PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Teruslah Membina Satu sama Lain
    Menara Pengawal—1992 | 15 Agustus
    • tentu ingin melakukan apa yang Petrus uraikan, yaitu tidak ’memerintah atas mereka yang dipercayakan kepada mereka’. (1 Petrus 5:2, 3) Dalam melaksanakan pekerjaan mereka yang penuh kasih, berbagai pertanyaan mungkin timbul mengenai hal-hal yang bersifat pilihan pribadi. Mungkin ini menyangkut kebiasaan setempat untuk berdiri pada waktu membaca paragraf-paragraf selama Pelajaran Menara Pengawal. Penyelenggaraan kelompok untuk dinas pengabaran dan banyak rincian lain mengenai pelayanan itu sendiri dapat ditangani sesuai kebiasaan di daerah itu. Meskipun demikian, apakah akan timbul problem bila seseorang mempunyai cara yang sedikit berbeda? Para penatua yang penuh kasih ingin agar ’segala sesuatu berlangsung dengan sopan dan teratur’. Pernyataan ini Paulus gunakan sehubungan dengan karunia mukjizat. Namun ikatan kalimat menunjukkan bahwa minat utama Paulus ialah ”untuk membangun Jemaat”. (1 Korintus 14:12, 40) Ia tidak menunjukkan bahwa ia memiliki kecenderungan untuk membuat banyak peraturan yang tiada habis-habisnya, seolah-olah keseragaman mutlak atau efisiensi total merupakan tujuan utamanya. Ia menulis, ’Kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami ialah untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan kamu.’—2 Korintus 10:8.

      23. Dengan cara apa saja kita dapat meniru teladan Paulus dalam membina orang lain?

      23 Tidak diragukan lagi, Paulus berupaya membina orang lain melalui tutur kata yang positif dan menganjurkan. Sebaliknya dari bergaul dengan hanya sekelompok kecil teman-teman, ia membuat upaya ekstra untuk mengunjungi banyak saudara dan saudari, yang kuat secara rohani maupun mereka yang khusus perlu dibina. Ia juga menandaskan kasih—dan bukan peraturan—karena ”kasih membangun”.—1 Korintus 8:1.

  • Pertemuan Ramah Tamah​—Nikmati Manfaatnya, Hindari Jeratnya
    Menara Pengawal—1992 | 15 Agustus
    • Pertemuan Ramah Tamah​—Nikmati Manfaatnya, Hindari Jeratnya

      ”Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya.”—PENGKHOTBAH 2:24.

      1. Dengan cara apa saja bimbingan Allah membantu umat-Nya sehubungan dengan hiburan?

      BIMBINGAN Yehuwa membawa banyak keuntungan bagi hamba-hamba-Nya. Kita dapat melihat ini dalam bidang hiburan. Petunjuk-Nya membantu umat kristiani menghindari sudut pandangan yang ekstrem. Beberapa penganut agama, yang menuntut sikap keras dalam hal pakaian dan tingkah laku, memandang hampir semua kesenangan sebagai dosa. Sebaliknya, kebanyakan orang mengejar kesenangan sekalipun yang dipilih bertentangan dengan hukum dan prinsip Yehuwa.—Roma 1:24-27; 13:13, 14; Efesus 4:17-19.

      2. Apa yang memberikan petunjuk awal berkenaan pandangan Allah mengenai hiburan?

      2 Akan tetapi, bagaimana dengan umat Allah? Banyak orang yang mulai belajar Alkitab merasa heran ketika mengetahui bahwa Allah sebenarnya menciptakan manusia dengan kemampuan untuk menikmati kehidupan. Ia memberi orang-tua kita yang pertama pekerjaan untuk mereka lakukan—tetapi bukan pekerjaan yang membosankan, mematahkan semangat, yang menjadi ciri kehidupan sebagian besar manusia yang tidak sempurna. (Kejadian 1:28-30) Pikirkan bagaimana semua orang yang hidup dalam firdaus di bumi kelak bisa memperoleh kesenangan dengan begitu banyak cara yang sehat. Bayangkan sukacita mereka sewaktu menyaksikan binatang-binatang buas tanpa merasa terancam dan banyak ragam hewan piaraan yang dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari! Dan betapa menyenangkan makanan yang dapat mereka nikmati dari ’berbagai-bagai pohon yang menarik dan yang baik untuk dimakan’!—Kejadian 2:9; Pengkhotbah 2:24.

      3-5. (a) Apa seharusnya tujuan dari hiburan? (b) Mengapa kita dapat yakin bahwa Allah tidak mematahkan keinginan orang Israel untuk mendapatkan kesenangan?

      3 Kegiatan tersebut sebenarnya dapat dipandang sebagai hiburan, yang tujuannya dalam Firdaus akan sama seperti sekarang: untuk memberikan kesegaran dan memulihkan tenaga seseorang bagi kegiatan (pekerjaan) lebih lanjut yang produktif. Jika hiburan menghasilkan hal tersebut, maka ini bermanfaat. Apakah itu berarti para penyembah yang sejati dapat meluangkan tempat dalam kehidupan mereka untuk hiburan sekalipun belum hidup dalam Firdaus? Ya. Insight on the Scriptures berkata tentang hiburan di kalangan umat Yehuwa zaman dulu:

      4 ”Hiburan dan selingan di kalangan umat Israel tidak digambarkan secara jelas dalam catatan Alkitab. Meskipun demikian, diperlihatkan bahwa hal itu patut dan juga baik bila selaras dengan prinsip-prinsip agama bangsa tersebut. Bentuk-bentuk utama dari rekreasi ialah memainkan alat musik, menyanyi, menari, mengobrol, maupun permainan tertentu. Mengajukan teka-teki dan pertanyaan yang sulit sangat dihargai.—Hak 14:12.”—Jilid 1, halaman 102.

      5 Pada waktu Daud kembali dengan kemenangan, wanita-wanita Ibrani menggunakan kecapi dan rebana ketika merayakan (bahasa Ibrani, sa·chaqʹ) itu. (1 Samuel 18:6, 7) Kata Ibrani tersebut pada dasarnya berarti ”tertawa”, dan beberapa terjemahan menyebut tentang ”wanita-wanita yang bersukaria”. (Byington, Rotherham, New English Bible) Ketika Tabut Perjanjian dipindahkan, ”Daud dan seluruh kaum Israel merayakan di hadapan Yehuwa dengan segala macam alat musik” (NW). Mikhal, istri Daud, memiliki pandangan yang tidak seimbang, karena ia tidak setuju Daud ikut serta dalam acara hiburan itu. (2 Samuel 6:5, 14-20) Allah menubuatkan bahwa para tawanan yang kembali dari Babel juga akan menikmati acara penuh sukacita yang serupa.—Yeremia 30:18, 19; 31:4; bandingkan Mazmur 126:2.

      6. Bagaimana Kitab-Kitab Yunani Kristen membantu kita dalam memandang hiburan?

      6 Kita juga harus berupaya seimbang berkenaan hiburan. Misalnya, apakah kita menyadari bahwa Yesus bukan seorang pertapa? Ia meluangkan waktu untuk acara makan yang menyegarkan, seperti ”perjamuan besar” yang diadakan oleh Lewi. Ketika orang-orang yang menganggap diri paling benar mengritik dia karena makan dan minum, Yesus menolak pandangan dan cara-cara mereka. (Lukas 5:29-31; 7:33-36) Ingat juga, bahwa ia menghadiri pesta perkawinan dan menyumbang pada pesta-pesta. (Yohanes 2:1-10) Yudas, saudara tiri Yesus, menyebutkan bahwa kristiani mengadakan ’perjamuan kasih’, rupanya perjamuan makan tempat orang-orang yang berkekurangan dapat menikmati makanan dan pergaulan dengan santai dan menyenangkan.—Yudas 12.

      Pertemuan Ramah Tamah Ada Waktu dan Ada Tempatnya

      7. Bagaimana Firman Allah menganjurkan keseimbangan dalam hal hiburan?

      7 Pengkhotbah 10:19 menyatakan persetujuannya, ”Untuk tertawa orang menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup.” Hal itu tidak menyatakan seolah-olah hiburan pada dasarnya salah atau buruk, bukan? Namun, kitab yang sama mengatakan, ”Untuk segala sesuatu ada masanya, . . . ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari.” (Pengkhotbah 3:1, 4) Ya, meskipun tidak mengutuk hiburan yang pantas, Alkitab memberi kita peringatan. Ini termasuk nasihat untuk menjaga pertemuan ramah tamah pada tempatnya sehubungan dengan waktu dan jumlahnya. Kita juga diperingatkan terhadap jerat yang sering terjadi pada pertemuan ramah tamah yang besar.—2 Timotius 3:4.

      8, 9. Mengapa hendaknya zaman kita hidup sekarang dan tugas yang kita terima dari Allah berpengaruh atas hiburan?

      8 Kita melihat bahwa orang Yahudi yang kembali dari Babel—yang harus melakukan banyak kerja keras—akan ikut bersukaria dalam acara santai. Namun, Yeremia telah mengatakan sebelumnya bahwa ia tidak akan ”duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau”. (Yeremia 15:17) Ia mendapat penugasan ilahi untuk menyampaikan berita penghukuman yang sudah dekat, jadi saat itu bukanlah waktu yang tepat baginya untuk beria-ria.

      9 Umat kristiani dewasa ini ditugaskan untuk mengumumkan berita harapan dari Allah sekaligus untuk menyatakan penghakiman-Nya atas sistem yang jahat dari Setan. (Yesaya 61:1-3; Kisah 17:30, 31) Maka seharusnya nyata bahwa kita tidak boleh membiarkan hiburan menjadi hal utama dalam kehidupan kita. Kita dapat menggambarkan pokok ini dengan sejumput garam atau bumbu khusus yang lebih menyedapkan rasa makanan. Apakah saudara akan menuangkan bumbu tersebut dalam jumlah yang begitu banyak sehingga menutupi rasa makanan itu sendiri? Tentu tidak. Selaras dengan kata-kata Yesus di Yohanes 4:34 dan Matius 6:33, perhatian utama kita—makanan kita—seharusnya ialah melakukan kehendak Allah. Jadi, rekreasi menjadi seperti bumbu. Ini hendaknya memberikan kesegaran dan meningkatkan semangat, bukan melelahkan atau mendominasi kehidupan kita.

      10. Mengapa kita semua harus memeriksa kembali jumlah waktu yang kita gunakan untuk hiburan?

      10 Akan tetapi, berhentilah sejenak dan pikirkan: Bukankah kebanyakan orang akan mengatakan bahwa waktu dan perhatian yang mereka berikan untuk hiburan memang bersahaja? Jika mereka tidak merasa demikian, mereka tentu sudah membuat penyesuaian. Bukankah ini menyatakan bahwa kita masing-masing hendaknya berhenti sejenak dan dengan serius serta jujur menganalisis bagaimana sesungguhnya peranan hiburan dalam kehidupan kita? Adakah kemungkinan bahwa hal itu secara diam-diam telah menjadi bagian utama dari kehidupan kita? Sebagai contoh, apakah kita secara otomatis menyalakan TV begitu tiba di rumah? Apakah kita telah menetapkan pola untuk menyisihkan suatu bagian yang besar dari waktu kita untuk hiburan setiap pekan, seperti setiap Jumat malam atau Sabtu malam? Apakah kita akan merasa kecewa sewaktu saat itu tiba dan kita berada di rumah tanpa rencana rekreasi? Dua pertanyaan tambahan: Keesokan hari setelah suatu acara ramah tamah, apakah kita mendapati bahwa kita telah tidur larut malam atau telah melakukan perjalanan begitu jauh sehingga sangat lelah, mungkin kehabisan tenaga sehingga tidak dapat ambil bagian dalam pelayanan Kristen atau bekerja dengan baik untuk majikan kita? Jika hasil dari acara hiburan kita kadang-kadang, atau sering kali seperti itu, apakah itu benar-benar kesenangan yang baik dan seimbang?—Bandingkan Amsal 26:17-19.

      11. Mengapa patut untuk meninjau kembali sifat dari hiburan kita?

      11 Mungkin juga baik bagi kita untuk meninjau kembali sifat hiburan kita. Menjadi hamba Allah bukan jaminan bahwa hiburan kita pantas. Pertimbangkan apa yang ditulis oleh rasul Petrus kepada umat kristiani terurap, ”Telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.” (1 Petrus 4:3) Ia tidak menudingkan jarinya, seolah-olah menuduh saudara-saudaranya meniru apa yang dilakukan orang-orang di dunia. Namun, kewaspadaan penting bagi umat kristiani (pada zaman itu dan sekarang) karena seseorang dengan mudah dapat menjadi mangsa hiburan yang membahayakan.—1 Petrus 1:2; 2:1; 4:7; 2 Petrus 2:13.

      Waspadalah terhadap Jerat

      12. Satu Petrus 4:3 menonjolkan jenis jerat apa?

      12 Terhadap jenis jerat apa kita harus waspada? Nah, Petrus menyebutkan ”kemabukan, pesta pora, perjamuan minum.” Seorang komentator Jerman menjelaskan bahwa kata-kata Yunani yang digunakan ”terutama berlaku untuk minum sambil beramah tamah pada perjamuan makan”. Seorang profesor Swiss menulis bahwa kebiasaan tersebut umum pada zaman itu, ”Gambaran tersebut pasti mengenai pertemuan yang diatur atau bahkan pertemuan sekelompok orang secara tetap; pada kesempatan semacam itulah kegiatan memalukan yang diuraikan tersebut dilakukan.”

      13. Bagaimana penggunaan minuman keras pada pertemuan-pertemuan merupakan suatu jerat? (Yesaya 5:11, 12)

      13 Adanya minuman keras pada pertemuan ramah tamah yang besar telah menjerat banyak orang. Alkitab tidak melarang penggunaan minuman demikian secara bersahaja. Sebagai buktinya, Yesus membuat anggur pada sebuah pesta perkawinan di Kana. Pasti tidak ada yang terlalu banyak minum, karena Yesus akan mendukung nasihat Allah untuk tidak berada di antara peminum-peminum berat. (Amsal 23:20, 21) Akan tetapi, pertimbangkan rincian ini: Pemimpin pesta itu mengatakan bahwa pada pesta-pesta lain anggur yang baik disajikan lebih dulu ’dan sesudah orang kena pengaruh anggur, barulah anggur yang kurang baik mutunya disajikan’. (Yohanes 2:10, Bode) Maka, merupakan hal yang umum bagi orang Yahudi untuk menjadi mabuk pada pesta perkawinan yang menyediakan berlimpah anggur bagi semua.

      14. Dengan cara apa saja tuan rumah kristiani dapat mengatasi jerat yang dapat ditimbulkan oleh minuman keras?

      14 Sesuai dengan itu, ada tuan rumah kristiani yang telah memutuskan untuk menyediakan anggur, bir, dan minuman lain yang beralkohol hanya jika mereka secara pribadi dapat mengawasi apa yang disajikan kepada atau diminum oleh tamu mereka. Jika hadirin lebih besar daripada yang dapat diawasi tuan rumah secara langsung, seperti pesta perkawinan Yahudi yang disebutkan, minuman keras dalam jumlah banyak dapat menjadi jerat yang berbahaya. Bisa jadi, ada seseorang di antara hadirin yang telah berjuang untuk mengatasi problem dengan minuman keras dan telah berhasil. Saudara tentu menyadari bahwa minuman keras yang bisa ia peroleh secara bebas, tanpa pembatasan, dapat menggoda dia untuk memuaskan keinginannya secara berlebihan dan merusak acara bagi semua. Seorang pengawas yang juga seorang ayah di Jerman mengomentari bahwa keluarganya mendapat manfaat dari pergaulan yang menyenangkan pada pertemuan-pertemuan ramah tamah dengan rekan-rekan seiman. Namun, ia menambahkan bahwa potensi timbulnya problem jelas lebih besar bila bir tersedia.

      15. Bagaimana kita dapat memperoleh petunjuk yang tepat untuk pertemuan ramah tamah?

      15 Pesta perkawinan di Kana mempunyai ’pemimpin pesta’. (Yohanes 2:8) Ini tidak berarti bahwa keluarga yang mengundang sekelompok orang ke rumah mereka untuk makan atau pergaulan harus mengangkat seorang pemimpin. Suami bertanggung jawab untuk mengawasi acara. Namun, tidak soal apakah kelompok itu hanya terdiri dari dua keluarga atau lebih besar, hendaknya jelas bahwa seseorang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Banyak orang-tua memeriksa hal ini bila putra atau putri mereka diundang ke pertemuan ramah tamah. Mereka menghubungi tuan rumah untuk menanyakan siapa yang akan mengawasi seluruh acara, termasuk siapa yang akan hadir sampai selesai. Orang-tua Kristen bahkan membuat penyesuaian dalam jadwal mereka sendiri untuk dapat hadir agar tua maupun muda dapat menikmati pergaulan bersama.

      16. Apa saja pertimbangan yang sepatutnya berkenaan besarnya pertemuan?

      16 Kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Kanada menulis, ”Nasihat mengenai membatasi besarnya pertemuan-pertemuan ramah tamah telah menyebabkan beberapa penatua menganggap bahwa jumlah hadirin yang besar pada resepsi perkawinan merupakan pelanggaran atas nasihat tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa jika kita dinasihati untuk menjaga agar pertemuan ramah tamah kita dihadiri oleh sedikit orang, dalam jumlah yang dapat diatur, adalah salah untuk mempunyai hadirin 200 atau 300 orang pada resepsi perkawinan.”a Sebaliknya dari terlalu menandaskan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pandangan pribadi, perhatian utama hendaknya diberikan kepada pengawasan yang sepatutnya, tidak soal jumlah hadirin. Banyaknya anggur yang Yesus sediakan menunjukkan bahwa ada hadirin yang cukup besar pada pesta perkawinan di Kana, namun ini jelas diawasi dengan sepatutnya. Pesta-pesta lain pada zaman itu tidak demikian; besarnya jumlah hadirin mereka bisa jadi merupakan faktor yang menyebabkan tidak adanya pengawasan yang memadai. Makin besar pertemuan itu, makin besar tantangannya, karena lebih mudah bagi mereka yang lebih lemah, yang cenderung kepada ekses, untuk menuntut haknya. Pada pertemuan yang tidak diawasi mereka bisa saja menganjurkan kegiatan yang meragukan.—1 Korintus 10:6-8.

      17. Bagaimana keseimbangan Kristen dapat diperlihatkan sewaktu merencanakan pertemuan?

      17 Pengawasan yang baik atas suatu pertemuan ramah tamah mencakup perencanaan dan persiapannya. Hal ini tidak menuntut dibuatnya tema yang lain daripada yang lain untuk menjadikannya unik atau tetap dikenang namun yang mungkin meniru pesta-pesta duniawi, tidak soal apakah itu acara dansa yang besar dengan kostum khusus atau pesta bertopeng. Dapatkah saudara membayangkan bangsa Israel yang setia di Negeri Perjanjian merencanakan pesta yang menuntut agar semua mengenakan pakaian seperti orang-orang kafir di Mesir atau negeri lain? Apakah mereka akan merencanakan acara dansa yang sensual atau musik bising yang mungkin populer di kalangan orang kafir? Di Gunung Sinai dulu, mereka memang terjerat oleh musik dan tari-tarian seperti yang mungkin umum dan populer di Mesir. Kita tahu bagaimana pandangan Allah dan hamba-Nya yang matang Musa terhadap hiburan tersebut. (Keluaran 32:5, 6, 17-19) Jadi, tuan rumah atau pengawas acara ramah tamah hendaknya mempertimbangkan apakah akan ada acara menyanyi atau dansa; dan jika ada, ia harus mengupayakan agar hal tersebut konsisten dengan prinsip-prinsip Kristen.—2 Korintus 6:3.

      18, 19. Pemahaman apa dapat kita peroleh dari diundangnya Yesus ke suatu pesta perkawinan, dan bagaimana kita dapat menerapkan hal ini?

      18 Akhirnya, kita ingat bahwa ’Yesus dan murid-muridNya diundang ke perkawinan itu’. (Yohanes 2:2) Memang, seorang kristiani atau suatu keluarga bisa saja mengadakan kunjungan yang menyenangkan dan membina kepada orang lain. Namun untuk acara ramah tamah yang terencana, pengalaman memperlihatkan bahwa menentukan sebelumnya siapa yang akan hadir akan membantu mencegah timbulnya problem. Pentingnya hal ini ditandaskan oleh seorang penatua di Tennessee, A.S., yang telah membesarkan anak-anak lelaki dan perempuan yang sekarang dalam dinas pelayanan sepenuh waktu. Sebelum ia atau istrinya akan menerima suatu undangan, atau memberi izin kepada anak-anaknya menghadirinya, ia menghubungi tuan rumah guna memastikan bahwa para hadirin telah ditentukan sebelumnya. Keluarganya dilindungi dari jerat yang telah menimpa beberapa orang pada pertemuan-pertemuan yang boleh dihadiri semua orang, tidak soal untuk makan, piknik, atau olah raga, seperti bermain bola.

      19 Yesus tidak menganjurkan agar kita hanya mengundang sanak-saudara, sahabat lama, atau orang-orang yang sebaya atau dari tingkat ekonomi yang sama ke suatu pertemuan. (Lukas 14:12-14; bandingkan Ayub 31:16-19; Kisah 20:7-9.) Jika saudara dengan saksama memikirkan siapa yang akan diundang, maka lebih mudah untuk mencakup umat kristiani dari berbagai usia yang berbeda dan keadaan. (Roma 12:13; Ibrani 13:2) Beberapa dari antara mereka mungkin lemah secara rohani atau baru dalam kebenaran sehingga mereka dapat memperoleh manfaat dari pergaulan dengan umat kristiani yang matang.—Amsal 27:17.

      Hiburan pada Tempatnya

      20, 21. Mengapa hiburan secara layak mendapat tempat dalam kehidupan kita?

      20 Sebagai umat yang takut akan Allah kita sepatutnya menaruh minat akan hiburan kita dan memperhatikan agar hal tersebut pantas dan bahwa kita seimbang dalam jumlah waktu yang digunakan untuknya. (Efesus 2:1-4; 5:15-20) Penulis yang terilham dari kitab Pengkhotbah merasa demikian, ”Aku memuji kesukaan, karena tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum dan bersukaria. Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang diberikan Allah kepadanya di bawah matahari.” (Pengkhotbah 8:15) Kesenangan yang seimbang seperti itu dapat menyegarkan tubuh dan membantu mengimbangi problem-problem dan frustrasi yang umum dalam sistem dewasa ini.

      21 Sebagai gambaran, seorang perintis Austria menulis kepada sahabat lamanya, ”Tempo hari kami mengadakan piknik yang sangat menyenangkan. Kira-kira 50 orang berangkat ke sebuah danau kecil dekat Ferlach (sebuah kota kecil). Saudara B    memimpin konvoi mengendarai pikupnya, mengangkut tiga alat pemanggang, kursi-kursi lipat, meja-meja dan bahkan sebuah meja pingpong. Kami sangat menikmatinya. Seorang saudari membawa akordion, jadi kami menyanyikan banyak lagu Kerajaan. Saudara-saudara, tua dan muda, menikmati pergaulan.” Ia mempunyai kenangan manis dari rekreasi yang diawasi dengan baik, yang dijaga agar bebas dari jerat seperti minuman keras yang berlebihan atau tingkah laku yang tak terkendali.—Yakobus 3:17, 18.

      22. Meskipun menikmati pertemuan ramah tamah, peringatan apa yang hendaknya kita utamakan dalam cara berpikir kita masing-masing?

      22 Paulus mendesak kita agar waspada untuk tidak menyerah kepada keinginan daging yang tidak sempurna, bahkan untuk tidak membuat rencana yang membuat kita mudah tergoda. (Roma 13:11-14) Ini termasuk rencana pertemuan ramah tamah. Bila kita menerapkan nasihatnya untuk hal tersebut, kita akan dapat menghindari keadaan yang telah menyebabkan beberapa orang kandas secara rohani. (Lukas 21:34-36; 1 Timotius 1:19) Sebaliknya, kita akan dengan bijaksana memilih rekreasi sehat yang akan membantu kita mempertahankan hubungan kita dengan Allah. Maka kita akan mendapat manfaat dari pertemuan ramah tamah yang dapat dianggap salah satu karunia Allah yang baik.—Pengkhotbah 5:18.

      [Catatan Kaki]

      a The Watchtower 15 April 1984, atau wIN seri 9 halaman 21-5, seri 12 halaman 24-9 dan seri 13 halaman 29-32, memuat saran yang seimbang untuk perkawinan dan pesta perkawinan. Calon mempelai pria dan wanita, maupun orang-orang lain yang akan membantu mereka, sebaiknya meninjau kembali bahan ini sebelum membuat rencana pesta perkawinan mereka.

      Apa yang Telah Kita Pelajari?

      ◻ Pandangan yang seimbang apa kita dapatkan dalam Alkitab mengenai menikmati pertemuan ramah tamah?

      ◻ Mengapa kita harus mempertimbangkan aspek waktu dan sifat dari hiburan itu?

      ◻ Apa beberapa hal yang dapat dilakukan tuan rumah kristiani untuk waspada terhadap jerat?

      ◻ Jika itu baik dan seimbang, apa yang dapat dihasilkan oleh hiburan bagi umat kristiani?

      [Gambar di hlm. 18]

      Tuan rumah atau pemimpin pada suatu pertemuan bertanggung jawab agar tamu-tamu tidak terjerat

  • Pengabaran di Maputo​—Ibu Kota Mozambik yang Mempesona!
    Menara Pengawal—1992 | 15 Agustus
    • Pengabaran di Maputo​—Ibu Kota Mozambik yang Mempesona!

      Pada tahun 1991, Saksi-Saksi Yehuwa diberikan pengakuan resmi di Mozambik. Sejak saat itu, pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Allah telah mencapai kemajuan yang menakjubkan di negeri tropis yang terletak di pesisir tenggara Afrika ini. Berikut adalah catatan tentang bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan pekerjaan pendidikan Alkitab, khususnya di sekitar Maputo, ibu kota negeri itu.

      MOZAMBIK memiliki iklim yang sejuk karena cuacanya dipengaruhi Samudera Hindia yang hangat. Ada banyak pohon palem yang indah dan karang koral di sepanjang pesisir pantai. Sebuah teluk besar dengan perairan yang terlindung sampai ke bagian selatan negeri itu—suatu lokasi yang ideal bagi ibu kotanya, Maputo.

      Namun, keindahan dan ketenangan negeri ini menutupi kekejaman sejarahnya. Selama berabad-abad, negeri ini berjuang di bawah kekuasaan asing, mula-mula bangsa Arab dan kemudian Portugis. Yang terakhir ini datang dengan restu sepenuhnya dari Gereja Katolik untuk menjarahi harta negeri itu—gading, emas, dan budak. Akhirnya, setelah berabad-abad dalam belenggu penjajahan, perjuangan nasional yang sengit pecah sehingga bangsa itu mendapat kemerdekaan pada tahun 1975. Sayangnya, perubahan tidak membuat kehidupan menjadi lebih terjamin, karena negeri itu terlibat dalam perang saudara, yang mengakibatkan banyak penderitaan rakyat, terutama penduduk desa yang tak bersalah.

      Maputo, Ibu Kota

      Pada dekade terakhir, ribuan orang Mozambik telah melarikan diri ke kota kecil maupun kota besar yang relatif aman. Khususnya ini terlihat di Maputo, tempat percampuran yang menarik antara arsitektur Portugis dan Afrika yang penuh warna sehingga memberi suasana ceria bagi kota itu. Sewaktu menyusuri jalan-jalan utama yang lebar di Maputo sekarang, dengan barisan pepohonan di sepanjangnya, yang pertama-tama saudara lihat adalah kerumunan orang banyak, sibuk dengan urusan mereka sehari-hari. Namun, ada yang lain daripada yang lain. ”Meskipun dilanda keruwetan dan kesukaran dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang selalu bersikap ramah,” ujar Rodrigo, seorang utusan injil di Maputo. ”Saudara hampir tidak pernah menjumpai orang yang kasar!” Ya, orang-orang Mozambik terkenal sebagai orang yang ramah dan spontan.

      Tentu, sebagaimana kebanyakan daerah di Afrika, tempat yang cocok untuk bertemu orang-orang adalah di pasar setempat. Saudara dapat pergi ke sana dengan menumpang Chapa 100, istilah setempat untuk truk pikup yang biasa digunakan sebagai angkutan umum. Seperti biasa, kelihatannya ada lebih banyak orang yang bergelantungan di luar truk daripada yang ada di dalam. Barangkali, lebih baik jalan kaki saja.

      Orang-orang Mozambik benar-benar berjiwa dagang. Seorang pengunjung di Maputo dapat melihat dengan jelas betapa banyak orang membuka kios-kios kecil di trotoar dan sudut-sudut jalan. Apakah saudara ingin membeli buah-buahan segar, sayur-mayur, jamu, atau rempah-rempah? Ada persediaan lebih dari cukup bagi setiap orang. Bagaimana dengan ayam hidup, kacang mede, atau batang-batang bambu untuk membangun rumah saudara? Tidak ada yang sulit dicari, dan segala sesuatunya dilakukan dengan sikap yang ramah. Berbagai jasa seperti menyemir sepatu atau mencuci mobil saudara juga tersedia. Dengan menggunakan sebatang besi panas dan selembar plastik, seorang anak lelaki bahkan akan melaminasi dokumen saudara yang berharga.

      Sebenarnya, tidak semua perdagangan kaki lima itu benar-benar legal. Namun, masih saja dilakukan. Pedagang asongan yang tidak legal ini disebut dumba nenge, yang berarti ”bersandar pada kakimu”. Ini pasti karena, sewaktu yang berwajib datang untuk melakukan pemeriksaan, kesanggupan berlari cepat penting demi kelangsungan usaha gelap mereka.

      Dari baunya saja, dapat diketahui bahwa kita sedang mendekati pasar ikan! Setiap petang, sepanjang pantai Costa do Sol, ada kegiatan yang sibuk mengelilingi perahu penangkap ikan, seraya mereka memasukkan tangkapan mereka selama hari itu. Selain ikan dari berbagai bentuk dan ukuran, ada juga kepiting, lobster, dan tentu saja, udang Mozambik yang terkenal. Akan tetapi, saudara mungkin berminat dengan jenis penangkapan ikan lain yang sedang berlangsung di Maputo dan sekitarnya.

      ”Penjala-Penjala Manusia”

      Sejak mendapatkan pengakuan resmi di Mozambik, Saksi-Saksi Yehuwa telah menerima tanggapan yang baik dari masyarakat. Seorang pria menyatakan penghargaannya dengan mengatakan, ”Di London, saya melihat banyak dari kalian di jalan-jalan. Sebenarnya, di mana pun saya berada, saya melihat Saksi-Saksi Yehuwa. Sekarang senang rasanya melihat kalian juga ada di sini.”

      Jika sambutan akan Alkitab dan lektur-lektur berdasarkan Alkitab dalam bahasa Portugis dan Tsonga, bahasa setempat, merupakan suatu petunjuk, maka orang-orang ini memang cenderung menyukai hal-hal rohani. Paula, seorang utusan injil lainnya, melaporkan bahwa rata-rata pada Sabtu pagi, besar kemungkinan untuk menempatkan lebih dari 50 majalah di pasar amal, atau pasar pusat. Buku Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis terbukti benar-benar populer. Banyak orang muda yang terlantar atau menjadi yatim karena perang, dan mereka tampaknya menghargai nilai dan petunjuk yang tersedia dalam buku itu.

      Dengan gaya khas orang Afrika yang tak sungkan-sungkan, kelompok-kelompok besar orang berminat akan berkumpul mengelilingi utusan injil, mendengarkan apa yang sedang dibicarakan. Pertemuan-pertemuan di tepi jalan demikian sering menghasilkan diskusi Alkitab yang hidup. Seorang saudari mengenang kembali pengalaman yang menyenangkan itu.

      ”Sementara memberikan kesaksian di jalan pada suatu kesempatan, saya menjadi takut sewaktu sebuah jip militer mendadak berhenti di dekat saya. Seorang tentara muda berteriak kepada beberapa orang yang sedang berdiri di sekitar saya, ’Hai, suruh wanita itu kemari.’ Ketika saya berjalan ke arahnya, wajah tentara itu mulai tersenyum lebar, sambil berkata, ’Anda orang yang baik. Kami senang melihat Anda di sini. Saya yakin Anda memiliki buku mengenai kaum muda. Saya juga ingin memilikinya.’ Saya menjawab bahwa saya tidak memiliki buku tersebut, namun saya berjanji bahwa segera setelah buku tersebut ada dalam persediaan, akan saya antarkan ke rumahnya.”

      Pengiriman Melalui Depot

      Untuk memenuhi permintaan yang meningkat akan lektur, kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Afrika Selatan mengirim persediaan lektur ke sebuah depot di Maputo dua minggu sekali. Manuel, seorang utusan injil, mengurus depot dan bertanggung jawab untuk mengorganisasi penyaluran lektur.

      Suatu pagi, seorang pria setengah baya masuk dan menanyakan untuk apa tempat itu. Manuel menjawab bahwa ini adalah depot lektur-lektur Alkitab. Pria itu berjalan ke luar, namun tak lama kemudian ia kembali.

      ”Anda bilang ini adalah buku-buku Alkitab, bukan?” tanyanya.

      ”Ya, benar,” jawab Manuel.

      ”Depot ini milik organisasi apa?” tanya pria itu.

      ”Saksi-Saksi Yehuwa,” jawab Manuel, serta menambahkan, ”Kami menjaga agar lektur-lektur ini tetap tersedia di sidang-sidang setempat.”

      ”Oh, Saksi-Saksi Yehuwa!” Wajah pria itu berseri-seri. ”Banyak yang saya sukai dari kalian. Tetapi, ada juga yang tidak saya sukai dari kalian.”

      ”Nah, apa yang Anda sukai tentang kami?” tanya Manuel dengan bijaksana.

      ”Saya menyukai buku-buku yang menarik serta mendidik yang kalian hasilkan,” kata pria itu menjelaskan. ”Yang tidak saya sukai adalah bahwa saya tidak pernah memperoleh buku-buku itu dalam jumlah yang cukup. Anda pasti tidak percaya betapa laparnya kami di Maputo akan bacaan-bacaan seperti yang kalian miliki.” Kemudian, ia mengeluarkan sebuah daftar tertulis berisi publikasi-publikasi yang diterbitkan Lembaga Menara Pengawal yang tidak ia miliki, termasuk terbitan lama dari majalah Menara Pengawal dan Sedarlah!

      ”Saya selalu membawa daftar ini,” katanya kepada Manuel. ”Di mana pun saya bertemu Saksi-Saksi Yehuwa, saya berupaya memperoleh publikasi apa pun yang mereka miliki. Jika Anda dapat membantu saya mendapatkan lektur yang tertera dalam daftar saya, saya bersedia membayar dengan harga tinggi.”

      Percakapan pun terjalin. Manuel segera mengetahui bahwa pria itu pertama kali berhubungan dengan Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1950-an ketika ia membaca buku Penciptaan. Namun, sejak pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa dilarang di bawah pemerintah Portugis, sedikit kemajuan dibuat.

      Sesudah itu, ketika Manuel mengunjungi pria tadi di kantornya, ia melihat bahwa semua publikasi Menara Pengawal miliknya diberi sampul plastik dan disusun rapi. Manuel dapat menyediakan publikasi-publikasi yang dibutuhkan pria itu untuk melengkapi koleksinya, dan ia mengatur agar pengajaran Alkitab diadakan bersama pria tersebut dan keluarganya.

      Semua penanaman dan penyiraman rohani ini mulai menghasilkan banyak buah karena Allah terus ”memberi pertumbuhan”. Ada petunjuk yang kuat bahwa penuaian orang-orang yang berhati jujur akan menghasilkan kumpulan yang luar biasa besarnya di Mozambik̃!—1 Korintus 3:6; Yohanes 4:36.

      Kemajuan Teokratis Meskipun Ada Rintangan

      Sekarang, ada lebih dari 50 sidang di kota Maputo dan sekitarnya. Namun, tidak ada satu pun Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa ditemui. Mengapa demikian? Karena kondisi ekonomi yang buruk, sidang tidak dapat membangun meskipun beberapa orang memiliki tanah selama bertahun-tahun.a

      Namun, rintangan-rintangan demikian tidak menghambat kemajuan. Sekarang, ada lebih dari 5.000 pengajaran Alkitab di rumah di bagian selatan Mozambik. Begitu besar sambutan akan pengajaran sehingga prioritas tertentu harus ditetapkan. Jika seseorang meminta pengajaran, biasanya dapat diduga bahwa ia akan menghadiri semua corak perhimpunan.

      Sebuah sidang yang terletak di daerah kota yang kumuh baru-baru ini mencapai 189 hadirin pada perhimpunan Minggu meskipun hanya ada 71 penyiar kabar baik. Kelompok besar ini berhimpun di udara terbuka di halaman sebuah rumah. Lokasinya terlindung dari pandangan umum oleh lempengan besi dan pagar bambu. Sebelum setiap perhimpunan, lokasi disapu bersih, dan sejumlah besar hadirin, termasuk banyak orang dewasa, duduk di tikar bambu di tanah. Betapa seriusnya perhatian mereka terhadap acara! Karena banyak orang baru tidak memiliki majalah Menara Pengawal untuk mengikuti pelajaran, mereka belajar untuk memperhatikan dengan serius selama pembacaan paragraf, dan kebanyakan tangan teracung untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pemimpin pelajaran.

      Sidang lain dengan 59 penyiar memiliki hadirin lebih dari 140 orang secara tetap tentu. Biasanya, mereka bertemu di teras yang terbuka. Namun selama musim hujan, sidang berdesak-desakan ke dalam dua ruang apartemen kecil. Luapan hadirin memenuhi gang ke dalam ruang masuk, dapur dan balkon. Sekali lagi, kita dapat melihat dengan jelas penghargaan dan perhatian dari setiap orang termasuk banyak orang muda yang mendengarkan acara dengan sungguh-sungguh.

      Tidak ada tempat yang dengan lebih jelas memperlihatkan pertumbuhan yang potensial di masa yang akan datang, selain di kebaktian-kebaktian. Baru-baru ini, sebuah kebaktian wilayah diadakan di arena pertarungan tua tempat adu banteng di pusat kota. Dapatkah saudara bayangkan sesuatu yang mengejutkan bagi kira-kira 3.000 penyiar ketika ada lebih dari 10.000 yang hadir?

      ”Tuaian Memang Banyak”

      Pengalaman-pengalaman demikian jelas menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di Mozambik. Beberapa sidang baru saja menerima kunjungan yang pertama dari pengawas keliling mereka yang diutus oleh kantor cabang. Mereka menerima bantuan yang sangat dibutuhkan untuk memperlengkapi mereka menerapkan prosedur organisasi dengan tepat di sidang-sidang.

      Sidang-sidang juga sangat menghargai kedatangan utusan injil Gilead baru-baru ini. Francisco, seorang penatua di Maputo, menyatakan, ”Ini adalah kemajuan yang besar bagi kami. Kami memiliki semangat. Kami memiliki kasih. Namun, kami kekurangan banyak informasi terbaru tentang hal-hal organisasi. Yang sangat kami butuhkan adalah seseorang yang memiliki pengalaman langsung untuk mengajarkan kami bagaimana berbagai hal harus dilakukan. Sekarang, kami senang sekali ada utusan-utusan injil bersama kami.”

      Para utusan injil, di pihak mereka, senang melayani saudara-saudari mereka. Hans, yang baru-baru ini ditugaskan ke Mozambik, setelah melayani selama 20 tahun di Brasil, meringkaskan dengan cara ini, ”Bekerja di ladang Mozambik merupakan hak istimewa yang besar! Kami merasa bahwa kami berada pada ambang suatu peningkatan yang besar di sini. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kami dapat memakai 10 atau 20 orang utusan injil lagi di Maputo saja.”

      Kegiatan teokratis yang meningkat di Mozambik mengingatkan kita pada salah satu kata-kata penting dari Yesus, ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9:37, 38) Ada banyak alasan untuk percaya bahwa Yehuwa akan menjawab permohonan yang mendesak demi kepentingan hamba-hamba-Nya di Mozambik.

      Ribuan Saksi-Saksi Yehuwa menghabiskan 12 tahun atau lebih di pusat-pusat penahanan di bagian barat laut Mozambik. Baru-baru ini, ketika beberapa dari mereka kembali ke Maputo, milik mereka satu-satunya adalah selembar kain yang membalut tubuh mereka. Yang mereka miliki dengan berlimpah adalah iman! Sumbangan makanan dan pakaian dari rekan Saksi-Saksi yang murah hati di negeri-negeri sekitarnya membantu mereka memulai awal yang baru dalam kehidupan.

      [Catatan Kaki]

      a Apabila seseorang cukup beruntung mendapatkan pekerjaan di sini, upah rata-rata per bulan berkisar antara $20 hingga $30.

      [Gambar di hlm. 23]

      Sidang-sidang menikmati pemusatan yang baik untuk kesaksian Kristen pada setiap Sabtu pagi

      [Gambar di hlm. 24]

      Perkenalkan seorang anak berumur 5 tahun, Jaimito. Ia dilahirkan di sebuah kamp penahanan. Kini, orang-tua Jaimito berbahagia karena kembali ke Maputo. Setiap minggu, Francisco, ayah Jaimito, mengumpulkan seluruh keluarganya untuk belajar Alkitab. Kedua orang-tua itu menggunakan banyak waktu untuk melatih anak-anak mereka agar menjadi guru yang efektif dalam dinas pengabaran. Jaimito menikmati pekerjaan menempatkan lektur di pasar-pasar pusat

      [Gambar di hlm. 25]

      Fakta bahwa sidang-sidang tidak memiliki Balai-Balai Kerajaan yang dapat mereka gunakan, tidak menghentikan kemajuan mereka. Pada umumnya, lebih dari dua kali lipat jumlah penyiar menghadiri perhimpunan.

  • Sudahkah Saudara Menghitung Biayanya?
    Menara Pengawal—1992 | 15 Agustus
    • Sudahkah Saudara Menghitung Biayanya?

      ”APA! Anda menolak tawaran yang begitu bagus?” Penyelia (Supervisor) itu hampir tidak dapat mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Seorang bawahannya, wanita yang dihormati karena keterampilan dan tingkah lakunya yang baik, baru saja menolak tawaran belajar di luar negeri selama dua tahun atas biaya perusahaan. Mengapa ia melakukan itu?

      Menerima tawaran itu, wanita tersebut menjelaskan, berarti berpisah dengan suami dan dua anaknya selama dua tahun. Ia akan sangat kehilangan mereka. Yang lebih penting lagi, ia juga akan mengabaikan berbagai tugas yang Allah berikan kepadanya sebagai seorang istri dan ibu. Biaya berupa emosi dan rohani adalah harga yang terlalu tinggi untuk dibayar. Maka, setelah menghitung biaya, ia memutuskan untuk menolak tawaran itu.

      Apa yang akan saudara lakukan apabila saudara berada pada posisinya? Jelas, tidak setiap orang akan setuju dengan keputusan yang diambil wanita Kristen ini. Beberapa orang, seperti rekan-rekan sekerjanya, mungkin merasa bahwa ia menyia-nyiakan kesempatan emas untuk mengembangkan kariernya. Yang lain boleh jadi menuduh bahwa ia tidak memikirkan masa depan keluarganya, karena, toh, dua tahun akan berlalu dengan cepat. Namun, keputusannya bukanlah keputusan tergesa-gesa atau sentimental. Itu didasarkan atas penalaran yang sehat dan prinsip-prinsip yang dipikirkan masak-masak. Apakah itu?

      Lebih daripada Akal Sehat

      Manusia yang paling bijaksana yang pernah hidup di bumi, Kristus Yesus, menyediakan pedoman di dalam salah satu perumpamaannya. ”Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?” tanya Yesus. ”Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.”—Lukas 14:28-30.

      Setiap orang pasti setuju bahwa masuk akal menghitung biaya sebelum memutuskan untuk melakukan hal-hal penting. Misalnya, jika seseorang ingin membeli sebuah rumah, apakah ia akan menandatangani kontrak dengan tergesa-gesa bahkan tanpa mengetahui biayanya dan memastikan apakah secara keuangan ia sanggup menyelesaikan transaksi itu? Ia akan dianggap benar-benar bodoh jika hal itu yang ia lakukan. Ya, masuk akal untuk menghitung biaya sebelum seseorang memulai suatu kegiatan.

      Namun demikian, apa sebenarnya maksud Yesus mengucapkan perumpamaan itu? Tepat sebelum memperkenalkan tamsil itu, ia berkata, ”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.” (Lukas 14:27) Jadi, ikatan kalimatnya memperlihatkan bahwa Yesus bukan hanya memberikan nasihat yang masuk akal untuk hal-hal yang biasa, kegiatan kita sehari-hari. Lebih daripada itu, ia sedang berbicara tentang penghitungan biaya sehubungan dengan menjadi muridnya.

      Melalui perumpamaannya, Yesus menandaskan bahwa untuk menjadi muridnya dibutuhkan perubahan dan pengorbanan. Mengapa? Karena sistem perkara sekarang berpusat pada harta benda dan bermotifkan sifat mementingkan diri. Kebanyakan orang hanya berminat untuk memuaskan keinginan daging mereka, sedikit atau tidak menaruh perhatian kepada kebutuhan rohani atau hubungan mereka dengan Allah. (2 Timotius 3:1-4) Akan tetapi, sikap, atau semangat ini, jelas bertentangan dengan apa yang diperlihatkan oleh Kristus Yesus. ”Anak Manusia datang,” katanya, ”bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Ia menaruh hal-hal rohani di tempat yang tertinggi dan bukannya hal-hal materi, ketika ia berkata, ”Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.”—Matius 20:28; Yohanes 6:63.

      Oleh karena itu, ketika Yesus menasihatkan orang-orang yang ingin menjadi muridnya untuk menghitung biaya, ia berbicara terutama, bukan mengenai nilai-nilai materi, melainkan mengenai nilai-nilai rohani. Apa yang lebih penting bagi mereka, keuntungan materi yang ditawarkan dunia atau manfaat rohani dengan menjadi muridnya? Itulah sebabnya setelah mengucapkan perumpamaan tersebut dan perumpamaan yang berhubungan, ia menyimpulkan, ”Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.” (Lukas 14:33) Apakah pengikutnya kelak, mau dan siap membuat pengorbanan demikian, atau apakah itu harga yang terlalu tinggi untuk dibayar?

      Pandangan yang Seimbang

      Meskipun perkara-perkara materi dapat membawa manfaat langsung yang kelihatannya lebih nyata dan lebih cepat, manfaat dari pengejaran perkara-perkara rohani jauh lebih kekal dan memuaskan. Yesus menalar sebagai berikut, ”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkarnya serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:19, 20) Di zaman kita, inflasi, kemerosotan bursa, kepailitan bank, dan sebagainya, telah menyebabkan kehancuran bagi banyak orang yang menaruh kepercayaan mereka sepenuhnya kepada kekayaan materi. Namun, rasul Paulus mendesak kita untuk ”tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”. (2 Korintus 4:18) Namun, bagaimana kita dapat mengembangkan pandangan demikian?

      Kita dapat melakukannya dengan meniru Teladan dan Contoh kita, Kristus Yesus. Sewaktu ia di bumi, ia sama sekali bukan seorang petapa, seperti nyata dari fakta bahwa kadang-kadang ia ikut dalam pesta perkawinan dan perjamuan. Akan tetapi, ia dengan jelas memprioritaskan perkara-perkara rohani. Agar dapat menyelesaikan kehendak Bapanya, ia rela untuk tidak memiliki bahkan apa yang dianggap penting. Ia pernah menyatakan, ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” (Lukas 9:58) Ia menganggap bahwa melakukan kehendak Bapanya begitu penting dan menyenangkan sehingga ia berkata dengan ketulusan yang sungguh-sungguh, ”MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.”—Yohanes 4:34.

      Yesus memperlihatkan pendiriannya sehubungan nilai-nilai melalui cara ia menolak godaan-godaan Setan. Iblis mencoba membuat Yesus menggunakan kekuasaan yang diberikan Allah demi keuntungan diri-Nya, untuk memuaskan kebutuhan fisik-Nya, dan untuk memperoleh kemasyhuran dan popularitas dunia. Yesus mengetahui benar bahwa manfaat-manfaat yang fana seperti itu hanya dapat dimiliki dengan biaya yang sangat tinggi—kehilangan perkenan Allah—biaya yang lebih mahal daripada yang ingin dibayarnya, karena ia menganggap hubungan baik dengan Bapanya sebagai harta yang paling berharga. Itulah sebabnya ia menolak tawaran Setan dengan tegas, tanpa ragu-ragu.—Matius 4:1-10.

      Sebagai pengikut Kristus, kita pasti ingin memiliki pendirian yang sama seperti majikan kita sehubungan nilai-nilai. Dalam sistem perkara sekarang yang dikendalikan Setan, ada banyak hal yang tampaknya menjanjikan manfaat yang baik tetapi sebenarnya dapat merusak hubungan kita dengan Allah. Misalnya, terus mengejar jenjang yang lebih tinggi dalam pekerjaan duniawi, mengejar pendidikan yang lebih tinggi untuk memajukan posisi, berpacaran dengan orang yang tidak beriman, atau ikut serta dalam pola bisnis yang meragukan, dengan mudah dapat mengarah kepada hilangnya iman dan akhirnya tidak layak menerima perkenan Yehuwa. Kita harus menghitung biayanya dengan cermat manakala dihadapkan dengan godaan-godaan demikian.

      Hikmat Sejati Suatu Perlindungan

      Beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda Kristen di suatu kota besar di Timur Jauh memiliki kesempatan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya. Meskipun ia sudah memiliki pendidikan duniawi yang baik dan pekerjaan dengan gaji yang memuaskan, ia merasa bahwa itu belum cukup; ia ingin memperbaiki taraf hidupnya. Rekan-rekan Kristen mencoba bertukar pikiran dengannya berdasarkan pokok-pokok Alkitab yang baru kita bahas, namun ia berkeras, dan meneruskan rencana itu. Meskipun pada mulanya ia mencoba mempertahankan imannya, lambat-laun ia kehilangan penghargaan akan kebenaran Alkitab, dan keraguan mulai timbul. Hanya dalam kira-kira satu tahun, ia sama sekali kehilangan iman dan menyatakan diri seorang agnostik. Memang, memperoleh gelar yang lebih tinggi dengan melanjutkan pendidikan duniawi, membawa kepuasan tertentu baginya. Tetapi untuk kemuliaan yang sementara, betapa mahal harga yang harus ia bayar—imannya kandas dan risiko kehilangan kehidupan kekal!—1 Timotius 1:19.

      Di lain pihak, orang-orang yang tidak mau membiarkan apa pun mencelakakan hubungan mereka dengan Allah telah memperoleh berkat-berkat limpah dari Yehuwa.

      Sebagai contoh adalah seorang pemuda yang memiliki bisnis desain interior di kota yang sama seperti contoh di muka. Hanya beberapa bulan setelah ia mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa, ia dihadapkan dengan tawaran yang menggiurkan—merenovasi bangunan dengan bayaran 30.000 dolar. Akan tetapi, renovasi itu melibatkan pelanggaran ketentuan dan peraturan izin bangunan dan ini merupakan prosedur yang tidak sah. Karena ia telah belajar bahwa umat kristiani harus menaati hukum, ia menyadari bahwa menerima pekerjaan itu berarti kehilangan perkenan Allah. (Roma 13:1, 2) Setelah menimbang masalah dengan hati-hati, ia menolak pekerjaan itu. Hasilnya? Tindakan dari imannya ini terbukti sebagai suatu titik balik bagi kemajuan rohaninya. Dalam tahun itu, ia maju pada langkah pembaktian dan baptisan. Ia menjual bisnisnya dan mendapatkan pekerjaan yang memberinya lebih banyak waktu untuk mengejar perkara-perkara rohani. Sekarang, ia melayani Yehuwa dengan sukacita dan gairah.

      Kedua pemuda ini menghitung biaya. Apa yang membuat pilihan mereka berbeda? Hikmat ilahi! Bagaimana bisa demikian? Hikmat adalah kemampuan menerapkan pengetahuan untuk digunakan dengan cara yang biasanya membawa manfaat kekal, dan hikmat ilahi berarti menggunakan pengetahuan selaras dengan maksud-tujuan Allah terhadap kita. Walaupun kedua pemuda tadi sama-sama memiliki pengetahuan Alkitab, penerapan mereka atas pengetahuan itu membuahkan hasil yang berbeda. Buku Amsal berkata, ”Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau.”—Amsal 2:10-12.

      Firman Allah, Alkitab, adalah sumber hikmat sejati yang selalu dapat saudara gunakan sebagai bimbingan tatkala saudara harus membuat keputusan-keputusan penting. Sebaliknya daripada menjadi bijaksana di mata saudara sendiri, perhatikan nasihat ini, ”Percayalah kepada [Yehuwa] dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5, 6) Kita harus rendah hati dan mau diajar, menghindari semangat dunia yang bebas dan mementingkan diri, yang begitu lazim sekarang.

      Ya, kita tidak dapat menghindar untuk menuai apa yang kita tabur, dan adalah wajar serta adil bahwa kita harus menanggung akibat dari keputusan dan pilihan yang kita buat. (Galatia 6:7, 8) Jadi, hitunglah biaya sebelum memulai setiap kegiatan. Jangan biarkan apa pun yang tampaknya menguntungkan merampas kerohanian dan hubungan saudara dengan Allah Yehuwa. Berdoalah memohon hikmat dan pertimbangan yang baik untuk membuat keputusan yang benar, karena keputusan yang saudara ambil sekarang kemungkinan berarti perbedaan antara kehidupan dan kematian—selama-lamanya!—Bandingkan Ulangan 30:19, 20.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan