judaism, Christianity and Islam) Tetapi, apakah hanya agama ”fundamentalis” yang tidak lulus tes ini dan menjadi ”teologi kemurkaan dan kebencian”? Sejarah memperlihatkan sebaliknya.

      Sebenarnya, Setan telah membangun sebuah imperium agama palsu sedunia, yang diidentifikasi oleh kemurkaan, kebencian, dan pertumpahan darah yang hampir tiada henti. Alkitab menyebut imperium ini sebagai ”Babilon Besar, ibu . . . perkara-perkara yang menjijikkan di bumi”, dan ia digambarkan sebagai seorang pelacur yang menunggangi sistem politik yang seperti binatang buas. Jelaslah bahwa wanita itu bertanggung jawab atas ”darah . . . semua orang yang telah dibantai di bumi”.​—Penyingkapan 17:4-6; 18:24.

      Tidak Semua Orang Tertipu

      Di pihak lain, sejarah membuktikan bahwa tidak semua orang tertipu. Bahkan pada masa-masa tergelap dalam sejarah, kata Melvyn Bragg, ”banyak orang terpuji melakukan yang baik manakala kebanyakan orang di sekitar mereka jahat”. Orang Kristen sejati terus ”menyembah [Allah] dengan roh dan kebenaran”. (Yohanes 4:21-24) Mereka memisahkan diri dari sistem agama seluas dunia yang telah melacurkan diri sebagai ”pendukung kekuatan militer”. Mereka tidak mau memiliki hubungan apa pun dengan Gereja dan Negara yang disingkapkan sejarah sebagai ”suatu pakta yang lebih dapat dikatakan sebagai buatan Setan daripada buatan Yesus dari Nazaret”.​—The Second Millennium: From Medieval Christendom to Global Christianity.

      Pada masa belakangan ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah dikenal karena pengaruh mereka yang baik. Untuk tetap bebas dari setiap noda agama palsu, mereka telah mendasarkan kepercayaan dan tindakan mereka hanya pada Firman Allah yang terilham, Alkitab. (2 Timotius 3:16, 17) Dan, seperti orang Kristen abad pertama, mereka telah mengikuti perintah Yesus untuk ’tidak menjadi bagian dari dunia’. (Yohanes 15:17-19; 17:14-16) Contohnya, di Jerman Nazi, mereka tidak mau mengkompromikan prinsip-prinsip Kristen dan oleh karenanya tidak diterima menurut ideologi Nazi. Karena itu Hitler membenci mereka. Sebuah buku pelajaran sekolah mengatakan, ”Saksi-Saksi Yehuwa . . . mengikuti ajaran Alkitab untuk tidak mengangkat senjata dengan alasan apa pun. Maka, mereka menolak untuk berdinas militer atau memiliki hubungan apa pun dengan Nazi. Dalam pembalasan dendam, SS memenjarakan semua keluarga Saksi-Saksi Yehuwa.” (Germany​—1918-45) Sesungguhnya, ratusan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman tewas akibat penganiayaan Nazi.

      Tentu saja, individu-individu berani lainnya dari berbagai agama juga menderita demi kepercayaan mereka. Tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa melakukannya sebagai suatu badan keagamaan yang bersatu. Ya, mayoritas Saksi-Saksi Yehuwa berpegang teguh pada prinsip Alkitab yang fundamental, ’Taati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.’​—Kisah 5:29; Markus 12:17.

      Akar Problem

      Jadi, tidak seluruhnya benar bahwa agama adalah akar semua problem umat manusia. Yang menjadi akar semua problem itu hanyalah agama palsu. Namun, Allah berniat menyingkirkan semua agama palsu tidak lama lagi. (Penyingkapan 17:16, 17; 18:21) Perintah-Nya bagi setiap orang yang mengasihi keadilan dan keadilbenaran ialah, ”Hai, umatku, keluarlah dari dalamnya [yakni, Babilon Besar, imperium agama palsu sedunia], jika kamu tidak ingin mengambil bagian bersama dia dalam dosa-dosanya, dan jika kamu tidak ingin menerima bagian dari tulah-tulahnya. Karena dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat tindakan-tindakan ketidakadilannya.” (Penyingkapan 18:4, 5) Ya, Allah sendiri sangat disakiti hati-Nya oleh agama yang ’mengobarkan pertikaian, menumpulkan hati nurani manusia, mengisi otak manusia dengan fantasi eskapis, dan menyebabkan orang menjadi picik, bersifat takhayul, dan penuh dengan kebencian dan ketakutan’!

      Sementara itu, Allah sedang mengumpulkan orang-orang yang mengasihi kebenaran ke dalam agama yang murni. Itu adalah agama yang berpaut pada prinsip dan ajaran Pencipta yang pengasih, adil, dan beriba hati. (Mikha 4:1, 2; Zefanya 3:8, 9; Matius 13:30) Saudara bisa menjadi bagiannya. Jika Saudara ingin lebih banyak informasi tentang cara mengidentifikasi agama yang murni, silakan tulis surat kepada penerbit majalah ini, atau bertanya kepada Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantu Saudara.

      [Gambar di hlm. 7]

      Orang-orang dari segala latar belakang telah menemukan sukacita dalam agama yang murni

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan