PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Ayat-Ayat Ditandaskan dengan Tepat
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
    • PELAJARAN 21

      Ayat-Ayat Ditandaskan dengan Tepat

      Apa yang perlu Saudara lakukan?

      Tandaskan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang menyoroti alur penalaran Saudara. Bacakanlah dengan perasaan yang tepat.

      Mengapa Penting?

      Keampuhan ayat-ayat yang dibacakan ditonjolkan melalui penandasan yang tepat.

      SEWAKTU Saudara berbicara kepada orang lain tentang maksud-tujuan Allah, baik secara pribadi maupun melalui mimbar, pembahasan Saudara hendaknya berpusat pada Firman Allah. Hal ini biasanya menuntut Saudara membacakan ayat-ayat Alkitab, yang harus dilakukan sebaik-baiknya.

      Penandasan yang Tepat Melibatkan Perasaan. Ayat-ayat hendaknya dibacakan dengan perasaan. Perhatikan contoh-contoh ini. Sewaktu Saudara membacakan Mazmur 37:11, suara Saudara hendaknya menyiratkan harapan perdamaian yang dijanjikan di ayat itu. Sewaktu Saudara membacakan Penyingkapan 21:4 tentang berakhirnya penderitaan dan kematian, suara Saudara hendaknya mencerminkan penghargaan yang hangat atas kelegaan luar biasa yang telah dinubuatkan itu. Penyingkapan 18:2, 4, 5, yang berisi imbauan untuk keluar dari ”Babilon Besar” yang sarat dengan dosa, hendaknya dibacakan dengan nada mendesak. Tentu saja, perasaan yang diekspresikan hendaknya keluar dari hati, bukannya dibuat-buat. Seberapa tepat kadar emosi yang dibutuhkan bergantung pada isi ayat itu sendiri dan pada cara penggunaan ayat itu.

      Tandaskan Kata-Kata yang Tepat. Jika ulasan Saudara menyoroti hanya sebagian kata-kata dari sebuah ayat, Saudara hendaknya menandaskan bagian itu saja sewaktu membacakan ayat tersebut. Misalnya, sewaktu membacakan Matius 6:33, Saudara tidak perlu menandaskan kata ”keadilbenarannya” atau ”semua perkara itu” jika gagasan yang hendak Saudara ulas adalah ”teruslah cari dahulu kerajaan”.

      Dalam khotbah di Perhimpunan Dinas, Saudara mungkin hendak membacakan Matius 28:19. Kata-kata mana yang hendaknya Saudara tandaskan? Jika Saudara ingin menganjurkan kerajinan dalam memulai pengajaran Alkitab di rumah, tandaskanlah kata ”buatlah . . . menjadi murid”. Tetapi, jika Saudara hendak membahas tanggung jawab orang Kristen untuk membagikan kebenaran Alkitab kepada para imigran, atau Saudara ingin menganjurkan penyiar tertentu untuk melayani di tempat yang lebih membutuhkan tenaga, Saudara dapat menekankan kata ”orang-orang dari segala bangsa”.

      Sering kali, sebuah ayat dikemukakan untuk menjawab suatu pertanyaan atau untuk mendukung suatu argumen yang dianggap kontroversial. Jika ayat itu dibacakan dengan penandasan yang sama rata, hadirin Saudara tidak akan dapat melihat kaitannya. Jawabannya mungkin jelas bagi Saudara, tetapi tidak bagi hadirin Saudara.

      Misalnya, Saudara membacakan Mazmur 83:18 dari Alkitab yang memuat nama Allah, tetapi yang Saudara tandaskan adalah ungkapan ”Yang Mahatinggi”, maka penghuni rumah mungkin tidak bisa melihat fakta yang tertera jelas di ayat itu bahwa Allah mempunyai nama pribadi. Saudara seharusnya menandaskan nama ”Yehuwa”. Akan tetapi, apabila Saudara menggunakan ayat yang sama untuk membahas kedaulatan Yehuwa, Saudara hendaknya memberikan penandasan utama pada ungkapan ”Yang Mahatinggi”. Sebagai contoh lain, sewaktu Saudara menggunakan Yakobus 2:24 untuk memperlihatkan pentingnya melengkapi iman dengan perbuatan, jika Saudara menandaskan kata ”dinyatakan adil-benar” dan bukannya kata ”perbuatan”, pendengar Saudara tidak akan dapat menangkap maksud penjelasan ayat itu.

      Contoh lain lagi terdapat di Roma 15:7-13. Ayat ini memuat sebagian isi surat rasul Paulus kepada sebuah sidang yang terdiri dari orang Kafir dan orang Yahudi. Di ayat itu, sang rasul berargumen bahwa pelayanan Kristus bermanfaat bukan hanya bagi orang Yahudi yang bersunat, melainkan juga bagi orang-orang dari bangsa-bangsa sehingga ”bangsa-bangsa memuliakan Allah atas belas kasihannya”. Kemudian, Paulus mengutip empat ayat, menarik perhatian pada kesempatan bagi bangsa-bangsa tersebut. Bagaimana sebaiknya Saudara membacakan kutipan itu untuk menandaskan gagasan yang Paulus maksudkan? Jika Saudara hendak menandai pernyataan yang harus ditandaskan, Saudara dapat menggarisbawahi kata ”bangsa-bangsa” di ayat 9, ”hai, bangsa-bangsa” di ayat 10, ”hai, segala bangsa” dan ”semua suku bangsa” di ayat 11, dan ”bangsa-bangsa” di ayat 12. Upayakanlah membacakan Roma 15:7-13 dengan penandasan seperti itu. Seraya melakukannya, seluruh alur argumen Paulus akan menjadi lebih jelas dan lebih mudah ditangkap maknanya.

      Metode Penandasan. Kata-kata yang memuat gagasan yang hendak Saudara tonjolkan dapat ditandaskan dengan berbagai cara. Cara penandasan yang Saudara gunakan hendaknya selaras dengan ayat dan latar belakang khotbah Saudara. Berikut ini terdapat beberapa saran.

      Tekanan Suara. Ini memaksudkan perubahan nada suara yang membuat kata-kata yang memuat gagasan terdengar lebih menonjol dalam kalimat yang dibacakan. Penandasan ini dapat dilakukan dengan mengubah volume suara​—entah dengan menambah atau menguranginya. Di banyak bahasa, penandasan dapat berupa perubahan tinggi-rendah nada. Akan tetapi, di bahasa-bahasa tertentu, perubahan tinggi-rendah nada dapat sama sekali mengubah arti. Apabila ungkapan-ungkapan kunci dibacakan dengan lebih lambat, hal itu akan membuatnya lebih tandas. Dalam bahasa-bahasa yang tidak memungkinkan penggunaan tekanan untuk menandaskan, sebaiknya gunakanlah cara apa pun yang lazim digunakan dalam bahasa yang bersangkutan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

      Jeda. Ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah membacakan bagian kunci dari sebuah ayat​—atau kedua-duanya. Jeda sebelum membacakan gagasan utama dapat merangsang minat; jeda sesudah membacakan gagasan utama dapat memperdalam kesan terhadap gagasan itu. Akan tetapi, jika terdapat terlalu banyak jeda, gagasan utama itu tidak akan menonjol.

      Pengulangan. Saudara dapat menandaskan pokok tertentu dengan menghentikan pembacaan dan membacakan kembali sebuah kata atau frase. Metode yang sering digunakan adalah membacakan ayat itu hingga selesai, kemudian mengulangi ungkapan kuncinya.

      Ekspresi gerak. Gerak tubuh serta ekspresi wajah sering kali dapat menyisipkan perasaan ke dalam sebuah kata atau frase.

      Nada suara. Di beberapa bahasa, adakalanya kata-kata boleh dibacakan dengan nada yang dapat memperkuat maknanya dan membuatnya menonjol. Metode ini hendaknya dilakukan dengan sangat hati-hati, khususnya dalam menyiratkan sarkasme.

      Apabila Orang Lain yang Membacakan Ayat. Apabila penghuni rumah yang membacakan ayat, ia bisa jadi menandaskan kata yang keliru atau tidak menandaskannya sama sekali. Apa yang dapat Saudara lakukan? Biasanya, yang paling baik adalah memperjelas maknanya melalui cara Saudara menerapkan ayat itu. Setelah membuat penerapannya, Saudara dapat memfokuskan perhatian pada kata-kata yang memuat gagasan yang terdapat dalam Alkitab.

      CARA BERLATIH MENGGUNAKAN PENANDASAN

      • Tentang ayat yang hendak Saudara bacakan, tanyakan kepada diri sendiri, ’Perasaan atau emosi apa yang disampaikan lewat kata-kata ini? Bagaimana seharusnya saya menyampaikannya?’

      • Analisislah ayat-ayat yang hendak Saudara gunakan. Tentang tiap-tiap ayat, tanyakan kepada diri sendiri, ’Apa tujuan ayat ini? Kata-kata mana yang perlu ditandaskan untuk mencapai tujuan itu?’

      LATIHAN: (1) Analisislah ayat yang hendak Saudara gunakan dalam dinas pengabaran. Berlatihlah membacakannya dengan perasaan yang tepat. Ingatlah tujuan Saudara menggunakan ayat itu, bacakanlah dengan penandasan pada kata-kata yang tepat. (2) Dalam publikasi yang sedang dipelajari, pilihlah satu paragraf yang memuat ayat-ayat yang dikutip. Analisislah bagaimana ayat-ayat itu digunakan. Tandailah kata-kata yang memuat gagasan. Bacalah seluruh paragraf dengan suara keras dan berikan penandasan yang tepat pada ayat-ayat itu.

  • Ayat-Ayat Diterapkan dengan Tepat
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
    • PELAJARAN 22

      Ayat-Ayat Diterapkan dengan Tepat

      Apa yang perlu Saudara lakukan?

      Pastikan agar semua penerapan ayat selaras dengan konteksnya dan dengan Alkitab secara keseluruhan. Penerapan ayat hendaknya juga selaras dengan apa yang telah diterbitkan oleh ”budak yang setia dan bijaksana”.

      Mengapa Penting?

      Mengajarkan Firman Allah kepada orang lain merupakan hal serius. Allah menghendaki agar orang-orang memperoleh ”pengetahuan yang saksama tentang kebenaran”. (1 Tim. 2:3, 4) Fakta itu menandaskan kepada kita tanggung jawab untuk mengajarkan Firman Allah dengan tepat.

      SEWAKTU mengajar orang lain, dibutuhkan lebih dari sekadar membacakan ayat Alkitab. Rasul Paulus menulis kepada rekannya, Timotius, ”Berupayalah sebisa-bisanya untuk mempersembahkan dirimu kepada Allah sebagai orang yang diperkenan, sebagai pekerja tanpa sesuatu pun yang membuatnya malu, menangani firman kebenaran dengan tepat.”​—2 Tim. 2:15.

      Hal itu berarti bahwa penjelasan ayat yang kita berikan haruslah konsisten dengan ajaran Alkitab itu sendiri. Untuk itu, kita harus mempertimbangkan konteksnya, bukannya sekadar memilih ungkapan yang menarik bagi kita dan membubuhkan gagasan kita sendiri. Melalui nabi Yeremia, Yehuwa memperingatkan umat-Nya terhadap nabi-nabi yang mengaku menyampaikan kata-kata Yehuwa, tetapi sebenarnya menyampaikan ’penglihatan dari hati mereka sendiri’. (Yer. 23:16) Rasul Paulus memperingatkan orang-orang Kristen agar tidak mencemari Firman Allah dengan filsafat manusia sewaktu ia menulis, ”Kami menolak hal-hal tersembunyi yang memalukan, tidak berjalan dengan kelicikan, juga tidak memalsukan firman Allah.” Pada zaman itu, para saudagar anggur yang tidak jujur memalsukan kemurnian anggurnya, mencampurnya dengan air, agar dapat meraup lebih banyak untung. Kita tidak boleh memalsukan kemurnian Firman Allah dengan cara mencampurnya dengan filsafat manusia. ”Kami bukan penjaja firman Allah seperti banyak orang,” kata Paulus, ”tetapi kami berbicara dengan tulus hati, ya, sebagai utusan Allah, di bawah pengamatan Allah, bersama Kristus.”​—2 Kor. 2:17; 4:2.

      Kadang-kadang, Saudara mungkin mengutip sebuah ayat untuk menyoroti sebuah prinsip. Alkitab memuat banyak prinsip yang dapat dijadikan bimbingan yang tepat dalam menghadapi beragam situasi. (2 Tim. 3:16, 17) Tetapi, Saudara hendaknya memastikan bahwa penerapan ayat yang Saudara berikan itu akurat dan bahwa Saudara tidak menyalahgunakan ayat itu, membuatnya seolah-olah mendukung gagasan Saudara sendiri. (Mz. 91:11, 12; Mat. 4:5, 6) Penerapannya haruslah selaras dengan maksud-tujuan Yehuwa, konsisten dengan seluruh Firman Allah.

      Agar dapat ”menangani firman kebenaran dengan tepat”, dituntut pula pemahaman akan semangat dari kata-kata di Alkitab. Alkitab bukanlah ”pentung” untuk menggertak orang lain. Para guru agama yang menentang Yesus Kristus mengutip Alkitab, tetapi mereka menutup mata terhadap perkara-perkara yang lebih berbobot—yang mencakup keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan—yang dituntut oleh Allah. (Mat. 22:23, 24; 23:23, 24) Sewaktu mengajarkan Firman Allah, Yesus mencerminkan kepribadian Bapaknya. Kegairahan Yesus akan kebenaran dibarengi dengan kasihnya yang dalam akan orang-orang yang ia ajar. Kita hendaknya berupaya meniru teladannya.—Mat. 11:28.

      Bagaimana kita dapat memastikan bahwa penerapan ayat kita sudah benar? Pembacaan Alkitab secara teratur akan membantu. Kita juga perlu menghargai persediaan Yehuwa berupa ”budak yang setia dan bijaksana”, sekelompok orang Kristen terurap yang melaluinya Ia menyediakan makanan rohani bagi rumah tangga iman. (Mat. 24:45) Pelajaran pribadi serta kehadiran di perhimpunan secara rutin dan partisipasi di perhimpunan juga membantu kita memperoleh manfaat dari bimbingan yang disediakan melalui golongan budak yang setia dan bijaksana.

      Jika buku Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab telah tersedia dalam bahasa Saudara dan Saudara telah belajar untuk menggunakannya dengan baik, Saudara akan mudah menemukan bimbingan yang Saudara butuhkan untuk menerapkan secara tepat ratusan ayat yang sering digunakan dalam pelayanan kita. Jika Saudara hendak menggunakan ayat yang masih asing, kesahajaan hendaknya menggerakkan Saudara untuk melakukan riset yang dibutuhkan sehingga sewaktu Saudara berbicara, Saudara menangani firman kebenaran dengan tepat.—Ams. 11:2

      Membuat Jelas Penerapannya. Sewaktu mengajar orang-orang lain, pastikan agar mereka memahami dengan jelas hubungan pokok bahasan Saudara dengan ayat yang Saudara gunakan. Jika Saudara mengantar pembacaan ayat dengan sebuah pertanyaan, hadirin Saudara hendaknya bisa melihat bahwa ayat itu merupakan jawaban atas pertanyaan Saudara. Jika Saudara menggunakan ayat itu untuk mendukung beberapa pernyataan, pastikan agar sang pelajar melihat jelas bagaimana ayat itu mendukung gagasan Saudara.

      Sekadar membacakan ayat—sekalipun disertai penandasan—biasanya masih belum cukup. Ingatlah, orang-orang pada umumnya masih belum terbiasa dengan Alkitab dan mungkin belum dapat menangkap maksud Saudara hanya dengan sekali membaca. Arahkan perhatian pada bagian ayat yang langsung berkaitan dengan pokok bahasan Saudara.

      Untuk itu, Saudara perlu menyisihkan kata-kata kuncinya, kata-kata yang berkaitan langsung dengan pokok yang sedang dibahas. Cara yang paling sederhana adalah dengan menyatakan kembali kata-kata yang memuat gagasan. Jika Saudara berbicara kepada satu orang, Saudara dapat mengajukan pertanyaan yang membantu dia mengidentifikasi kata kuncinya. Sewaktu berbicara kepada sekelompok orang, beberapa pembicara mengidentifikasi kata kunci dengan menggunakan sinonimnya atau dengan menyatakan kembali gagasannya. Akan tetapi, jika Saudara memilih cara ini, berhati-hatilah agar hadirin tidak sampai bingung karena tidak memahami kaitan antara pokok bahasan dan kata-kata pada ayat.

      Dengan menyisihkan kata-kata kuncinya, Saudara membubuh dasar yang baik. Sekarang, tindak lanjutilah. Apakah Saudara mengantar ayat dengan memberi petunjuk yang jelas tentang alasan Saudara menggunakan ayat itu? Jika demikian, perlihatkan bagaimana kata-kata yang Saudara soroti berkaitan dengan kesimpulan yang telah Saudara siapkan bagi hadirin. Kemukakan dengan jelas kaitannya. Sekalipun Saudara tidak menggunakan pengantar yang eksplisit untuk ayat yang Saudara bacakan, Saudara tetap harus menindaklanjutinya.

      Orang-orang Farisi mengajukan kepada Yesus apa yang mereka sangka sebagai pertanyaan sulit, yaitu, ”Apakah menurut hukum seorang pria diperbolehkan menceraikan istrinya atas dasar apa pun?” Yesus mendasarkan jawabannya atas Kejadian 2:24. Perhatikan, ia hanya menyoroti sebagian dari ayat itu, kemudian membuat penerapan yang dibutuhkan. Setelah menunjukkan bahwa pria dan istrinya itu menjadi ”satu daging”, Yesus menyimpulkan, ”Oleh karena itu, apa yang telah Allah letakkan di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.”—Mat. 19:3-6.

      Berapa banyak penjelasan yang hendaknya Saudara berikan agar penerapan ayat itu jelas? Karakter hadirin Saudara dan pentingnya pokok yang sedang dibahas hendaknya menentukan hal itu. Namun, sebaiknya penjelasan Saudara bersifat sederhana dan langsung.

      Bertukar Pikiran dari Alkitab. Sehubungan dengan pelayanan rasul Paulus di Tesalonika, Kisah 17:2, 3 mengatakan kepada kita bahwa ia ’bertukar pikiran dari Tulisan-Tulisan Kudus’. Kesanggupan bertukar pikiran inilah yang hendaknya dipupuk oleh tiap-tiap hamba Yehuwa. Misalnya, Paulus menceritakan fakta sehubungan dengan kehidupan dan pelayanan Yesus, memperlihatkan bahwa hal ini telah dinubuatkan di Kitab-Kitab Ibrani, kemudian memberikan penutup yang efektif dengan mengatakan, ”Inilah Kristus, Yesus ini yang aku beritakan kepadamu.”

      Sewaktu menulis kepada jemaat Ibrani, Paulus berulang kali mengutip Kitab-Kitab Ibrani. Untuk menandaskan atau memperjelas suatu pokok, ia sering kali menyisihkan satu kata atau sebuah frase singkat lalu memperlihatkan arti pentingnya. (Ibr. 12:26, 27) Dalam catatan yang terdapat di Ibrani pasal 3, Paulus mengutip Mazmur 95:7-11. Perhatikanlah bahwa ia membahas tiga bagian dari ayat-ayat tersebut: (1) referensi tentang hati (Ibr. 3:8-12), (2) arti penting ungkapan ”Hari ini” (Ibr. 3:7, 13-15; 4:6-11), dan (3) makna pernyataan, ”Mereka tidak akan masuk ke peristirahatanku” (Ibr. 3:11, 18, 19; 4:1-11). Berupayalah meniru contoh itu sewaktu Saudara menerapkan tiap-tiap ayat.

      Amatilah keefektifan Yesus sewaktu bertukar pikiran dari Alkitab, yang dicatat di Lukas 10:25-37. Seorang pria yang ahli dalam Hukum bertanya, ”Guru, dengan melakukan apa aku akan mewarisi kehidupan abadi?” Sebagai jawaban, Yesus pertama-tama mengundang pria itu untuk mengemukakan pandangannya terhadap permasalahan itu, kemudian Yesus menandaskan pentingnya melakukan apa yang Firman Allah katakan. Setelah jelas bahwa pria itu masih belum memahami duduk perkaranya, Yesus membahas secara panjang lebar untuk menyoroti satu kata saja dari Alkitab—”sesama”. Ketimbang sekadar mendefinisikannya, ia menggunakan ilustrasi untuk membantu pria itu menyimpulkan sendiri jawaban yang tepat.

      Tampak jelas bahwa sewaktu menjawab pertanyaan, Yesus tidak sekadar mengutip ayat-ayat yang langsung menjawab pertanyaan itu dengan jelas. Ia menganalisis kata-kata pada ayat itu, kemudian langsung menerapkannya untuk menjawab pertanyaan.

      Sewaktu harapan kebangkitan ditantang oleh orang-orang Saduki, Yesus memfokuskan perhatian pada suatu bagian spesifik dari Keluaran 3:6. Tetapi, ia tidak hanya mengutip ayat itu. Ia bertukar pikiran berdasarkan ayat itu untuk memperlihatkan dengan jelas bahwa kebangkitan merupakan bagian dari maksud-tujuan Allah.—Mrk. 12:24-27.

      Menguasai kesanggupan untuk bertukar pikiran berdasarkan Alkitab dengan benar dan efektif merupakan faktor penting untuk menjadi pengajar yang terampil.

      CARA MENINGKATKAN KESANGGUPAN INI

      • Bacalah Alkitab secara teratur. Pelajarilah Menara Pengawal dengan saksama, dan buatlah persiapan sebaik-baiknya untuk perhimpunan.

      • Pastikan bahwa Saudara memahami makna yang terdapat di ayat-ayat yang Saudara hendak gunakan. Bacalah ayat itu dengan saksama agar Saudara mengerti betul apa yang dikatakannya.

      • Biasakanlah melakukan riset dari publikasi Kristen kita.

      LATIHAN: Bertukarpikiranlah tentang 2 Petrus 3:7. Apakah ayat itu membuktikan bahwa bumi ini akan binasa oleh api? (Sewaktu mendefinisikan ”bumi”, bahaslah juga apa yang dimaksud dengan ”langit”. Ayat-ayat mana yang menunjukkan bahwa istilah ”bumi” dapat digunakan secara kiasan? Siapa atau apa yang akan dibinasakan, seperti yang dinyatakan di ayat 7? Bagaimana hal itu selaras dengan kejadian pada zaman Nuh, yang disebutkan di ayat 5 dan 6?)

  • Nilai Praktis Dibuat Jelas
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
    • PELAJARAN 23

      Nilai Praktis Dibuat Jelas

      Apa yang perlu Saudara lakukan?

      Bantu hadirin Saudara melihat bagaimana pokok bahasan Saudara mempengaruhi kehidupan mereka atau dapat mereka gunakan dengan cara yang bermanfaat.

      Mengapa Penting?

      Jika orang-orang tidak melihat nilai praktis dari apa yang Saudara katakan, mereka mungkin memberi tahu Saudara bahwa mereka tidak berminat, atau mungkin secara mental mereka mengabaikannya, membiarkan pikiran mereka mengembara.

      TIDAK SOAL Saudara sedang berbicara kepada satu orang atau kepada sejumlah hadirin, tidaklah bijaksana untuk menganggap bahwa pendengar Saudara akan tertarik pada pokok bahasan Saudara hanya karena Saudara tertarik pada pokok itu. Berita Saudara memang penting, tetapi jika Saudara gagal membuat jelas nilai praktisnya, minat hadirin Saudara mungkin tidak akan bertahan lama.

      Demikian pula halnya dengan hadirin di Balai Kerajaan. Mereka mungkin secara mental mendengarkan sewaktu Saudara menggunakan ilustrasi atau pengalaman yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya. Namun, ketika Saudara berbicara tentang hal-hal yang sudah mereka ketahui, mereka mungkin mengabaikannya, khususnya apabila Saudara tidak mengembangkan pokok itu. Saudara perlu membantu mereka melihat mengapa dan bagaimana pokok yang Saudara sampaikan benar-benar bermanfaat bagi mereka.

      Alkitab menganjurkan kita untuk berpikir dengan cara yang praktis. (Ams. 3:21) Yehuwa menggunakan Yohanes Pembaptis untuk membimbing orang-orang kepada ”hikmat yang praktis dari orang-orang adil-benar”. (Luk. 1:17) Itulah hikmat yang bermula dari rasa takut yang sehat kepada Yehuwa. (Mz. 111:10) Orang-orang yang menghargai hikmat itu dibantu untuk menjalani kehidupan sekarang dengan berhasil dan untuk menggenggam kehidupan yang sebenarnya, kehidupan kekal yang akan datang.​—1 Tim. 4:8; 6:19.

      Membuat Suatu Khotbah Bernilai Praktis. Jika Saudara ingin khotbah Saudara bernilai praktis, Saudara harus memikirkan dengan saksama bukan hanya bahannya, melainkan juga hadirinnya. Jangan menganggap mereka sekadar sebagai suatu kelompok. Kelompok itu terdiri atas individu-individu dan keluarga-keluarga. Mungkin ada anak yang masih kecil, remaja, orang dewasa, dan ada juga yang lanjut usia. Ada pula yang mungkin masih peminat baru, sementara yang lain barangkali sudah melayani Yehuwa sebelum Saudara lahir. Beberapa hadirin mungkin matang secara rohani; yang lain bisa jadi masih terpengaruh kuat oleh sikap dan praktek tertentu dari dunia. Tanyakan kepada diri sendiri, ’Bagaimana bahan yang hendak saya bahas dapat bermanfaat bagi hadirin? Bagaimana saya dapat membantu mereka memahami intinya?’ Saudara dapat memutuskan untuk memberikan perhatian utama hanya kepada satu atau dua kelompok yang disebutkan di atas. Akan tetapi, jangan sepenuhnya mengabaikan yang lain.

      Bagaimana jika Saudara ditugasi untuk membahas ajaran dasar Alkitab? Bagaimana Saudara dapat membuat khotbah itu bermanfaat bagi hadirin yang sudah mempercayai ajaran tersebut? Berupayalah memperkuat keyakinan mereka pada ajaran itu. Caranya? Dengan bertukar pikiran menggunakan bukti-bukti Alkitab yang mendukung ajaran itu. Saudara juga dapat memperdalam penghargaan mereka akan ajaran Alkitab tersebut. Saudara dapat melakukannya dengan memperlihatkan bagaimana ajaran tersebut konsisten dengan kebenaran Alkitab lainnya dan dengan kepribadian Yehuwa sendiri. Gunakan contoh-contoh—pengalaman nyata kalau ada—yang memperlihatkan bagaimana memahami ajaran itu telah mendatangkan manfaat bagi orang-orang dan mempengaruhi pandangan mereka tentang masa depan.

      Jangan batasi penerapan praktis hanya dengan memberi beberapa komentar singkat pada kata penutup khotbah Saudara. Sejak awal, setiap orang di antara hadirin Saudara hendaknya merasa bahwa ”hal ini menyangkut saya”. Setelah meletakkan fondasi itu, teruslah membuat penerapan praktis seraya Saudara mengembangkan tiap-tiap pokok utama dalam isi khotbah maupun dalam kata penutup.

      Sewaktu membuat penerapan, pastikan untuk melakukannya dengan cara yang konsisten dengan prinsip-prinsip Alkitab. Apa maksudnya? Maksudnya, melakukan hal itu dengan cara yang pengasih dan berempati. (1 Ptr. 3:8; 1 Yoh. 4:8) Bahkan sewaktu menghadapi problem sulit di Tesalonika, rasul Paulus memastikan untuk menyoroti aspek-aspek positif dari kemajuan rohani saudara-saudari Kristennya di sana. Ia juga menyatakan keyakinan bahwa dalam perkara yang sedang dibahas, mereka tentu ingin melakukan apa yang benar. (1 Tes. 4:1-12) Pola yang benar-benar bagus untuk ditiru!

      Apakah khotbah Saudara dimaksudkan untuk menggugah keikutsertaan dalam pekerjaan pengabaran dan pengajaran kabar baik kepada orang lain? Bangunlah antusiasme dan penghargaan akan hak istimewa itu. Akan tetapi, sewaktu melakukannya, camkanlah bahwa kadar keikutsertaan tiap-tiap orang dalam hal ini berbeda-beda, dan Alkitab mengakui hal itu. (Mat. 13:23) Jangan bebani saudara-saudara dengan perasaan bersalah. Ibrani 10:24 mendesak kita ’untuk menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik’. Jika kita menggerakkan kepada kasih, pekerjaan itu akan dilakukan atas dasar motif yang baik. Daripada memaksakan kehendak sendiri, sadarilah bahwa yang Yehuwa inginkan adalah agar kita meningkatkan ”ketaatan melalui iman”. (Rm. 16:26) Dengan mencamkan hal itu, kita berupaya memperkuat iman—baik iman kita maupun iman saudara-saudara kita.

      Membantu Orang Lain Memahami Intinya. Sewaktu memberikan kesaksian kepada orang lain, jangan sampai Saudara tidak menyoroti nilai praktis dari kabar baik. Untuk itu, Saudara perlu mempertimbangkan apa yang ada dalam pikiran orang-orang di daerah Saudara. Bagaimana Saudara dapat mengetahuinya? Dengarkan berita di radio atau di televisi. Lihatlah halaman depan surat kabar. Juga, berupayalah mengajak orang-orang untuk bercakap-cakap, dan dengarkan sewaktu mereka berbicara. Saudara mungkin mendapati mereka sedang bergumul dengan problem-problem yang menekan—kehilangan pekerjaan, membayar kontrakan rumah, penyakit, kematian anggota keluarga, bahaya kejahatan, ketidakadilan oleh kalangan berwenang, putusnya ikatan perkawinan, mengendalikan anak-anak remaja, dan sebagainya. Dapatkah Alkitab membantu mereka? Tentu saja.

      Sewaktu memulai percakapan, Saudara barangkali sudah memikirkan suatu pokok bahasan. Akan tetapi, jika lawan bicara mengemukakan hal lain yang lebih diminatinya, jangan ragu-ragu untuk membahas hal itu jika Saudara sanggup melakukannya, atau tawarkan diri untuk berkunjung kembali dengan informasi yang dapat membantu. Tentu saja, kita tidak mau ’mencampuri apa yang bukan urusan kita’, tetapi kita senang membagikan kepada orang lain nasihat praktis dari Alkitab. (2 Tes. 3:11) Jelaslah, yang paling membuat orang terkesan adalah nasihat Alkitab yang menyentuh kehidupan mereka sendiri.

      Jika orang-orang tidak dapat melihat bagaimana berita kita mempengaruhi mereka secara pribadi, mereka mungkin segera mengakhiri percakapan. Bahkan jika mereka membiarkan kita berbicara, kegagalan di pihak kita untuk menunjukkan nilai praktis dari pokok itu dapat berarti bahwa berita kita tidak akan banyak berpengaruh pada kehidupan mereka. Sebaliknya, jika kita membuat jelas nilai praktis berita kita, pembahasan kita bisa menjadi titik balik dalam kehidupan orang-orang.

      Sewaktu memimpin pengajaran Alkitab, tonjolkan selalu penerapan praktisnya. (Ams. 4:7) Bantulah pelajar untuk memahami nasihat, prinsip, dan contoh dalam Alkitab yang menunjukkan kepada mereka caranya menempuh jalan-jalan Yehuwa. Tandaskan manfaat yang akan diperoleh karena melakukannya. (Yes. 48:17, 18) Hal itu akan menggerakkan pelajar untuk membuat perubahan yang diperlukan dalam kehidupan mereka. Bangunlah dalam diri mereka kasih kepada Yehuwa dan hasrat untuk menyenangkan Dia, dan biarkan motivasi untuk menerapkan nasihat Firman Allah keluar dari dalam hati.

      CARA MELAKUKANNYA

      • Sewaktu mempersiapkan khotbah, pertimbangkan bukan hanya bahannya, melainkan juga hadirin Saudara. Sajikan dengan cara yang benar-benar akan bermanfaat bagi mereka.

      • Penerapan praktis hendaknya tidak dibatasi hanya pada kata penutup Saudara. Hal itu hendaknya terlihat jelas di seluruh khotbah Saudara.

      • Sewaktu membuat persiapan untuk memberi kesaksian, pertimbangkan apa yang ada dalam benak orang-orang di daerah Saudara.

      • Sewaktu memberi kesaksian, dengarkanlah dengan sungguh-sungguh lawan bicara Saudara, dan sesuaikan persembahan Saudara.

      LATIHAN: Tinjau terbitan-terbitan Pelayanan Kerajaan Kita yang Saudara miliki, dan pilihlah satu atau dua persembahan yang Saudara rasa khususnya praktis untuk digunakan di daerah Saudara. Lalu cobalah itu dalam dinas pengabaran.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2026)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan