-
SabatBertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
-
-
yang terdiri atas ketetapan-ketetapan dan yang menentang kita . . . Karena itu, jangan biarkan seorang pun menghakimi kamu dalam hal makan dan minum atau berkenaan dengan suatu perayaan atau perayaan bulan baru atau sabat.” (Jika seseorang berada di bawah Hukum Musa dan didapati bersalah karena menodai Sabat, ia harus dirajam sampai mati oleh seluruh umat itu menurut Keluaran 31:14 dan Bilangan 15:32-35. Banyak orang yang berkeras memelihara sabat mempunyai alasan untuk bergembira bahwa kita tidak berada di bawah Hukum. Seperti diperlihatkan dalam ayat yang dikutip di sini, untuk memperoleh kedudukan yang diperkenan Allah, kita tidak lagi diwajibkan untuk memenuhi tuntutan Sabat yang diberikan kepada Israel.)
Bagaimana hari Minggu akhirnya menjadi hari utama untuk beribadat bagi kebanyakan agama Susunan Kristen?
Meskipun Kristus dibangkitkan pada hari pertama dari suatu pekan (kini disebut hari Minggu), Alkitab tidak memuat perintah untuk mengkhususkan hari tersebut sebagai hari yang suci.
”Dipertahankannya nama Kafir kuno ’Dies Solis’, atau ’Sunday’, untuk hari-raya-Kristen mingguan, sebagian besar, disebabkan oleh dipadukannya perayaan Kafir dan [apa yang disebut] Kristen sehingga hari pertama dari pekan itu diusulkan oleh Konstantin [dalam suatu keputusan pada tahun 321 M] kepada rakyatnya, yang Kafir dan juga Kristen, sebagai ’hari Matahari yang patut dimuliakan’. . . . Itulah cara ia memadukan pertentangan antaragama dalam Kekaisarannya di dalam satu institusi yang umum.”—Lectures on the History of the Eastern Church (New York, 1871), A.P. Stanley, hlm. 291.
Apakah tuntutan untuk memelihara sabat diperintahkan kepada Adam sehingga bersifat mengikat untuk semua keturunannya?
Setelah selesai mempersiapkan bumi untuk didiami manusia, Allah Yehuwa beristirahat dari pekerjaan-Nya yaitu menciptakan hal-hal jasmani di bumi. Ini dikatakan dalam Kejadian 2:1-3. Tetapi catatan Alkitab sama sekali tidak mengatakan bahwa Allah memerintahkan Adam untuk menetapkan hari ketujuh dari tiap pekan sebagai suatu sabat.
Ul. 5:15: ”Ingatlah bahwa dahulu engkau [Israel] menjadi budak di tanah Mesir dan Yehuwa, Allahmu, dengan tangan yang kuat dan terentang, membawa engkau keluar dari sana. Itulah sebabnya Yehuwa, Allahmu, memberikan perintah kepadamu untuk menjalankan hari Sabat.” (Di sini Yehuwa menghubungkan pemberian hukum Sabat dengan pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir, bukan dengan peristiwa di Eden.)
Kel. 16:1, 23-29: ”Seluruh himpunan putra-putra Israel akhirnya sampai di padang belantara Sin . . . pada hari kelima belas dari bulan kedua setelah mereka keluar dari tanah Mesir. . . . [Musa] mengatakan kepada mereka, ’Itulah yang telah Yehuwa katakan. Besok sabat akan dijalankan, yaitu sabat kudus bagi Yehuwa. . . . Enam hari kamu memungutnya [manna], tetapi hari ketujuh adalah sabat. Pada hari itu tidak akan ada apa-apa.’ . . . Yehuwa berfirman kepada Musa, . . . ’Perhatikan fakta bahwa Yehuwa telah memberi kamu sabat.’” (Sebelum ini, pekan-pekan yang masing-masing terdiri dari tujuh hari sudah ditandai, tetapi inilah pertama kalinya perayaan Sabat disebutkan.)
Apakah Hukum Musa dibagi menjadi bagian-bagian yang bersifat ”upacara” dan ”moral”, dan apakah ”hukum moral” (Sepuluh Perintah) mengikat bagi orang Kristen?
Apakah Yesus menyebutkan Hukum sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa hukum itu terbagi menjadi dua bagian?
Mat. 5:17, 21, 23, 27, 31, 38: ”Jangan berpikir aku datang untuk meniadakan Hukum atau Kitab Para Nabi. Aku datang, bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Sekarang, perhatikan apa yang dimasukkan Yesus dalam komentar selanjutnya. ”Kamu mendengar bahwa telah dikatakan kepada mereka yang hidup di zaman purba, ’Jangan membunuh [Kel. 20:13; Perintah Keenam]’ . . . Maka, jika engkau membawa pemberianmu ke mezbah [Ul. 16:16, 17; bukan bagian dari Sepuluh Perintah] . . . Kamu mendengar bahwa telah dikatakan, ’Jangan berzina [Kel. 20:14; Perintah Ketujuh].’ Lagi pula telah dikatakan, ’Barang siapa menceraikan istrinya, hendaklah ia memberinya surat cerai [Ul. 24:1; bukan bagian dari Sepuluh Perintah].’ Kamu mendengar bahwa telah dikatakan, ’Mata ganti mata dan gigi ganti gigi [Kel. 21:23-25; bukan bagian dari Sepuluh Perintah].’” (Jadi, Yesus menggabungkan Sepuluh Perintah dan juga bagian-bagian lain dari Hukum, tanpa membedakan keduanya. Apakah kita harus membedakannya?)
Ketika Yesus ditanya, ”Guru, yang manakah perintah terbesar dalam Hukum?” apakah ia memisahkan Sepuluh Perintah? Sebaliknya, ia menjawab, ”’Engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap pikiranmu.’ Inilah perintah yang terbesar dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang seperti itu, adalah ini, ’Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.’ Pada kedua perintah ini bergantung seluruh Hukum dan Kitab Para Nabi.” (Mat. 22:35-40) Jika ada yang berpaut pada Sepuluh Perintah (Ul. 5:6-21), dengan mengatakan bahwa hal itu mengikat umat Kristen tetapi hukum-hukum lainnya tidak, bukankah mereka sebenarnya menolak apa yang Yesus katakan (ketika mengutip Ul. 6:5; Im. 19:18) berkenaan dengan perintah-perintah mana yang terbesar?
Ketika menyebutkan tentang berlalunya Hukum Musa, apakah Alkitab secara langsung mengatakan bahwa Sepuluh Perintah juga akan berakhir?
Rm. 7:6, 7: ”Sekarang kita telah dibebaskan dari Hukum, karena kita telah mati sehubungan dengan apa yang membelenggu kita . . . Lalu, apa yang akan kita katakan? Apakah Hukum itu dosa? Jangan sekali-kali itu terjadi! Sebenarnya aku tidak akan mengenal dosa jika bukan karena Hukum; dan, sebagai contoh, aku tidak akan mengenal apa itu mengingini milik orang lain jika Hukum tidak mengatakan, ’Jangan mengingini milik orang lain.’” (Di sini, segera setelah menulis bahwa umat Kristen Yahudi telah ”dibebaskan dari Hukum”, contoh apa dari Hukum yang dikutip Paulus? Dari Sepuluh Perintah, dengan demikian menunjukkan bahwa perintah itu termasuk dalam Hukum yang tidak usah mereka laksanakan lagi.)
2 Kor. 3:7-11: ”Jika kaidah yang menyalurkan kematian dan yang diukir dengan huruf-huruf pada batu-batu datang dengan suatu kemuliaan, sehingga putra-putra Israel tidak dapat menatap muka Musa oleh karena kemuliaan pada mukanya, suatu kemuliaan yang akan disingkirkan, maka bukankah seharusnya penyaluran roh itu disertai dengan kemuliaan yang jauh lebih besar? . . . Karena jika apa yang akan disingkirkan itu diantarkan dengan kemuliaan, terlebih lagi kemuliaan yang menyertai apa yang tetap itu.” (Di sini disebutkan mengenai suatu kaidah yang ”diukir dengan huruf-huruf pada batu-batu” dan dikatakan bahwa ”putra-putra Israel tidak dapat menatap muka Musa” pada saat hukum itu disampaikan kepada mereka. Apa yang digambarkan oleh hal ini? Keluaran 34:1, 28-30 menunjukkan bahwa ini adalah saat ketika Sepuluh Perintah diberikan; perintah-perintah ini diukir pada batu. Jelaslah, perintah-perintah ini juga termasuk yang dikatakan ayat di sini ”akan disingkirkan”.)
Apakah berlalunya Hukum Musa, termasuk Sepuluh Perintah, menyatakan bahwa semua kendali moral juga dilenyapkan?
Sama sekali tidak; banyak standar moral yang diuraikan dalam Sepuluh Perintah dinyatakan kembali di buku-buku yang terilham dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. (Tetapi, hukum Sabat tidak dinyatakan kembali.) Namun, tidak soal betapa baiknya suatu hukum, selama kecenderungan yang berdosa menguasai keinginan seseorang, tetap akan ada pelanggaran hukum. Tetapi, berkenaan dengan perjanjian baru yang menggantikan perjanjian Hukum, Ibrani 8:10 menyatakan, ”’Sebab inilah perjanjian yang akan kuadakan dengan keturunan Israel setelah masa itu,’ kata Yehuwa. ’Aku akan menaruh hukum-hukumku dalam pikiran mereka, dan dalam hati mereka aku akan menuliskannya. Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatku.’” Betapa lebih jitunya hukum-hukum demikian daripada yang diukir pada lempeng-lempeng batu!
Rm. 6:15-17: ”Apakah kita akan berbuat dosa karena kita tidak berada di bawah hukum melainkan di bawah kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh? Jangan sekali-kali itu terjadi! Tidak tahukah kamu bahwa jika kamu terus menyerahkan dirimu kepada siapa pun sebagai budak untuk menaati dia, kamu adalah budaknya karena kamu menaati dia, baik budak dari dosa yang membawa kepada kematian ataupun budak dari ketaatan yang membawa kepada keadilbenaran? Tetapi syukur kepada Allah bahwa kamu dahulu adalah budak dosa, tetapi sekarang kamu taat dari hati kepada bentuk ajaran itu yang kepadanya kamu diserahkan.” (Lihat juga Galatia 5:18-24.)
Apa makna Sabat mingguan bagi umat Kristen?
Ada suatu ”peristirahatan sabat” dan umat Kristen ambil bagian di dalamnya setiap hari
Ibrani 4:4-11 mengatakan, ”Dalam suatu ayat [Kejadian 2:2] ia [Allah] mengatakan tentang hari ketujuh sebagai berikut: ’Dan Allah beristirahat pada hari ketujuh dari semua pekerjaannya’, dan sekali lagi dalam ayat ini [Mazmur 95:11], ’Mereka tidak akan masuk ke peristirahatanku.’ Karena itu, mengingat masih ada yang akan memasukinya, dan mereka yang kepadanya kabar baik mula-mula dinyatakan tidak masuk oleh karena ketidaktaatan, sekali lagi ia menetapkan suatu hari tertentu dengan mengatakan ’Hari ini’ dalam mazmur Daud [Mazmur 95:7, 8] setelah waktu yang begitu lama; seperti yang telah dikatakan di atas, ’Hari ini apabila kamu sekalian mendengarkan suaranya, janganlah mengeraskan hatimu.’ Karena seandainya Yosua telah membawa mereka ke tempat peristirahatan, maka setelah itu Allah tidak akan berbicara tentang hari yang lain. Maka masih ada peristirahatan sabat bagi umat Allah. Karena orang yang telah memasuki peristirahatan Allah, ia juga telah beristirahat dari pekerjaannya sendiri, sama seperti Allah beristirahat dari pekerjaannya. Karena itu, biarlah kita berupaya sebisa-bisanya untuk masuk ke peristirahatan itu, agar tidak seseorang pun jatuh menurut pola ketidaktaatan yang sama.”
Dari apakah umat Kristen di sini dianjurkan untuk berhenti? Dari ”pekerjaannya sendiri”. Pekerjaan apa? Yaitu pekerjaan yang dahulu mereka upayakan untuk membuktikan diri adil-benar. Mereka tidak lagi percaya bahwa mereka dapat memperoleh perkenan Allah dan hidup kekal dengan mematuhi peraturan-peraturan dan perayaan-perayaan tertentu. Itulah kesalahan orang-orang Yahudi yang tidak beriman yang, dengan ”berupaya menetapkan keadilbenaran mereka sendiri, mereka tidak menundukkan diri kepada keadilbenaran Allah”. (Rm. 10:3) Umat Kristen sejati mengakui bahwa kita semua dilahirkan sebagai pedosa dan bahwa hanya melalui iman akan korban Kristus setiap orang dapat memperoleh kedudukan yang adil-benar di hadapan Allah. Mereka berusaha memperhatikan dan menerapkan semua ajaran Putra Allah. Dengan rendah hati mereka menerima nasihat dan teguran dari Firman Allah. Ini tidak berarti bahwa mereka berpikir mereka dapat memperoleh upah yaitu perkenan Allah dengan cara ini; tetapi, apa yang mereka lakukan adalah pernyataan kasih dan iman mereka. Dengan haluan hidup demikian mereka menghindari ”pola ketidaktaatan” bangsa Yahudi.
”Hari Ketujuh”, yang disebutkan dalam Kejadian 2:2, bukan suatu hari 24 jam saja. (Lihat halaman 267, 268, di bawah judul ”Penciptaan”.) Demikian pula, ”peristirahatan sabat” yang diikuti orang-orang Kristen sejati tidak terbatas pada suatu hari 24 jam. Dengan menaruh iman dan menaati nasihat Alkitab, mereka dapat menikmatinya setiap hari, dan teristimewa mereka akan menikmatinya dalam sistem baru Allah.
Ada suatu peristirahatan ”sabat” seribu tahun yang terbentang di hadapan umat manusia
Mrk. 2:27, 28: ”[Yesus] selanjutnya mengatakan kepada mereka, ’Hari sabat diadakan demi manusia, dan bukan manusia demi sabat; karena itu Putra manusia adalah Tuan bahkan atas hari sabat.’”
Yesus tahu bahwa Yehuwa telah menetapkan Sabat sebagai tanda antara Allah dan Israel, dan bahwa hal itu dimaksudkan untuk membebaskan mereka dari kerja keras mereka. Yesus juga sadar bahwa kematiannya sendiri akan menjadi dasar untuk membatalkan Hukum Musa karena sudah digenapi dalam dirinya. Ia menghargai bahwa Hukum, dengan tuntutan Sabatnya, merupakan ”bayangan dari perkara-perkara baik yang akan datang”. (Ibr. 10:1; Kol. 2:16, 17) Sehubungan dengan ”perkara-perkara baik” itu, ada suatu ”sabat” dengan dia sebagai Tuannya.
Sebagai Tuan atas segala tuan, Kristus akan memerintah seluruh bumi selama seribu tahun. (Pny. 19:16; 20:6; Mz. 2:6-8) Ketika berada di bumi, Yesus dengan berbelas kasihan melaksanakan beberapa penyembuhan yang paling menakjubkan pada hari Sabat, dengan demikian memperlihatkan corak pembebasan yang akan ia hasilkan bagi orang-orang dari segala bangsa selama Pemerintahan Mileniumnya. (Luk. 13:10-13; Yoh. 5:5-9; 9:1-14) Mereka yang menghargai makna Sabat yang sesungguhnya akan mempunyai kesempatan juga untuk mendapat manfaat dari peristirahatan ”sabat” itu.
Jika Seseorang Mengatakan—
’Orang-orang Kristen harus memelihara hari Sabat’
Saudara dapat menjawab, ’Bolehkah saya bertanya mengapa Anda berpikir begitu?’ Kemudian mungkin menambahkan, ’Apa yang dikatakan Alkitab mengenai hal itu seharusnya mengarahkan cara berpikir kita tentang hal itu, bukan? . . . Ada beberapa ayat Alkitab yang saya dapati membantu dalam hal ini. Bolehkah saya tunjukkan kepada Anda? (Kemudian gunakan bagian-bagian yang cocok dari bahan pada halaman-halaman sebelumnya.)’
’Mengapa Anda tidak memelihara hari Sabat?’
Saudara dapat menjawab, ’Jawaban saya bergantung pada sabat mana yang Anda maksudkan. Tahukah Anda bahwa Alkitab mencatat lebih dari satu sabat? . . . Allah memberikan hukum-hukum sabat kepada orang-orang Yahudi. Namun, tahukah Anda bahwa Alkitab menyebutkan tentang suatu sabat yang berbeda yang harus dipelihara umat Kristen?’ Kemudian mungkin menambahkan: (1) ’Kami tidak memelihara satu hari dalam satu minggu sebagai hari Sabat karena Alkitab mengatakan bahwa tuntutan itu ”akan disingkirkan”. (2 Kor. 3:7-11; lihat komentar tentang hal ini pada halaman 324, 325.)’ (2) ’Tetapi ada suatu sabat yang memang kita pelihara dengan teratur. (Ibr. 4:4-11; lihat halaman 325, 326.)’
-
-
Saksi-Saksi YehuwaBertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
-
-
Saksi-Saksi Yehuwa
Definisi: Masyarakat Kristen yang terdapat di seluruh dunia yang bersaksi dengan aktif mengenai Allah Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya berkenaan dengan umat manusia. Kepercayaan mereka didasarkan hanya pada Alkitab.
Apa kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa yang membedakan mereka dari agama-agama lain?
(1) Alkitab: Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa seluruh Alkitab adalah Firman Allah yang terilham. Mereka tidak berpaut pada kredo-kredo yang didasarkan pada ajaran turun-temurun manusia, tetapi berpaut pada Alkitab sebagai patokan untuk seluruh kepercayaan mereka.
(2) Allah: Mereka menyembah Yehuwa sebagai satu-satunya Allah yang benar dan dengan bebas berbicara kepada orang lain mengenai Dia serta maksud-tujuan-Nya yang pengasih bagi umat manusia. Siapa pun yang bersaksi kepada umum tentang Yehuwa biasanya dikenal sebagai anggota dari kelompok itu—”Saksi-Saksi Yehuwa”.
(3) Yesus Kristus: Mereka percaya bahwa Yesus Kristus bukan bagian dari Tritunggal, melainkan, seperti dikatakan Alkitab, ia adalah Putra Allah, ciptaan Allah yang pertama; bahwa sebelum menjadi manusia ia sudah ada dan bahwa kehidupannya dipindahkan dari surga ke dalam rahim seorang perawan, Maria; bahwa korban kehidupan manusianya yang sempurna memungkinkan orang-orang yang beriman memperoleh keselamatan menuju hidup yang kekal; bahwa Kristus dengan aktif memerintah sebagai Raja, dengan wewenang dari Allah atas seluruh bumi sejak 1914.
(4) Kerajaan Allah: Mereka percaya bahwa Kerajaan Allah adalah satu-satunya harapan bagi umat manusia; bahwa Kerajaan itu benar-benar suatu pemerintahan, yang tidak lama lagi akan membasmi sistem fasik yang ada sekarang, termasuk semua pemerintahan manusia. Kerajaan ini akan membentuk sistem baru dan keadilbenaran akan berlaku di sana.
(5) Kehidupan surgawi: Mereka percaya bahwa 144.000 orang Kristen yang diurapi dengan roh akan memerintah sebagai raja bersama Kristus di Kerajaan surgawinya. Mereka tidak percaya bahwa surga adalah pahala bagi setiap orang yang ”baik”.
(6) Bumi: Mereka percaya bahwa maksud-tujuan Allah yang semula bagi bumi akan digenapi; bahwa bumi akan dipenuhi dengan penyembah-penyembah Yehuwa yang akan dapat menikmati hidup kekal sebagai manusia sempurna; bahwa bahkan orang-orang mati akan dibangkitkan dan mendapat kesempatan untuk ikut menikmati berkat-berkat ini.
(7) Kematian: Mereka percaya bahwa orang mati sama sekali tidak tahu apa-apa, tidak mengalami rasa sakit ataupun senang di alam roh; bahwa mereka hanya ada dalam ingatan Allah. Jadi, bagi orang mati, harapan hidup di masa depan bergantung pada kebangkitan.
(8) Hari-hari terakhir: Mereka percaya bahwa sejak tahun 1914, kita hidup di hari-hari terakhir sistem yang fasik ini; bahwa pencinta-pencinta keadilbenaran akan selamat memasuki bumi yang sudah dibersihkan.
(9) Terpisah dari dunia: Mereka dengan sungguh-sungguh berupaya untuk tidak menjadi bagian dari dunia, tepat seperti yang dikatakan Yesus mengenai pengikut-pengikutnya. Mereka memperlihatkan kasih Kristen yang sejati terhadap sesama, tetapi mereka tidak ikut dalam politik atau peperangan bangsa mana pun. Mereka menyediakan kebutuhan jasmani keluarga mereka, tetapi menjauhi haluan dunia dalam mengejar hal-hal materi dan kemasyhuran pribadi serta keinginannya untuk memuaskan diri secara berlebihan dalam kesenangan.
(10) Menerapkan nasihat Alkitab: Mereka percaya akan pentingnya menerapkan nasihat Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sekarang—di rumah, di sekolah, dalam bisnis, di sidang jemaat. Tidak soal bagaimana jalan hidup seseorang di masa lampau, ia dapat menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa jika ia meninggalkan praktek-praktek yang dikutuk Firman Allah dan menerapkan nasihatnya yang saleh. Namun, jika setelah itu ia mempraktekkan perzinaan, percabulan, homoseksualitas, penyalahgunaan narkoba, bermabuk-mabukan, berdusta, atau mencuri, ia akan dipecat dari organisasi.
(Daftar di atas dengan singkat menyatakan beberapa dari kepercayaan utama Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi bukan hanya itu saja yang berbeda dengan kepercayaan kelompok-kelompok lain. Dasar Alkitab untuk pokok-pokok di atas dapat dicari melalui Indeks dalam buku ini.)
Apakah Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama Amerika?
Mereka adalah pendukung Kerajaan Allah, bukan pendukung sistem politik, ekonomi, atau sosial bangsa mana pun di dunia tua ini.
Pada abad modern ini, mereka memang bermula di Amerika Serikat. Lokasi kantor pusat sedunia mereka di sana telah memungkinkan pencetakan dan pengiriman bacaan Alkitab ke banyak tempat di muka bumi ini. Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa tidak menganggap satu bangsa lebih baik dari bangsa lain, mereka terdapat di segala bangsa, dan mereka mempunyai kantor cabang di berbagai tempat di bumi untuk mengawasi kegiatan mereka di tempat-tempat tersebut.
Pikirkanlah: Yesus sebagai seorang Yahudi lahir di Palestina, tetapi tidak berarti Kekristenan adalah agama Palestina, bukan? Tempat kelahiran Yesus sebagai manusia bukan faktor pertimbangan yang paling penting. Ajaran Yesus berasal dari Bapaknya, Allah Yehuwa, yang tidak berat sebelah terhadap orang-orang dari segala bangsa.—Yoh. 14:10; Kis. 10:34, 35.
Bagaimana pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa didanai?
Dengan sumbangan sukarela, seperti halnya umat Kristen masa awal. (2 Kor. 8:12; 9:7) Tidak ada pungutan kolekte di perhimpunan mereka; mereka tidak pernah mengemis sumbangan dari masyarakat. Sumbangan-sumbangan dari para peminat adalah untuk memajukan pekerjaan pendidikan Alkitab di seluas dunia yang dilakukan oleh Saksi-Saksi.
Saksi-Saksi tidak dibayar untuk pergi dari rumah ke rumah atau menawarkan bacaan Alkitab di jalan. Kasih terhadap Allah dan sesama menggerakkan mereka untuk berbicara tentang persediaan Allah yang pengasih bagi umat manusia.
The Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania adalah badan hukum agama yang sah yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Badan ini didirikan pada tahun 1884 sesuai dengan Undang-Undang Badan Hukum Nirlaba dari negara bagian Pennsylvania, AS. Oleh karena itu, secara hukum lembaga ini tidak dapat menjadi, dan bukan suatu perusahaan untuk mencari keuntungan. Pribadi-pribadi secara perorangan juga tidak mencari keuntungan melalui lembaga ini. Anggaran Dasar Lembaga ini menyatakan, ”[Lembaga ini] tidak bermaksud mencari keuntungan finansial, secara kebetulan atau dengan cara lain, dari anggota-anggota, direktur ataupun pegawainya.”
Apakah Saksi-Saksi Yehuwa suatu sekte atau kultus?
Ada yang mendefinisikan sekte sebagai suatu kelompok yang memisahkan diri dari agama induk. Ada juga yang menerapkan kata ini kepada suatu kelompok yang mengikuti pemimpin manusia atau guru tertentu. Biasanya kata ini digunakan untuk merendahkan. Saksi-Saksi Yehuwa bukan cabang suatu gereja melainkan mencakup orang-orang dari semua tingkat dalam masyarakat dan berbagai latar belakang agama. Mereka tidak mengikuti manusia mana pun, tetapi menganggap Yesus Kristus sebagai pemimpin mereka.
Kultus dikenal sebagai agama yang tidak ortodoks atau yang menekankan ibadat menurut upacara tertentu. Banyak kultus mengikuti seorang pemimpin manusia yang masih hidup, dan sering kali penganut-penganutnya hidup dalam kelompok-kelompok terpisah dari masyarakat. Namun, seharusnya patokan tentang apa yang disebut ortodoks adalah Firman Allah, dan Saksi-Saksi Yehuwa sungguh-sungguh berpaut pada Alkitab. Ibadat mereka adalah suatu jalan hidup, bukan upacara agama. Mereka tidak mengikuti pemimpin manusia ataupun mengasingkan diri dari masyarakat. Mereka tinggal dan bekerja di tengah-tengah masyarakat.
Sudah berapa lama agama Saksi-Saksi Yehuwa ini berdiri?
Menurut Alkitab, barisan saksi-saksi Yehuwa dimulai dengan Habel yang setia. Ibrani 11:4-12:1 berbunyi, ”Karena beriman, Habel mempersembahkan kepada Allah korban yang nilainya lebih besar daripada korban Kain . . . Karena beriman, setelah diberi peringatan ilahi tentang perkara-perkara yang belum kelihatan, Nuh memperlihatkan rasa takut yang saleh . . . Karena beriman, sewaktu Abraham dipanggil, ia taat untuk pergi ke suatu tempat yang sudah ditentukan akan diterimanya sebagai warisan . . . Karena beriman, setelah dewasa Musa menolak untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun, dan memilih untuk diperlakukan dengan kejam bersama umat Allah sebaliknya daripada mendapatkan kenikmatan sementara dari dosa . . . Maka, karena kita mempunyai begitu banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita, biarlah kita juga menanggalkan setiap beban dan dosa yang dengan mudah menjerat kita, dan biarlah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita.”
Mengenai Yesus Kristus, Alkitab mengatakan, ”Inilah hal-hal yang dikatakan oleh Amin, saksi yang setia dan benar, awal dari ciptaan Allah.” Saksi siapakah dia? Menurut Yesus sendiri, ia menyatakan nama Bapaknya. Ia adalah saksi yang paling utama bagi Yehuwa.—Pny. 3:14; Yoh. 17:6.
Menarik sekali, beberapa orang Yahudi ingin tahu apakah kegiatan Yesus Kristus mewakili ”suatu ajaran baru”. (Mrk. 1:27) Belakangan, orang-orang Yunani menyangka rasul Paulus memperkenalkan ”ajaran baru”. (Kis. 17:19, 20) Hal itu baru bagi telinga orang yang mendengarnya, tetapi yang penting ajaran itu adalah kebenaran, selaras sepenuhnya dengan Firman Allah.
Sejarah modern Saksi-Saksi Yehuwa berawal dari dibentuknya suatu kelompok pelajaran Alkitab di Allegheny, Pennsylvania, AS, pada awal tahun 1870-an. Mula-mula mereka hanya dikenal sebagai Siswa-Siswa Alkitab, tetapi pada tahun 1931 mereka memakai nama dari Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa. (Yes. 43:10-12) Kepercayaan dan kegiatan mereka bukan sesuatu yang baru melainkan pemulihan Kekristenan abad pertama.
Apakah Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa hanya agama merekalah yang benar?
Alkitab tidak menyetujui pandangan modern bahwa ada banyak cara beribadat yang diterima Allah. Efesus 4:5 menyatakan adanya ”satu Tuan, satu iman”. Yesus menerangkan, ”Sempitlah gerbang dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang menemukannya. . . . Bukan setiap orang yang mengatakan kepadaku, ’Tuan, Tuan’, akan masuk ke dalam kerajaan surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapakku yang di surga.”—Mat. 7:13, 14, 21; lihat juga 1 Korintus 1:10.
Berulang kali Alkitab menyebut seluruh ajaran Kristen sejati sebagai ”kebenaran”, dan Kekristenan disebut ”jalan kebenaran”. (1 Tim. 3:15; 2 Yoh. 1; 2 Ptr. 2:2) Seluruh kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa, patokan tingkah laku, dan prosedur organisasi mereka berdasarkan Alkitab. Iman mereka kepada Alkitab sendiri sebagai Firman Allah, memberi mereka keyakinan bahwa memang mereka memiliki kebenaran. Jadi, sikap mereka bukan sombong, melainkan menunjukkan keyakinan bahwa Alkitab adalah patokan yang benar untuk menentukan suatu agama. Mereka tidak memikirkan diri sendiri tetapi ingin sekali menceritakan kepercayaan mereka kepada orang lain.
Bukankah agama-agama lain juga mengikuti Alkitab?
Banyak yang menggunakannya sampai suatu taraf tertentu. Namun, apakah mereka benar-benar mengajar dan menerapkan apa yang tercantum di dalamnya? Coba pikirkan: (1) Dalam kebanyakan terjemahan Alkitab mereka, nama Allah yang benar telah dihapus ribuan kali. (2) Doktrin Tritunggal, pengertian mereka mengenai Allah, diambil dari sumber-sumber kafir dan berkembang menjadi bentuknya yang sekarang berabad-abad setelah Alkitab selesai ditulis. (3) Kepercayaan mereka akan jiwa manusia yang tak berkematian sebagai dasar dari kehidupan yang terus berlangsung tidak berdasarkan Alkitab, tetapi berakar di Babilon kuno. (4) Tema pengabaran Yesus adalah Kerajaan Allah, ia mengutus murid-muridnya untuk secara pribadi berbicara kepada orang lain mengenai hal itu; tetapi gereja-gereja dewasa ini jarang menyebut Kerajaan itu dan anggota-anggotanya tidak melakukan pekerjaan pengabaran ”kabar baik kerajaan ini”. (Mat. 24:14) (5) Yesus berkata bahwa pengikut-pengikutnya yang sejati dapat dengan mudah dikenal dari kasih yang rela berkorban terhadap satu sama lain. Bagaimana dengan agama-agama Susunan Kristen pada waktu bangsa-bangsa berperang? (6) Alkitab berkata bahwa murid-murid Kristus bukan bagian dari dunia ini, dan memperingatkan bahwa siapa yang ingin bersahabat dengan dunia akan menjadi musuh Allah; tetapi gereja-gereja Susunan Kristen dan anggota-anggota mereka sangat terlibat dalam urusan politik bangsa-bangsa. (Yak. 4:4) Dengan melihat catatan ini, dapatkah secara jujur dikatakan bahwa mereka benar-benar berpaut pada Alkitab?
Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa sampai pada kesimpulan mereka dalam menjelaskan Alkitab?
Faktor yang penting ialah bahwa Saksi-Saksi benar-benar percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang berisi
-