PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • rs hlm. 166-hlm. 170
  • Kefasikan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kefasikan
  • Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Jika Seseorang Mengatakan—
  • Mengapa Allah Membiarkan Kejahatan Sampai Jaman Kita?
    Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
  • Mengapa Kefasikan Terus Ada
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
  • Hari-Hari bagi Setanisme Telah Dihitung
    Sedarlah!—1994
  • Apakah Ada Allah Yang Berprihatin?
    Apakah Ada Allah yang Berprihatin?
Lihat Lebih Banyak
Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
rs hlm. 166-hlm. 170

Kefasikan

Definisi: Sesuatu yang sangat buruk secara moral. Sering kali kata ini menyatakan sesuatu yang merugikan, menimbulkan penderitaan orang lain, atau pengaruhnya bersifat menghancurkan.

Mengapa ada begitu banyak kefasikan?

Allah tidak dapat disalahkan. Ia memberi manusia suatu awal yang sempurna, tetapi umat manusia memilih untuk mengabaikan tuntutan-tuntutan Allah dan memutuskan bagi diri sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. (Ul. 32:4, 5; Pkh. 7:29; Kej. 3:5, 6) Dengan melakukan hal ini, mereka akhirnya berada di bawah pengaruh kuasa-kuasa adimanusiawi yang fasik.​—Ef. 6:11, 12.

1 Yoh. 5:19: ”Seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik.”

Pny. 12:7-12: ”Pecahlah perang di surga . . . naga itu beserta malaikat-malaikatnya bertempur tetapi tidak menang, dan tidak ada lagi tempat bagi mereka di surga. Maka dicampakkanlah naga besar itu, ular yang semula, yang disebut Iblis dan Setan, yang menyesatkan seluruh bumi yang berpenduduk; ia dicampakkan ke bumi, dan malaikat-malaikatnya dicampakkan bersamanya. . . . ’Karena itu, bergembiralah, hai, surga, dan kamu yang berdiam di dalamnya! Celaka bagi bumi dan bagi laut, sebab si Iblis telah turun kepadamu dengan kemarahan yang besar, karena ia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit.’” (Malapetaka yang makin bertambah atas dunia ini terjadi sejak Setan dicampakkan dari surga segera setelah kelahiran Kerajaan itu. Lihat ayat 10.)

2 Tim. 3:1-5: ”Ketahuilah ini, bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa kritis yang sulit dihadapi. Sebab orang-orang akan menjadi pencinta diri sendiri, pencinta uang, congkak, angkuh, penghujah, tidak taat kepada orang-tua, tidak berterima kasih, tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami, tidak suka bersepakat, pemfitnah, tidak mempunyai pengendalian diri, garang, tidak mengasihi kebaikan, pengkhianat, keras kepala, besar kepala karena sombong, mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah, berpengabdian yang saleh hanya secara lahiriah tetapi mereka tidak hidup sesuai dengan kuasanya.” (Inilah buah-buah kemurtadan dari ibadat sejati selama berabad-abad. Keadaan-keadaan ini berkembang karena orang-orang yang mengaku beragama telah mengabaikan apa yang sebenarnya dikatakan oleh Firman Allah. Mereka terbukti menyangkal kuasa untuk kebaikan yang dapat dihasilkan oleh pengabdian saleh yang sejati dalam kehidupan seseorang.)

Mengapa Allah mengizinkannya?

Kadang-kadang bagi kita seolah-olah hal yang terbaik ialah menyingkirkan saja semua orang yang fasik. Kita merindukan akhir kefasikan, meskipun demikian kita baru mengalaminya selama relatif sebentar saja jika dibandingkan dengan lamanya kefasikan itu berlangsung. Bagaimana perasaan Allah Yehuwa? Selama ribuan tahun, orang-orang menyalahkan Dia, bahkan mengutuk-Nya karena keadaan buruk yang telah mereka tanggung. Namun, hal-hal tersebut disebabkan bukan oleh Dia, melainkan oleh Setan dan orang-orang fasik. Yehuwa mempunyai kuasa untuk membinasakan yang fasik. Tentu harus ada alasan-alasan yang baik mengapa Ia menahan diri. Jika cara Yehuwa menangani keadaan ini berbeda dengan apa yang kita sarankan, apakah hal itu akan mengherankan kita? Pengalaman-Nya jauh lebih banyak daripada pengalaman manusia, dan pandangan-Nya mengenai keadaan ini jauh lebih luas daripada pandangan manusia mana pun.—Bandingkan Yesaya 55:8, 9; Yehezkiel 33:17.

Tidak akan ada kefasikan jika Allah tidak memberikan kehendak bebas kepada makhluk-makhluk yang cerdas. Namun, Allah telah memberi kita kemampuan untuk memilih, taat kepada Dia karena kita mengasihi Dia atau tidak taat. (Ul. 30:19, 20; Yos. 24:15) Apakah kita menginginkan yang sebaliknya? Jika kita adalah orang tua, yang manakah yang akan membuat kita lebih berbahagia—jika anak-anak taat karena mereka mengasihi kita atau jika kita memaksa mereka untuk berbuat demikian? Apakah Allah harus memaksa Adam untuk taat? Apakah kita benar-benar akan lebih bahagia jika kita hidup dalam dunia tempat kita dipaksa untuk menaati Allah? Sebelum membinasakan sistem yang fasik ini, Allah memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk memperlihatkan apakah mereka benar-benar ingin hidup selaras dengan hukum-hukum-Nya yang benar atau tidak. Pada waktu yang ditetapkan-Nya, Ia pasti akan membinasakan yang fasik.—2 Tes. 1:9, 10.

Dengan bijaksana Ia memberikan waktu untuk menyelesaikan sengketa-sengketa penting: (1) Keadilbenaran dan keabsahan pemerintahan Yehuwa ditantang di Eden. (Kej. 2:16, 17; 3:1-5) (2) Integritas semua hamba Allah di surga dan di bumi diragukan. (Ayb. 1:6-11; 2:1-5; Luk. 22:31) Allah dapat saja membinasakan para pemberontak (Setan, Adam, dan Hawa) seketika itu juga, tetapi hal itu tidak menyelesaikan masalahnya. Kekuatan tidak membuktikan bahwa maksud-tujuan seseorang itu benar. Sengketa yang ditimbulkan adalah sengketa-sengketa moral. Allah memberikan waktu, bukan untuk membuktikan sesuatu bagi diri-Nya, melainkan untuk mengizinkan semua makhluk yang mempunyai kehendak bebas untuk melihat sendiri buah-buah buruk yang dihasilkan oleh pemberontakan melawan pemerintahan-Nya. Selain itu, memberi mereka kesempatan guna memperlihatkan bagaimana sikap mereka secara pribadi dalam soal-soal penting ini. Jika sengketa-sengketa ini sudah diselesaikan, siapa pun tidak akan diizinkan untuk mengganggu perdamaian lagi. Ketertiban, keselarasan, dan kesejahteraan seluruh alam semesta bergantung pada penyucian nama Yehuwa, semua makhluk yang cerdas memperlakukan Dia dengan hormat yang tulus. (Lihat juga halaman 353, 354, di bawah judul ”Setan si Iblis”.)

Perumpamaan: Jika seseorang membuat tuduhan di hadapan seluruh masyarakat bahwa Saudara menyalahgunakan kedudukan Saudara sebagai kepala keluarga, bahwa anak-anak Saudara akan lebih baik keadaannya jika mereka membuat keputusan mereka sendiri tanpa bergantung pada Saudara, dan bahwa mereka semua menaati Saudara, bukan karena kasih, melainkan karena manfaat jasmani yang Saudara sediakan, apa cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini? Apakah dengan menembak penuduh palsu itu tuduhan-tuduhan tersebut akan hilang dari benak masyarakat? Sebaliknya, benar-benar suatu jawaban yang bagus jika Saudara memberi anak-anak Saudara kesempatan untuk menjadi saksi-saksi Saudara guna memperlihatkan bahwa Saudara adalah seorang kepala keluarga yang adil dan pengasih dan bahwa mereka hidup bersama Saudara karena mereka mengasihi Saudara! Jika ada anak-anak Saudara yang mempercayai musuh Saudara, meninggalkan rumah, dan menghancurkan kehidupan mereka dengan menempuh cara hidup yang lain, hal itu justru akan membuat para pengamat yang jujur sadar bahwa anak-anak akan jauh lebih baik keadaannya jika mereka menaati petunjuk Saudara.

Dengan diizinkannya kefasikan oleh Allah sampai sekarang, apakah kita telah mendapat manfaatnya?

2 Ptr. 3:9: ”Yehuwa tidak lambat sehubungan dengan janjinya, seperti anggapan beberapa orang, tetapi ia sabar kepada kamu karena ia tidak ingin seorang pun dibinasakan tetapi ingin agar semuanya bertobat.” (Karena kesabaran-Nya telah berlangsung terus sampai zaman kita, kita mempunyai kesempatan untuk memperlihatkan bahwa kita bertobat dan, kita tidak ingin membuat keputusan sendiri berkenaan dengan apa yang baik dan buruk, tetapi kita ingin tunduk kepada pemerintahan Yehuwa yang benar.)

Rm. 9:14-24: ”Apa yang akan kita katakan? Apakah ada ketidakadilan pada Allah? Jangan sekali-kali itu terjadi! . . . Jika Allah, walaupun berkeinginan untuk mempertunjukkan murkanya dan menyatakan kuasanya, dengan banyak kepanjangsabaran mentoleransi bejana-bejana kemurkaan yang memang patut untuk dibinasakan [yaitu, Ia bersabar terhadap orang-orang fasik selama suatu jangka waktu], supaya ia dapat menyatakan kekayaan kemuliaannya atas bejana-bejana belas kasihan, yang ia persiapkan sebelumnya untuk kemuliaan [yaitu, Ia akan menggunakan waktu untuk mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang tertentu, selaras dengan maksud-tujuan-Nya], yaitu kita, yang dipanggilnya tidak hanya dari antara orang Yahudi tetapi juga dari antara bangsa-bangsa.” (Jadi, Allah menunda kebinasaan orang-orang fasik untuk memberikan waktu guna memilih orang-orang yang akan Ia muliakan bersama dengan Kristus sebagai anggota-anggota Kerajaan surgawi. Apakah dengan berbuat demikian Allah berlaku tidak adil kepada setiap orang? Tidak; hal itu adalah bagian dari penyelenggaraan Yehuwa untuk memberkati orang-orang dari segala bangsa yang akan diperkenan dengan kesempatan untuk hidup kekal di atas bumi firdaus. Bandingkan Mazmur 37:10, 11.)

Jika Seseorang Mengatakan—

’Mengapa Allah mengizinkan kefasikan?’

Saudara dapat menjawab, ’Pertanyaan Anda baik sekali. Banyak hamba Allah yang setia merasa terganggu oleh kefasikan di sekeliling mereka. (Hab. 1:3, 13)’ Kemudian mungkin menambahkan: (1) ’Ini tidak disebabkan karena Allah bersikap acuh tak acuh. Ia meyakinkan kita bahwa Ia mempunyai waktu yang telah ditetapkan manakala Ia akan meminta pertanggungjawaban dari orang-orang fasik. (Hab. 2:3)’ (2) ’Namun, apa yang dituntut dari kita jika kita ingin berada di antara orang-orang yang selamat apabila waktu itu tiba? (Hab. 2:4b; Zef. 2:3)’

Atau Saudara dapat mengatakan, ’Saya senang Anda mengajukan pertanyaan itu. Memang pertanyaan itu telah mengganggu banyak orang yang berhati jujur. Di sini ada beberapa keterangan yang sangat berguna yang menjawab pertanyaan Anda. (Kemudian baca bersama beberapa keterangan dari halaman 167-169.)’

’Karena sudah berlangsung selama bertahun-tahun, saya tidak percaya bahwa Allah akan berbuat sesuatu untuk mengubah keadaan’

Saudara dapat menjawab, ’Saya senang mendengar bahwa Anda percaya kepada Allah. Memang benar ada banyak kefasikan, dan hal itu sudah dimulai lama sebelum zaman kita. Tetapi apakah Anda pernah memikirkan hal ini . . .? (Gunakan buah-buah pikiran dalam paragraf 2 di halaman 167, berkenaan dengan lamanya waktu Allah telah bersabar.)’

Atau Saudara dapat mengatakan, ’Saya yakin Anda akan setuju dengan saya jika saya mengatakan bahwa siapa pun yang mempunyai kesanggupan untuk membangun sebuah rumah pasti sanggup untuk membersihkannya juga. . . . Karena Allah menciptakan bumi ini, tidak sulit bagi Dia untuk membersihkannya. Mengapa Dia menunggu begitu lama? Saya mendapati jawaban ini sangat memuaskan. Bagaimana pendapat Anda. (Kemudian baca bersama bahan di halaman 167-169.)’

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan