PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w84_s-1 hlm. 5-29
  • Pandangan Kristen berkenaan Kekayaan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pandangan Kristen berkenaan Kekayaan
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (s-1)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Apakah Saudara Ingin Menjadi Kaya?
  • Apakah Saudara Kaya?
  • Berkat Yehuwa Menjadikan Kaya
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-25)
  • Kaya, Kekayaan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bertekadlah untuk Kaya secara Rohani
    Sedarlah!—2007
  • Bagaimana Saudara Dapat Memelihara Pandangan yang Seimbang akan Uang?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2001
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (s-1)
w84_s-1 hlm. 5-29

Pandangan Kristen berkenaan Kekayaan

APAKAH saudara baru-baru ini membaca surat pertama dari rasul Paulus kepada Timotius, terutama pasal 6:6-19? Ayat-ayat ini mengingatkan agar kita seimbang dalam peranan yang dimainkan kekayaan dalam kehidupan orang-orang Kristen. Surat itu disampaikan kepada Timotius yang tinggal di kota yang sangat kaya yaitu Efesus. Orang-orang Kristen yang tinggal di pusat perdagangan yang besar itu harus berjuang melawan kecenderungan untuk memandang kekayaan duniawi sebagai perkara penting. Secara singkat, ayat-ayat itu menasihati: Berpuaslah dengan apa yang saudara miliki, dan jangan berusaha menjadi kaya; mereka yang sudah kaya, jangan menaruh harapan saudara pada perkara-perkara materi. Sebaliknya, semua harus kaya dalam perbuatan-perbuatan yang baik dan semua harus menyatakan sifat murah hati.

Pandangan yang berat sebelah berkenaan kekayaan akan membuat seseorang menjadi tamak. Ketamakan dapat menjadi alat yang dengan perlahan-lahan namun pasti dapat melepaskan pegangan seorang Kristen pada ajaran-ajaran yang sehat dari Kristus. Karena tidak memiliki pemikiran yang jernih dari kebenaran, ia kini mencebur ke dalam serentetan konflik yang hebat bersama orang-orang di dalam dan di luar sidang. Jalan ini dapat menuju ”kepada kesia-siaan dan iri hati, pertengkaran, hinaan dan sindiran-sindiran yang jahat—sebenarnya, pergumulan terus-menerus di antara orang-orang yang sesat pikirannya yang telah kehilangan pegangan yang benar pada kebenaran dan berharap untuk mendapatkan keuntungan dari agama Kristen”.—1 Timotius 6:3-5, Phillips.

Demikianlah keadaannya dengan mereka yang memanfaatkan hubungan Kristen mereka untuk ”keuntungan” pribadi secara keuangan. Mereka kehilangan kekayaan sejati yang hanya dapat diperoleh dari pengabdian yang saleh, ”janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” Karena itu, nasihat Paulus kepada semua ialah agar ”berpada” dengan ”makanan atau pakaian.”—1 Timothy 4:8; 6:8, Bode.

Apakah Saudara Ingin Menjadi Kaya?

Bila orang kaya meninggikan diri, orang-orang lain sering merasa lebih rendah, yang dapat menimbulkan dalam diri mereka, mula-mula, perasaan iri dan kemudian keinginan yang kuat dan tamak untuk memiliki kekayaan atau sedikitnya perkara-perkara yang dapat dibeli oleh kekayaan. Atau rasa iri hati dapat menyebabkan mereka menyimpulkan dengan salah bahwa mereka dibenarkan untuk menarik keuntungan dari orang kaya serta harta mereka dengan meminta-minta uang tetapi menghindar untuk membayar kembali. Syukurlah 1 Timotius 6:6-16 memberikan nasihat yang bagus berkenaan bagaimana dan mengapa orang-orang Kristen harus menghindari keinginan yang merusak untuk menjadi kaya.

◻ 6:6-8—Jarang sekali kepuasan diperoleh dari kekayaan, tetapi kepuasan selalu didapatkan dari pengabdian yang saleh. Untuk apa kita menginginkan hal-hal yang dimiliki orang-orang lain? Itu hanya sementara, karena kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia, dan kita tidak membawa apa-apa ke luar.

◻ 6:9—Tidak usah orang kaya tetapi mereka ”yang ingin [bertekad menjadi, NW] kaya” yang, seperti hewan yang tidak berakal, menggigit umpan yang memikat, terlibat dalam suatu jerat, dan menjadi tawanan dari ’berbagai-bagai nafsu yang mencelakakan’ yang ”menenggelamkan” orang-orang ke dalam kehancuran (secara aksara, menarik mereka sampai ke dasar).

◻ 6:10—Segala macam hal yang buruk timbul dari ”cinta uang”. Demi uang, orang-orang telah menyelewengkan keadilan, mencuri, melacurkan diri, melakukan pembunuhan, mengkhianati orang-orang lain dan memalsukan kebenaran. Tidak ada kebaikan yang pernah tumbuh dari jenis cinta ini. Mengapa? Karena hal ini berakar pada kejahatan. Karena kebanyakan akar tidak kelihatan, orang-orang Kristen yang tidak waspada meremehkan kekuatan besar untuk berbuat jahat yang berpusat pada ”cinta uang”. Hanya ”oleh memburu uanglah”—bukan memilikinya—”beberapa orang telah menyimpang dari iman”. Akibatnya ialah seseorang ’disiksa dengan berbagai-bagai duka secara emosi, fisik dan rohani’, karena berusaha memperoleh dan bergantung pada kekayaan. Kekayaan saja tidak pernah membawa kebahagiaan.

◻ 6:11-16—Sebaliknya dari mengejar kekayaan, orang-orang Kristen yang bijaksana melarikan diri dari ketamakan. Jarak ke arah keamanan tidak mungkin terlalu jauh. Mereka menggunakan tenaga mereka untuk mendapatkan kebajikan yaitu ”keadilbenaran, pengabdian yang saleh, iman, kasih, ketekunan, watak yang lembut” (NW) agar mereka dapat ’merebut hidup yang kekal’, dan ”tidak bercacat dan tidak bercela” dalam pandangan Yehuwa, Kristus dan saudara-saudara seiman.

Apakah Saudara Kaya?

Ada orang-orang Kristen di abad pertama yang kaya. Mereka mewarisi harta mereka ataupun memperolehnya dengan cara tertentu yang tidak tercela melalui bisnis. Misalnya, Lidia dari Filipi mempunyai bisnis menjual bahan warna celup atau kain-kain berwarna. Karena warna ungu dan pakaian-pakaian yang dicelup warna ungu mahal harganya, kemungkinan besar Lidia cukup kaya. Bagaimana ia menggunakan kekayaannya? Lidia tidak senang pamer. Ia dengan rendah hati menggunakan hartanya untuk memperlihatkan kemurahan Kristen yang sejati. Untung sekali pada jaman sekarang, juga, ada orang-orang yang memiliki semangat yang bagus seperti itu.—Kisah 16:14, 15, 40.

Satu Timotius 6:17-19 memberikan nasihat yang bagus kepada mereka yang ingin meniru teladan Lidia.

◻ 6:17—Sebaliknya dari memamerkan kekayaan, orang-orang kaya dinasihati untuk memamerkan kerendahan hati—tidak menganggap diri lebih tinggi dari pada orang-orang yang lebih miskin. Jalan hidup mereka seharusnya membuktikan kepada semua pengamat bahwa kepercayaan mereka yang sesungguhnya, bukan pada kekayaan, tetapi, sebaliknya, terpancang dengan kuat kepada Allah. Dengan cara ini mereka tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang tidak kaya; mereka tidak membangkitkan ketamakan melalui perasaan iri hati. Juga mereka tidak boleh lupa bahwa harta materi dan kekayaan tidak tetap dan karena itu dapat mencair lebih cepat dari pada salju di bawah matahari yang panas.

◻ 6:18, 19—Gunakan dan nikmati kekayaan saudara untuk membantu diri saudara sendiri dan orang-orang lain supaya melayani Yehuwa, itulah nasihat Paulus. Orang-orang kaya harus berusaha dalam segala bidang untuk mengerjakan apa yang baik secara rohani, rela memberikan bantuan materi kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan secara jasmani, dan untuk menikmati pergaulan dengan semua di sidang, termasuk orang yang termiskin dan orang yang paling sederhana.

Apakah ini berarti mereka yang kaya dapat menuntut pemberian dari saudara-saudari seiman mereka yang kaya? Tidak. Seperti dinyatakan di 2 Tesalonika 3:10-12 dan 1 Timotius 5:8, setiap orang Kristen yang mampu mempunyai kewajiban untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Jadi jika seseorang tidak mau bekerja, memberinya uang tidak akan benar-benar membantu. Demikian pula dengan mereka yang dengan bodoh menghambur-hamburkan uang mereka. Lebih banyak uang tidak akan benar-benar membantu. Tetapi sungguh suatu berkat bagi sidang jika orang-orang beriman yang setia yang benar-benar kekurangan diberi bantuan dengan murah hati secara jasmani atau rohani. Dengan cara ini, hati semua orang dipusatkan pada menaruh harta di surga yang akan memberikan banyak keuntungan dalam bentuk berkat-berkat rohani dari Yehuwa.

Karena itu, kita semua sekarang hendaknya memikirkan kedudukan kita di hadapan Allah dan Kristus. Amsal 11:4 mengingatkan kita, ”Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.” Maka untuk apa kita memanfaatkan sepenuhnya dunia yang akan berlalu, dan sudah sekarat ini? (1 Korintus 7:29-31) Larikan diri dari ketamakan dan akibat-akibatnya yang membawa maut! Kita tidak memiliki waktu yang tidak terbatas untuk membangun catatan pekerjaan baik. Semoga kita didapati sebagai suatu umat dengan harta yang berlimpah di surga.—Matius 6:20.

[Gambar di hlm. 6]

Lidia menggunakan hartanya untuk memperlihatkan kemurahan dan menyebarkan kabar baik

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan