PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apa Solusi untuk Sikap Tidak Toleran Etnik?
    Menara Pengawal—2007 | 1 Juli
    • Apa Solusi untuk Sikap Tidak Toleran Etnik?

      DI Spanyol, seorang wasit menghentikan pertandingan sepak bola. Mengapa? Karena begitu banyak penonton melontarkan kata-kata hinaan kepada seorang pemain dari Kamerun sehingga ia mengancam akan meninggalkan lapangan. Di Rusia, serangan yang beringas terhadap orang Afrika, Amerika Latin, dan Asia menjadi hal yang umum; selama tahun 2004, serangan rasialis di sana meningkat 55 persen hingga mencapai 394 insiden pada tahun 2005. Di Inggris, sepertiga responden orang kulit hitam dan Asia yang disurvei merasa bahwa mereka kehilangan pekerjaan karena diskriminasi ras. Contoh-contoh ini mencerminkan tren yang terdapat di seluruh dunia.

      Tingkat keseriusan sikap tidak toleran etnik ada beragam​—dari pernyataan yang menyinggung atau tidak peduli akan perasaan orang lain hingga upaya memunahkan suatu kelompok etnik sebagai kebijakan nasional.a Apa penyebab utama sikap tidak toleran etnik? Bagaimana kita bisa menghindari sikap ini? Apakah masuk akal untuk mengharapkan bahwa suatu hari kelak semua keluarga umat manusia akan hidup bersama dengan damai? Alkitab menyediakan pemahaman yang menarik tentang masalah ini.

      Penindasan dan Kebencian

      ”Kecenderungan hati manusia itu jahat sejak masa mudanya,” kata Alkitab. (Kejadian 8:21) Jadi, ada orang yang senang menindas orang lain. Alkitab selanjutnya menyatakan, ”Lihat! air mata dari orang-orang yang tertindas, tetapi mereka tidak mempunyai penghibur; dan di pihak para penindas mereka ada kekuasaan.”​—Pengkhotbah 4:1.

      Alkitab juga memperlihatkan bahwa kebencian etnik sudah ada sejak lama berselang. Misalnya, pada abad ke-18 sebelum Tarikh Masehi, seorang Firaun Mesir mengundang Yakub, orang Ibrani, beserta keluarga besarnya untuk menetap di Mesir. Namun belakangan, Firaun yang lain merasa terancam oleh kelompok pendatang yang besar ini. Akibatnya, catatan Alkitab mengatakan, ”Lalu ia mengatakan kepada bangsanya, ’Lihat! Orang-orang Israel lebih banyak jumlahnya dan lebih perkasa daripada kita. Ayo! Mari kita bertindak dengan cerdik terhadap mereka, agar mereka tidak berlipat ganda.’ . . . Maka ditetapkanlah kepala-kepala kerja paksa atas mereka dengan maksud menindas mereka sewaktu menanggung beban pekerjaan mereka.” (Keluaran 1:9-11) Orang Mesir bahkan memerintahkan agar semua bayi laki-laki keturunan Yakub yang baru lahir dibunuh.​—Keluaran 1:15, 16.

      Apa Penyebab Utamanya?

      Agama-agama dunia tidak banyak membantu untuk menentang sikap tidak toleran etnik. Meskipun ada beberapa orang yang memang secara heroik menentang penindasan, agama secara keseluruhan sering sekali berpihak kepada para penindas. Itulah yang terjadi di Amerika Serikat, tempat penindasan orang kulit hitam diberlakukan melalui undang-undang serta hukum gantung, dan hingga tahun 1967, ketetapan yang melarangkan perkawinan campuran masih berlaku. Begitu pula halnya di Afrika Selatan di bawah apartheid, ketika golongan minoritas mengamankan posisi penting mereka melalui undang-undang yang mencakup melarangkan perkawinan antarras. Dalam setiap kasus, beberapa anggota kelompok etnik yang mendukung sikap tidak toleran itu sangat religius.

      Akan tetapi, Alkitab menyingkapkan alasan yang lebih mendasar untuk sikap tidak toleran etnik. Alkitab menjelaskan mengapa beberapa kelompok etnik menindas orang lain, dengan mengatakan, ”Ia yang tidak mengasihi tidak mengenal Allah, karena Allah adalah kasih. Jika seseorang menyatakan, ’Aku mengasihi Allah’, tetapi membenci saudaranya, ia adalah pendusta. Karena ia yang tidak mengasihi saudaranya yang ia lihat, tidak dapat mengasihi Allah, yang tidak ia lihat.” (1 Yohanes 4:8, 20) Pernyataan itu mengidentifikasi penyebab utama sikap tidak toleran etnik. Orang-orang mempraktekkannya​—tidak soal mereka mengaku religius atau tidak​—karena mereka tidak mengenal atau mengasihi Allah.

      Pengetahuan tentang Allah​—Dasar untuk Kerukunan Etnik

      Bagaimana mengenal dan mengasihi Allah menghasilkan kerukunan etnik? Pengetahuan apa yang disingkapkan Firman Allah yang mencegah orang mencelakai orang yang tampak berbeda? Alkitab menyingkapkan bahwa Yehuwa adalah Bapak semua orang. Katanya, ”Sesungguhnya bagi kita hanya ada satu Allah, sang Bapak, yang darinya segala sesuatu ada.” (1 Korintus 8:6) Selanjutnya, Alkitab mengatakan, ”Dari satu orang ia menjadikan setiap bangsa manusia.” (Kisah 17:26) Jadi, semua orang sebenarnya bersaudara.

      Semua kelompok etnik dapat bersyukur karena menerima kehidupan dari Allah, tetapi semua orang menyesalkan sesuatu sehubungan dengan nenek moyang mereka. Penulis Alkitab Paulus menyatakan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang.” Karena itu, ”semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah”. (Roma 3:23; 5:12) Yehuwa adalah Allah yang menyukai variasi​—tidak ada dua makhluk yang persis sama. Meskipun begitu, Ia tidak memberikan kepada kelompok etnik mana pun alasan untuk merasa lebih unggul. Perasaan yang meluas bahwa kelompok etnik seseorang lebih baik daripada yang lain bertentangan dengan fakta-fakta yang diuraikan dalam Alkitab. Jelaslah, pengetahuan yang kita terima dari Allah menggalang kerukunan etnik.

      Kepedulian Allah terhadap Semua Bangsa

      Ada yang bertanya-tanya apakah Allah menganjurkan prasangka etnik dengan memberikan perkenan khusus kepada umat Israel dan mengajar mereka untuk hidup terpisah dari bangsa-bangsa lain. (Keluaran 34:12) Pada suatu waktu, Allah memilih bangsa Israel sebagai milik istimewa-Nya karena iman yang menonjol dari nenek moyang bangsa Israel, Abraham. Allah sendiri memerintah atas Israel zaman dahulu, memilih para penguasanya dan memberikan kepada mereka kaidah hukum. Sewaktu Israel mematuhi pengaturan ini, bangsa-bangsa lain bisa melihat hasil pemerintahan oleh Allah yang kontras dengan hasil pemerintahan oleh manusia di negeri-negeri lain. Ketika itu, Yehuwa juga mengajar Israel tentang kebutuhan akan korban untuk memulihkan umat manusia sehingga memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Jadi, cara Yehuwa memperlakukan Israel memberi manfaat kepada semua bangsa. Hal tersebut konsisten dengan apa yang Ia katakan kepada Abraham, ”Melalui benihmu, semua bangsa di bumi pasti akan memperoleh berkat oleh karena engkau telah mendengarkan perkataanku.”​—Kejadian 22:18.

      Selain itu, orang Yahudi mendapat hak istimewa untuk menerima pernyataan suci Allah dan menjadi bangsa yang akan menjadi nenek moyang sang Mesias. Namun, hal ini pun agar semua bangsa memperoleh manfaat. Kitab-Kitab Ibrani yang diberikan kepada orang Yahudi memuat uraian yang menghangatkan hati tentang saat manakala semua kelompok etnik akan menerima berkat-berkat yang limpah, ”Banyak bangsa pasti akan pergi dan mengatakan, ’Marilah, kamu sekalian, mari kita naik ke gunung Yehuwa dan ke rumah Allah Yakub; dan ia akan mengajar kita tentang jalan-jalannya’ . . . Mereka tidak akan mengangkat pedang, bangsa melawan bangsa, mereka juga tidak akan belajar perang lagi. Dan mereka akan duduk, masing-masing di bawah tanaman anggurnya dan di bawah pohon aranya, dan tidak akan ada orang yang membuat mereka gemetar.”​—Mikha 4:2-4.

      Meskipun Yesus Kristus sendiri mengabar kepada orang-orang Yahudi, ia juga mengatakan, ”Kabar baik kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk sebagai suatu kesaksian kepada semua bangsa.” (Matius 24:14) Semua bangsa akan mendengar kabar baik, tidak ada yang terlewatkan. Dengan demikian, Yehuwa memberikan teladan yang sempurna dalam berurusan secara tidak berat sebelah dengan semua kelompok etnik. ”Allah tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.”​—Kisah 10:34, 35.

      Hukum-hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel kuno juga menyingkapkan bahwa Ia peduli kepada semua bangsa. Perhatikan bagaimana Hukum menuntut lebih dari sekadar toleransi kepada bangsa non-Israel yang tinggal di negeri itu, dengan mengatakan, ”Penduduk asing yang berdiam sebagai orang asing denganmu itu, harus menjadi seperti penduduk asli bagi kamu; dan engkau harus mengasihi dia seperti dirimu sendiri, karena kamu dahulu menjadi penduduk asing di tanah Mesir.” (Imamat 19:34) Banyak di antara hukum-hukum Allah mengajar bangsa Israel untuk berbaik hati terhadap para pendatang. Maka, ketika Boaz, leluhur Yesus, melihat seorang wanita asing yang miskin sedang memungut sisa panenan, ia bertindak selaras dengan apa yang ia pelajari dari Allah sewaktu ia memastikan bahwa para pemanennya meninggalkan cukup banyak biji-bijian untuk dikumpulkan oleh Rut.​—Rut 2:1, 10, 16.

      Yesus Mengajarkan Kebaikan Hati

      Yesus paling banyak menyingkapkan pengetahuan tentang Allah dibanding siapa pun. Ia memperlihatkan kepada para pengikutnya bagaimana berlaku baik hati terhadap bangsa lain. Sekali waktu, ia memulai percakapan dengan seorang wanita Samaria. Orang Samaria adalah kelompok etnik yang dibenci oleh banyak orang Yahudi, maka wanita itu merasa heran. Selama percakapan ini, Yesus dengan baik hati membantu wanita tersebut untuk mengerti bagaimana ia dapat memperoleh kehidupan abadi.​—Yohanes 4:7-14.

      Yesus juga mengajar kita bagaimana harus memperlakukan orang dari kelompok etnik lain sewaktu ia memberikan ilustrasi tentang orang Samaria yang baik hati. Pria ini bertemu dengan orang Yahudi yang terluka parah karena diserang perampok. Orang Samaria itu bisa saja bernalar, ’Untuk apa saya harus membantu seorang Yahudi? Orang Yahudi memandang hina bangsa saya.’ Namun, Yesus menampilkan orang Samaria itu sebagai orang yang memiliki pandangan yang berbeda terhadap orang asing. Meskipun ada orang-orang lain yang berjalan melewati pria yang terluka itu, orang Samaria tersebut ”tergerak oleh rasa kasihan” serta memberikan banyak sekali bantuan. Yesus mengakhiri perumpamaan tersebut dengan mengatakan bahwa siapa pun yang ingin mendapat perkenan Allah hendaknya juga berbuat demikian.​—Lukas 10:30-37.

      Rasul Paulus mengajar orang-orang yang ingin menyenangkan Allah untuk mengubah kepribadian mereka dan meniru cara Allah memperlakukan orang. Paulus menulis, ”Tanggalkan kepribadian lama bersama praktek-prakteknya, dan kenakanlah kepribadian baru, yang melalui pengetahuan yang saksama terus-menerus diperbarui sesuai dengan gambar Pribadi yang menciptakannya, sehingga tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, bersunat atau tidak bersunat, orang asing, orang Skit . . . Tetapi selain semua perkara ini, kenakanlah kasih, sebab itu adalah ikatan pemersatu yang sempurna.”​—Kolose 3:9-14.

      Apakah Pengetahuan tentang Allah Mengubah Orang?

      Apakah dengan mengenal Allah Yehuwa orang benar-benar bisa berubah dalam cara ia berurusan dengan orang dari kelompok etnik lain? Perhatikan pengalaman seorang imigran Asia di Kanada yang merasa kecewa sewaktu mengalami diskriminasi di sana. Wanita ini berjumpa dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan mereka mulai mengajarkan Alkitab kepadanya. Belakangan, ia menulis surat untuk menyatakan penghargaan kepada mereka, yang antara lain menyebutkan, ’Kalian orang kulit putih yang sangat baik dan ramah. Ketika menyadari bahwa kalian benar-benar berbeda dari orang kulit putih lainnya, saya bertanya-tanya mengapa. Saya terus memikirkan alasannya dan menyimpulkan bahwa kalian adalah Saksi-Saksi Allah. Pasti ada sesuatu dalam Alkitab. Di tempat pertemuan kalian, saya melihat banyak orang kulit putih, hitam, cokelat, dan kuning yang hatinya memiliki warna yang sama​—jernih​—karena mereka semua bersaudara. Sekarang, saya tahu siapa yang membuat mereka demikian. Pasti Allah kalian.’

      Firman Allah menubuatkan suatu masa manakala ”bumi pasti akan dipenuhi dengan pengetahuan akan Yehuwa”. (Yesaya 11:9) Bahkan sekarang, sebagai penggenapan nubuat Alkitab, suatu kumpulan besar yang jumlahnya sampai jutaan ”dari semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa” sedang dipersatukan dalam ibadat yang sejati. (Penyingkapan [Wahyu] 7:9) Mereka menantikan saatnya kebencian digantikan oleh kasih dalam suatu masyarakat di seluas dunia yang akan segera mewujudkan maksud-tujuan Yehuwa yang dinyatakan kepada Abraham, ”Semua keluarga di bumi akan diberkati.”​—Kisah 3:25.

      [Catatan Kaki]

      a Kelompok etnik memaksudkan kelompok orang tertentu yang berasal dari ras, bangsa, agama, bahasa, atau kebudayaan yang sama, yang membedakan mereka dari kelompok lain dalam masyarakat yang sama.

      [Gambar di hlm. 4, 5]

      Hukum Allah mengajar bangsa Israel untuk mengasihi penduduk asing

      [Gambar di hlm. 5]

      Apa yang dapat kita pelajari dari perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati?

      [Gambar di hlm. 6]

      Allah tidak memberi kelompok etnik mana pun alasan untuk merasa lebih unggul

  • ”Dipisahkan oleh Bahasa tetapi Dipersatukan oleh Kasih”
    Menara Pengawal—2007 | 1 Juli
    • ”Dipisahkan oleh Bahasa tetapi Dipersatukan oleh Kasih”

      Pembebasan. Kemerdekaan. Penyelamatan. Selama berabad-abad, orang-orang mendambakan kelepasan dari beban dan kekhawatiran. Bagaimana kita dapat mengatasi problem kehidupan? Apakah akan ada pembebasan? Dan, kalau ada, bagaimana caranya?

      ITULAH pokok bahasan dari rangkaian kebaktian distrik tiga hari yang diorganisasi oleh Saksi-Saksi Yehuwa dan yang dimulai pada bulan Mei 2006. Temanya adalah ”Pembebasan Sudah Dekat!”

      Sembilan kebaktian ini dihadiri oleh ribuan delegasi dari berbagai negeri. Kebaktian tersebut diadakan selama bulan Juli dan Agustus 2006, di Praha, ibu kota Republik Ceko; di Bratislava, ibu kota Slovakia; di Chorzow dan Poznan, Polandia;a dan di lima kota di Jerman​—Dortmund, Frankfurt, Hamburg, Leipzig, dan Munich. Jumlah seluruh hadirin di kebaktian-kebaktian ini jika digabungkan ada lebih dari 313.000 orang.

      Bagaimana suasana di kebaktian-kebaktian tersebut? Apa yang dilaporkan oleh media? Dan, bagaimana perasaan para peserta kebaktian setelah menghadirinya?

      Berbagai Persiapan

      Para pengunjung dan Saksi-Saksi setempat dengan penuh antusias menantikan apa yang mereka yakini akan menjadi peristiwa rohani yang penuh kenangan. Mengatur cukup banyak akomodasi bagi para delegasi merupakan tugas berat. Misalnya untuk kebaktian di Chorzow, Saksi-Saksi Polandia menyediakan rumah mereka bagi hampir 13.000 tamu dari Eropa Timur. Para delegasi kebaktian berasal dari Amerika Serikat, Armenia, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirghizistan, Latvia, Lituania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.

      Banyak delegasi harus memulai persiapan untuk perjalanan mereka berbulan-bulan sebelumnya. Tatiana, seorang penginjil sepenuh waktu di Kamchatka, sebuah semenanjung di Rusia yang terletak di sebelah timur laut Jepang, mulai menabung untuk perjalanan itu setahun sebelumnya. Ia harus menempuh perjalanan sekitar 10.500 kilometer. Mula-mula, ia naik kapal terbang selama 5 jam, kemudian naik kereta api selama hampir tiga hari, dan akhirnya naik bus selama 30 jam ke Chorzow.

      Ribuan orang merelakan diri untuk pekerjaan prakebaktian, dengan membuat stadion-stadion dan sekitarnya menjadi tempat yang layak untuk ibadat. (Ulangan 23:14) Sebagai satu contoh saja, para Saksi setempat di Leipzig membersihkan stadion dengan baik, dan mereka berjanji akan melakukannya lagi setelah kebaktian. Alhasil, para pengelola stadion membatalkan sebuah ketentuan dalam kontrak sewa yang menuntut pembayaran besar untuk biaya pembersihan.

      Undangan

      Sidang-sidang di seluruh dunia secara luas mempublisitaskan Kebaktian ”Pembebasan Sudah Dekat!” Orang-orang yang akan menghadiri kebaktian khusus ikut serta dalam kampanye ini dengan sangat antusias. Mereka terus mewartakan tentang kebaktian ini hingga malam sehari sebelum kebaktian dimulai. Apakah semangat mereka membuahkan hasil baik?

      Seorang Saksi asal Polandia bernama Bogdan, bertemu dengan seorang pria lansia yang ingin menghadiri kebaktian, tetapi pensiunnya yang kecil tidak cukup untuk biaya perjalanan 120 kilometer ke Chorzow. Ternyata, akan ada satu kursi kosong di bus yang disewa oleh sidang setempat. Bogdan menceritakan, ”Kami memberi tahu pria itu bahwa ia bisa pergi gratis bersama kami asalkan ia datang ke tempat keberangkatan pada pukul 5.​30 pagi.” Pria itu menerima undangan tersebut dan menghadiri kebaktian. Belakangan, ia menulis surat kepada saudara-saudara kita, dengan mengatakan, ”Setelah menghadiri kebaktian ini, saya bertekad untuk menjadi orang yang lebih baik.”

      Di Praha, seorang pria, yang menginap di salah satu hotel yang digunakan oleh delegasi dari Inggris, memberi tahu para peserta kebaktian pada suatu petang bahwa ia juga telah menghadiri sesi hari itu. Apa yang telah menggerakkan dia untuk hadir? Pria itu mengatakan bahwa setelah menerima undangan dari sepuluh penyiar di jalan-jalan di kota itu, mau tidak mau ia harus pergi! Ia sangat terkesan dan ingin belajar lebih banyak.​—1 Timotius 2:​3, 4.

      Acara Rohani yang Bergizi

      Acara kebaktian membahas cara menangani berbagai problem. Nasihat Alkitab yang terus terang menjelaskan bagaimana problem-problem tersebut bisa diatasi atau ditanggung.

      Orang perorangan yang merasa susah akibat usia tua, kesehatan yang buruk, kematian orang yang dicintai, atau problem pribadi lainnya, mendapat dukungan moril dari Alkitab untuk membantu mereka memiliki sudut pandangan yang lebih baik terhadap kehidupan. (Mazmur 72:12-14) Pasangan yang telah menikah dan para orang tua mendengar nasihat Alkitab tentang cara menikmati perkawinan yang bahagia dan cara membesarkan anak-anak dengan sukses. (Pengkhotbah 4:12; Efesus 5:22, 25; Kolose 3:21) Anak-anak muda Kristen—yang mengalami tekanan yang tidak sehat dari teman sebaya di sekolah tetapi mendapat nasihat yang bijaksana dari Firman Allah di rumah dan di sidang—menerima nasihat yang praktis tentang cara mengatasi tekanan teman-teman dan cara untuk ’lari dari berbagai keinginan yang berkaitan dengan masa muda’.—2 Timotius 2:22.

      Persaudaraan yang Benar-Benar Internasional

      Saksi-Saksi Yehuwa selalu menerima bimbingan Alkitab yang baik di pertemuan mereka. (2 Timotius 3:16) Namun, yang membuat kebaktian ini berbeda adalah suasana internasionalnya. Semua kebaktian khusus mempersembahkan acara rohani yang sama dalam banyak bahasa. Setiap hari, para anggota Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa menyampaikan khotbah, dan laporan dari negeri-negeri lain membuat acara lebih menarik. Khotbah dan laporan ini dialihbahasakan demi manfaat hadirin dari berbagai kelompok bahasa.

      Para delegasi senang sekali bertemu dengan saudara-saudari mereka dari negeri-negeri lain. ”Perbedaan bahasa tidak menimbulkan problem serius apa pun,” kata seorang anggota delegasi. ”Sebaliknya, hal itu menambah sukacita peristiwa itu. Para tamu datang dari berbagai latar belakang budaya, tetapi mereka semua dipersatukan oleh iman yang sama.” Hadirin di kebaktian Munich mengatakannya sebagai berikut, ”Dipisahkan oleh bahasa tetapi dipersatukan oleh kasih.” Tidak soal negeri asal dan bahasa mereka, para hadirin merasakan berada di antara teman-teman sejati—saudara-saudari rohani.—Zakharia 8:23.

      Pernyataan Terima Kasih

      Cuaca selama kebaktian-kebaktian di Polandia menguji sikap dan ketekunan para delegasi. Selain hujan yang sering turun, hawanya pun lumayan dingin—kira-kira 14 derajat Celsius. Seorang saudara dari Amerika Serikat mengatakan, ”Belum pernah saya mengalami cuaca seburuk dan suhu serendah itu pada suatu kebaktian, dan hanya sedikit yang saya mengerti dari acara. Namun, itu semua terobati oleh suasana yang sangat internasional dan menyenangkan, serta kemurahan hati yang unik. Kebaktian ini tak terlupakan!”

      Hal yang tak terlupakan bagi hadirin kebaktian berbahasa Polski adalah pengumuman dirilisnya Pemahaman Alkitab dalam bahasa Polski—hadiah yang menakjubkan untuk ketekunan mereka menghadapi cuaca dingin dan hujan. Dirilisnya publikasi baru Hidup tanpa Melupakan Hari Yehuwa juga disambut dengan gembira pada semua Kebaktian ”Pembebasan Sudah Dekat!”

      Banyak di antara hadirin akan mengingat kebaktian ini untuk alasan lain. Kristina, seorang saudari Ceko yang merelakan diri untuk menemani kelompok delegasi luar negeri di bus, mengenang, ”Sewaktu berpisah, seorang saudari memanggil saya, memeluk saya, dan mengatakan, ’Saya merasa diurus dengan begitu baik! Zus mengantarkan makanan sampai ke tempat duduk kami dan bahkan memberi kami air minum. Terima kasih banyak atas kasih yang rela berkorban yang Zus perlihatkan.’” Yang ia maksud adalah makanan siang bagi para delegasi luar negeri. ”Kami belum pernah melakukan pekerjaan ini,” jelas seorang saudara. ”Tugas ini termasuk mengantarkan makanan siang sekitar 6.500 kotak setiap hari. Betapa mengharukan melihat banyaknya orang, termasuk anak-anak, yang merelakan diri untuk membantu.”

      Seorang saudari yang mengadakan perjalanan ke Chorzow dari Ukraina untuk menghadiri kebaktian mengatakan, ”Kami sangat tergugah oleh kasih, perhatian, serta kemurahan hati yang diperlihatkan oleh rekan-rekan seiman kami. Kami tidak dapat mengungkapkan pernyataan terima kasih kami dengan kata-kata.” Dan, Annika dari Finlandia yang berusia delapan tahun menulis surat ke kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia, ”Kebaktian ini bahkan lebih hebat daripada yang bisa saya bayangkan. Sungguh menyenangkan menjadi bagian dari organisasi Yehuwa, karena kita mempunyai sahabat dari seluruh dunia!”—Mazmur 133:1.

      Komentar Para Pengamat

      Sebelum kebaktian, tur tamasya diatur untuk beberapa di antara para delegasi. Di daerah pedesaan Bavaria, para tamu berhenti di Balai-Balai Kerajaan dan disambut oleh Saksi-Saksi setempat. Seorang pemandu tur non-Saksi terkesan sekali dengan pernyataan kasih persaudaraan ini. ”Di dalam bus sewaktu pulang ke hotel,” seorang anggota delegasi melaporkan, ”pemandu tur mengatakan bahwa kami sangat berbeda dengan kelompok tur lainnya. Kami berpakaian rapi, dan semua bekerja sama dengan pemimpin rombongan. Tidak ada sumpah serapah dan tidak ada kekacauan. Ia kagum bagaimana sampai orang-orang yang belum pernah saling mengenal bisa langsung akrab.”

      Seorang saudara yang bekerja di Departemen Kantor Berita di kebaktian Praha menceritakan, ”Pada hari Minggu pagi, perwira yang mengawasi para petugas polisi di kebaktian mengunjungi kami. Ia memperhatikan bahwa suasananya penuh damai dan mengatakan bahwa ia tidak perlu melakukan apa-apa. Ia juga menyebutkan bahwa beberapa penghuni setempat di daerah sekitar stadion telah menanyakan apa yang sedang berlangsung. Sewaktu ia menyebut Saksi-Saksi Yehuwa, mereka biasanya menunjukkan perasaan tidak senang, tetapi perwira itu memberi tahu mereka, ’Jika perilaku orang-orang tidak sampai separuhnya saja dari perilaku Saksi-Saksi Yehuwa, polisi tidak diperlukan lagi.’”

      Banyak yang Sudah Dibebaskan!

      Firman Allah, Alkitab, menjadi jembatan antara berbagai budaya, mempersatukan orang-orang Kristen ke dalam kedamaian dan persatuan. (Roma 14:19; Efesus 4:22-24; Filipi 4:7) Kebaktian khusus ”Pembebasan Sudah Dekat!” membuktikan hal itu. Saksi-Saksi Yehuwa sudah dibebaskan dari banyak kesukaran yang menyengsarakan dunia ini. Sikap tidak toleran, agresi, dan rasialisme—hanya beberapa di antara penyakit masyarakat—hampir semuanya telah disingkirkan dari antara mereka, dan mereka menantikan saat manakala seluruh dunia akan bebas dari problem-problem demikian.

      Para hadirin kebaktian ini mengalami sendiri persatuan yang terdapat di kalangan Saksi-Saksi dari berbagai negeri dan budaya. Hal ini jelas sekali pada penutup kebaktian. Semuanya bertepuk tangan, memeluk teman-teman baru, dan membuat foto-foto terakhir. (1 Korintus 1:10; 1 Petrus 2:17) Dengan perasaan bahagia dan yakin bahwa pembebasan dari semua kesulitan dan kekhawatiran sudah dekat, para delegasi pulang ke rumah dan sidang mereka dengan tekad yang diperbarui untuk menggenggam erat ”firman kehidupan” Allah.​—Filipi 2:15, 16.

      [Catatan Kaki]

      a Enam lokasi kebaktian lain di seluruh Polandia dan satu di Slovakia dihubungkan secara elektronis untuk bagian acara yang bersifat internasional.

      [Kotak/​Gambar di hlm. 10]

      Satu Acara dalam 26 Bahasa

      Di kesembilan kebaktian, acara dipersembahkan dalam bahasa setempat. Selama kebaktian-kebaktian di Jerman, khotbah juga disampaikan dalam bahasa Jerman dan dalam 18 bahasa lain. Di Dortmund, khotbah disampaikan dalam bahasa Arab, Parsi, Portugis, Spanyol, dan Rusia; di Frankfurt, dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Serbia/Kroasia; di Hamburg, dalam bahasa Belanda, Dansk, Swedia, dan Tamil; di Leipzig, dalam bahasa Cina, Polski, dan Turki; dan di Munich, dalam bahasa Italia, Yunani, dan Bahasa Isyarat Jerman. Di kebaktian Praha, semua khotbah disampaikan dalam bahasa Ceko, Inggris, dan Rusia. Di Bratislava, acara disampaikan dalam bahasa Inggris, Hongaria, Slovak, dan Bahasa Isyarat Slovak. Di Chorzow, bahasa yang digunakan adalah bahasa Polski, Rusia, Ukraina, dan Bahasa Isyarat Polski. Dan di Poznan, digunakan bahasa Finlandia dan Polski.

      Seluruhnya berjumlah 26 bahasa! Sesungguhnya, para peserta kebaktian dipisahkan oleh bahasa, tetapi dipersatukan oleh kasih mereka.

      [Gambar di hlm. 9]

      Delegasi Kroasia di Frankfurt senang menerima ”Terjemahan Dunia Baru” dalam bahasa mereka sendiri

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan