PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Kehidupan
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
    • besar jika tidak digunakan? Tidakkah masuk akal jika manusia, dengan kemampuan belajar yang tak ada habis-habisnya, sebenarnya dirancang untuk hidup kekal?)

      Apakah ada kehidupan di planet-planet lain?

      The New York Times melaporkan, ”Pencarian akan kehidupan yang cerdas di tempat lain di alam semesta . . . dimulai 25 tahun yang lalu . . . Tugas yang menakjubkan itu, yang mencakup penelitian atas ratusan miliar bintang, sejauh ini masih belum memberikan bukti yang jelas akan adanya kehidupan di luar Bumi.”—2 Juli 1984, hlm. A1.

      The Encyclopedia Americana mengatakan, ”Tidak ada planet-planet lain [di luar tata surya kita] yang secara pasti telah diselidiki. Tetapi untuk setiap planet yang mungkin ada di luar tata surya, ada kemungkinan bahwa kehidupan mulai dan berevolusi menjadi peradaban yang maju.” (1977, Jil. 22, hlm. 176) (Sejak itu, banyak planet telah ditemukan di luar tata surya kita, tetapi tidak ada bukti bahwa ada kehidupan di salah satu planet tersebut. Akan tetapi, seperti yang dinyatakan dalam kutipan itu, mungkinkah suatu motif utama pencarian yang luar biasa mahalnya ini akan kehidupan di luar angkasa adalah keinginan untuk menemukan suatu bukti untuk teori evolusi, bukti bahwa manusia tidak diciptakan oleh Allah dan oleh karena itu tidak bertanggung jawab kepada-Nya?)

      Alkitab menyingkapkan bahwa kehidupan di atas bumi ini bukanlah satu-satunya kehidupan yang ada. Ada makhluk-makhluk roh—Allah dan malaikat-malaikat—yang jauh lebih unggul daripada manusia dalam kecerdasan dan kuasa. Mereka sudah berkomunikasi dengan umat manusia, menjelaskan asal mula kehidupan dan apa solusi problem-problem besar yang dihadapi dunia ini. (Lihat judul-judul utama ”Alkitab” dan ”Allah”.)

  • Kematian
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
    • Kematian

      Definisi: Berhentinya semua fungsi kehidupan. Setelah napas, detak jantung, dan kegiatan otak berhenti, daya hidup lambat laun berhenti berfungsi dalam sel-sel tubuh. Kematian adalah lawan dari kehidupan.

      Apakah manusia diciptakan oleh Allah untuk mati?

      Sebaliknya, Yehuwa memperingatkan Adam terhadap ketidaktaatan, yang akan mengakibatkan kematian. (Kej. 2:17) Belakangan, Allah memperingatkan Israel terhadap tingkah laku yang dapat mengakibatkan bahkan kematian dini bagi mereka. (Yeh. 18:31) Pada waktunya Ia mengutus Putra-Nya untuk mati demi kepentingan umat manusia sehingga mereka yang beriman akan persediaan ini dapat menikmati hidup yang kekal.​—Yoh. 3:16, 36.

      Mazmur 90:10 mengatakan bahwa umumnya kehidupan manusia mencapai 70 atau 80 tahun. Halnya memang demikian ketika Musa menulisnya, tetapi tidak demikian pada mulanya. (Bandingkan Kejadian 5:3-32.) Ibrani 9:27 mengatakan, ”Manusia disediakan untuk mati sekali untuk selamanya.” Hal ini juga benar ketika ayat ini ditulis. Namun, tidak demikian halnya sebelum Allah menjatuhkan hukuman kepada Adam yang berdosa.

      Mengapa kita menjadi tua dan mati?

      Yehuwa menciptakan pasangan manusia pertama dengan sempurna, dengan harapan untuk hidup kekal. Mereka dikaruniai kebebasan berkehendak. Apakah mereka akan menaati Pencipta mereka karena kasih dan penghargaan untuk segala sesuatu yang telah Ia lakukan bagi mereka? Mereka mempunyai kesanggupan penuh untuk berbuat demikian. Allah mengatakan kepada Adam, ”Tetapi mengenai pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, engkau tidak boleh memakan buahnya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti akan mati.” Dengan menggunakan seekor ular sebagai alat untuk berbicara, Setan membujuk Hawa untuk melanggar perintah Yehuwa. Adam tidak menegur istrinya tetapi ikut bersamanya, dan makan buah yang terlarang itu. Tepat seperti yang dikatakan-Nya, Yehuwa menjatuhkan hukuman mati ke atas Adam, tetapi sebelum menghukum pasangan yang berdosa itu, karena belas kasihan Yehuwa, mereka diizinkan untuk mempunyai keturunan.—Kej. 2:17; 3:1-19; 5:3-5; bandingkan Ulangan 32:4 dan Penyingkapan 12:9.

      Rm. 5:12, 17, 19: ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang [Adam] dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa—. . . . Karena pelanggaran satu orang kematian berkuasa sebagai raja . . . Melalui ketidaktaatan satu pria, banyak orang menjadi orang berdosa.”

      1 Kor. 15:22: ”Semua manusia mati sehubungan dengan Adam.”

      Lihat juga judul utama ”Takdir”.

      Mengapa bayi-bayi mati?

      Mz. 51:5, BIS: ”Sesungguhnya, aku jahat sejak dilahirkan, dan kena dosa sejak dari kandungan.” (Lihat juga Ayub 14:4; Kejadian 8:21.)

      Rm. 3:23; 6:23: ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah . . . Upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian.”

      Allah tidak ”mengambil” anak-anak dari orang tua mereka, seperti yang telah dikatakan oleh orang-orang. Meskipun bumi menghasilkan banyak makanan, unsur politik dan perdagangan yang mementingkan diri sering kali mengakibatkan makanan tidak dibagikan kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya, sehingga mengakibatkan kematian karena kekurangan gizi. Ada anak-anak yang mati dalam kecelakaan, seperti orang-orang dewasa. Tetapi kita semua mewarisi dosa; kita semua tidak sempurna. Kita dilahirkan dalam suatu sistem tempat setiap orang—yang baik maupun yang jahat—akhirnya mati. (Pkh. 9:5) Tetapi Yehuwa ”rindu” untuk mempersatukan kembali anak-anak dengan orang tua mereka melalui kebangkitan, dan dengan penuh kasih telah membuat persediaan untuk melaksanakannya.—Yoh. 5:28, 29; Ayb. 14:14, 15; bandingkan Yeremia 31:15, 16; Markus 5:40-42.

      Di manakah orang-orang mati?

      Kej. 3:19: ”Dengan keringat di mukamu engkau akan makan roti hingga engkau kembali ke tanah, karena dari situ engkau diambil. Karena engkau debu dan engkau akan kembali ke debu.”

      Pkh. 9:10: ”Semua yang dijumpai tanganmu untuk dilakukan, lakukanlah dengan segenap kekuatanmu, sebab tidak ada pekerjaan atau rancangan atau pengetahuan atau hikmat di Syeol [”kubur”, TL], tempat ke mana engkau akan pergi.”

      Bagaimana keadaan orang-orang mati?

      Pkh. 9:5: ”Yang hidup sadar bahwa mereka akan mati; tetapi orang mati, mereka sama sekali tidak sadar akan apa pun.”

      Mz. 146:4: ”Rohnya keluar, ia kembali ke tanah; pada hari itu lenyaplah segala pikirannya [”semua rencana mereka”, BIS].”

      Yoh. 11:11-14: ”’Lazarus, sahabat kita, telah pergi beristirahat, tetapi aku mengadakan perjalanan ke sana untuk membangunkan dia dari tidur.’ . . . Yesus mengatakan kepada mereka dengan terus terang, ’Lazarus telah mati.’” (Juga Mazmur 13:3)

      Apakah ada suatu bagian dari manusia yang tetap hidup sewaktu tubuh itu mati?

      Yeh. 18:4: ”Jiwa [”orang”, TB, BIS] yang berbuat dosa—jiwa itulah yang akan mati.”

      Yes. 53:12: ”Dia telah mencurahkan jiwanya [”hidupnya”, BIS; ”dirinya sendiri”, JB] ke dalam kematian.” (Bandingkan Matius 26:38.)

      Lihat juga judul-judul utama ”Jiwa” dan ”Roh”.

      Apakah orang mati dengan cara tertentu dapat membantu atau mencelakai orang yang hidup?

      Pkh. 9:6: ”Kasih mereka dan kebencian mereka serta kecemburuan mereka sudah lenyap, dan mereka tidak mempunyai bagian lagi sampai waktu yang tidak tertentu dalam segala yang harus dilakukan di bawah matahari.”

      Yes. 26:14: ”Mereka mati; mereka tidak akan hidup. Mereka tidak berdaya dalam kematian, dan tidak akan bangkit.”

      Bagaimana dengan laporan yang dibuat oleh orang-orang yang dibangunkan kembali setelah dilaporkan mati dan yang berbicara tentang suatu kehidupan yang lain?

      Biasanya, setelah seseorang tidak bernapas lagi dan detak jantungnya berhenti, beberapa menit kemudian barulah daya hidup dalam sel-sel tubuh secara lambat laun mulai hilang. Jika tubuh itu berada dalam ruang atau udara yang sangat dingin, proses itu dapat tertunda selama berjam-jam. Karena alasan inilah, kadang-kadang ada kemungkinan untuk menyadarkan kembali orang itu dengan pernapasan buatan. Itulah yang disebut dengan istilah ”mati klinis”, tetapi sel-sel tubuh mereka masih hidup.

      Banyak orang yang sadar kembali dari keadaan ”mati klinis” tidak ingat apa-apa. Yang lain mengatakan bahwa mereka merasa seolah-olah dalam keadaan melayang-layang. Ada yang mengatakan mereka melihat hal-hal yang indah; ada lagi yang merasa ngeri dengan pengalaman mereka.

      Apakah ada penjelasan kedokteran untuk pengalaman-pengalaman ini?

      Redaktur medis dari The Arizona Republic menulis, ”Bila ketahanan fisik berada pada titik yang paling rendah, misalnya di bawah pembiusan, atau sebagai akibat penyakit atau luka, kendali otomatis atas fungsi-fungsi tubuh mengendur sesuai dengan keadaan itu. Jadi, hormon-hormon syaraf dan katekolamin sistem syaraf keluar dan mengalir dalam jumlah yang tak terkendali. Akibatnya antara lain ialah halusinasi, dan setelah sadar kembali ia akan mengatakan bahwa ia sudah mati dan hidup lagi.”—28 Mei 1977, hlm. C-1; juga majalah kedokteran Jerman Fortschritte der Medizin, No. 41, 1979; Psychology Today, Januari 1981.

      Namun, bukankah kesaksian dari mereka yang dibangunkan kembali telah diteguhkan oleh orang-orang yang pernah berbicara dan melihat lagi orang-orang yang dikasihi yang telah meninggal?

      Silakan baca lagi, ayat-ayat yang dikutip sebelumnya berkenaan dengan keadaan orang mati. Apa yang dikatakan kebenaran Firman Allah kepada kita mengenai keadaan orang mati?

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan