PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Memelihara Perdamaian dalam Rumah Tangga Saudara
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
    • PASAL SEBELAS

      Memelihara Perdamaian dalam Rumah Tangga Saudara

      1. Hal apa saja yang dapat menyebabkan perpecahan dalam keluarga?

      BERBAHAGIALAH mereka yang berada dalam keluarga yang memiliki kasih, pengertian, dan perdamaian. Semoga keluarga saudara seperti itu. Namun menyedihkan sekali, tak terhitung banyaknya keluarga yang tidak cocok dengan gambaran tersebut dan terbagi karena satu atau lain sebab. Apa yang menyebabkan rumah tangga terbagi? Dalam pasal ini kita akan membahas tiga hal. Dalam beberapa keluarga, tidak semua anggotanya memiliki agama yang sama. Dalam keluarga lain, anak-anak mungkin tidak memiliki orang-tua kandung yang sama. Dalam keluarga yang lain lagi, perjuangan untuk mencari nafkah atau keinginan untuk memiliki lebih banyak perkara materi tampaknya telah memisahkan anggota-anggota keluarga. Namun, keadaan yang menyebabkan satu rumah tangga terbagi belum tentu mempengaruhi rumah tangga yang lain. Apa yang membedakan?

      2. Ke mana beberapa orang mencari bimbingan untuk kehidupan keluarga, tetapi apa sumber terbaik untuk mendapatkan bimbingan demikian?

      2 Sudut pandangan adalah salah satu faktor. Jika saudara dengan tulus mencoba mengerti sudut pandangan orang lain, saudara kemungkinan besar lebih dapat memahami cara untuk memelihara rumah tangga yang bersatu. Faktor kedua adalah sumber bimbingan saudara. Banyak orang mengikuti saran dari teman sekerja, tetangga, kolumnis surat kabar, atau pembimbing manusia lainnya. Tetapi, ada yang telah menemukan apa yang Firman Allah katakan tentang keadaan mereka, dan kemudian mereka menerapkan apa yang mereka pelajari. Bagaimana dengan melakukan hal ini, suatu keluarga akan dibantu untuk memelihara perdamaian dalam rumah tangga?—2 Timotius 3:16, 17.

      JIKA SUAMI TIDAK SEIMAN

      Picture on page 130

      Berupayalah mengerti sudut pandangan orang lain

      3. (a) Apa nasihat Alkitab berkenaan dengan menikahi orang yang tidak seiman? (b) Prinsip dasar apa saja yang berlaku jika seorang pasangan hidup adalah seorang yang beriman dan yang lainnya tidak?

      3 Alkitab dengan tegas menasihati kita untuk tidak menikah dengan seseorang yang memiliki iman keagamaan yang berbeda. (Ulangan 7:3, 4; 1 Korintus 7:39) Akan tetapi, mungkin saja saudari belajar kebenaran dari Alkitab setelah saudari menikah tetapi suami saudari tidak belajar. Jadi bagaimana? Tentu saja, ikrar perkawinan tetap berlaku. (1 Korintus 7:10) Alkitab menandaskan bahwa ikatan perkawinan permanen dan menganjurkan orang-orang yang telah menikah untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka sebaliknya daripada melarikan diri darinya. (Efesus 5:28-31; Titus 2:4, 5) Tetapi, bagaimana jika suami saudari dengan keras menentang saudari menjalankan agama dari Alkitab? Ia mungkin berupaya menghalangi saudari agar tidak pergi ke perhimpunan sidang, atau ia mungkin mengatakan bahwa ia tidak mau istrinya pergi dari rumah ke rumah, berbicara tentang agama. Apa yang akan saudari lakukan?

      4. Dengan cara apa seorang istri dapat memperlihatkan empati jika suaminya tidak seiman?

      4 Tanyakanlah kepada diri sendiri, ’Mengapa suami saya berperasaan seperti itu?’ (Amsal 16:20, 23) Jika ia tidak sepenuhnya mengerti apa yang saudari lakukan, ia mungkin mengkhawatirkan saudari. Atau ia mungkin ditekan oleh sanak saudara karena saudari tidak lagi mengikuti beberapa kebiasaan tertentu yang penting bagi mereka. ”Ditinggalkan seorang diri di rumah, saya merasa diabaikan,” kata seorang suami. Pria ini merasa bahwa ia kehilangan istrinya karena sebuah agama. Tetapi keangkuhan telah membuatnya tidak mau mengakui bahwa ia kesepian. Suami saudari mungkin perlu diyakinkan kembali bahwa kasih saudari kepada Yehuwa tidak berarti kini kasih saudari kepada suami menjadi kurang daripada sebelumnya. Pastikan untuk menggunakan waktu bersamanya.

      5. Keseimbangan apa yang harus dijaga oleh istri yang suaminya berbeda iman?

      5 Akan tetapi, ada hal yang bahkan lebih penting untuk diperhatikan jika saudari ingin menangani keadaan ini dengan bijaksana. Firman Allah mendesak para istri, ”Tunduklah kepada suamimu, sebagaimana pantas dalam Tuan.” (Kolose 3:18) Jadi, Alkitab memperingatkan terhadap semangat ingin bebas. Selain itu, dengan mengatakan ”sebagaimana pantas dalam Tuan”, ayat ini menunjukkan bahwa dalam hal ketundukan kepada suami, seseorang juga harus mempertimbangkan ketundukan kepada Tuan. Harus ada keseimbangan.

      6. Prinsip-prinsip apa yang hendaknya diingat oleh seorang istri Kristen?

      6 Bagi seorang Kristen, menghadiri perhimpunan sidang dan memberi kesaksian kepada orang lain tentang imannya yang didasarkan atas Alkitab merupakan aspek-aspek penting dari ibadat sejati yang tidak boleh diabaikan. (Roma 10:9, 10, 14; Ibrani 10:24, 25) Jadi, apa yang akan saudari lakukan, jika seorang manusia secara langsung memerintahkan saudari untuk tidak memenuhi suatu tuntutan yang spesifik dari Allah? Rasul-rasul Yesus Kristus menyatakan, ”Kita harus menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.” (Kisah 5:29) Teladan mereka menyediakan preseden yang dapat diterapkan pada banyak keadaan dalam kehidupan. Apakah kasih kepada Yehuwa akan menggerakkan saudari untuk memberikan kepada-Nya pengabdian yang secara sah adalah milik-Nya? Pada waktu yang sama, apakah kasih dan respek saudari kepada suami akan membuat saudari berupaya melakukan hal ini dengan cara yang tidak menjengkelkan suami saudari?—Matius 4:10; 1 Yohanes 5:3.

      7. Tekad apa yang harus dimiliki seorang istri Kristen?

      7 Yesus menyatakan bahwa hal ini tidak selalu mungkin. Ia memperingatkan bahwa karena tentangan terhadap ibadat yang benar, beberapa anggota keluarga yang beriman akan merasa dikerat, seolah-olah sebilah pedang telah memisahkan mereka dari yang lain dalam keluarga. (Matius 10:34-36) Seorang wanita di Jepang mengalami hal ini. Dia ditentang oleh suaminya selama 11 tahun. Suaminya memperlakukan dia dengan buruk dan sering membiarkan dia terkunci di luar rumah. Tetapi dia bertekun. Rekan-rekan dalam sidang Kristen membantu dia. Dia berdoa tanpa henti dan mendapatkan banyak anjuran dari 1 Petrus 2:20. Wanita Kristen ini yakin bahwa jika dia tetap kuat, pada suatu hari suaminya akan bergabung dengan dia melayani Yehuwa. Dan hal itu menjadi kenyataan.

      8, 9. Bagaimana hendaknya seorang istri bertindak agar tidak menaruh rintangan yang tidak perlu di hadapan suaminya?

      8 Ada banyak hal praktis yang dapat saudari lakukan untuk mempengaruhi sikap teman hidup saudari. Sebagai contoh, jika suami saudari menentang agama saudari, jangan memberi dia alasan yang sah untuk mengeluh di bidang-bidang lain. Jagalah rumah tetap bersih. Jaga penampilan pribadi saudari. Hendaklah murah hati dalam memberikan pernyataan kasih dan penghargaan. Sebaliknya daripada mengkritik, hendaklah mendukung. Perlihatkan bahwa saudari mengharapkan dia bertindak sebagai kepala. Jangan membalas jika saudari merasa telah diperlakukan dengan salah. (1 Petrus 2:21, 23) Pertimbangkanlah ketidaksempurnaan manusiawi, dan jika timbul perselisihan, hendaklah dengan rendah hati mendahului untuk meminta maaf.—Efesus 4:26.

      9 Jangan sampai kehadiran saudari di perhimpunan menyebabkan dia terlambat makan. Saudari dapat juga memilih untuk ikut dalam pelayanan Kristen pada waktu suami sedang tidak ada di rumah. Adalah bijaksana jika seorang istri Kristen tidak mengabar kepada suaminya jika hal itu tidak mendapat sambutan. Sebaliknya, ia mengikuti nasihat rasul Petrus, ”Kamu istri-istri, tunduklah kepada suamimu sendiri, agar, jika ada yang tidak taat kepada firman, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui tingkah laku istri mereka, karena telah menjadi saksi mata dari tingkah lakumu yang murni disertai respek yang dalam.” (1 Petrus 3:1, 2) Para istri Kristen berupaya untuk lebih sepenuhnya mempertunjukkan buah-buah roh Allah.—Galatia 5:22, 23.

      APABILA ISTRI TIDAK SEIMAN

      10. Bagaimana seorang suami yang percaya hendaknya bertindak terhadap istrinya jika ia berbeda kepercayaan?

      10 Bagaimana jika suami mempraktekkan kekristenan sedangkan istrinya tidak? Alkitab memberi petunjuk untuk keadaan demikian. Alkitab mengatakan, ”Jika seorang saudara mempunyai istri yang tidak percaya, namun wanita itu setuju tinggal bersamanya, janganlah ia meninggalkan dia.” (1 Korintus 7:12) Alkitab juga mengingatkan para suami, ”Teruslah kasihi istrimu.”—Kolose 3:19.

      11. Bagaimana seorang suami dapat memperlihatkan daya pengamatan dan dengan bijaksana menjalankan kekepalaan atas istrinya jika dia bukan seorang Kristen sejati?

      11 Jika saudara adalah suami dari istri yang berbeda iman dengan saudara, hendaklah saudara khususnya waspada untuk memperlihatkan respek kepada istri dan mempertimbangkan perasaannya. Sebagai seorang dewasa, ia layak mendapatkan sejumlah kebebasan untuk menjalankan kepercayaan agamanya, sekalipun saudara tidak menyetujui kepercayaan tersebut. Pertama kali saudara berbicara kepadanya tentang iman saudara, jangan mengharapkan dia untuk membuang kepercayaan yang telah lama dianutnya demi sesuatu yang baru. Sebaliknya daripada memberondong dengan kata-kata bahwa kebiasaan agama yang telah lama dianut olehnya dan keluarganya adalah salah, berupayalah dengan sabar untuk bertukar pikiran bersamanya dari Alkitab. Bisa jadi ia merasa diabaikan jika saudara membaktikan sejumlah besar waktu untuk kegiatan-kegiatan sidang. Ia mungkin menentang upaya saudara untuk melayani Yehuwa, tetapi pesan dasarnya mungkin hanyalah: ”Berikan lebih banyak waktumu untukku!” Bersabarlah. Dengan pertimbangan saudara yang penuh kasih, pada waktunya ia mungkin dapat dibantu untuk memeluk ibadat yang benar.—Kolose 3:12-14; 1 Petrus 3:8, 9.

      MELATIH ANAK-ANAK

      12. Sekalipun suami dan istri berbeda iman, bagaimana hendaknya prinsip-prinsip Alkitab diterapkan dalam melatih anak-anak mereka?

      12 Dalam rumah tangga yang tidak bersatu dalam ibadat, pengajaran agama kepada anak-anak kadang-kadang menjadi masalah. Bagaimana hendaknya prinsip-prinsip Alkitab diterapkan? Alkitab menetapkan tanggung jawab utama untuk mengajar anak-anak kepada para ayah, tetapi ibu juga memainkan peranan penting. (Amsal 1:8; bandingkan Kejadian 18:19; Ulangan 11:18, 19.) Sekalipun ayah tidak menerima kekepalaan Kristus, ia tetap kepala keluarga.

      13, 14. Jika suami melarang istrinya membawa anak-anak ke perhimpunan Kristen atau belajar bersama mereka, apa yang dapat istrinya lakukan?

      13 Beberapa ayah yang tidak beriman tidak keberatan jika ibu mengajarkan hal-hal keagamaan kepada anak-anak. Ayah-ayah lain berkeberatan. Bagaimana jika suami saudari tidak mengizinkan saudari membawa anak-anak ke perhimpunan sidang atau bahkan melarang saudari untuk mempelajari Alkitab bersama mereka di rumah? Nah, saudari harus membuat seimbang sejumlah kewajiban—kewajiban saudari terhadap Allah Yehuwa, kepada suami saudari sebagai kepala, dan kepada anak-anak yang saudari kasihi. Bagaimana saudari dapat membuat semua ini sejalan?

      14 Tentu saudari akan berdoa tentang masalah ini. (Filipi 4:6, 7; 1 Yohanes 5:14) Tetapi pada akhirnya, saudarilah yang harus memutuskan haluan apa yang harus diambil. Jika saudari bertindak dengan bijaksana, membuatnya jelas kepada suami bahwa saudari tidak menantang kekepalaannya, tentangannya mungkin akhirnya akan mereda. Sekalipun suami melarang saudari membawa anak-anak ke perhimpunan atau mengadakan pengajaran Alkitab secara resmi dengan mereka, saudari dapat tetap mengajar mereka. Melalui percakapan saudari sehari-hari dan teladan saudari yang baik, cobalah untuk menanamkan dalam diri mereka suatu kadar kasih kepada Yehuwa, iman kepada Firman-Nya, respek kepada orang-tua—termasuk ayah mereka—perhatian yang pengasih terhadap orang lain, dan penghargaan akan kebiasaan kerja yang penuh tanggung jawab. Pada akhirnya, sang ayah mungkin memperhatikan hasil-hasil yang baik dan dapat menghargai nilai dari upaya-upaya saudari.—Amsal 23:24.

      15. Apa tanggung jawab seorang ayah yang percaya sehubungan dengan pendidikan anak-anak?

      15 Jika saudara adalah suami yang beriman sedangkan istri saudara tidak, maka saudara harus memikul tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak ”dalam disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa”. (Efesus 6:4) Sementara melakukannya, tentu saja saudara hendaknya bersikap baik hati, pengasih, dan masuk akal dalam berurusan dengan istri saudara.

      JIKA AGAMA SAUDARA BUKAN AGAMA ORANG-TUA

      16, 17. Prinsip-prinsip Alkitab apa harus diingat oleh anak-anak jika mereka menerima suatu kepercayaan yang berbeda dari kepercayaan orang-tua mereka?

      16 Bukan lagi hal yang tidak lazim bahwa ada anak-anak, yang sekalipun masih kecil, menganut pandangan agama yang berbeda dari orang-tua mereka. Apakah demikian halnya dengan saudara? Kalau begitu, ada nasihat dalam Alkitab bagi saudara.

      17 Firman Allah mengatakan, ”Taatilah orang-tuamu dalam persatuan dengan Tuan, karena hal ini adil-benar: ’Hormatilah bapakmu dan ibumu.’” (Efesus 6:1, 2) Itu mencakup respek yang sehat kepada orang-tua. Akan tetapi, walaupun ketaatan kepada orang-tua itu penting, hal itu tidak boleh dijalankan tanpa mempedulikan Allah yang benar. Apabila seorang anak sudah cukup besar untuk mulai membuat keputusan, ia akan memikul semakin banyak tanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Hal ini benar bukan saja sehubungan dengan hukum duniawi tetapi khususnya berkenaan dengan hukum ilahi. ”Kita masing-masing akan memberi pertanggungjawaban bagi dirinya sendiri kepada Allah,” Alkitab menyatakan.—Roma 14:12.

      18, 19. Jika anak-anak memiliki agama yang berbeda dari agama orang-tua mereka, bagaimana mereka dapat membantu orang-tua mereka untuk lebih memahami iman mereka?

      18 Jika kepercayaan saudara membuat saudara harus mengadakan perubahan dalam kehidupan saudara, cobalah untuk mengerti sudut pandangan orang-tua saudara. Mereka kemungkinan besar akan senang apabila, sebagai hasil dari belajar dan menerapkan ajaran Alkitab, saudara menjadi lebih respek, lebih taat, dan lebih rajin melakukan apa yang mereka minta dari saudara. Akan tetapi, jika iman saudara yang baru juga menyebabkan saudara harus menolak kepercayaan dan kebiasaan yang mereka anut secara pribadi, mereka mungkin merasa bahwa saudara mencampakkan suatu warisan yang hendak mereka berikan kepada saudara. Mereka juga mungkin khawatir akan kesejahteraan saudara jika apa yang saudara lakukan tidak populer di masyarakat atau jika itu menyimpangkan perhatian saudara dari cita-cita yang mereka pikir dapat membantu saudara untuk makmur secara materi. Kesombongan juga dapat menjadi penghalang. Mereka mungkin merasa bahwa saudara, sebenarnya, mengatakan bahwa saudara benar dan mereka salah.

      19 Oleh karena itu, sesegera mungkin, cobalah untuk mempertemukan orang-tua saudara dengan beberapa penatua atau Saksi-Saksi yang matang lainnya dari sidang setempat. Anjurkan orang-tua saudara untuk datang ke Balai Kerajaan dan mendengar sendiri apa yang dibahas dan melihat secara langsung orang-orang macam apa Saksi-Saksi Yehuwa itu. Pada waktunya, sikap orang-tua mungkin melunak. Sekalipun orang-tua menentang keras, menghancurkan bacaan Alkitab, dan melarang anak-anak menghadiri perhimpunan Kristen, biasanya ada kesempatan-kesempatan untuk membaca di tempat lain, berbicara kepada rekan-rekan Kristen, dan memberi kesaksian serta membantu orang lain secara tidak resmi. Saudara juga dapat berdoa kepada Yehuwa. Beberapa anak muda harus menunggu hingga mereka cukup besar untuk tinggal di luar rumah sebelum mereka dapat berbuat lebih banyak. Akan tetapi, apa pun situasinya, jangan lupa untuk ’menghormati bapakmu dan ibumu’. Lakukan bagian saudara untuk menyumbang kepada perdamaian dalam rumah. (Roma 12:17, 18) Di atas segalanya, kejarlah perdamaian dengan Allah.

      TANTANGAN MENJADI ORANG-TUA TIRI

      20. Perasaan apa saja yang mungkin dimiliki anak-anak jika ayah atau ibu mereka adalah orang-tua tiri?

      20 Dalam banyak rumah, situasi yang menghadirkan tantangan paling besar bukanlah soal agama tetapi soal hubungan darah. Banyak rumah tangga dewasa ini terdiri dari anak-anak yang berasal dari pernikahan sebelumnya dari salah satu atau kedua orang-tua. Dalam keluarga demikian, anak-anak dapat mengalami perasaan cemburu dan kesal atau barangkali suatu konflik loyalitas. Sebagai akibatnya, mereka mungkin menolak upaya-upaya yang tulus dari orang-tua tiri untuk menjadi ayah atau ibu yang baik. Apa yang dapat membantu membuat keluarga tiri berhasil?

      Picture on page 138

      Orang-tua kandung ataupun orang-tua tiri, bersandarlah pada Alkitab untuk mendapatkan bimbingan

      21. Tidak soal keadaan-keadaan khusus yang mereka miliki, mengapa hendaknya orang-tua tiri memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Alkitab untuk mendapatkan bantuan?

      21 Sadarilah bahwa tidak soal adanya keadaan-keadaan khusus, prinsip-prinsip Alkitab yang membawa keberhasilan dalam rumah-rumah tangga lain juga berlaku di sini. Mengabaikan prinsip-prinsip tersebut mungkin, untuk sementara, tampaknya meredakan suatu problem tetapi kemungkinan besar akan menyebabkan perasaan sakit hati di kemudian hari. (Mazmur 127:1; Amsal 29:15) Perkembangkanlah hikmat dan daya pengamatan—hikmat untuk menerapkan prinsip-prinsip yang saleh sambil mengingat manfaat jangka panjang, dan daya pengamatan untuk menentukan mengapa anggota-anggota keluarga mengatakan atau melakukan hal-hal tertentu. Empati juga dibutuhkan.—Amsal 16:21; 24:3; 1 Petrus 3:8.

      22. Mengapa anak-anak mungkin sulit menerima orang-tua tiri?

      22 Jika saudara orang-tua tiri, saudara mungkin mengingat bahwa sebagai seorang sahabat dari keluarga, saudara mungkin disambut oleh anak-anak. Tetapi pada waktu saudara menjadi orang-tua tiri mereka, sikap mereka berubah. Karena teringat akan orang-tua kandung yang tidak lagi tinggal bersama mereka, anak-anak bisa jadi sedang berjuang dengan konflik loyalitas, mungkin merasa bahwa saudara ingin merampas kasih sayang yang mereka miliki bagi orang-tua yang tidak ada. Kadang-kadang, mereka mungkin tanpa perasaan mengingatkan bahwa saudara bukan ayah mereka atau ibu mereka. Pernyataan seperti itu menyakitkan hati. Namun, ”janganlah lekas-lekas marah dalam hati”. (Pengkhotbah 7:9) Daya pengamatan dan empati dibutuhkan agar dapat menghadapi emosi anak-anak.

      23. Bagaimana disiplin dapat ditangani dalam keluarga yang memiliki anak-anak tiri?

      23 Sifat-sifat tersebut penting sekali pada waktu seseorang menjalankan disiplin. Disiplin yang konsisten sangat penting. (Amsal 6:20; 13:1) Dan karena tidak semua anak sama, disiplin dapat berbeda dari satu kasus ke kasus lain. Beberapa orang-tua tiri mendapati bahwa, setidaknya pada permulaannya lebih baik apabila orang-tua kandung yang menangani aspek peran sebagai orang-tua ini. Namun, penting agar kedua orang-tua setuju dengan disiplin itu dan menjunjungnya, tidak lebih memihak kepada keturunan sendiri dibandingkan anak tiri. (Amsal 24:23) Ketaatan penting, tetapi perlu mempertimbangkan ketidaksempurnaan. Jangan memberi reaksi yang berlebihan. Berilah disiplin dalam kasih.—Kolose 3:21.

      24. Apa yang dapat membantu mencegah berbagai problem moral di antara anggota-anggota yang berlawanan jenis dalam suatu keluarga tiri?

      24 Pembahasan keluarga dapat banyak mencegah kesulitan. Ini dapat membantu keluarga untuk tetap memusatkan perhatian kepada hal-hal yang paling penting dalam kehidupan. (Bandingkan Filipi 1:9-11.) Ini juga dapat membantu setiap anggota untuk melihat bagaimana ia dapat turut membantu dalam mencapai tujuan-tujuan keluarga. Selain itu, pembahasan keluarga yang terbuka dapat mencegah berbagai problem moral. Anak-anak perempuan perlu mengerti caranya berpakaian dan membawakan diri sewaktu berada di dekat ayah tiri dan saudara-saudara tiri lelaki mereka, dan anak-anak lelaki memerlukan nasihat berkenaan dengan tingkah laku yang patut terhadap ibu tiri dan saudara-saudara tiri perempuan mereka.—1 Tesalonika 4:3-8.

      25. Sifat-sifat apa yang dapat membantu memelihara perdamaian dalam keluarga tiri?

      25 Dalam menghadapi tantangan khusus sebagai orang-tua tiri, hendaklah bersabar. Dibutuhkan waktu untuk memperkembangkan hubungan yang baru. Memenangkan kasih dan respek anak-anak yang tidak memiliki pertalian darah dengan saudara dapat menjadi tugas yang berat. Tetapi hal ini mungkin. Hati yang bijaksana dan berdaya pengamatan, dipadu dengan keinginan yang kuat untuk menyenangkan Yehuwa, adalah kunci untuk mendapatkan perdamaian dalam keluarga tiri. (Amsal 16:20) Sifat-sifat demikian juga dapat membantu saudara untuk mengatasi situasi-situasi lain.

      APAKAH PENGEJARAN MATERI MEMECAH RUMAH SAUDARA?

      26. Dengan berbagai cara apa problem dan sikap sehubungan dengan perkara materi dapat memecah suatu keluarga?

      26 Problem dan sikap-sikap sehubungan dengan hal-hal materi dapat memecah keluarga dengan banyak cara. Menyedihkan sekali, beberapa keluarga diganggu oleh perbantahan tentang uang dan keinginan untuk menjadi kaya—atau setidaknya sedikit lebih kaya. Perpecahan dapat berkembang jika suami-istri bekerja duniawi dan memperkembangkan sikap ”uang saya, uang kamu”. Sekalipun perbantahan dapat dihindari, apabila suami maupun istri bekerja, mereka bisa mendapati diri bahwa mereka memiliki jadwal yang begitu sibuk sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk satu sama lain. Kecenderungan yang meningkat di dunia ini adalah para ayah yang tinggal jauh dari keluarga mereka untuk jangka waktu yang lama—berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun—agar dapat memperoleh lebih banyak uang daripada yang dapat mereka peroleh di rumah. Hal ini dapat mengarah kepada problem-problem yang sangat serius.

      27. Prinsip apa saja yang dapat membantu keluarga yang mengalami tekanan keuangan?

      27 Tidak ada peraturan yang bisa ditetapkan untuk menangani keadaan-keadaan ini, karena lain keluarga lain pula tekanan dan kebutuhan yang harus dihadapi. Namun, nasihat Alkitab dapat membantu. Sebagai contoh, Amsal 13:10 (NW) menunjukkan bahwa perselisihan yang tidak perlu kadang-kadang dapat dihindari dengan ”berunding bersama”. Ini bukan hanya mencakup menyatakan pandangan seseorang tetapi meminta saran dan mencari tahu bagaimana sudut pandangan pihak yang lain. Selanjutnya, menyusun suatu anggaran yang realistis dapat membantu mempersatukan usaha-usaha keluarga. Kadang-kadang—barangkali untuk sementara—suami maupun istri perlu bekerja di luar rumah untuk menutupi pengeluaran tambahan, terutama apabila ada anak-anak atau tanggungan lainnya. Jika halnya demikian, suami dapat menenteramkan hati istrinya bahwa ia masih memiliki waktu untuknya. Suami beserta anak-anak dapat dengan pengasih membantu beberapa pekerjaan yang biasanya ia tangani sendiri.—Filipi 2:1-4.

      28. Pengingat-pengingat apa, jika dijalankan, akan membantu suatu keluarga untuk mengupayakan persatuan?

      28 Akan tetapi, ingatlah bahwa walaupun uang adalah kebutuhan dalam sistem perkara ini, uang tidak mendatangkan kebahagiaan. Uang juga pasti tidak memberikan kehidupan. (Pengkhotbah 7:12) Sesungguhnya, terlalu menitikberatkan perkara materi dapat menyebabkan kehancuran rohani dan moral. (1 Timotius 6:9-12) Betapa jauh lebih baik untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan keadilbenaran-Nya, dengan jaminan mendapatkan berkat-Nya atas upaya kita untuk memenuhi kebutuhan hidup! (Matius 6:25-33; Ibrani 13:5) Dengan mendahulukan kepentingan rohani dan mengejar perdamaian pertama-tama dengan Allah, saudara bisa mendapati rumah tangga saudara, walaupun mungkin terbagi karena beberapa keadaan, akan menjadi keluarga yang benar-benar bersatu dalam hal-hal yang paling penting.

      BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU . . . ANGGOTA-ANGGOTA KELUARGA UNTUK MEMELIHARA PERDAMAIAN DI DALAM RUMAH?

      Orang Kristen memperkembangkan daya pengamatan.—Amsal 16:21; 24:3.

      Kasih dan respek yang diperlihatkan dalam perkawinan oleh suami-istri tidak bergantung pada sama atau tidaknya agama yang mereka anut.—Efesus 5:23, 25.

      Seorang Kristen tidak akan pernah dengan sengaja melanggar hukum Allah.—Kisah 5:29.

      Orang Kristen suka damai.—Roma 12:18.

      Jangan cepat sakit hati.—Pengkhotbah 7:9.

      PERNIKAHAN YANG BENAR MENDATANGKAN MARTABAT DAN PERDAMAIAN

      Pada zaman kita, banyak pria dan wanita hidup bersama sebagai suami dan istri tanpa komitmen yang sah. Ini adalah suatu keadaan yang mungkin harus diatasi oleh seorang yang baru beriman. Dalam beberapa kasus, ikatan tersebut mungkin disetujui oleh adat masyarakat atau suku, tetapi itu tidak sah. Akan tetapi, standar Alkitab menuntut adanya pernikahan yang dicatatkan dengan benar. (Titus 3:1; Ibrani 13:4) Bagi umat di dalam sidang Kristen, Alkitab juga menetapkan bahwa hanya ada satu suami dan satu istri di dalam ikatan perkawinan. (1 Korintus 7:2; 1 Timotius 3:2, 12) Menyelaraskan diri dengan standar ini adalah langkah pertama untuk memiliki perdamaian dalam rumah saudara. (Mazmur 119:165) Tuntutan-tuntutan Allah masuk akal dan tidak membebani. Apa yang Ia ajarkan kepada kita dirancang agar bermanfaat bagi kita.—Yesaya 48:17, 18.

  • Saudara Dapat Mengatasi Problem yang Merusak Keluarga
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
    • PASAL DUA BELAS

      Saudara Dapat Mengatasi Problem yang Merusak Keluarga

      1. Problem-problem tersembunyi apa yang ada dalam beberapa keluarga?

      MOBIL tua itu baru saja dicuci dan dipoles. Bagi orang yang lewat, mobil itu tampak mengkilap, hampir seperti baru. Tetapi di bawah permukaannya, karat yang merusak sedang menggerogoti badan kendaraan tersebut. Ini serupa dengan beberapa keluarga. Walaupun dari penampilan luar segalanya tampak baik-baik saja, wajah-wajah yang tersenyum menyembunyikan rasa takut dan kepedihan. Di balik pintu yang tertutup, elemen-elemen yang merusak sedang menggerogoti perdamaian keluarga. Dua problem yang dapat membawa akibat seperti ini adalah alkoholisme dan kekerasan.

      KERUSAKAN AKIBAT ALKOHOLISME

      2. (a) Bagaimana pandangan Alkitab tentang penggunaan minuman beralkohol? (b) Apakah alkoholisme itu?

      2 Alkitab tidak mengutuk penggunaan minuman beralkohol secara bersahaja, tetapi Alkitab memang mengutuk pemabukan. (Amsal 23:20, 21; 1 Korintus 6:9, 10; 1 Timotius 5:23; Titus 2:2, 3) Namun alkoholisme lebih daripada pemabukan; itu adalah ketagihan yang kronis akan minuman beralkohol dan tidak adanya kendali atas penggunaannya. Orang dewasa bisa menjadi pecandu alkohol. Tetapi menyedihkan, anak-anak pun bisa.

      3, 4. Lukiskan akibat-akibat alkoholisme pada diri pasangan hidup si pecandu dan pada diri anak-anak.

      3 Lama berselang, Alkitab menunjukkan bahwa penyalahgunaan alkohol dapat mengganggu perdamaian keluarga. (Ulangan 21:18-21) Akibat-akibat yang merusak dari alkoholisme dirasakan oleh seluruh keluarga. Sang istri dapat menjadi tenggelam dalam upaya untuk menghentikan kebiasaan minum si pecandu atau mengatasi perilakunya yang tidak terduga.a Ia menyembunyikan minuman kerasnya, membuangnya, menyembunyikan uangnya, mengimbau kasihnya untuk keluarga, untuk kehidupan, bahkan untuk Allah—tetapi si pecandu tetap saja minum. Seraya upaya untuk mengendalikan kebiasaan minumnya sering menemui kegagalan, sang istri merasa frustrasi dan gagal. Ia bisa jadi mulai menderita karena rasa takut, kemarahan, perasaan bersalah, kegelisahan, kekhawatiran, dan kurangnya harga diri.

      4 Anak-anak tidak luput dari akibat-akibat alkoholisme orang-tuanya. Ada yang dianiaya secara fisik. Yang lain diserang secara seksual. Mereka mungkin bahkan mempersalahkan diri mereka atas alkoholisme orang-tuanya. Sering kali, kemampuan mereka untuk mempercayai orang lain terguncang karena perilaku yang tidak konsisten dari si pecandu. Karena mereka tidak dapat dengan leluasa membicarakan apa yang terjadi di rumah, anak-anak mungkin belajar untuk menekan perasaan mereka, sering kali dengan akibat-akibat yang merugikan secara fisik. (Amsal 17:22) Anak-anak seperti itu dapat membawa rasa kurang percaya diri atau harga diri ini terus sampai mereka dewasa.

      APA YANG DAPAT DILAKUKAN KELUARGA?

      5. Bagaimana alkoholisme dapat dihadapi, dan mengapa ini sulit?

      5 Walaupun banyak kalangan yang berwenang dalam bidang ini mengatakan bahwa alkoholisme tidak dapat disembuhkan, kebanyakan orang setuju bahwa suatu tahap pemulihan dapat dicapai melalui suatu program pantangan total. (Bandingkan Matius 5:29.) Akan tetapi, membuat seorang pecandu alkohol mau menerima bantuan tidaklah semudah mengatakannya, karena biasanya ia menyangkal bahwa dirinya memiliki problem. Meskipun demikian, apabila anggota-anggota keluarga mengambil langkah-langkah untuk mengatasi akibat yang disebabkan oleh alkoholisme atas diri mereka, si pecandu mungkin akan mulai menyadari bahwa ia memiliki problem. Seorang dokter yang berpengalaman dalam membantu para pecandu alkohol dan keluarga mereka mengatakan, ”Menurut saya hal yang paling penting adalah keluarganya harus terus menjalankan kegiatan mereka sehari-hari dengan cara yang sebaik mungkin. Si pecandu akan semakin lama semakin dihadapkan dengan betapa berbedanya ia dari anggota-anggota keluarga lainnya.”

      6. Apa sumber nasihat terbaik untuk keluarga-keluarga yang memiliki anggota yang kecanduan alkohol?

      6 Jika ada seorang pecandu alkohol dalam keluarga saudara, nasihat Alkitab yang terilham dapat membantu saudara hidup dengan cara yang sebaik mungkin. (Yesaya 48:17; 2 Timotius 3:16, 17) Pertimbangkan beberapa prinsip yang telah membantu keluarga-keluarga mengatasi alkoholisme dengan berhasil.

      7. Jika seorang anggota keluarga adalah pecandu alkohol, siapa yang bertanggung jawab?

      7 Berhentilah mempersalahkan diri. Alkitab mengatakan, ”Masing-masing orang akan memikul tanggungannya sendiri,” dan, ”kita masing-masing akan memberi pertanggungjawaban bagi dirinya sendiri kepada Allah.” (Galatia 6:5; Roma 14:12) Si pecandu alkohol mungkin mencoba menyiratkan bahwa anggota-anggota keluarganyalah yang bertanggung jawab. Sebagai contoh, ia mungkin berkata, ”Jika kamu memperlakukan saya dengan lebih baik, saya tidak akan minum.” Jika yang lain tampaknya setuju dengan dia, mereka sebenarnya menganjurkan dia untuk terus minum. Tetapi sekalipun kita menjadi korban suatu keadaan atau orang lain, kita semua—termasuk para pecandu alkohol—bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.—Bandingkan Filipi 2:12.

      8. Apa beberapa cara agar si pecandu dapat dibantu untuk menghadapi akibat-akibat dari problemnya?

      8 Jangan merasa bahwa saudara harus selalu melindungi si pecandu dari akibat-akibat kebiasaan minumnya. Sebuah amsal Alkitab tentang seseorang yang marah dapat berlaku bagi pecandu alkohol: ”Jika engkau hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.” (Amsal 19:19) Biarkan si pecandu merasakan akibat-akibat dari kebiasaan minumnya. Biarkan dia membersihkan apa yang telah ia buat berantakan atau menelepon majikannya pada pagi setelah ia minum-minum.

      Picture on page 146

      Para penatua Kristen dapat menjadi sumber bantuan yang besar untuk memecahkan problem-problem keluarga

      9, 10. Mengapa keluarga si pecandu hendaknya menerima bantuan, dan bantuan siapa yang khususnya harus mereka cari?

      9 Terimalah bantuan orang lain. Amsal 17:17 mengatakan, ”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Jika ada seorang pecandu alkohol dalam rumah, maka saudara ada dalam kesukaran. Saudara membutuhkan bantuan. Jangan ragu-ragu untuk bersandar kepada ’sahabat-sahabat’ untuk mendapatkan dukungan. (Amsal 18:24) Berbicara dengan orang lain yang mengerti problemnya atau yang pernah menghadapi situasi serupa dapat memberi saudara saran-saran praktis tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Tetapi hendaklah seimbang. Berbicaralah kepada orang-orang yang saudara percayai, mereka yang akan merahasiakan ”pembicaraan konfidensial” saudara.—Amsal 11:13, NW.

      10 Belajarlah untuk mempercayai para penatua Kristen. Para penatua dalam sidang Kristen dapat menjadi sumber bantuan yang besar. Pria-pria yang matang ini terdidik dalam Firman Allah dan berpengalaman dalam penerapan prinsip-prinsipnya. Mereka dapat terbukti menjadi ”seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar di tanah yang tandus”. (Yesaya 32:2) Para penatua Kristen tidak saja melindungi sidang secara keseluruhan terhadap pengaruh-pengaruh berbahaya tetapi mereka juga menghibur, menyegarkan, dan menaruh minat pribadi kepada pribadi-pribadi yang memiliki problem. Manfaatkanlah sebaik-baiknya bantuan mereka.

      11, 12. Siapa yang menyediakan bantuan terbesar untuk keluarga si pecandu, dan bagaimana dukungan tersebut diberikan?

      11 Di atas semuanya, mintalah kekuatan dari Yehuwa. Alkitab dengan hangat meyakinkan kita, ”[Yehuwa] itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:19) Jika saudara merasa patah hati atau remuk jiwa karena tekanan hidup bersama anggota keluarga yang adalah pecandu alkohol, ketahuilah bahwa ”[Yehuwa] itu dekat”. Ia mengerti betapa sulitnya keadaan keluarga saudara.—1 Petrus 5:6, 7.

      12 Mempercayai apa yang Yehuwa katakan dalam Firman-Nya dapat membantu saudara mengatasi kekhawatiran. (Mazmur 130:3, 4; Matius 6:25-34; 1 Yohanes 3:19, 20) Mempelajari Firman Allah dan hidup selaras dengan prinsip-prinsipnya akan membuat saudara dapat menerima bantuan dari roh kudus Allah, yang dapat memperlengkapi saudara dengan ”kuasa yang melampaui apa yang normal” untuk bertahan dari hari ke hari.—2 Korintus 4:7.b

      13. Apa problem kedua yang merusak banyak keluarga?

      13 Penyalahgunaan alkohol dapat mengarah kepada problem lain yang merusak banyak keluarga—kekerasan dalam rumah tangga.

      KERUSAKAN AKIBAT KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

      14. Kapan kekerasan dalam rumah tangga dimulai, dan bagaimana keadaannya dewasa ini?

      14 Tindak kekerasan pertama dalam sejarah manusia adalah suatu insiden kekerasan dalam rumah tangga yang melibatkan dua bersaudara, Kain dan Habel. (Kejadian 4:8) Sejak waktu itu, umat manusia telah diganggu oleh segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Ada suami yang memukuli istri, istri yang menyerang suami, orang-tua yang dengan kejam memukuli anak-anak mereka yang masih kecil, dan anak-anak yang sudah dewasa yang memperlakukan orang-tua mereka yang lanjut usia dengan buruk.

      15. Bagaimana anggota-anggota keluarga dipengaruhi secara emosi oleh kekerasan dalam rumah tangga?

      15 Kerusakan yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga jauh melebihi luka-luka fisik. Seorang istri yang dipukuli mengatakan, ”Kita harus menanggung banyak sekali perasaan bersalah dan malu. Pada kebanyakan pagi, kita hanya ingin tetap di tempat tidur, berharap bahwa itu hanyalah suatu mimpi buruk.” Anak-anak yang menyaksikan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga, mereka sendiri dapat menjadi bengis ketika mereka beranjak dewasa dan memiliki keluarga mereka sendiri.

      16, 17. Apakah penganiayaan emosi itu, dan bagaimana akibatnya terhadap anggota keluarga?

      16 Kekerasan dalam rumah tangga tidak terbatas pada penganiayaan fisik. Sering kali penyerangannya adalah secara lisan. Amsal 12:18 mengatakan, ”Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang.” ”Tikaman” yang mencirikan kekerasan dalam rumah tangga ini mencakup mengata-ngatai dan berteriak-teriak, demikian juga kritik yang terus-menerus, hinaan yang merendahkan, dan ancaman akan kekerasan fisik. Luka dari kekerasan emosional tidak tampak dan sering kali terabaikan oleh orang-orang lain.

      17 Yang khususnya menyedihkan adalah penganiayaan emosi pada seorang anak—terus-menerus mengkritik dan meremehkan kemampuan, kecerdasan, atau nilai seorang anak sebagai manusia. Penganiayaan secara lisan tersebut dapat menghancurkan rasa percaya diri seorang anak. Memang, semua anak membutuhkan disiplin. Tetapi Alkitab memberi instruksi kepada para ayah, ”Janganlah membuat anak-anakmu kesal, agar mereka tidak menjadi patah semangat.”—Kolose 3:21.

      CARA MENGHINDARI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

      Picture on page 151

      Teman hidup Kristen yang mengasihi dan merespek satu sama lain akan segera bertindak untuk menyelesaikan kesulitan

      18. Di mana kekerasan dalam rumah tangga berawal, dan apa yang Alkitab perlihatkan sebagai cara untuk menghentikannya?

      18 Kekerasan dalam rumah tangga berawal dalam hati dan pikiran; cara kita bertindak berawal dari cara kita berpikir. (Yakobus 1:14, 15) Untuk menghentikan kekerasan, si penganiaya perlu mengubah cara berpikirnya. (Roma 12:2) Apakah hal itu mungkin? Ya. Firman Allah memiliki kuasa untuk mengubah seseorang. Firman Allah dapat mencabut bahkan pandangan merusak yang ”dibentengi dengan kuat”. (2 Korintus 10:4; Ibrani 4:12) Pengetahuan yang saksama akan Alkitab dapat membantu menghasilkan perubahan yang sedemikian menyeluruh dalam diri orang-orang sehingga mereka dikatakan mengenakan kepribadian yang baru.—Efesus 4:22-24; Kolose 3:8-10.

      19. Bagaimana hendaknya seorang Kristen memandang dan memperlakukan teman hidup?

      19 Pandangan sehubungan teman hidup. Firman Allah mengatakan, ”Suami-suami harus mengasihi istri mereka seperti tubuh mereka sendiri. Ia yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri.” (Efesus 5:28) Alkitab juga mengatakan bahwa seorang suami harus menetapkan ’kehormatan kepada istri mereka seperti kepada bejana yang lebih lemah’. (1 Petrus 3:7) Para istri diingatkan ”untuk mengasihi suami mereka” dan memiliki ”respek yang dalam” kepada mereka. (Titus 2:4; Efesus 5:33) Sudah pasti tidak ada suami yang takut akan Allah yang dapat dengan benar mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh menghormati istrinya jika ia menyerang dia secara fisik atau secara lisan. Dan tidak ada istri yang berteriak kepada suaminya, berbicara dengan tajam kepadanya, atau terus-menerus membentaknya dapat mengatakan bahwa ia benar-benar mengasihi dan merespek suaminya.

      20. Di hadapan siapa orang-tua bertanggung jawab atas anak-anak mereka, dan mengapa orang-tua hendaknya tidak memiliki harapan-harapan yang tidak realistis berkenaan dengan anak-anak mereka?

      20 Pandangan yang benar sehubungan anak-anak. Anak-anak layak mendapatkan, ya, membutuhkan, kasih dan perhatian dari orang-tua mereka. Firman Allah menyebut anak-anak ”milik pusaka dari pada [Yehuwa]” dan ”suatu upah”. (Mazmur 127:3) Orang-tua bertanggung jawab di hadapan Yehuwa untuk mengurus milik pusaka itu. Alkitab mengatakan tentang ”sifat-sifat seorang bayi” dan ”kebodohan” dari anak-anak. (1 Korintus 13:11; Amsal 22:15) Orang-tua hendaknya tidak terkejut jika mereka menemukan kebodohan dalam diri anak-anak mereka. Anak muda bukan orang dewasa. Orang-tua hendaknya tidak menuntut lebih daripada yang pantas bagi usia, latar belakang keluarga, dan kemampuan sang anak.—Lihat Kejadian 33:12-14.

      21. Apa cara yang saleh untuk memandang orang-tua yang lanjut usia dan untuk memperlakukan mereka?

      21 Pandangan sehubungan orang-tua yang lanjut usia. Imamat 19:32 mengatakan, ”Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua.” Dengan demikian Hukum Allah menganjurkan respek dan hormat yang dalam bagi mereka yang lanjut usia. Hal ini mungkin menjadi tantangan apabila orang-tua yang lanjut usia tampaknya terlalu menuntut atau sedang sakit dan barangkali tidak dapat bergerak atau berpikir dengan cepat. Meskipun demikian, anak-anak diingatkan untuk ’terus membayar apa yang terutang kepada orang-tua mereka’. (1 Timotius 5:4) Hal ini berarti memperlakukan mereka dengan martabat dan respek, mungkin bahkan menyokong mereka secara keuangan. Memperlakukan orang-tua yang lanjut usia dengan buruk secara fisik atau dengan cara lain sama sekali bertentangan dengan caranya Alkitab memberi tahu kita untuk bertindak.

      22. Apa sebuah sifat kunci untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga, dan bagaimana itu dapat dijalankan?

      22 Perkembangkan pengendalian diri. Amsal 29:11 mengatakan, ”Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya [”rohnya”, NW], tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.” Bagaimana saudara dapat mengendalikan roh saudara? Sebaliknya daripada membiarkan rasa frustrasi menumpuk di dalam, cepatlah bertindak untuk menyelesaikan kesulitan yang timbul. (Efesus 4:26, 27) Tinggalkan situasi itu jika saudara merasa akan kehilangan kendali. Berdoalah agar roh kudus Allah menghasilkan pengendalian diri dalam diri saudara. (Galatia 5:22, 23) Pergi berjalan-jalan atau ikut dalam kegiatan fisik tertentu dapat membantu saudara mengendalikan emosi. (Amsal 17:14, 27) Berjuanglah untuk ”lambat marah”.—Amsal 14:29, NW.

      BERPISAH ATAU TETAP BERSAMA?

      23. Apa yang dapat terjadi jika seorang anggota sidang Kristen berulang-ulang dan tanpa bertobat menyerah kepada ledakan kemarahan yang disertai kekerasan, mungkin termasuk penganiayaan fisik kepada keluarganya?

      23 Alkitab menempatkan ”permusuhan, percekcokan, . . . ledakan kemarahan” di antara perbuatan yang dikutuk Allah dan menyatakan bahwa ”mereka yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah”. (Galatia 5:19-21) Karena itu, siapa pun yang mengaku sebagai seorang Kristen yang berulang-ulang dan tanpa bertobat menyerah kepada ledakan kemarahan yang disertai kekerasan, mungkin mencakup penganiayaan fisik atas teman hidup atau anak-anak, dapat dipecat dari sidang Kristen. (Bandingkan 2 Yohanes 9, 10.) Dengan cara ini sidang tetap bersih dari orang-orang yang suka menganiaya.—1 Korintus 5:6, 7; Galatia 5:9.

      24. (a) Bagaimana teman hidup yang dianiaya mungkin memilih untuk bertindak? (b) Bagaimana teman-teman dan para penatua yang prihatin dapat mendukung seorang pasangan hidup yang dianiaya, tetapi apa yang seharusnya tidak mereka lakukan?

      24 Bagaimana dengan orang Kristen yang belakangan ini dipukuli oleh pasangan hidup yang suka menganiaya yang tidak memperlihatkan tanda perubahan? Ada yang memilih untuk tetap tinggal bersama pasangan hidup tersebut karena satu atau lain alasan. Yang lain memilih untuk pergi, karena merasa bahwa kesehatan fisik, mental, dan rohani mereka—bahkan mungkin kehidupan mereka—ada dalam bahaya. Apa yang diputuskan untuk dilakukan oleh korban kekerasan dalam rumah tangga di bawah keadaan ini merupakan keputusan pribadi di hadapan Yehuwa. (1 Korintus 7:10, 11) Sahabat, sanak saudara, atau para penatua Kristen yang bermaksud baik mungkin ingin memberikan bantuan dan nasihat, tetapi mereka hendaknya tidak menekan si korban untuk mengambil haluan tindakan tertentu. Ini adalah keputusan yang harus diambil oleh saudara atau saudari tersebut.—Roma 14:4; Galatia 6:5.

      AKHIR DARI PROBLEM-PROBLEM YANG MERUSAK

      25. Apa maksud-tujuan Yehuwa bagi keluarga?

      25 Pada waktu Yehuwa mempersatukan Adam dan Hawa dalam perkawinan, Ia tidak pernah bermaksud agar keluarga digerogoti oleh problem-problem yang merusak seperti alkoholisme dan kekerasan. (Efesus 3:14, 15) Keluarga seharusnya menjadi suatu tempat berlimpahnya kasih serta perdamaian dan kebutuhan mental, emosi, dan rohani setiap anggota dipenuhi. Akan tetapi, dengan masuknya dosa, kehidupan keluarga merosot dengan cepat.—Bandingkan Pengkhotbah 8:9.

      26. Masa depan apa yang menanti mereka yang mencoba untuk hidup selaras dengan tuntutan-tuntutan Yehuwa?

      26 Syukurlah, Yehuwa tidak meninggalkan maksud-tujuan-Nya bagi keluarga. Ia berjanji untuk mengantarkan suatu dunia baru yang penuh damai yang di dalamnya orang-orang ”akan diam dengan aman tenteram dengan tidak dikejutkan oleh apapun”. (Yehezkiel 34:28) Pada waktu itu, alkoholisme, kekerasan dalam rumah tangga, dan semua problem lain yang merusak keluarga dewasa ini akan menjadi hal-hal yang telah berlalu. Orang-orang akan tersenyum, bukan untuk menyembunyikan rasa takut dan kepedihan, melainkan karena mereka ”bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.—Mazmur 37:11.

      a Walaupun kami mengacu kepada si pecandu sebagai seorang pria, prinsip-prinsip dalam hal ini juga berlaku jika si pecandu adalah seorang wanita.

      b Di beberapa negeri, terdapat pusat perawatan, rumah sakit, dan program pemulihan yang khusus membantu para pecandu alkohol dan keluarga mereka. Apakah akan mencari bantuan seperti itu atau tidak adalah keputusan pribadi. Lembaga Menara Pengawal tidak menganjurkan perawatan tertentu. Akan tetapi, perlu bersikap hati-hati sehingga, dalam mencari bantuan, seseorang tidak terlibat dalam kegiatan yang mengkompromikan prinsip-prinsip Alkitab.

      BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU. . . KELUARGA UNTUK MENCEGAH PROBLEM YANG AKAN MENYEBABKAN KERUSAKAN YANG SERIUS?

      Yehuwa mengutuk penyalahgunaan alkohol.—Amsal 23:20, 21.

      Setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya.—Roma 14:12.

      Tanpa pengendalian diri kita tidak dapat melayani Yehuwa dengan cara yang diperkenan.—Amsal 29:11.

      Orang Kristen sejati menghormati orang-tua mereka yang lanjut usia.—Imamat 19:32.

  • Apabila Perkawinan Berada di Ambang Kehancuran
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
    • PASAL TIGA BELAS

      Apabila Perkawinan Berada di Ambang Kehancuran

      1, 2. Pada waktu perkawinan mendapat tekanan, pertanyaan apa yang hendaknya diajukan?

      PADA tahun 1988, seorang wanita Italia bernama Lucia merasa amat tertekan.a Setelah sepuluh tahun, perkawinannya akan berakhir. Berkali-kali ia telah mencoba untuk rujuk dengan suaminya, tetapi tidak ada yang berhasil. Maka ia berpisah karena ketidakcocokan dan kini ia harus membesarkan kedua putrinya seorang diri. Ketika mengenang ke masa itu, Lucia mengingat, ”Saya yakin bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan perkawinan kami.”

      2 Jika saudara memiliki problem-problem perkawinan, saudara mungkin dapat memahami perasaan Lucia. Perkawinan saudara mungkin penuh kesulitan dan saudara mungkin bertanya-tanya apakah itu masih dapat diselamatkan. Jika demikian halnya, akan membantu jika saudara mempertimbangkan pertanyaan ini: Apakah saya sudah mengikuti semua saran bagus yang telah Allah berikan dalam Alkitab untuk membantu suksesnya perkawinan?—Mazmur 119:105.

      3. Meskipun perceraian telah menjadi populer, reaksi apa yang dilaporkan terjadi di antara banyak orang yang bercerai dan keluarga mereka?

      3 Apabila suasana sedang panas di antara suami dan istri, mengakhiri perkawinan tampaknya adalah tindakan yang paling mudah untuk dilakukan. Tetapi, meskipun banyak negeri mengalami lonjakan yang mengejutkan berkenaan dengan jumlah keluarga yang hancur, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa suatu persentase yang besar dari pria dan wanita yang bercerai menyesali perpisahan itu. Beberapa dari mereka menderita lebih banyak problem kesehatan, secara fisik maupun mental, dibandingkan mereka yang mempertahankan perkawinan. Kebingungan dan ketidakbahagiaan anak-anak yang orang-tuanya bercerai sering berlangsung hingga bertahun-tahun. Orang-tua dan sahabat-sahabat dari keluarga yang hancur itu juga menderita. Dan bagaimana Allah, sang Pemula perkawinan, memandang keadaan ini?

      4. Bagaimana hendaknya problem-problem dalam perkawinan diatasi?

      4 Sebagaimana ditunjukkan dalam pasal-pasal sebelumnya, Allah memaksudkan agar perkawinan menjadi ikatan seumur hidup. (Kejadian 2:24) Jika demikian halnya, mengapa ada begitu banyak perkawinan yang hancur? Itu tidak dapat terjadi dalam semalam. Biasanya ada tanda-tanda peringatan. Problem-problem kecil dalam perkawinan dapat semakin bertambah besar hingga akhirnya tampak tidak dapat teratasi. Tetapi jika problem-problem ini langsung ditangani dengan bantuan Alkitab, banyak perkawinan yang hancur dapat dihindari.

      HENDAKLAH REALISTIS

      5. Keadaan realistis apa yang harus dihadapi dalam perkawinan mana pun?

      5 Sebuah elemen yang kadang-kadang mengarah kepada problem adalah harapan yang tidak realistis yang mungkin dimiliki oleh salah satu atau kedua pasangan suami-istri. Novel roman, majalah populer, acara televisi, serta film dapat menciptakan harapan dan impian yang sangat berbeda dengan kehidupan nyata. Apabila impian ini tidak menjadi kenyataan, seseorang dapat merasa tertipu, tidak puas, bahkan sakit hati. Namun, bagaimana dua orang yang tidak sempurna bisa mendapatkan kebahagiaan dalam perkawinan? Upaya dibutuhkan untuk mencapai hubungan yang sukses.

      6. (a) Apa pandangan yang seimbang tentang perkawinan yang diberikan oleh Alkitab? (b) Apa beberapa alasan untuk ketidaksepakatan dalam perkawinan?

      6 Alkitab bersifat praktis. Alkitab mengakui adanya sukacita perkawinan, tetapi Alkitab juga memperingatkan bahwa mereka yang menikah ”akan mengalami kesengsaraan dalam daging mereka”. (1 Korintus 7:28) Sebagaimana telah dikemukakan, keduanya tidak sempurna dan cenderung berbuat dosa. Pembentukan mental dan emosi serta cara masing-masing pasangan dididik tidaklah sama. Pasangan suami-istri kadang-kadang tidak sepakat mengenai soal uang, anak-anak, dan keluarga suami atau istri. Kurangnya waktu untuk melakukan berbagai hal bersama-sama dan problem-problem seksual juga bisa menjadi sumber pertengkaran.b Dibutuhkan waktu untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti itu, tetapi saudara dapat berbesar hati! Kebanyakan pasangan suami-istri sanggup menghadapi problem-problem demikian dan mengupayakan jalan keluar yang dapat diterima bersama.

      MEMBICARAKAN PERBEDAAN

      Picture on page 154

      Atasi problem dengan segera. Hendaklah jangan matahari terbenam seraya saudara dalam keadaan terpancing menjadi marah

      7, 8. Jika ada perasaan sakit hati atau kesalahpahaman antara pasangan suami-istri, bagaimana cara Alkitab untuk mengatasinya?

      7 Banyak orang merasa sulit untuk tetap tenang pada waktu mereka membicarakan perasaan yang terluka, kesalahpahaman, atau kelemahan pribadi. Sebaliknya daripada terus terang mengatakan, ”Saya merasa kurang dipahami,” seorang teman hidup mungkin menjadi emosional dan membesar-besarkan problemnya. Banyak yang akan berkata, ”Kamu hanya mempedulikan diri sendiri,” atau, ”Kamu tidak mencintai saya.” Karena tidak ingin terlibat dalam perbantahan, teman hidup yang lain mungkin tidak mau menanggapi.

      8 Suatu haluan yang lebih baik untuk diikuti adalah mengindahkan nasihat Alkitab, ”Jadilah murka, namun jangan melakukan dosa; janganlah matahari terbenam seraya kamu dalam keadaan terpancing menjadi marah.” (Efesus 4:26) Sepasang suami-istri yang bahagia, setelah merayakan ulang tahun perkawinan mereka yang ke-60, ditanya apa rahasia dari perkawinan mereka yang sukses. Sang suami mengatakan, ”Kami belajar untuk tidak tidur sebelum menyelesaikan perbedaan, tidak soal betapa sepelenya hal itu.”

      9. (a) Apa yang ditunjukkan dalam Alkitab sebagai bagian yang sangat penting dari komunikasi? (b) Apa yang sering kali perlu dilakukan oleh pasangan suami-istri, sekalipun hal ini membutuhkan keberanian dan kerendahan hati?

      9 Apabila suami dan istri tidak bersepakat, masing-masing perlu ”cepat mendengar, lambat berbicara, lambat murka”. (Yakobus 1:19) Setelah mendengarkan dengan saksama, kedua pasangan hidup mungkin melihat perlunya meminta maaf. (Yakobus 5:16) Dengan tulus mengatakan, ”Maaf saya sudah menyakiti hatimu,” membutuhkan kerendahan hati dan keberanian. Tetapi menangani perbedaan dengan cara ini akan sangat efektif dalam membantu pasangan suami-istri tidak saja menyelesaikan problem mereka tetapi juga memperkembangkan kehangatan dan keintiman yang membuat mereka semakin mendapatkan kesenangan dalam kebersamaan mereka.

      MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PERKAWINAN

      10. Perlindungan apa yang direkomendasikan oleh Paulus kepada orang Kristen di Korintus, dapat berlaku bagi orang Kristen dewasa ini?

      10 Pada waktu rasul Paulus menulis kepada orang-orang Korintus, ia merekomendasikan perkawinan ”karena meluasnya percabulan”. (1 Korintus 7:2) Dunia dewasa ini sama buruknya, atau bahkan lebih buruk, daripada Korintus purba. Topik-topik amoral yang dibicarakan secara terbuka oleh orang-orang dunia ini, cara berpakaian mereka yang tidak bersahaja, dan kisah-kisah sensual yang ditonjolkan dalam majalah dan buku, di TV, dan dalam film, semuanya diramu untuk menggugah nafsu seksual yang tidak sah. Kepada orang-orang Korintus yang hidup dalam lingkungan serupa, rasul Paulus mengatakan, ”Lebih baik menikah daripada dikobarkan dengan nafsu.”—1 Korintus 7:9.

      11, 12. (a) Apa yang harus diberikan oleh suami dan istri kepada satu sama lain, dan dengan sikap bagaimana hendaknya itu diberikan? (b) Bagaimana menangani keadaan apabila kewajiban perkawinan untuk sementara waktu harus dihentikan?

      11 Karena itu, Alkitab memerintahkan orang Kristen yang telah menikah, ”Hendaklah suami memberikan kepada istrinya haknya; tetapi hendaklah istri juga melakukan hal yang sama terhadap suaminya.” (1 Korintus 7:3) Perhatikan bahwa penekanannya ada pada memberi—bukan menuntut. Keintiman fisik dalam perkawinan dapat benar-benar memuaskan hanya jika masing-masing pasangan menaruh minat akan kebaikan dari yang lain. Sebagai contoh, Alkitab memerintahkan suami untuk memperlakukan istrinya ”sesuai dengan pengetahuan”. (1 Petrus 3:7) Hal ini khususnya benar dalam melaksanakan kewajiban perkawinan dan menerima hak perkawinan. Jika istri tidak diperlakukan dengan lembut, ia mungkin merasa sulit untuk menikmati aspek perkawinan ini.

      12 Adakalanya pasangan suami-istri mungkin harus menahan hak perkawinan dari satu sama lain. Ini mungkin demikian berkenaan dengan istri pada waktu-waktu tertentu setiap bulan atau pada waktu ia merasa sangat lelah. (Bandingkan Imamat 18:19.) Halnya mungkin demikian berkenaan dengan suami pada waktu ia sedang menghadapi suatu problem yang serius di tempat kerja dan merasa terkuras secara emosi. Kasus-kasus sehubungan dengan berhenti melaksanakan kewajiban perkawinan untuk sementara waktu paling baik ditangani apabila kedua pasangan hidup membicarakan keadaannya secara terus terang dan sepakat dengan ”persetujuan bersama”. (1 Korintus 7:5) Ini akan mencegah salah satu pihak terlalu dini mengambil kesimpulan yang salah. Namun, jika seorang istri dengan sengaja menahan hak perkawinan dari suaminya atau jika seorang suami dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban perkawinan dengan cara yang pengasih, teman hidupnya dapat menjadi rentan terhadap godaan. Dalam keadaan demikian, problem dapat timbul dalam perkawinan.

      13. Bagaimana orang Kristen dapat berupaya menjaga pemikiran mereka bersih?

      13 Seperti semua orang Kristen, hamba-hamba Yehuwa yang telah menikah harus menghindari pornografi, yang dapat menciptakan hasrat yang tidak bersih dan tidak wajar. (Kolose 3:5) Mereka juga harus menjaga pikiran dan tindakan mereka pada waktu berurusan dengan semua lawan jenis. Yesus memperingatkan, ”Setiap orang yang terus memandang seorang wanita sehingga mempunyai nafsu terhadapnya sudah berbuat zina dengan dia dalam hatinya.” (Matius 5:28) Dengan menerapkan nasihat Alkitab sehubungan dengan seks, pasangan suami-istri seharusnya dapat terhindar jatuh ke dalam godaan dan melakukan perzinaan. Mereka dapat terus menikmati keintiman yang menyenangkan dalam perkawinan yang di dalamnya seks dianggap sebagai karunia yang baik dari Pemula perkawinan, Yehuwa.—Amsal 5:15-19.

      DASAR ALKITAB UNTUK BERCERAI

      14. Keadaan menyedihkan apa yang kadang-kadang muncul? Mengapa?

      14 Syukurlah, dalam kebanyakan perkawinan Kristen, problem apa pun yang timbul dapat diatasi. Namun, kadang-kadang tidaklah demikian keadaannya. Karena manusia tidak sempurna dan hidup dalam dunia yang penuh dosa yang ada di bawah kendali Setan, beberapa perkawinan berada di ambang kehancuran. (1 Yohanes 5:19) Bagaimana hendaknya orang Kristen mengatasi keadaan yang berat demikian?

      15. (a) Apa satu-satunya dasar Alkitab untuk bercerai dengan kemungkinan untuk menikah lagi? (b) Mengapa ada beberapa orang yang memutuskan untuk tidak menceraikan teman hidup yang tidak setia?

      15 Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 dalam buku ini, percabulan adalah satu-satunya dasar Alkitab untuk bercerai dengan kemungkinan untuk menikah lagi.c (Matius 19:9) Jika saudara mempunyai bukti yang pasti bahwa teman hidup saudara telah bertindak tidak setia, maka saudara menghadapi keputusan yang sulit. Apakah saudara akan mempertahankan perkawinan atau bercerai? Tidak ada peraturan tertentu. Ada orang Kristen yang telah sepenuhnya mengampuni teman hidup yang benar-benar bertobat, dan perkawinan yang dipertahankan tersebut berhasil dengan baik. Yang lain-lain memutuskan untuk tidak bercerai demi kepentingan anak-anak.

      16. (a) Faktor-faktor apa yang telah menggerakkan beberapa orang untuk menceraikan teman hidup mereka yang bersalah? (b) Pada waktu seorang teman hidup yang tidak bersalah membuat keputusan untuk menceraikan atau tidak menceraikan, mengapa seharusnya tidak seorang pun mengkritik keputusan orang itu?

      16 Di lain pihak, tindakan berdosa mungkin mengakibatkan kehamilan atau penyakit hubungan seksual. Atau mungkin anak-anak perlu dilindungi terhadap orang-tua yang suka menganiaya secara seksual. Jelaslah, banyak yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Akan tetapi, jika saudara mengetahui ketidaksetiaan teman hidup saudara dan setelah itu kembali mengadakan hubungan seksual dengan teman hidup saudara, maka saudara menunjukkan bahwa saudara telah memaafkan teman hidup saudara dan ingin mempertahankan perkawinan. Tidak ada lagi dasar untuk bercerai dengan kemungkinan berdasarkan Alkitab untuk menikah lagi. Tidak seorang pun boleh turut campur dan mencoba mempengaruhi keputusan saudara, dan tidak seorang pun boleh mengkritik apa yang telah saudara putuskan. Saudara harus menerima konsekuensi dari apa yang saudara putuskan. ”Masing-masing orang akan memikul tanggungannya sendiri.”—Galatia 6:5.

      DASAR UNTUK BERPISAH

      17. Jika tidak ada percabulan, batasan-batasan apa yang Alkitab tetapkan mengenai perpisahan atau perceraian?

      17 Apakah ada keadaan-keadaan yang membenarkan perpisahan atau mungkin perceraian dari seorang teman hidup sekalipun dia tidak melakukan percabulan? Ya, tetapi dalam hal ini, seorang Kristen tidak bebas untuk mencari pihak ketiga dengan niat untuk menikah lagi. (Matius 5:32) Meskipun memperbolehkan perpisahan demikian, Alkitab menetapkan bahwa orang yang berpisah hendaknya ”tetap tidak menikah atau jika tidak, rukun kembali”. (1 Korintus 7:11) Beberapa keadaan ekstrem apa yang mungkin membuat perpisahan tampaknya disarankan?

      18, 19. Beberapa keadaan ekstrem apa yang mungkin membuat seorang pasangan hidup mempertimbangkan baik tidaknya perpisahan yang sah atau perceraian, walaupun tidak ada kemungkinan untuk menikah lagi?

      18 Ya, keluarga dapat menjadi melarat karena suami yang sama sekali malas dan mempunyai kebiasaan yang buruk.d Ia mungkin menghabiskan pendapatan keluarga di meja judi atau menggunakannya untuk melampiaskan kecanduannya akan obat bius atau alkohol. Alkitab menyatakan, ”Jika seseorang tidak menyediakan kebutuhan bagi . . . anggota rumah tangganya, ia telah menyangkal iman dan lebih buruk daripada seseorang yang tanpa iman.” (1 Timotius 5:8) Jika pria demikian menolak untuk mengubah jalannya, mungkin bahkan membiayai kebiasaan buruknya dengan mengambil uang yang dihasilkan oleh istrinya, sang istri dapat memilih untuk melindungi kesejahteraan dirinya dan anak-anaknya dengan mengupayakan perpisahan yang sah.

      19 Tindakan sah demikian juga dapat dipertimbangkan jika seorang pasangan hidup sangat bengis terhadap teman hidupnya, mungkin berulang-ulang memukuli hingga taraf membahayakan kesehatan atau bahkan kehidupan. Selain itu, jika seorang pasangan hidup terus-menerus berupaya memaksa teman hidupnya untuk melanggar perintah Allah dengan cara tertentu, teman hidup yang terancam juga dapat mempertimbangkan perpisahan, khususnya jika masalahnya sampai ke tingkat yang membahayakan kehidupan rohani. Teman hidup yang berisiko dapat menyimpulkan bahwa satu-satunya cara untuk ”menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia” adalah dengan mengupayakan perpisahan yang sah.—Kisah 5:29.

      20. (a) Dalam kasus hancurnya suatu keluarga, apa yang dapat diberikan oleh sahabat-sahabat dan para penatua yang matang, dan apa yang hendaknya tidak mereka berikan? (b) Orang-orang yang telah menikah hendaknya tidak menggunakan petunjuk Alkitab untuk berpisah atau bercerai sebagai dalih untuk melakukan apa?

      20 Dalam semua kasus penganiayaan yang ekstrem dari pasangan hidup, tidak seorang pun boleh menekan teman hidup yang tidak bersalah untuk berpisah atau tetap bersama. Meskipun sahabat-sahabat dan para penatua yang matang dapat memberikan dukungan dan nasihat berdasarkan Alkitab, mereka ini tidak dapat mengetahui semua perincian tentang apa yang terjadi di antara suami dan istri. Hanya Yehuwa yang dapat melihatnya. Tentu saja, seorang istri Kristen tidak akan menghormati penyelenggaraan perkawinan dari Allah jika ia menggunakan dalih yang lemah untuk keluar dari suatu perkawinan. Tetapi jika suatu keadaan yang sangat membahayakan terus ada, tidak seorang pun boleh mengkritik jika dia memilih untuk berpisah. Hal yang persis sama dapat dikatakan tentang seorang suami Kristen yang mengupayakan perpisahan. ”Kita semua akan berdiri di hadapan kursi penghakiman Allah.”—Roma 14:10.

      CARA PERKAWINAN YANG HANCUR DISELAMATKAN

      21. Pengalaman apa yang memperlihatkan bahwa nasihat Alkitab tentang perkawinan adalah jitu?

      21 Tiga bulan setelah Lucia, yang disebutkan sebelumnya, berpisah dari suaminya, ia bertemu dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan mulai belajar Alkitab bersama mereka. ”Yang amat mengejutkan saya,” katanya menjelaskan, ”Alkitab menyediakan jalan keluar yang praktis untuk problem saya. Baru saja satu minggu belajar, saya langsung ingin berbaikan dengan suami saya. Hari ini saya dapat mengatakan bahwa Yehuwa mengetahui cara menyelamatkan perkawinan yang berada dalam krisis karena ajaran-ajaran-Nya membantu suami dan istri untuk belajar caranya menghargai satu sama lain. Tidak benar, seperti dinyatakan beberapa orang, bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memecah-belah keluarga. Dalam kasus saya, yang terjadi justru sebaliknya.” Lucia belajar untuk menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupannya.

      22. Semua pasangan suami-istri hendaknya yakin akan hal apa?

      22 Lucia bukan perkecualian. Perkawinan seharusnya merupakan berkat, bukan beban. Untuk mencapai tujuan itu, Yehuwa telah menyediakan sumber nasihat perkawinan yang paling baik yang pernah ditulis—Firman-Nya yang berharga. Alkitab dapat memberikan ”hikmat kepada orang yang tak berpengalaman”. (Mazmur 19:7-11) Alkitab telah menyelamatkan banyak perkawinan yang berada di ambang kehancuran dan telah memperbaiki banyak perkawinan lain yang memiliki problem-problem serius. Semoga semua pasangan suami-istri yakin sepenuhnya akan nasihat yang Allah Yehuwa sediakan. Itu benar-benar jitu!

      a Nama telah diubah.

      b Beberapa dari bidang ini dibahas dalam pasal-pasal sebelumnya.

      c Istilah Alkitab yang diterjemahkan ”percabulan” mencakup tindakan zina, homoseksualitas, bestialitas, dan tindakan sengaja yang tidak sah lainnya yang melibatkan penggunaan organ seks.

      d Ini tidak termasuk situasi jika seorang suami, walaupun berniat baik, tidak sanggup menyediakan kebutuhan keluarganya karena alasan-alasan yang di luar kendalinya, seperti misalnya penyakit atau kurangnya lapangan pekerjaan.

      BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU . . . MENCEGAH HANCURNYA PERKAWINAN?

      Perkawinan adalah sumber sukacita maupun kesengsaraan.—Amsal 5:18, 19; 1 Korintus 7:28.

      Ketidaksepakatan hendaknya diatasi dengan segera.—Efesus 4:26.

      Dalam suatu pembicaraan, mendengarkan sama pentingnya dengan berbicara.—Yakobus 1:19.

      Hak perkawinan hendaknya diberikan dengan semangat yang tidak mementingkan diri dan kelembutan.—1 Korintus 7:3-5.

  • Bersama-sama Menuju Hari Tua
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
    • PASAL EMPAT BELAS

      Bersama-sama Menuju Hari Tua

      1, 2. (a) Perubahan-perubahan apa terjadi seraya usia tua mendekat? (b) Bagaimana pria-pria yang saleh pada zaman Alkitab menemukan kepuasan pada usia tua?

      BANYAK perubahan terjadi seraya kita bertambah tua. Kelemahan fisik menggerogoti kekuatan kita. Dengan bercermin tersingkaplah kerut-kerut yang baru dan warna rambut yang mulai memudar—bahkan rambut yang mulai menipis. Kita mungkin mulai sering lupa. Hubungan-hubungan baru berkembang ketika anak-anak menikah, dan sekali lagi ketika cucu-cucu dilahirkan. Bagi beberapa orang, pensiun dari pekerjaan duniawi menyebabkan rutin kehidupan yang berbeda.

      2 Sesungguhnya, usia lanjut dapat menjadi masa yang sulit. (Pengkhotbah 12:1-8) Namun, perhatikanlah hamba-hamba Allah pada zaman Alkitab. Walaupun mereka akhirnya menyerah kepada kematian, mereka memperoleh hikmat dan pengertian, yang mendatangkan kepuasan besar bagi mereka di usia senja. (Kejadian 25:8; 35:29; Ayub 12:12; 42:17) Bagaimana mereka dapat berhasil menuju hari tua dengan bahagia? Pasti dengan hidup selaras dengan prinsip-prinsip yang kini kita dapati tercatat dalam Alkitab.—Mazmur 119:105; 2 Timotius 3:16, 17.

      3. Nasihat apa yang Paulus berikan bagi pria dan wanita tua?

      3 Dalam suratnya kepada Titus, rasul Paulus memberikan petunjuk yang baik kepada orang-orang yang bertambah tua. Ia menulis, ”Hendaklah pria-pria yang sudah berumur bersahaja dalam kebiasaan, serius, berpikiran sehat, sehat dalam iman, dalam kasih, dalam ketekunan. Demikian pula hendaklah wanita-wanita yang sudah berumur, saleh dalam perilaku, tidak suka memfitnah, juga tidak diperbudak oleh banyak anggur, guru-guru dari apa yang baik.” (Titus 2:2, 3) Mengindahkan kata-kata ini dapat membantu saudara menghadapi tantangan dari bertambahnya usia.

      MENYESUAIKAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK-ANAK SAUDARA

      4, 5. Bagaimana reaksi banyak orang-tua pada waktu anak-anak mereka meninggalkan rumah, dan bagaimana beberapa orang menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru?

      4 Perubahan peranan menuntut penyesuaian diri. Betapa benar hal ini pada waktu anak-anak yang telah dewasa meninggalkan rumah dan menikah! Bagi banyak orang-tua ini adalah pengingat pertama bahwa mereka bertambah tua. Meskipun bahagia karena keturunan mereka telah dewasa, orang-tua sering khawatir apakah mereka telah berbuat sebisa-bisanya untuk mempersiapkan anak-anak agar mandiri. Dan mereka mungkin kehilangan keberadaan anak-anak mereka di rumah.

      5 Dapat dimengerti, orang-tua terus memikirkan kesejahteraan anak-anak mereka, bahkan setelah anak-anak meninggalkan rumah. ”Kalau saja saya dapat sering mendapat kabar dari mereka, untuk meyakinkan saya bahwa mereka baik-baik saja—hal itu akan membuat saya bahagia,” kata seorang ibu. Seorang ayah menceritakan, ”Ketika putri kami meninggalkan rumah, itu adalah masa yang sangat sulit. Hal itu meninggalkan jurang yang besar dalam keluarga kami karena kami selalu melakukan segalanya bersama-sama.” Bagaimana orang-tua ini mengatasi kepergian anak-anak mereka? Dalam banyak keadaan, dengan membantu dan menaruh perhatian kepada orang-orang lain.

      6. Apa yang membantu menjaga hubungan keluarga pada tempat yang sepatutnya?

      6 Pada waktu anak-anak menikah, peranan orang-tua berubah. Kejadian 2:24 menyatakan, ”Seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Dengan mengakui prinsip-prinsip ilahi tentang kekepalaan dan ketertiban, orang-tua akan dibantu untuk menjaga segala sesuatu pada tempat yang sepatutnya.—1 Korintus 11:3; 14:33, 40.

      7. Sikap baik apa yang diperkembangkan oleh seorang ayah pada waktu putri-putrinya meninggalkan rumah untuk menikah?

      7 Setelah kedua putri dari sepasang suami-istri menikah dan pindah rumah, pasangan ini merasakan kekosongan dalam kehidupan mereka. Pada mulanya, sang suami menunjukkan kekesalan kepada menantu-menantunya. Tetapi pada waktu ia memikirkan prinsip kekepalaan, ia menyadari bahwa suami dari putri-putrinya kini bertanggung jawab atas rumah tangga mereka masing-masing. Karena itu, pada waktu putri-putrinya meminta saran, ia bertanya kepada mereka apa pendapat suami mereka, dan kemudian ia memastikan agar sebisa mungkin memberikan dukungan. Kini menantu-menantunya menganggap dia sebagai sahabat dan menyambut nasihatnya.

      8, 9. Bagaimana beberapa orang-tua menyesuaikan diri dengan kemandirian anak-anak mereka yang telah dewasa?

      8 Bagaimana jika pasangan yang baru menikah, meskipun tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab, tidak melakukan apa yang orang-tuanya pikir adalah yang terbaik? ”Kami selalu membantu mereka untuk melihat sudut pandangan Yehuwa,” demikian sepasang suami-istri yang memiliki anak-anak yang telah menikah menjelaskan, ”tetapi jika kami tidak setuju dengan keputusan mereka, kami menerimanya dan memberi mereka dukungan dan anjuran.”

      9 Di beberapa negeri di Asia, ada ibu-ibu yang khususnya merasa sulit untuk menerima kemandirian putra mereka. Akan tetapi, jika mereka merespek pengaturan dan kekepalaan Kristen, mereka akan mendapati bahwa perselisihan dengan menantu perempuan mereka dapat dibuat sesedikit mungkin. Seorang wanita Kristen mendapati bahwa kepergian putra-putranya dari rumah telah menjadi ”sumber rasa syukur yang terus bertambah”. Ia senang sekali melihat kesanggupan mereka mengurus rumah tangga mereka yang baru. Ini juga berarti meringankan beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh dia dan suaminya seraya mereka bertambah tua.

      MEMPERKUAT IKATAN PERKAWINAN SAUDARA

      Pictures on page 166

      Seraya saudara bertambah tua, kuatkanlah kembali kasih saudara kepada satu sama lain

      10, 11. Nasihat Alkitab apa yang akan membantu orang-orang menghindari beberapa jerat usia setengah baya?

      10 Orang menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seraya mereka menginjak usia setengah baya. Beberapa pria berpakaian dengan cara yang berbeda agar kelihatan lebih muda. Banyak wanita khawatir mengenai perubahan yang ditimbulkan menopause. Menyedihkan sekali, beberapa orang setengah baya memancing kekesalan dan kecemburuan teman hidup mereka dengan bermain mata dengan lawan jenis yang lebih muda. Akan tetapi, pria-pria tua yang saleh ”berpikiran sehat”, mengekang keingingan-keinginan yang tidak patut. (1 Petrus 4:7) Demikian juga wanita-wanita yang matang berupaya mempertahankan stabilitas perkawinan mereka, karena mengasihi suami mereka dan ingin menyenangkan Yehuwa.

      11 Di bawah ilham, Raja Lemuel mencatat pujian kepada ”isteri yang cakap” yang ”berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya”. Seorang suami Kristen pasti akan menghargai bagaimana istrinya telah berjuang untuk mengatasi gangguan emosi apa pun yang ia alami selama usia setengah baya. Kasih sang suami akan menggerakkannya untuk ”memuji dia”.—Amsal 31:10, 12, 28.

      12. Bagaimana pasangan suami-istri dapat semakin akrab seraya tahun-tahun berlalu?

      12 Selama tahun-tahun yang sibuk untuk membesarkan anak, saudara berdua mungkin dengan senang hati menggeser keinginan-keinginan pribadi demi memenuhi kebutuhan anak-anak. Setelah mereka pergi, kinilah saatnya untuk memusatkan kembali perhatian kepada kehidupan perkawinan saudara. ”Pada waktu putri-putri saya meninggalkan rumah, kata seorang suami, ”Saya mulai berpacaran dengan istri saya sekali lagi.” Suami lain mengatakan, ”Kami menaruh perhatian akan kesehatan masing-masing dan saling mengingatkan perlunya berolahraga.” Agar tidak merasa kesepian, ia dan istrinya memperlihatkan sifat suka menerima tamu dengan murah hati kepada anggota-anggota lain dari sidang. Ya, memperlihatkan minat terhadap diri orang-orang lain mendatangkan berkat. Lagi pula, hal itu menyenangkan Yehuwa.—Filipi 2:4; Ibrani 13:2, 16.

      13. Peranan apa yang dimainkan oleh keterbukaan dan kejujuran seraya sepasang suami-istri bersama-sama menuju hari tua?

      13 Jangan biarkan jurang pemisah komunikasi berkembang antara saudara dengan pasangan hidup saudara. Berbicaralah dengan terus terang bersama-sama. (Amsal 17:27) ”Kami memperdalam pemahaman kami akan satu sama lain dengan bersikap penuh perhatian dan bertimbang rasa,” seorang suami berkomentar. Istrinya setuju, dengan mengatakan, ”Seraya kami bertambah tua, kami akhirnya menikmati minum teh bersama, bercakap-cakap, dan saling mendukung.” Keterbukaan dan kejujuran saudara dapat membantu memperkuat ikatan perkawinan saudara, memberinya kekuatan yang akan menggagalkan serangan Setan, si penghancur perkawinan.

      BERGEMBIRA ATAS CUCU SAUDARA

      14. Peranan apa yang tampaknya dimainkan oleh nenek Timotius seraya Timotius bertumbuh menjadi seorang Kristen?

      14 Cucu adalah ”mahkota” dari orang yang lanjut usia. (Amsal 17:6) Pergaulan dengan cucu dapat benar-benar menggembirakan—hidup dan menyegarkan. Alkitab mengatakan sesuatu yang baik tentang Lois, seorang nenek yang, bersama putrinya Eunike, membagikan kepercayaannya kepada cucu laki-lakinya yang masih bayi, Timotius. Anak ini bertumbuh dengan mengetahui bahwa ibu maupun neneknya menghargai kebenaran Alkitab.—2 Timotius 1:5; 3:14, 15.

      15. Sehubungan dengan cucu-cucu, sumbangan berharga apa yang dapat diberikan oleh kakek-nenek, tetapi apa yang hendaknya mereka hindari?

      15 Maka, dalam bidang khusus inilah kakek-nenek dapat memberikan sumbangan yang paling berharga. Kakek dan nenek, saudara telah membagikan pengetahuan tentang maksud-tujuan Yehuwa kepada anak-anak saudara. Kini saudara dapat melakukan hal serupa kepada generasi yang lain lagi! Banyak anak kecil senang sekali mendengar kakek-nenek mereka menceritakan kisah-kisah Alkitab. Tentu saja, saudara tidak mengambil alih tanggung jawab sang ayah untuk menanamkan kebenaran Alkitab dalam diri anak-anaknya. (Ulangan 6:7) Sebaliknya, saudara melengkapinya. Semoga doa saudara adalah seperti doa sang pemazmur, ”Sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.”—Mazmur 71:18; 78:5, 6.

      16. Bagaimana kakek-nenek dapat menghindari agar tidak menjadi penyebab ketegangan yang berkembang dalam keluarga mereka?

      16 Menyedihkan sekali, ada kakek-nenek yang begitu memanjakan anak-anak itu sehingga ketegangan dapat berkembang di antara kakek-nenek dan anak-anak mereka yang telah dewasa. Akan tetapi, kebaikan hati saudara yang tulus mungkin memudahkan cucu-cucu saudara untuk mengutarakan isi hati kepada saudara pada waktu mereka merasa kurang suka untuk menyingkapkan beberapa hal kepada orang-tua mereka. Kadang-kadang anak-anak berharap bahwa kakek-nenek mereka yang baik akan berpihak kepada mereka menentang orang-tua mereka. Lalu bagaimana? Praktekkanlah hikmat dan anjurkanlah cucu saudara untuk terbuka kepada orang-tua mereka. Saudara dapat menjelaskan bahwa hal ini menyenangkan Yehuwa. (Efesus 6:1-3) Kalau perlu, saudara dapat merelakan diri untuk merintis jalan bagi pendekatan anak-anak tersebut dengan berbicara kepada orang-tua mereka. Berterusteranglah kepada cucu-cucu saudara tentang apa yang telah saudara pelajari selama bertahun-tahun. Kejujuran dan keterusterangan saudara dapat bermanfaat bagi mereka.

      MENYESUAIKAN DIRI SERAYA USIA BERTAMBAH

      17. Apa tekad sang pemazmur yang hendaknya ditiru oleh orang Kristen yang bertambah tua?

      17 Seraya tahun-tahun terus bergulir, saudara akan mendapati bahwa saudara tidak dapat melakukan semua hal yang dahulu saudara lakukan atau semua hal yang saudara inginkan. Bagaimana seseorang dapat menerima dan menghadapi proses penuaan? Dalam pikiran saudara mungkin merasa berusia 30 tahun, tetapi pandangan sekilas di cermin memperlihatkan kenyataan yang berbeda. Jangan berkecil hati. Sang pemazmur memohon dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa, ”Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” Bulatkanlah hati saudara untuk meniru tekad sang pemazmur. Ia berkata, ”Aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu.”—Mazmur 71:9, 14.

      18. Bagaimana seorang Kristen yang matang dapat menggunakan masa pensiunnya untuk hal-hal yang berharga?

      18 Banyak yang telah bersiap-siap jauh di muka untuk menambah puji-pujian kepada Yehuwa setelah pensiun dari pekerjaan duniawi. ”Saya merencanakan sebelumnya apa yang akan saya lakukan pada waktu putri kami tamat sekolah,” demikian penjelasan seorang ayah yang kini telah pensiun. ”Saya bertekad bahwa saya akan terjun dalam pelayanan pengabaran sepenuh waktu, dan saya menjual bisnis saya agar dapat bebas melayani Yehuwa lebih sepenuhnya. Saya berdoa meminta bimbingan Allah.” Jika saudara mendekati usia pensiun, dapatkanlah penghiburan dari pernyataan Pencipta Agung kita, ”Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu.”—Yesaya 46:4.

      19. Nasihat apa yang diberikan bagi mereka yang bertambah tua?

      19 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dari pekerjaan duniawi tidaklah mudah. Rasul Paulus menasihati pria-pria yang berumur untuk ”bersahaja dalam kebiasaan”. Hal ini menuntut pengendalian diri secara umum, tidak menyerah kepada kecenderungan untuk mencari hidup enak. Mungkin lebih dibutuhkan suatu rutin dan disiplin diri setelah pensiun dibandingkan sebelumnya. Jadi, hendaklah sibuk, ”selalu mempunyai banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuan, karena mengetahui bahwa kerja kerasmu tidak sia-sia sehubungan dengan Tuan”. (1 Korintus 15:58) Luaskan kegiatan saudara untuk membantu orang-orang lain. (2 Korintus 6:13) Banyak orang Kristen melakukan ini dengan memberitakan kabar baik secara bergairah sesuai dengan usia mereka. Seraya saudara bertambah tua, hendaklah ”sehat dalam iman, dalam kasih, dalam ketekunan”.—Titus 2:2.

      MENGHADAPI KEMATIAN PASANGAN HIDUP SAUDARA

      20, 21. (a) Dalam sistem perkara sekarang ini, apa yang akhirnya harus memisahkan sepasang suami-istri? (b) Bagaimana Anna menyediakan teladan bagi pasangan hidup yang berduka?

      20 Merupakan fakta yang menyedihkan namun nyata bahwa dalam sistem perkara sekarang ini, pasangan suami-istri akhirnya dipisahkan oleh kematian. Pasangan-pasangan hidup Kristen yang berduka mengetahui bahwa orang-orang yang mereka kasihi sekarang sedang tidur, dan mereka yakin bahwa mereka akan bertemu lagi. (Yohanes 11:11, 25) Tetapi kematian tetap mendatangkan dukacita. Bagaimana mereka yang masih hidup dapat menghadapinya?a

      21 Akan membantu untuk mengingat apa yang dilakukan seorang tokoh Alkitab. Anna menjadi janda hanya setelah tujuh tahun menikah, dan ketika kita membaca tentang dirinya, ia berusia 84 tahun. Kita dapat yakin bahwa ia berdukacita pada waktu ia kehilangan suaminya. Bagaimana ia menghadapinya? Ia memberikan dinas suci kepada Allah Yehuwa di bait malam dan siang. (Lukas 2:36-38) Kehidupan Anna yang dipenuhi dinas yang sungguh-sungguh tidak diragukan adalah obat penawar bagi kesedihan dan rasa kesepian yang ia rasakan sebagai seorang janda.

      22. Bagaimana beberapa janda dan duda mengatasi rasa kesepian?

      22 ”Tantangan terbesar bagi saya adalah tidak memiliki teman berbicara,” demikian penjelasan seorang wanita berusia 72 tahun yang telah menjadi janda sepuluh tahun yang lalu. ”Suami saya adalah pendengar yang baik. Kami berbicara tentang sidang dan keikutsertaan kami dalam pelayanan Kristen.” Seorang janda lain mengatakan, ”Walaupun kita terobati dengan berlalunya waktu, saya mendapati bahwa adalah lebih tepat untuk mengatakan bahwa apa yang dilakukan seseorang dengan waktunya adalah yang membantu seseorang terobati. Saudara berada dalam posisi yang lebih baik untuk membantu orang-orang lain.” Seorang duda berusia 67 tahun setuju, dengan mengatakan, ”Cara yang menakjubkan untuk menghadapi kehilangan adalah memberi diri untuk menghibur orang-orang lain.”

      DIHARGAI OLEH ALLAH PADA USIA TUA

      23, 24. Penghiburan besar apa yang Alkitab berikan bagi orang-orang berumur, khususnya mereka yang telah menjadi janda atau duda?

      23 Walaupun kematian merenggut teman hidup yang kita kasihi, Yehuwa senantiasa setia, senantiasa pasti. ”Satu hal telah kuminta kepada [Yehuwa],” Raja Daud pada zaman dahulu bernyanyi, ”itulah yang kuingini: diam di rumah [Yehuwa] seumur hidupku, menyaksikan kemurahan [Yehuwa] dan menikmati bait-Nya.”—Mazmur 27:4.

      24 ”Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda,” desak rasul Paulus. (1 Timotius 5:3) Nasihat setelah instruksi ini menunjukkan bahwa janda-janda yang layak yang tidak memiliki sanak saudara dekat mungkin membutuhkan dukungan materi dari sidang. Meskipun demikian, makna dari instruksi untuk ’menghormati’ mencakup gagasan menghargai mereka. Betapa besar penghiburan yang dapat diperoleh oleh para janda dan duda dengan mengetahui bahwa Yehuwa menghargai mereka dan akan menopang mereka!—Yakobus 1:27.

      25. Tujuan apa yang tetap ada bagi orang-orang yang lanjut usia?

      25 ”Keindahan orang tua ialah uban,” kata Firman Allah yang terilham. Itu adalah ”mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.” (Amsal 16:31; 20:29) Maka, tidak soal menikah atau sendiri lagi, teruslah dahulukan dinas Yehuwa dalam kehidupan saudara. Dengan demikian saudara akan memiliki nama yang baik di hadapan Allah sekarang dan prospek untuk hidup kekal dalam dunia yang tidak akan ada lagi kesakitan karena usia tua.—Mazmur 37:3-5; Yesaya 65:20.

      a Untuk pembahasan yang lebih terperinci mengenai pokok ini, lihat brosur Bila Seseorang yang Anda Kasihi Meninggal, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

      BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU . . . PASANGAN SUAMI-ISTRI SERAYA MEREKA BERTAMBAH TUA?

      Cucu adalah ”mahkota” bagi kakek-nenek.—Amsal 17:6.

      Usia tua dapat mendatangkan kesempatan tambahan untuk melayani Yehuwa.—Mazmur 71:9, 14.

      Orang-orang tua dianjurkan untuk ”bersahaja dalam kebiasaan”.—Titus 2:2.

      Pasangan hidup yang menderita kehilangan, walaupun sangat berduka, dapat memperoleh penghiburan dalam Alkitab.—Yohanes 11:11, 25.

      Yehuwa menghargai orang-orang tua yang setia.—Amsal 16:31.

  • Menghormati Orang-Tua Kita yang Lanjut Usia
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
    • PASAL LIMA BELAS

      Menghormati Orang-Tua Kita yang Lanjut Usia

      1. Bagaimana kita berutang kepada orang-tua kita, dan karena itu bagaimana seharusnya perasaan dan tindakan kita terhadap mereka?

      ”DENGARKANLAH ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua,” demikian nasihat seorang yang berhikmat lama berselang. (Amsal 23:22) ’Saya tidak akan berbuat seperti itu!’ mungkin begitu kata saudara. Sebaliknya daripada menghina ibu kita—atau ayah kita—kebanyakan dari kita merasakan kasih yang dalam terhadap mereka. Kita mengakui bahwa kita berutang banyak sekali kepada mereka. Pertama-tama, orang-tua memberi kita kehidupan. Walaupun Yehuwa Sumber kehidupan, tanpa orang-tua kita tidak akan ada. Tidak ada yang dapat kita berikan kepada orang-tua kita yang sama berharganya seperti kehidupan itu sendiri. Kemudian, coba pikirkan kerelaan berkorban, pengasuhan yang hati-hati, biaya, dan perhatian pengasih yang terlibat untuk membantu seorang anak bertumbuh dari bayi hingga dewasa. Oleh karena itu, benar-benar masuk akal jika Firman Allah menasihati, ”Hormatilah bapakmu dan ibumu . . . agar baik keadaanmu dan engkau dapat bertahan untuk waktu yang lama di bumi”!—Efesus 6:2, 3.

      MENYADARI KEBUTUHAN EMOSI

      2. Bagaimana anak-anak yang telah dewasa dapat membayar ”apa yang terutang” kepada orang-tua mereka?

      2 Rasul Paulus menulis kepada orang-orang Kristen, ”Hendaklah [anak-anak atau cucu-cucu] lebih dahulu belajar mempraktekkan pengabdian yang saleh dalam rumah tangga mereka sendiri dan terus membayar apa yang terutang kepada orang-tua dan kakek-nenek mereka, karena hal ini dapat diterima dalam pandangan Allah.” (1 Timotius 5:4) Anak-anak yang telah dewasa memberikan ”apa yang terutang” ini dengan memperlihatkan penghargaan atas tahun-tahun yang penuh kasih, upaya, dan perhatian yang telah diberikan oleh orang-tua dan kakek-nenek mereka kepada mereka. Satu cara anak-anak dapat melakukan hal ini adalah dengan menyadari bahwa sebagaimana halnya semua orang lain, orang yang lebih tua perlu dikasihi dan ditenteramkan hatinya—sering kali sangat memerlukannya. Seperti kita semua, mereka perlu merasa dihargai. Mereka perlu merasa bahwa kehidupan mereka berharga.

      3. Bagaimana kita dapat menghormati orang-tua dan kakek-nenek?

      3 Jadi kita dapat menghormati orang-tua dan kakek-nenek kita dengan membuat mereka tahu bahwa kita mengasihi mereka. (1 Korintus 16:14) Jika orang-tua tidak tinggal bersama kita, kita hendaknya ingat bahwa mendapat kabar dari kita dapat sangat berarti bagi mereka. Sepucuk surat yang bernada gembira, pembicaraan di telepon, atau kunjungan kita dapat sangat menambah sukacita mereka. Miyo, yang tinggal di Jepang, menulis ketika ia berusia 82 tahun, ”Putri saya [yang suaminya adalah seorang pelayan keliling] mengatakan kepada saya, ’Ibu, ayo ”keliling” bersama kami.’ Ia mengirimkan kepada saya jadwal perjalanan mereka dan nomor telepon tempat mereka berada setiap minggu. Saya dapat membuka peta dan mengatakan, ’Ah. Sekarang mereka ada di sini!’ Saya selalu bersyukur kepada Yehuwa atas berkat memiliki anak seperti dia.”

      MEMBANTU KEBUTUHAN MATERI

      4. Bagaimana tradisi agama Yahudi menganjurkan tindakan yang tidak berperasaan terhadap orang-tua yang lanjut usia?

      4 Apakah mungkin menghormati orang-tua mencakup memenuhi kebutuhan materi mereka? Ya. Sering kali demikian. Pada zaman Yesus, para pemimpin agama Yahudi menjunjung tradisi bahwa jika seseorang menyatakan bahwa uang atau tanah miliknya adalah ”persembahan yang dibaktikan kepada Allah”, ia dibebaskan dari tanggung jawab menggunakannya untuk mengurus orang-tuanya. (Matius 15:3-6) Benar-benar tidak berperasaan! Sebenarnya, para pemimpin agama itu menganjurkan orang-orang untuk tidak menghormati orang-tua mereka dan memperlakukan mereka dengan hina, secara mementingkan diri tidak memenuhi kebutuhan mereka. Jangan sekali-kali kita mau berbuat seperti itu!—Ulangan 27:16.

      5. Meskipun di beberapa negeri ada bantuan yang disediakan pemerintah, mengapa menghormati orang-tua kadang-kadang mencakup memberi bantuan keuangan?

      5 Di banyak negeri dewasa ini, program-program sosial yang didukung pemerintah menyediakan beberapa kebutuhan materi bagi orang-orang yang lanjut usia, seperti makanan, pakaian, dan pernaungan. Selain itu, orang-orang yang lanjut usia itu sendiri mungkin telah dapat menyisihkan persediaan untuk hari tua mereka. Tetapi jika persediaan ini telah menipis atau ternyata tidak mencukupi, anak-anak menghormati orang-tua mereka dengan melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan orang-tua. Sebenarnya, merawat orang-tua yang telah berumur adalah bukti dari pengabdian yang saleh, yaitu, pengabdian seseorang kepada Allah Yehuwa, Pemula penyelenggaraan keluarga.

      KASIH DAN KERELAAN BERKORBAN

      6. Pengaturan hidup apa yang telah dibuat beberapa orang agar dapat memenuhi kebutuhan orang-tua mereka?

      6 Banyak anak yang telah dewasa menanggapi kebutuhan orang-tua mereka yang sakit-sakitan dengan kasih dan kerelaan berkorban. Ada yang memboyong orang-tua mereka ke rumah mereka sendiri atau pindah ke rumah yang berdekatan. Yang lain pindah dan tinggal bersama orang-tua mereka. Sering kali, penyelenggaraan demikian telah terbukti menjadi berkat bagi orang-tua maupun anak-anak.

      7. Mengapa baik untuk tidak bertindak dengan tergesa-gesa dalam membuat keputusan berkenaan orang-tua yang lanjut usia?

      7 Namun, kadang-kadang perpindahan demikian tidak membuahkan hasil yang baik. Mengapa? Barangkali karena keputusan diambil dengan terlalu tergesa-gesa atau didasarkan atas emosi semata-mata. ”Orang yang bijak memperhatikan langkahnya,” kata Alkitab memperingatkan dengan bijaksana. (Amsal 14:15) Sebagai contoh, seandainya ibu saudara yang lanjut usia mengalami kesulitan untuk tinggal seorang diri dan saudara pikir ia akan terbantu dengan pindah dan tinggal bersama saudara. Sementara dengan bijaksana memperhatikan langkah saudara, saudara dapat mempertimbangkan hal-hal berikut: Apa yang sebenarnya ia butuhkan? Apakah ada pelayanan sosial dari pihak swasta atau pemerintah yang memberikan jalan keluar alternatif yang dapat diterima? Apakah ia bersedia pindah? Jika ia bersedia, bagaimana kehidupannya akan terpengaruh? Apakah ia harus meninggalkan teman-temannya? Bagaimana hal ini mempengaruhinya secara emosi? Apakah saudara telah membicarakan hal-hal ini dengannya? Bagaimana perpindahan demikian dapat mempengaruhi saudara, teman hidup saudara, dan anak-anak saudara sendiri? Jika ibu saudara membutuhkan perawatan, siapa yang akan menyediakannya? Apakah tanggung jawab itu dapat dibagi? Apakah saudara sudah membahas persoalan ini dengan semua anggota keluarga yang secara langsung terlibat?

      8. Pendapat siapa yang mungkin dapat saudara minta pada waktu memutuskan caranya membantu orang-tua saudara yang lanjut usia?

      8 Karena tanggung jawab untuk merawat orang-tua melibatkan semua anak dalam suatu keluarga, adalah bijaksana untuk mengadakan rapat keluarga sehingga semua dapat ambil bagian dalam membuat keputusan. Berbicara dengan para penatua di sidang Kristen atau dengan teman-teman yang telah menghadapi situasi serupa juga dapat membantu. ”Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan [”pembicaraan konfidensial”, NW],” kata Alkitab memperingatkan, ”tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.”—Amsal 15:22.

      TUNJUKKANLAH EMPATI DAN PENGERTIAN

      Picture on page 179

      Tidak bijaksana untuk membuat keputusan bagi orang-tua tanpa terlebih dahulu berbicara kepadanya

      9, 10. (a) Meskipun usia mereka yang telah lanjut, pertimbangan apa yang harus diberikan terhadap orang-orang yang lanjut usia? (b) Langkah apa pun yang diambil seorang anak yang telah dewasa demi kepentingan orang-tuanya, apa yang hendaknya selalu ia berikan kepada mereka?

      9 Menghormati orang-tua kita yang lanjut usia menuntut empati dan pengertian. Seraya proses penuaan mendatangkan dampak yang serius, orang-orang tua mungkin merasa semakin sulit untuk berjalan, makan, dan mengingat. Mereka mungkin membutuhkan bantuan. Sering kali anak-anak menjadi terlalu protektif dan mencoba menyediakan bimbingan. Tetapi orang-orang yang lanjut usia adalah orang-orang dewasa yang memiliki hikmat dan pengalaman yang terkumpul seumur hidup mereka, yang telah mengurus diri dan mengambil keputusan-keputusan sendiri seumur hidup mereka. Identitas dan harga diri mereka mungkin berpusat pada peranan mereka sebagai orang-tua dan orang dewasa. Orang-tua yang merasa harus menyerahkan kendali atas kehidupan mereka kepada anak-anak mereka dapat menjadi tertekan atau marah. Ada yang merasa kesal dan menolak apa yang mereka lihat sebagai upaya untuk merampas kemandirian mereka.

      10 Tidak ada jalan keluar yang mudah untuk problem semacam ini, tetapi adalah suatu kebaikan hati jika kita membiarkan orang-tua mengurus diri mereka sendiri dan mengambil keputusan mereka sendiri sebisa mungkin. Adalah bijaksana jika tidak membuat keputusan tentang apa yang terbaik bagi orang-tua saudara tanpa terlebih dahulu membicarakannya dengan mereka. Mereka mungkin telah kehilangan banyak hal. Biarkan mereka mempertahankan apa yang masih mereka miliki. Saudara bisa jadi mendapati bahwa semakin saudara tidak mencoba mengendalikan kehidupan orang-tua saudara, semakin baik pula hubungan saudara dengan mereka. Mereka akan lebih berbahagia, dan demikian pula saudara. Bahkan sekalipun perlu berkeras berkenaan dengan beberapa hal demi kebaikan mereka, menghormati orang-tua menuntut agar saudara memberi mereka martabat dan respek yang patut mereka dapatkan. Firman Allah menasihati, ”Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua.”—Imamat 19:32.

      MEMPERTAHANKAN SIKAP YANG BENAR

      11-13. Jika hubungan anak yang telah dewasa dan orang-tuanya di masa lalu tidak baik, bagaimana ia dapat tetap menghadapi tantangan untuk merawat mereka pada saat mereka berusia lanjut?

      11 Kadang-kadang problem yang dihadapi anak-anak yang telah dewasa dalam menghormati orang-tua mereka yang telah berumur berkaitan dengan hubungan yang mereka miliki dengan orang-tua mereka di masa lalu. Barangkali ayah saudara bersikap dingin dan tidak pengasih, ibu saudara suka mendominasi dan kasar. Saudara mungkin masih merasa frustrasi, marah, atau sakit hati karena mereka bukan orang-tua yang saudara dambakan. Dapatkah saudara mengatasi perasaan-perasaan demikian?a

      12 Basse, yang dibesarkan di Finlandia, menceritakan, ”Ayah tiri saya dahulu seorang perwira SS pada zaman Nazi Jerman. Ia cepat marah, dan kemudian ia bisa membahayakan. Ia sering memukuli Ibu di depan mata saya. Pernah ketika ia marah kepada saya, ia mengayunkan ikat pinggangnya dan memukul muka saya dengan gespernya. Begitu keras pukulannya mengenai saya sehingga saya terjatuh dari tempat tidur.”

      13 Namun, ada sisi lain dari sifatnya. Basse menambahkan, ”Di lain pihak, ia bekerja keras tanpa kenal lelah untuk mengurus keluarga secara materi. Ia tidak pernah memperlihatkan kasih sayang kebapakan kepada saya, tetapi saya tahu bahwa ia terluka secara emosi. Ia diusir ibunya pada waktu ia masih sangat muda. Masa remajanya diisi dengan perkelahian dan terjun berperang ketika masih muda. Sampai tingkat tertentu saya dapat mengerti dan tidak mempersalahkan dia. Ketika saya telah dewasa dan ayah saya sakit-sakitan, saya ingin membantu dia sebisa mungkin hingga kematiannya. Itu tidaklah mudah, tetapi saya melakukan apa yang dapat saya lakukan. Saya berupaya menjadi anak yang baik hingga kematiannya, dan saya kira ia menganggap saya demikian.”

      14. Ayat mana yang berlaku dalam segala keadaan, termasuk yang timbul pada saat merawat orang-tua yang lanjut usia?

      14 Dalam situasi keluarga, sebagaimana dalam persoalan lainnya, nasihat Alkitab berlaku: ”Kenakanlah pada dirimu kasih sayang yang lembut dari keibaan hati, kebaikan hati, kerendahan pikiran, kelemahlembutan, dan panjang sabar. Teruslah bertahan dengan sabar menghadapi satu sama lain dan ampuni satu sama lain dengan lapang hati jika seseorang mempunyai alasan untuk mengeluh terhadap yang lain. Sama seperti Yehuwa dengan lapang hati mengampunimu, demikianlah kamu lakukan juga.”—Kolose 3:12, 13.

      YANG MERAWAT PERLU DIPERHATIKAN JUGA

      15. Mengapa merawat orang-tua kadang-kadang menyedihkan?

      15 Merawat orang-tua yang sakit-sakitan merupakan kerja keras, melibatkan banyak tugas, banyak tanggung jawab, dan waktu yang panjang. Tetapi bagian yang paling sulit sering kali berhubungan dengan emosi. Sungguh sulit menyaksikan orang-tua saudara kehilangan kesehatan, daya ingat, dan kemandirian mereka. Sandy, yang berasal dari Puerto Riko, menceritakan, ”Ibu saya merupakan inti keluarga kami. Sungguh memedihkan hati melihatnya menderita dan merawat dia. Pertama-tama dia mulai berjalan timpang; kemudian dia memerlukan tongkat, kemudian alat penyangga, kemudian kursi roda. Setelah itu kondisinya terus menurun hingga dia meninggal dunia. Dia terkena kanker tulang dan membutuhkan perawatan yang terus-menerus—siang dan malam. Kami memandikannya dan memberinya makan serta membaca untuknya. Keadaannya sangat sulit—khususnya secara emosi. Pada waktu saya menyadari bahwa ibu saya sedang sekarat, saya menangis karena saya sangat mengasihi dia.”

      16, 17. Saran apa yang dapat membantu seseorang yang merawat orang-tua untuk memelihara pandangan yang seimbang tentang segala sesuatu?

      16 Jika saudara mengalami keadaan serupa, apa yang dapat saudara lakukan untuk menghadapinya? Mendengarkan Yehuwa dengan membaca Alkitab dan berbicara kepada-Nya melalui doa akan sangat membantu. (Filipi 4:6, 7) Dengan cara yang praktis, pastikanlah bahwa saudara menyantap makanan yang bergizi dan upayakanlah untuk cukup tidur. Dengan demikian, kondisi saudara akan lebih baik, secara emosi dan fisik, untuk merawat orang yang saudara kasihi. Barangkali saudara dapat sekali-sekali mengadakan selingan dari rutin sehari-hari. Sekalipun tidak mungkin untuk berlibur, tetap merupakan hal yang bijaksana untuk menjadwalkan sedikit waktu santai. Agar ada waktu untuk pergi, saudara mungkin dapat mengatur agar ada orang lain yang tinggal bersamanya.

      17 Bukan hal yang aneh bagi orang-orang dewasa yang merawat orang-tua untuk mengharapkan hal-hal yang tidak masuk akal dari diri mereka. Tetapi jangan merasa bersalah karena apa yang tidak dapat saudara lakukan. Dalam beberapa keadaan, saudara mungkin perlu mempercayakan orang yang saudara kasihi kepada perawatan panti wreda. Jika saudara sedang merawat orang-tua, tetapkanlah harapan-harapan yang masuk akal bagi diri saudara sendiri. Saudara harus membuat seimbang bukan saja kebutuhan orang-tua saudara tetapi juga kebutuhan anak-anak, teman hidup, dan diri saudara sendiri.

      KEKUATAN MELEBIHI APA YANG NORMAL

      18, 19. Dukungan apa yang Yehuwa janjikan, dan pengalaman apa yang memperlihatkan bahwa Ia menepati janji ini?

      18 Melalui Firman-Nya, Alkitab, Yehuwa dengan pengasih menyediakan bimbingan yang dapat sangat membantu seseorang yang merawat orang-tuanya yang lanjut usia, tetapi bukan itu saja bantuan yang Ia sediakan. ”[Yehuwa] dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya,” tulis sang pemazmur di bawah ilham. ”Ia . . . mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka.” Yehuwa akan menyelamatkan, atau memelihara, hamba-hamba-Nya yang setia bahkan melalui keadaan-keadaan yang paling sulit.—Mazmur 145:18, 19.

      19 Myrna, di Filipina, belajar tentang hal ini pada waktu ia merawat ibunya, yang menjadi tidak berdaya karena stroke. ”Tidak ada yang lebih menyedihkan selain melihat orang yang saudara kasihi menderita, tidak sanggup mengatakan di mana yang sakit,” tulis Myrna. ”Halnya sama seperti melihat dia tenggelam sedikit demi sedikit, dan tidak ada yang dapat saya lakukan. Sering saya berlutut dan berbicara kepada Yehuwa tentang betapa lelahnya saya. Saya berseru seperti Daud, yang memohon kepada Yehuwa untuk menaruh air matanya di dalam kirbat dan mengingat dia. [Mazmur 56:9] Dan seperti yang Yehuwa janjikan, Ia memberi saya kekuatan yang saya butuhkan. ’[Yehuwa] menjadi sandaran bagiku’”.—Mazmur 18:19.

      20. Janji-janji apa dari Alkitab membantu mereka yang merawat orang-tua agar tetap optimis, sekalipun orang yang mereka rawat meninggal dunia?

      20 Sering dikatakan bahwa merawat orang-tua yang lanjut usia adalah sebuah ”cerita yang tidak berakhir dengan bahagia”. Meskipun mereka yang merawat orang-tua telah berupaya sebaik mungkin, orang-orang tua bisa jadi meninggal, sebagaimana halnya ibu Myrna. Tetapi mereka yang percaya kepada Yehuwa mengetahui bahwa kematian bukanlah akhir cerita. Rasul Paulus mengatakan, ”Aku memiliki harapan kepada Allah . . . bahwa akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar.” (Kisah 24:15) Mereka yang telah kehilangan orang-tua karena meninggal dapat memperoleh penghiburan dari harapan kebangkitan beserta dengan janji tentang dunia baru yang membahagiakan yang Yehuwa buat di mana ”kematian tidak akan ada lagi”.—Penyingkapan 21:4.

      21. Hasil-hasil baik apa datang dari menghormati orang-tua yang lanjut usia?

      21 Hamba-hamba Allah sangat menghargai orang-tua mereka, sekalipun mereka sudah tua. (Amsal 23:22-24) Mereka menghormati orang-tua. Seraya melakukannya, mereka merasakan apa yang dikatakan amsal terilham, ”Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau.” (Amsal 23:25) Dan yang paling penting, orang-orang yang menghormati orang-tua mereka yang lanjut usia juga menyenangkan dan menghormati Allah Yehuwa.

      a Di sini kami tidak membicarakan keadaan bila orang-tua bersalah karena secara ekstrem menyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan mereka, yang mungkin dapat dipandang sebagai suatu kejahatan.

      BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU . . . KITA UNTUK MENGHORMATI ORANG-TUA KITA YANG LANJUT USIA?

      Kita harus memberikan apa yang terutang kepada orang-tua dan kakek-nenek.—1 Timotius 5:4.

      Semua urusan kita hendaknya berlangsung dengan kasih.—1 Korintus 16:14.

      Keputusan-keputusan penting hendaknya jangan sekali-kali dibuat dengan tergesa-gesa.—Amsal 14:15.

      Orang-tua yang lanjut usia, sekalipun sakit dan bertambah lemah, harus direspek.—Imamat 19:32.

      Kita tidak akan selalu menghadapi prospek bertambah tua dan mati.—Penyingkapan 21:4.

  • Kukuhkanlah Masa Depan yang Bertahan Lama bagi Keluarga Saudara
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
    • PASAL ENAM BELAS

      Kukuhkanlah Masa Depan yang Bertahan Lama bagi Keluarga Saudara

      1. Apa maksud-tujuan Yehuwa bagi penyelenggaraan keluarga?

      PADA waktu Yehuwa mempersatukan Adam dan Hawa dalam perkawinan, Adam mengungkapkan sukacitanya dengan mengucapkan puisi Ibrani yang paling awal dicatat. (Kejadian 2:22, 23) Akan tetapi, sang Pencipta bermaksud lebih daripada sekadar mendatangkan kesenangan bagi anak-anak manusia-Nya. Ia ingin agar pasangan-pasangan suami-istri dan keluarga-keluarga melakukan kehendak-Nya. Ia memberi tahu pasangan yang pertama itu, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28) Benar-benar suatu penugasan besar yang mendatangkan berkat! Betapa bahagianya Adam, Hawa, dan calon anak-anak mereka andai kata mereka melakukan kehendak Yehuwa dengan ketaatan yang penuh!

      2, 3. Bagaimana keluarga-keluarga dapat menemukan kebahagiaan terbesar dewasa ini?

      2 Demikian pula dewasa ini, keluarga-keluarga paling berbahagia apabila mereka bekerja sama untuk melakukan kehendak Allah. Rasul Paulus menulis, ”Pengabdian yang saleh bermanfaat untuk segala hal, sebab hal itu mengandung janji untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang.” (1 Timotius 4:8) Suatu keluarga yang hidup dengan pengabdian yang saleh dan yang mengikuti bimbingan Yehuwa sebagaimana dimuat dalam Alkitab akan menemukan kebahagiaan dalam ”kehidupan sekarang”. (Mazmur 1:1-3; 119:105; 2 Timotius 3:16) Sekalipun hanya ada satu anggota keluarga yang menerapkan prinsip Alkitab, keadaannya lebih baik daripada jika tidak ada sama sekali.

      3 Buku ini telah membahas banyak prinsip Alkitab yang menyumbang kepada kebahagiaan keluarga. Kemungkinan, saudara telah memperhatikan bahwa beberapa di antaranya muncul berulang-ulang di dalam buku ini. Mengapa? Karena prinsip-prinsip itu merupakan kebenaran-kebenaran yang penuh kuasa yang jitu untuk kebaikan semua orang dalam berbagai aspek kehidupan keluarga. Keluarga yang berjuang untuk menerapkan prinsip-prinsip Alkitab ini akan mendapati bahwa pengabdian yang saleh memang ”mengandung janji untuk kehidupan sekarang”. Mari kita lihat kembali empat dari antara prinsip-prinsip yang penting itu.

      NILAI PENGENDALIAN DIRI

      4. Mengapa pengendalian diri sangat penting dalam perkawinan?

      4 Raja Salomo mengatakan, ”Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.” (Amsal 25:28; 29:11) ’Mengendalikan diri seseorang’ sangat penting bagi mereka yang menginginkan perkawinan yang bahagia. Menyerah kepada emosi yang merusak, seperti misalnya kemarahan yang tak terkendali atau hawa nafsu yang amoral, akan menyebabkan kerusakan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memperbaikinya—kalau memang masih dapat diperbaiki.

      5. Bagaimana manusia yang tidak sempurna dapat memupuk pengendalian diri, dan apa manfaatnya?

      5 Tentu saja, tidak ada keturunan Adam yang dapat sepenuhnya mengendalikan dagingnya yang tidak sempurna. (Roma 7:21, 22) Namun, pengendalian diri adalah buah roh. (Galatia 5:22, 23) Karena itu, roh Allah akan menghasilkan pengendalian diri dalam diri kita jika kita berdoa memohonkan sifat ini, jika kita menerapkan nasihat yang cocok yang terdapat dalam Alkitab, dan jika kita bergaul dengan orang-orang lain yang mempertunjukkannya dan menghindari mereka yang tidak mempertunjukkannya. (Mazmur 119:100, 101, 130; Amsal 13:20; 1 Petrus 4:7) Haluan demikian akan membantu kita ’lari dari percabulan’, bahkan pada waktu kita digoda. (1 Korintus 6:18) Kita akan menolak kekerasan dan akan menghindari atau menaklukkan alkoholisme. Dan kita akan menangani provokasi dan keadaan-keadaan sulit dengan lebih tenang. Semoga semua—termasuk anak-anak—belajar untuk memupuk buah roh yang sangat penting ini.—Mazmur 119:1, 2.

      PANDANGAN YANG PATUT TENTANG KEKEPALAAN

      6. (a) Pengaturan apa yang telah Allah tetapkan tentang kekepalaan? (b) Apa yang harus diingat seorang pria agar kekepalaannya mendatangkan kebahagiaan bagi keluarganya?

      6 Prinsip kedua yang penting adalah mengakui kekepalaan. Paulus menggambarkan pengaturan yang patut akan segala sesuatu pada waktu ia mengatakan, ”Aku ingin kamu mengetahui bahwa kepala dari setiap pria adalah Kristus; selanjutnya kepala dari seorang wanita adalah pria; selanjutnya kepala dari Kristus adalah Allah.” (1 Korintus 11:3) Ini berarti pria mengambil pimpinan dalam keluarga, istrinya dengan loyal mendukung, dan anak-anak taat kepada orang-tua mereka. (Efesus 5:22-25, 28-33; 6:1-4) Namun perhatikan, bahwa kekepalaan akan menuntun kepada kebahagiaan hanya apabila itu ditangani dengan cara yang patut. Suami yang hidup dengan pengabdian yang saleh tahu bahwa kekepalaan bukan berarti kediktatoran. Mereka meniru Yesus, Kepala mereka. Meskipun Yesus akan menjadi ”kepala atas segala perkara”, ia ”datang, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani”. (Efesus 1:22; Matius 20:28) Dengan cara yang serupa, seorang pria Kristen menjalankan kekepalaan, bukan demi manfaat dirinya sendiri, tetapi untuk mengurus kepentingan istri dan anak-anaknya.—1 Korintus 13:4, 5.

      7. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang akan membantu seorang istri memenuhi peranan yang ditetapkan Allah baginya dalam keluarga?

      7 Berkenaan dengan peranannya, istri yang hidup dengan pengabdian yang saleh tidak bersaing atau berupaya untuk mendominasi suaminya. Ia senang untuk mendukung suaminya dan bekerja sama dengan dia. Alkitab kadang-kadang berbicara tentang istri yang ”dimiliki” oleh suaminya, membuatnya jelas bahwa suami adalah kepala dari istri. (Kejadian 20:3, NW) Melalui perkawinan ia berada di bawah ”hukum suaminya”. (Roma 7:2) Pada waktu yang sama, Alkitab menyebut istri sebagai ”penolong” dan ”pelengkap”. (Kejadian 2:20, NW) Ia melengkapi sifat-sifat dan kesanggupan yang tidak dimiliki suaminya, dan ia memberinya dukungan yang dibutuhkan. (Amsal 31:10-31) Alkitab juga mengatakan bahwa istri adalah seorang ’mitra’, yaitu orang yang bekerja bersisi-sisian dengan teman hidupnya. (Maleakhi 2:14, NW) Prinsip-prinsip Alkitab ini membantu suami dan istri memahami kedudukan satu sama lain dan memperlakukan satu sama lain dengan respek dan martabat yang sepatutnya.

      ”CEPAT MENDENGAR”

      8, 9. Jelaskan beberapa prinsip yang akan membantu semua dalam keluarga untuk memperbaiki keterampilan mereka berkomunikasi.

      8 Dalam buku ini, perlunya komunikasi sering ditandaskan. Mengapa? Karena segala sesuatu akan berlangsung lebih baik jika orang berbicara dan benar-benar mendengarkan kepada satu sama lain. Telah berulang-ulang ditandaskan bahwa komunikasi adalah percakapan dua arah. Yakobus sang murid menyatakannya demikian, ”Setiap orang harus cepat mendengar, lambat berbicara.”—Yakobus 1:19.

      9 Juga penting untuk berhati-hati berkenaan dengan cara kita berbicara. Kata-kata yang sembrono, memancing pertengkaran, atau yang sangat kritis tidak membangun komunikasi yang berhasil. (Amsal 15:1; 21:9; 29:11, 20) Sekalipun apa yang kita katakan benar, jika itu dinyatakan dengan cara yang kasar, sombong, atau tanpa perasaan, kemungkinan besar itu akan lebih banyak mengakibatkan kerugian daripada kebaikan. Perkataan kita hendaknya sedap didengar, ”dibumbui dengan garam”. (Kolose 4:6) Kata-kata kita hendaknya seperti ”buah apel emas di pinggan perak”. (Amsal 25:11) Keluarga yang belajar untuk berkomunikasi dengan baik telah mengambil langkah besar demi mencapai kebahagiaan.

      PERANAN YANG SANGAT PENTING DARI KASIH

      10. Jenis kasih yang mana sangat penting dalam perkawinan?

      10 Kata ”kasih” muncul berkali-kali dalam seluruh buku ini. Apakah saudara ingat jenis kasih yang terutama dibahas? Memang kasih asmara (Yunani, eʹros) memainkan peranan penting dalam perkawinan, dan dalam perkawinan yang sukses, kasih sayang yang dalam serta persahabatan (Yunani, phi·liʹa) tumbuh di antara suami dan istri. Tetapi yang bahkan lebih penting lagi adalah kasih yang dinyatakan oleh kata Yunani a·gaʹpe. Ini adalah yang kita perkembangkan bagi Yehuwa, Yesus, dan sesama kita. (Matius 22:37-39) Inilah kasih yang Yehuwa nyatakan terhadap umat manusia. (Yohanes 3:16) Betapa indahnya bahwa kita dapat memperlihatkan jenis kasih yang sama ini kepada teman hidup dan anak-anak kita!—1 Yohanes 4:19.

      11. Bagaimana kasih mendatangkan kebaikan dalam suatu perkawinan?

      11 Dalam perkawinan, kasih yang luhur ini benar-benar merupakan ”ikatan pemersatu yang sempurna”. (Kolose 3:14) Ini mengikat pasangan itu menjadi satu dan membuat mereka ingin melakukan apa yang terbaik bagi satu sama lain dan bagi anak-anak mereka. Pada waktu keluarga menghadapi situasi yang sulit, kasih membantu mereka menangani segalanya secara terpadu. Seraya suatu pasangan bertambah tua, kasih membantu mereka mendukung dan terus menghargai satu sama lain. ”Kasih . . . tidak mencari kepentingan diri sendiri. . . . Ia menahan segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, bertekun menahan segala sesuatu. Kasih tidak pernah berkesudahan.”—1 Korintus 13:4-8.

      12. Mengapa kasih kepada Allah di pihak pasangan suami-istri memperkuat perkawinan mereka?

      12 Persatuan perkawinan khususnya kuat apabila itu dikokohkan tidak saja oleh kasih di antara teman hidup tetapi terutama oleh kasih kepada Yehuwa. (Pengkhotbah 4:9-12) Mengapa? Nah, rasul Yohanes menulis, ”Inilah arti kasih akan Allah, bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya.” (1 Yohanes 5:3) Jadi, sepasang suami-istri hendaknya melatih anak-anak mereka dalam pengabdian yang saleh bukan hanya karena mereka sangat mengasihi anak-anak mereka tetapi karena ini adalah perintah Yehuwa. (Ulangan 6:6, 7) Mereka harus menjauhkan diri dari perbuatan amoral tidak saja karena mereka mengasihi satu sama lain tetapi terutama karena mereka mengasihi Yehuwa, yang ”akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina”. (Ibrani 13:4) Sekalipun salah seorang teman hidup menyebabkan problem-problem yang serius dalam perkawinan, kasih kepada Yehuwa akan menggerakkan pasangannya untuk terus mengikuti prinsip-prinsip Alkitab. Sesungguhnya, berbahagialah keluarga-keluarga yang kasihnya kepada satu sama lain diperkuat dengan kasih kepada Yehuwa!

      KELUARGA YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

      13. Bagaimana tekad untuk melakukan kehendak Allah akan membantu pribadi-pribadi untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang benar-benar penting?

      13 Seluruh kehidupan seorang Kristen berpusat pada melakukan kehendak Allah. (Mazmur 143:10) Inilah arti sesungguhnya dari pengabdian ilahi. Melakukan kehendak Allah membantu keluarga-keluarga untuk berfokus pada hal-hal yang benar-benar penting. (Filipi 1:9, 10) Sebagai contoh, Yesus memperingatkan, ”Aku datang untuk menyebabkan perpecahan, seorang pria melawan bapaknya, dan anak perempuan melawan ibunya, dan seorang istri yang masih muda melawan ibu mertuanya. Sesungguhnya, musuh seseorang adalah orang-orang dari rumah tangganya sendiri.” (Matius 10:35, 36) Sesuai dengan peringatan Yesus, banyak dari antara pengikut-pengikutnya telah dianiaya oleh anggota keluarga mereka. Benar-benar keadaan yang menyedihkan, dan menyakitkan! Meskipun demikian, ikatan keluarga hendaknya tidak melebihi kasih kita kepada Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. (Matius 10:37-39) Jika seseorang bertekun meskipun adanya tentangan keluarga, mereka yang menentang mungkin berubah ketika mereka melihat pengaruh baik dari pengabdian yang saleh. (1 Korintus 7:12-16; 1 Petrus 3:1, 2) Sekalipun hal itu tidak terjadi, tidak ada kebaikan yang bertahan lama yang diperoleh, jika kita berhenti melayani Allah karena adanya tentangan.

      14. Bagaimana keinginan untuk melakukan kehendak Allah akan membantu orang-tua bertindak demi manfaat terbaik dari anak-anak mereka?

      14 Melakukan kehendak Allah membantu orang-tua membuat keputusan yang benar. Sebagai contoh, dalam masyarakat tertentu, orang-tua cenderung menganggap anak-anak sebagai suatu investasi, dan mereka mengharapkan anak-anak mengurus mereka di hari tua mereka. Walaupun benar dan patut bagi anak-anak yang telah dewasa untuk mengurus orang-tua mereka yang bertambah tua, pertimbangan demikian hendaknya tidak membuat orang-tua mengarahkan anak-anak mereka untuk mengejar haluan hidup yang materialistis. Tidak ada manfaatnya bagi anak-anak jika orang-tua membesarkan mereka untuk lebih menghargai harta materi daripada hal-hal rohani.—1 Timotius 6:9.

      15. Bagaimana Eunike, ibu Timotius, merupakan contoh yang sangat baik dari orang-tua yang melakukan kehendak Allah?

      15 Suatu contoh yang baik dalam hal ini adalah Eunike, ibu dari Timotius, sahabat muda Paulus. (2 Timotius 1:5) Walaupun Eunike menikah dengan seorang yang tidak seiman, ia beserta nenek Timotius, Lois, berhasil membesarkan Timotius untuk mengejar pengabdian yang saleh. (2 Timotius 3:14, 15) Pada waktu Timotius sudah cukup besar, Eunike memperbolehkan dia meninggalkan rumah dan terjun dalam pekerjaan pengabaran Kerajaan sebagai rekan utusan injil dari Paulus. (Kisah 16:1-5) Ia pasti senang sekali pada waktu putranya menjadi seorang utusan injil yang menonjol! Pengabdiannya yang saleh sebagai seorang dewasa dengan bagus mencerminkan pelatihannya pada masa kecil. Pasti, Eunike merasakan kepuasan dan sukacita mendengar laporan-laporan tentang pelayanan Timotius yang setia, walaupun ia mungkin merindukan kehadiran putranya di rumah.—Filipi 2:19, 20.

      KELUARGA DAN MASA DEPAN SAUDARA

      16. Sebagai seorang putra, perhatian yang patut apa yang Yesus perlihatkan, tetapi apa tujuan utamanya?

      16 Yesus dibesarkan dalam sebuah keluarga yang saleh dan, sebagai seorang dewasa, ia memperlihatkan perhatian yang patut bagi seorang putra kepada ibunya. (Lukas 2:51, 52; Yohanes 19:26) Akan tetapi, tujuan Yesus yang utama adalah memenuhi kehendak Allah, dan bagi dia ini termasuk membuka jalan bagi umat manusia untuk menikmati kehidupan abadi. Hal ini ia lakukan pada waktu ia mempersembahkan kehidupan manusianya yang sempurna sebagai tebusan bagi umat manusia yang berdosa.—Markus 10:45; Yohanes 5:28, 29.

      17. Haluan Yesus yang setia membuka prospek mulia apa bagi orang-orang yang melakukan kehendak Allah?

      17 Setelah kematian Yesus, Yehuwa membangkitkannya kepada kehidupan surgawi dan memberinya wewenang yang besar, akhirnya melantiknya sebagai Raja dalam Kerajaan surgawi. (Matius 28:18; Roma 14:9; Penyingkapan 11:15) Korban dari Yesus memungkinkan beberapa manusia dipilih untuk memerintah bersamanya dalam Kerajaan itu. Hal itu juga membuka jalan bagi selebihnya dari umat manusia yang berhati benar untuk menikmati kehidupan sempurna di bumi yang telah dipulihkan kepada keadaan seperti firdaus. (Penyingkapan 5:9, 10; 14:1, 4; 21:3-5; 22:1-4) Salah satu hak istimewa terbesar yang kita miliki dewasa ini adalah untuk memberitahukan kabar baik yang mulia ini kepada sesama kita.—Matius 24:14.

      18. Pengingat apa dan anjuran apa yang diberikan kepada keluarga-keluarga maupun pribadi-pribadi?

      18 Sebagaimana diperlihatkan oleh rasul Paulus, menempuh kehidupan dengan pengabdian yang saleh mengandung janji bahwa orang-orang dapat mewarisi berkat-berkat dalam kehidupan ”yang akan datang”. Tentu, ini adalah cara yang paling baik untuk mendapatkan kebahagiaan! Ingatlah, ”dunia ini sedang berlalu dan demikian pula keinginannya, tetapi dia yang melakukan kehendak Allah tetap selama-lamanya”. (1 Yohanes 2:17) Karena itu, tidak soal saudara adalah anak atau orang-tua, suami atau istri, seorang dewasa lajang dengan atau tanpa anak, berjuanglah untuk melakukan kehendak Allah. Bahkan pada waktu saudara berada di bawah tekanan atau sedang menghadapi kesulitan yang ekstrem, jangan pernah lupa bahwa saudara adalah hamba dari Allah yang hidup. Karena itu, semoga tindakan saudara mendatangkan sukacita bagi Yehuwa. (Amsal 27:11) Dan semoga tingkah laku saudara menghasilkan kebahagiaan bagi saudara sekarang dan kehidupan abadi dalam dunia baru yang akan datang!

      BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU . . . KELUARGA SAUDARA UNTUK BAHAGIA?

      Pengendalian diri dapat dipupuk.—Galatia 5:22, 23.

      Dengan pandangan yang benar tentang kekepalaan, suami maupun istri mengupayakan manfaat terbaik bagi keluarga.—Efesus 5:22-25, 28-33; 6:4.

      Berkomunikasi termasuk mendengarkan.—Yakobus 1:19.

      Kasih kepada Yehuwa akan memperkuat perkawinan.—1 Yohanes 5:3.

      Melakukan kehendak Allah adalah tujuan yang paling penting bagi keluarga.—Mazmur 143:10; 1 Timotius 4:8.

      KARUNIA KELAJANGAN

      Tidak setiap orang menikah. Dan tidak semua pasangan suami-istri memilih untuk mempunyai anak. Yesus melajang, dan ia mengatakan bahwa kelajangan adalah suatu karunia apabila itu adalah ”demi kerajaan surga”. (Matius 19:11, 12) Rasul Paulus juga memilih untuk tidak menikah. Ia mengatakan bahwa keadaan lajang maupun menikah adalah ’karunia’. (1 Korintus 7:7, 8, 25-28) Karena itu, meskipun buku ini sebagian besar membahas hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan dan membesarkan anak-anak, kita hendaknya tidak melupakan berkat dan upah yang dapat diterima dengan tetap melajang atau menikah namun tidak mempunyai anak.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2026)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan