-
SeksBertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
-
-
menerima balasan penuh dalam diri mereka, yang patut untuk kesalahan mereka.”
1 Tim. 1:9-11: ”Hukum ditetapkan, bukan untuk orang yang adil-benar, tetapi untuk orang-orang yang melanggar hukum dan sukar dikendalikan, tidak saleh dan orang-orang yang berdosa, . . . orang yang melakukan percabulan, pria yang tidur dengan laki-laki, . . . dan hal lain apa pun yang bertentangan dengan ajaran yang sehat yang sesuai dengan kabar baik yang mulia dari Allah yang bahagia.” (Bandingkan Imamat 20:13.)
Yud. 7: ”Sodom dan Gomora dan kota-kota di sekelilingnya . . . mengejar daging untuk digunakan berlawanan dengan kebiasaan yang alami, menjalani hukuman pengadilan berupa api abadi, dan dengan demikian mereka ditaruh di hadapan kita sebagai contoh peringatan.” (Nama Sodom menjadi dasar untuk kata sodomi, yang biasanya menunjuk kepada praktek homoseksual. Bandingkan Kejadian 19:4, 5, 24, 25.)
Bagaimana sikap umat Kristen sejati terhadap mereka yang mempunyai latar belakang homoseksual?
1 Kor. 6:9-11: ”Orang yang melakukan percabulan, ataupun penyembah berhala, ataupun pezina, ataupun pria yang dipelihara untuk tujuan yang tidak alami, ataupun pria yang tidur dengan pria . . . tidak akan mewarisi kerajaan Allah. Namun, demikianlah beberapa orang di antara kamu dahulu. Tetapi kamu telah dicuci bersih, tetapi kamu telah disucikan, tetapi kamu telah dinyatakan adil-benar dengan nama Tuan kita, Yesus Kristus, dan dengan roh Allah kita.” (Tidak soal latar belakang yang demikian, jika mereka sekarang meninggalkan praktek-praktek mereka yang mesum, dan menerapkan standar-standar Yehuwa yang benar, dan menaruh iman akan persediaan-Nya untuk mengampuni dosa melalui Kristus, mereka dapat menikmati keadaan yang bersih di hadapan Allah. Setelah berubah, mereka dapat disambut dalam sidang Kristen.)
Umat Kristen sejati tahu bahwa bahkan keinginan yang salah yang sudah mendarah daging, termasuk karena alasan genetis atau karena faktor-faktor fisik atau lingkungan, bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi oleh mereka yang benar-benar ingin menyenangkan Yehuwa. Ada orang yang pada dasarnya sangat emosional. Dahulu mungkin ia selalu melampiaskan kemarahannya; tetapi pengetahuan tentang kehendak Allah, keinginan untuk menyenangkan Dia, dan bantuan dari roh-Nya memungkinkan mereka untuk mengembangkan pengendalian diri. Seseorang mungkin sebelumnya adalah pecandu alkohol, tetapi, dengan motif yang benar, ia dapat menahan diri dari minum minuman keras dan tidak menjadi pemabuk. Demikian juga, seseorang mungkin sangat tertarik kepada sesama jenisnya, tetapi dengan menaati nasihat Firman Allah ia dapat tetap bersih dari praktek-praktek homoseksual. (Lihat Efesus 4:17-24.) Yehuwa tidak mengizinkan kita untuk terus berpikir bahwa perbuatan salah sebenarnya tidak apa-apa; dengan pengasih tetapi tegas Ia memperingatkan kita akan akibat-akibatnya dan menyediakan banyak bantuan bagi mereka yang ingin ’menanggalkan kepribadian lama bersama praktek-prakteknya, dan mengenakan kepribadian baru’.—Kol. 3:9, 10.
Apakah pandangan Alkitab tentang seks mungkin sudah kuno dan terlalu membatasi?
1 Tes. 4:3-8: ”Inilah yang Allah kehendaki, yaitu agar kamu . . . menjauhkan diri dari percabulan . . . Karena itu, orang yang memperlihatkan ketidakpedulian, bukanlah tidak mempedulikan manusia, melainkan Allah, yang menaruh roh kudusnya dalam dirimu.” (Pandangan Alkitab mengenai seks bukan hanya sesuatu yang dikembangkan oleh orang-orang tertentu yang hidup pada zaman dahulu. Hal ini berasal dari Pencipta umat manusia; dengan jelas dinyatakan apa yang dituntut untuk mendapat perkenan-Nya. Alkitab juga memuat patokan-patokan yang membantu terciptanya keluarga-keluarga yang kokoh serta hubungan yang sehat dan bahagia di luar lingkungan keluarga. Mereka yang menerapkan nasihat ini melindungi diri dari luka-luka emosi yang dalam dan berbagai penyakit kotor yang timbul karena perbuatan amoral. Nasihat Alkitab sangat cocok [up-to-date] dalam memenuhi kebutuhan mereka yang ingin memiliki hati nurani yang bersih di hadapan Allah dan hidup yang bebas dari frustrasi.)
Jika Seseorang Mengatakan—
’Bagaimana sikap Anda terhadap homoseksualitas?’
Saudara dapat menjawab, ’Sama dengan pandangan yang dinyatakan di dalam Alkitab. Saya percaya bahwa apa yang dikatakan Alkitab lebih penting daripada pendapat manusia mana pun, karena ini berisi pikiran-pikiran dari Pencipta umat manusia. (1 Kor. 6:9-11) Anda dapat melihat bahwa ada orang-orang yang menjadi Kristen yang tadinya mempraktekkan homoseksualitas. Namun, karena kasih mereka kepada Allah, dan dengan bantuan roh-Nya, mereka telah berubah.
Atau Saudara dapat mengatakan, ’Untuk menjawab itu, saya dapat mengatakan bahwa banyak orang yang merasa cara hidup homoseksual itu tidak apa-apa, tidak percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Bolehkah saya menanyakan pandangan Anda terhadap Alkitab?’ Jika orang itu mengaku percaya kepada Alkitab, Saudara mungkin dapat menambahkan, ’Homoseksualitas bukanlah persoalan baru. Alkitab dengan sangat jelas menyatakan pandangan Allah Yehuwa yang tidak berubah. (Mungkin gunakan bahan di halaman 348, 349.)’ Jika orang tersebut menyatakan keragu-raguan terhadap adanya Allah atau tentang Alkitab, Saudara dapat menambahkan, ’Kalau tidak ada Allah, secara logis kita tidak bertanggung jawab kepada Dia dan kita dapat berlaku sesuka kita. Karena itu, pertanyaannya, apakah Allah ada dan apakah saya berutang kehidupan kepada-Nya [juga, mungkin, apakah Alkitab diilhamkan Allah]? (Gunakan buah pikiran dari halaman 51-57 atau 41-50.)’
-
-
Setan si IblisBertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
-
-
Setan si Iblis
Definisi: Makhluk roh yang adalah musuh utama Allah Yehuwa dan semua makhluk yang menyembah Allah yang benar. Nama Setan diberikan kepadanya karena ia menjadi penentang Yehuwa. Setan juga dikenal sebagai Iblis, karena ia adalah pemfitnah utama Allah. Setan digambarkan sebagai ular yang semula, jelas karena ia menggunakan seekor ular untuk menipu Hawa di Eden, dan untuk alasan ini ”ular” melambangkan ”penipu”. Dalam kitab Penyingkapan, lambang berupa seekor naga yang siap melahap juga dikenakan pada Setan.
Bagaimana kita tahu bahwa pribadi roh semacam itu benar-benar ada?
Alkitab adalah sumber bukti utama. Dalam kitab ini berulang kali namanya disebutkan (Setan 52 kali, Iblis 33 kali). Keterangan dari saksi mata bahwa Setan memang ada, juga dicatat di sana. Siapakah saksi mata itu? Yesus Kristus, yang hidup di surga sebelum turun ke bumi, sering menyebut si fasik dengan namanya.—Luk. 22:31; 10:18; Mat. 25:41.
Apa yang dikatakan Alkitab mengenai Setan si Iblis masuk akal. Kejahatan yang dialami umat manusia jauh lebih besar daripada kejahatan yang ada dalam pikiran mereka. Dengan adanya keterangan Alkitab mengenai asal usul Setan dan kegiatannya, jelaslah mengapa, sekalipun mayoritas menginginkan kehidupan yang damai, umat manusia dilanda oleh kebencian, kekerasan, dan peperangan selama ribuan tahun dan mengapa hal ini sudah mencapai suatu tingkat sedemikian rupa sehingga kini seluruh umat manusia terancam.
Seandainya Iblis benar-benar tidak ada, penjelasan Alkitab mengenai dia tidak akan membawa manfaat yang kekal bagi kita. Namun, dalam beberapa kejadian, orang-orang yang tadinya berkecimpung dalam ilmu gaib atau yang ikut dalam kelompok-kelompok spiritisme melaporkan bahwa pada waktu itu mereka merasa sangat menderita karena mendengar ”suara-suara” dari sumber-sumber yang tak kelihatan, ”dirasuki” makhluk-makhluk adimanusiawi, dsb. Kebebasan sejati diperoleh ketika mereka mempelajari apa yang dikatakan Alkitab mengenai Setan dan hantu-hantunya, menerapkan nasihat Alkitab untuk menjauhi praktek-praktek spiritisme, dan memohon bantuan Yehuwa dalam doa.—Lihat halaman 357-362, di bawah judul ”Spiritisme”.
Percaya bahwa Setan itu ada tidak berarti menerima gagasan bahwa ia mempunyai tanduk, ekor yang runcing ujungnya, dan garpu rumput dan bahwa ia memanggang orang dalam neraka yang bernyala-nyala. Alkitab tidak memberikan gambaran seperti itu tentang Setan. Itu adalah buah pikiran para seniman abad pertengahan yang dipengaruhi oleh gambaran tentang dewa Pan dalam dongeng Yunani dan oleh Inferno, karya penyair Italia, Dante Alighieri. Alkitab tidak mengajarkan tentang neraka yang bernyala-nyala, tetapi dengan jelas mengatakan bahwa ”orang mati . . . sama sekali tidak sadar akan apa pun”.—Pkh. 9:5.
Apakah Setan mungkin hanya kejahatan dalam diri orang-orang?
Ayub 1:6-12 dan 2:1-7 mencatat percakapan antara Allah Yehuwa dan Setan. Seandainya Setan adalah kejahatan dalam diri seseorang, berarti dalam hal ini kejahatan itu ada dalam diri Yehuwa. Namun, hal ini sama sekali bertentangan dengan apa yang Alkitab katakan mengenai Yehuwa sebagai Pribadi yang ”tidak ada ketidakadilbenaran padanya”. (Mz. 92:15; Pny. 4:8) Perlu diperhatikan bahwa teks Ibrani menggunakan istilah has·Sa·tanʹ (si Setan) dalam catatan di Ayub, yang memperlihatkan bahwa makhluk yang dimaksud ialah penentang Allah yang utama.—Lihat juga Zakharia 3:1, 2, catatan kaki dalam NW edisi Referensi.
Lukas 4:1-13 melaporkan bahwa Iblis berusaha mencobai Yesus agar menuruti perintahnya. Dalam kisah ini disebutkan pernyataan-pernyataan si Iblis dan jawaban yang diberikan Yesus. Apakah Yesus pada waktu itu dicobai oleh kejahatan yang ada dalam dirinya? Pandangan ini tidak selaras dengan gambaran Alkitab bahwa Yesus tidak berdosa. (Ibr. 7:26; 1 Ptr. 2:22) Meskipun di Yohanes 6:70 kata Yunani di·aʹbo·losʹ digunakan untuk menggambarkan sifat buruk yang berkembang dalam diri Yudas Iskariot, di Lukas 4:3 istilah ho di·aʹbo·losʹ (si Iblis) digunakan, jadi menunjuk kepada pribadi tertentu.
Apakah menyalahkan Iblis hanya suatu dalih yang digunakan dalam upaya untuk melarikan diri dari tanggung jawab atas keadaan-keadaan yang buruk?
Ada orang yang menyalahkan Iblis untuk apa yang mereka sendiri lakukan. Sebaliknya, Alkitab menunjukkan bahwa manusialah yang sering kali harus dipersalahkan atas pengalaman buruk mereka, tidak soal itu dilakukan oleh orang lain atau sebagai akibat dari perbuatan mereka sendiri. (Pkh. 8:9; Gal. 6:7) Namun, Alkitab tidak membiarkan kita tanpa pengetahuan terhadap adanya musuh adimanusiawi itu serta cara-caranya yang telah mendatangkan begitu banyak dukacita atas manusia. Alkitab menunjukkan bagaimana kita dapat melepaskan diri dari kekuasaannya.
Dari mana datangnya Setan?
Semua hasil karya Yehuwa sempurna; Ia bukan pencipta hal-hal yang tidak adil-benar; maka Ia tidak menciptakan pribadi yang fasik. (Ul. 32:4; Mz. 5:4) Makhluk yang menjadi Setan pada mulanya adalah putra rohani Allah yang sempurna. Ketika mengatakan bahwa Iblis ”tidak berdiri kukuh dalam kebenaran”, Yesus menunjukkan bahwa dahulu pribadi itu ada ”dalam kebenaran”. (Yoh. 8:44) Namun, sebagaimana semua makhluk Allah yang cerdas, putra rohani ini dikaruniai kehendak bebas. Kebebasan memilih itu disalahgunakannya, dengan membiarkan perasaan bahwa dirinya penting berkembang dalam hatinya, mulai mendambakan ibadat yang harus diberikan hanya kepada Allah saja, maka ia menggoda Adam dan Hawa agar mendengarkan dia dan tidak mematuhi Allah. Jadi, dengan haluan yang ditempuhnya ia menjadikan dirinya Setan, yang berarti ”penentang”.—Yak. 1:14, 15; lihat juga halaman 107, 108, di bawah judul ”Dosa”.
Mengapa Allah tidak memusnahkan Setan segera setelah ia memberontak?
Sengketa-sengketa penting diajukan oleh Setan: (1) Keadilbenaran dan keabsahan kedaulatan Yehuwa. Apakah Yehuwa menahan dari manusia kebebasan yang dapat membawa kepada kebahagiaan mereka? Apakah kesanggupan manusia untuk mengatasi persoalan mereka dengan sukses dan kelangsungan hidup mereka benar-benar bergantung pada ketaatan mereka kepada Allah? Apakah Yehuwa berlaku tidak jujur ketika memberikan hukum yang menyatakan bahwa ketidaktaatan akan
-