-
Wabah PengangguranSedarlah!—1996 | 8 Maret
-
-
Wabah Pengangguran
OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI ITALIA
Ia merupakan keadaan darurat di beberapa negara maju—tetapi ia juga mencemaskan negara-negara berkembang. Ia telah melanda ke tempat yang sebelumnya ia hampir tidak dikenal. Ia mempengaruhi ratusan juta orang—banyak dari mereka adalah kaum ibu dan kaum bapak. Bagi dua pertiga dari orang-orang Italia, ia merupakan ”ancaman nomor satu”. Ia menciptakan penyakit-penyakit sosial baru. Hingga taraf tertentu, ia adalah akar dari problem-problem banyak anak muda yang menjadi terlibat dalam obat bius. Ia mengganggu tidur dari jutaan orang, dan bagi jutaan orang lain, ia mungkin saja telah di ambang pintu . . .
”PENGANGGURAN mungkin adalah fenomena yang paling luas ditakuti di zaman kita,” demikian pernyataan Organization for Economic Cooperation and Development (Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau OECD). ”Tingkat dan konsekuensi dari fenomena ini telah diketahui,” tulis Komisi Masyarakat Eropa, tetapi ”mengatasinya sungguh sulit”. Ia merupakan ”suatu momok”, kata seorang pakar, yang ”kembali untuk menghantui Benua Eropa”. Di dalam Uni Eropa (UE), para penganggur kini berjumlah kira-kira 20 juta jiwa, dan pada bulan Oktober 1994, di Italia saja secara resmi mereka berjumlah 2.726.000 jiwa. Menurut komisaris Uni Eropa, Padraig Flynn, ”menangani pengangguran merupakan tantangan sosial-ekonomi yang paling penting yang kita hadapi”. Jika Anda menganggur atau terancam kehilangan pekerjaan, Anda tahu rasa takut yang ditimbulkannya.
Tetapi pengangguran bukan saja problem di Eropa. Ini menimpa semua negara di Amerika. Tidak terkecuali pula di Afrika, Asia, atau Oseania. Bangsa-bangsa di Eropa Timur telah merasakan pukulannya dalam tahun-tahun belakangan ini. Memang, pengangguran tidak menghantam dengan cara yang seragam di berbagai tempat. Tetapi menurut beberapa ekonom, tingkat pengangguran di Eropa dan Amerika Utara untuk waktu yang lama akan tetap jauh lebih tinggi dibanding dekade-dekade sebelumnya.a Dan situasinya ”diperburuk oleh semakin kurangnya pemekerjaan dan oleh kemerosotan secara umum sehubungan dengan mutu pekerjaan yang tersedia”, demikian penandasan dari ekonom Renato Brunetta.
Derap Maju yang Tidak Dapat Diubah
Pengangguran telah menghantam semua sektor perekonomian satu demi satu: pertama pertanian, dengan adanya mekanisasi yang bertambah, sehingga membuat orang-orang terpaksa diberhentikan dari pekerjaannya; kemudian industri, yang telah dipengaruhi oleh krisis energi sejak tahun 1970-an; dan kini, sektor jasa—perdagangan, pendidikan—sektor yang sebelumnya dianggap kokoh. Dua puluh tahun yang lalu, tingkat pengangguran lebih dari 2 atau 3 persen sudah akan menyebabkan kekhawatiran yang besar. Dewasa ini suatu negara industri sudah merasa berhasil jika tingkat pengangguran tetap di bawah 5 atau 6 persen, dan banyak negara yang maju memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi.
Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), penganggur adalah orang yang tanpa kerja, siap kerja, dan dengan aktif mencari kerja. Tetapi bagaimana dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan sepenuh waktu yang tetap atau orang yang mengatur untuk bekerja hanya beberapa jam seminggu? Setiap negara memiliki pendapatnya sendiri-sendiri berkenaan pekerjaan penggal waktu. Di beberapa negara tertentu, beberapa orang yang pada kenyataannya menganggur dianggap secara resmi sebagai orang yang bekerja. Situasi-situasi yang tidak jelas antara bekerja dan menganggur menyebabkan sulit untuk menentukan siapa sebenarnya yang menganggur, oleh karena itu statistik melukiskan hanya sebagian dari keadaan yang sebenarnya. ”Bahkan jumlah resmi yaitu 35 juta penganggur [di negara-negara OECD] tidak mencerminkan pengangguran pada tingkat yang penuh,” demikian menurut sebuah penelitian di Eropa.
Harga yang Tinggi dari Pengangguran
Tetapi angka-angka tidak menyingkapkan keadaan yang sesungguhnya. ”Biaya ekonomi dan sosial dari pengangguran begitu besar,” kata Komisi Masyarakat Eropa, dan akibatnya ”bukan hanya dari biaya langsung dalam bentuk dana kesejahteraan bagi para penganggur melainkan juga dari kerugian dalam bentuk pajak penghasilan yang seharusnya disumbangkan oleh para penganggur seandainya mereka bekerja”. Tunjangan pengangguran menjadi semakin memberatkan, tidak hanya bagi pemerintah tetapi juga bagi orang yang bekerja, yang harus menanggung pajak-pajak yang meningkat.
Pengangguran bukan sekadar masalah fakta dan angka. Drama-drama individualnya adalah akibatnya, karena wabah ini melanda masyarakat—pria, wanita, dan kaum muda dari setiap golongan sosial. Ditambah dengan semua problem lain dari ”hari-hari terakhir” ini, pengangguran dapat terbukti menjadi suatu beban yang sangat berat. (2 Timotius 3:1-5; Penyingkapan 6:5, 6) Khususnya jika dilanda oleh ”pengangguran jangka panjang”, jika tidak disertai faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, orang yang telah lama tidak bekerja akan merasa bahkan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Menyedihkan sekali, beberapa orang mungkin tidak akan pernah bekerja lagi.b
Para psikolog mendapati bahwa di kalangan para penganggur dewasa ini, problem-problem psikiatris dan psikologis meningkat, disertai dengan ketidakstabilan emosi, frustrasi, sikap apatis yang progresif, dan hilangnya respek terhadap diri sendiri. Bila orang yang memiliki anak-anak yang sedang bertumbuh kehilangan pekerjaan, ini merupakan tragedi pribadi yang mengerikan. Dunia seakan-akan ambruk di sekeliling mereka. Keamanan telah menguap. Malahan, dewasa ini beberapa pakar memperhatikan munculnya ”kecemasan di muka” yang berkaitan dengan kemungkinan hilangnya pekerjaan. Kecemasan ini dapat secara serius mempengaruhi hubungan keluarga dan bahkan dapat mendatangkan akibat-akibat tragis, sebagaimana yang mungkin diperlihatkan oleh kasus bunuh diri dari orang-orang yang menganggur baru-baru ini. Lagi pula, sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan merupakan kemungkinan alasan timbulnya kekerasan dan keterasingan sosial di kalangan kaum muda.
”Terpenjara dalam Suatu Sistem yang Bejat”
Sedarlah! telah mewawancara sejumlah orang yang telah kehilangan pekerjaan. Armando yang berusia lima puluh tahun berkata bahwa baginya ini berarti ”melihat jerih payah selama 30 tahun ternyata sia-sia belaka, harus mulai dari awal lagi”, dan merasa ”bagaikan terpenjara dalam suatu sistem yang bejat”. Francesco ’merasa dunia ambruk menimpa dirinya’. Stefano ”merasakan adanya perasaan kecewa secara terus-menerus akan sistem kehidupan sekarang ini”.
Sebaliknya, Luciano, yang dipecat dari pekerjaannya di manajemen teknik sebuah industri mobil Italia yang penting yang ditekuninya selama hampir 30 tahun, ”merasa marah dan seakan tidak percaya melihat jerih payahnya, kejujurannya, dan kepercayaan selama bekerja bertahun-tahun dianggap tidak ada”.
Prakiraan dan Kekecewaan
Beberapa ekonom telah mengantisipasi skenario-skenario yang sangat berbeda. Pada tahun 1930, seorang ekonom, John Maynard Keynes secara optimis memprakirakan tersedianya ”lowongan pekerjaan bagi semua orang” dalam waktu 50 tahun berikutnya, dan selama beberapa dekade, pemekerjaan penuh (full-employment) telah dianggap sebagai suatu cita-cita yang terjangkau, membuka lebih banyak peluang bagi pemekerjaan penuh. Pada tahun 1945 Piagam dari organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa menargetkan tercapainya pemekerjaan penuh dalam waktu singkat. Hingga belum lama ini, diyakini bahwa kemajuan tersebut akan mengartikan adanya pekerjaan dan jam kerja yang lebih sedikit bagi semua orang. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Resesi yang parah dari dekade terakhir ini telah menyebabkan ”krisis lowongan pekerjaan terburuk secara global sejak Depresi Besar pada tahun ’30-an”, kata ILO. Di Afrika Selatan sekurang-kurangnya 3,6 juta orang tidak bekerja, termasuk kira-kira 3 juta orang Afrika berkulit hitam. Bahkan Jepang—yang memiliki lebih dari dua juta orang yang tidak bekerja tahun lalu—sedang mengalami krisis.
Mengapa pengangguran merupakan wabah yang demikian meluas? Pemecahan apa yang telah diajukan untuk menanggulanginya?
[Catatan Kaki]
a Tingkat pengangguran adalah persentase dari seluruh tenaga kerja yang menganggur.
b ”Pengangguran jangka panjang” adalah orang-orang yang tidak bekerja lagi sekurang-kurangnya 12 bulan. Di UE kira-kira setengah dari para penganggur masuk dalam kategori ini.
[Peta di hlm. 2, 3]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Kanada−9,6 persen
AS−5,7 persen
Kolombia−9 persen
Irlandia−15,9 persen
Spanyol−23,9 persen
Finlandia−18,9 persen
Albania−32,5 persen
Afrika Selatan−43 persen
Jepang−3,2 persen
Filipina−9,8 persen
Australia−8,9 persen
[Keterangan]
Mountain High Maps™ copyright © 1993 Digital Wisdom, Inc.
-
-
Pengangguran−Mengapa?Sedarlah!—1996 | 8 Maret
-
-
Pengangguran−Mengapa?
DI BEBERAPA negara, banyak orang terpaksa mencari nafkah dengan melakukan kerja fisik yang berat melebihi jam kerja normal secara mati-matian, mungkin bahkan melakukan pekerjaan yang berbahaya dengan bayaran yang sedikit. Hingga belum lama ini, banyak orang di negeri-negeri lain merasa yakin bahwa sekali mereka diterima bekerja oleh perusahaan besar atau oleh suatu departemen pemerintah, mereka pasti memiliki pekerjaan tetap hingga pensiun. Tetapi sekarang tampaknya tidak ada lagi bidang usaha atau perusahaan yang dapat memberikan pekerjaan yang diinginkan dan keamanan pada tingkat apa pun. Mengapa?
Alasan Timbulnya Problem Tersebut
Ribuan pemuda bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan mereka yang pertama—entah mereka memiliki gelar perguruan tinggi atau tidak. Di Italia, misalnya, lebih dari sepertiga dari para penganggur adalah orang-orang yang berusia antara 15 dan 24 tahun. Usia rata-rata dari mereka yang sudah bekerja dan yang sedang berupaya untuk mempertahankan pekerjaan mereka meningkat, karena itu lebih sulit bagi kaum muda untuk menembus pasar tenaga kerja. Bahkan di antara kaum wanita—yang semakin banyak dari antara mereka berada dalam pasar tenaga kerja—terdapat tingkat pengangguran yang tinggi. Oleh karena itu, suatu gelombang yang besar sekali dari para pekerja baru kini berjuang agar dapat terserap dalam pasar tenaga kerja.
Sejak adanya mesin-mesin industri yang pertama, inovasi teknik telah mengurangi kebutuhan akan para pekerja. Untuk mengatasi masalah giliran kerja yang panjang dan melelahkan, para pekerja berharap agar mesin-mesin dapat menurunkan bobot pekerjaan. Otomatisasi telah meningkatkan produksi dan telah menyingkirkan banyak bahaya, tetapi hal ini juga telah menurunkan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Orang-orang yang sudah tidak terpakai lagi menanggung risiko pengangguran jangka panjang kecuali jika mereka mempelajari keterampilan baru.
Kita menanggung risiko kebanjiran produk komersial. Beberapa orang merasa bahwa kita sudah mencapai batas-batas pertumbuhan. Selain itu, dengan semakin sedikitnya orang yang bekerja, semakin sedikit pula pembeli. Karena itu, pasar menghasilkan lebih daripada yang dapat dikonsumsi. Karena dianggap tidak lagi layak secara ekonomi, pabrik-pabrik besar yang dibangun untuk menangani peningkatan produksi yang diharapkan kini ditutup atau dialihfungsikan. Trend seperti ini menuai korban—orang yang menjadi penganggur. Dalam resesi ekonomi, permintaan akan para pekerja berkurang, dan pekerjaan yang hilang selama resesi sama sekali tidak pernah tercipta kembali selama masa-masa ekspansi. Jelaslah, pengangguran memiliki lebih dari satu penyebab.
Wabah Sosial
Karena dapat menimpa siapa saja, pengangguran merupakan wabah sosial. Beberapa negara menyediakan berbagai mekanisme untuk melindungi orang-orang yang masih bekerja—misalnya, mengurangi jam kerja dalam seminggu dengan bayaran yang berkurang. Akan tetapi, hal ini dapat merusak prospek orang lain yang mencari pekerjaan.
Orang yang bekerja maupun yang menganggur semakin sering memprotes problem-problem yang menyangkut pekerjaan. Tetapi sementara orang yang menganggur menuntut lapangan pekerjaan baru, orang-orang yang telah memiliki pekerjaan berupaya untuk melindungi keamanan mereka sendiri—dua sasaran yang tidak selalu bersesuaian. ”Orang-orang yang memiliki pekerjaan sering diminta untuk bekerja lembur. Orang-orang yang menganggur tetap saja menganggur. Terdapat risiko bahwa masyarakat akan terpecah menjadi dua kelompok . . . di satu pihak, mereka yang bekerja lembur, dan di lain pihak, para penganggur yang diasingkan, yang hampir sama sekali bergantung pada kemauan baik dari orang-orang lain,” kata majalah Italia Panorama. Di Eropa, kata para pakar, hasil-hasil dari pertumbuhan ekonomi pada dasarnya telah dinikmati oleh orang-orang yang sudah bekerja, sebaliknya daripada orang-orang yang tidak bekerja.
Lebih jauh, pengangguran berkaitan dengan keadaan ekonomi setempat, sehingga di beberapa negara, seperti Jerman, Italia, dan Spanyol, terdapat perbedaan-perbedaan besar antara kebutuhan di satu tempat dan di tempat lain. Apakah para pekerja bersedia mempelajari keahlian baru atau bahkan pindah ke tempat lain atau ke negara lain? Hal itu sering kali dapat menjadi faktor yang menentukan.
Apakah Ada Jalan Keluarnya dalam Waktu Dekat?
Sebagian besar, harapan bertumpu pada perbaikan dalam bidang ekonomi. Tetapi beberapa orang bersikap skeptis dan berpikir bahwa perbaikan semacam itu tidak akan terjadi hingga kira-kira tahun 2000. Menurut pendapat lain, penyembuhan telah dimulai, tetapi lambat dalam membuahkan hasil, sebagaimana nyata dari menurunnya pemekerjaan belum lama ini di Italia. Penyembuhan ekonomi tidak selalu mengartikan berkurangnya pengangguran. Meskipun pertumbuhannya sedang-sedang saja, perusahaan-perusahaan lebih suka untuk mendayagunakan secara lebih baik para karyawan yang sudah ada daripada menambah jumlahnya—karena itu, terdapat ”pertumbuhan pengangguran”. Lagi pula, jumlah para penganggur sering meningkat lebih pesat daripada jumlah lowongan pekerjaan baru yang tercipta.
Perekonomian nasional dewasa ini sedang mengalami globalisasi. Beberapa ekonom berpikir bahwa dengan terciptanya kawasan perdagangan supranasional yang baru dan besar, seperti yang dimiliki North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), mungkin juga memberikan dorongan kepada perekonomian dunia. Akan tetapi, trend ini mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk mendirikan pabrik-pabrik di tempat yang tingkat upahnya lebih murah, yang mengakibatkan negara-negara maju kehilangan pekerjaan. Sementara itu, para pekerja yang tidak berpenghasilan banyak menyadari bahwa penghasilan mereka yang sedikit semakin berkurang. Bukanlah hal yang kebetulan bahwa di sejumlah negara, banyak orang telah melakukan demonstrasi, bahkan disertai kekerasan menentang perjanjian-perjanjian dagang ini.
Para pakar menyarankan banyak rumus untuk memberantas pengangguran. Beberapa rumus bahkan saling bertentangan, bergantung pada apakah rumus itu diajukan oleh para ekonom, politisi, atau para pekerja itu sendiri. Ada rumus yang mengusulkan pemberian insentif kepada perusahaan yang meningkatkan jumlah karyawannya berupa pengurangan beban pajak. Ada yang menyarankan intervensi pemerintah secara besar-besaran. Yang lain-lain menyarankan penyaluran pekerjaan secara berbeda dan mengurangi jam kerja. Ini telah dilakukan di beberapa perusahaan besar, meskipun selama satu abad terakhir, jam kerja dalam seminggu secara sistematis telah dikurangi di seluruh negara maju tanpa pengurangan dalam pengangguran. ”Dalam jangka panjang,” seorang ekonom Renato Brunetta menyatakan, ”setiap kebijakan ternyata tidak efektif, dengan kerugian yang lebih besar daripada manfaatnya.”
”Kita seharusnya jangan menipu diri sendiri,” demikian kesimpulan majalah L’Espresso, ”masalahnya sulit.” Apakah ini terlalu sulit untuk dipecahkan? Apakah ada jalan keluar bagi problem pengangguran?
[Kotak di hlm. 8]
Problem Lama
Pengangguran sebenarnya adalah problem lama. Selama berabad-abad, orang-orang kadang-kadang mendapati diri mereka secara tidak sengaja tidak memiliki pekerjaan. Begitu pekerjaan selesai, puluhan ribu pekerja yang digunakan dalam proyek-proyek konstruksi besar kemudian menjadi penganggur—setidak-tidaknya sampai mereka dipekerjakan di lain tempat. Sementara itu, mereka setidak-tidaknya harus hidup seadanya.
Selama Abad Pertengahan, ”meskipun problem pengangguran dalam arti modern belum ada”, namun orang yang menganggur sudah ada. (La disoccupazione nella storia [Pengangguran dalam Sejarah]) Akan tetapi, pada zaman itu, siapa pun yang tidak bekerja pada dasarnya dianggap orang yang tidak berguna atau gelandangan. Pada akhir abad ke-19, banyak analis berkebangsaan Inggris, ”menghubungkan orang yang menganggur dengan ’orang kasar’ dan pengembara yang tidur di tempat terbuka atau luntang-lantung di jalanan pada malam hari”, jelas Profesor John Burnett.—Idle Hands.
”Ditemukannya pengangguran” terjadi sekitar akhir dari abad ke-19 atau permulaan dari abad ke-20. Pada tahun 1895, dibentuklah komisi-komisi pemerintah khusus untuk mempelajari dan memecahkan problem ini, seperti halnya Select Committee of the British House of Commons sehubungan dengan ”Tekanan akibat Kurangnya Pemekerjaan”. Pengangguran telah menjadi wabah sosial.
Kesadaran baru ini berkembang secara dramatis, khususnya setelah perang dunia pertama. Konflik itu, yang disertai dengan produksi senjata yang gila-gilaan, hampir-hampir telah menyingkirkan pengangguran. Tetapi pada permulaan tahun 1920-an, dunia Barat menghadapi serentetan resesi yang memuncak pada Depresi Besar yang dimulai pada tahun 1929 dan melanda seluruh perekonomian negara-negara maju. Setelah perang dunia kedua, banyak negara mengalami kemajuan ekonomi baru yang pesat dan pengangguran merosot. Tetapi ”permulaan dari problem pengangguran dewasa ini dapat dilacak kembali ke pertengahan tahun 1960-an”, kata Organization for Economic Cooperation and Development. Pasar tenaga kerja menderita pukulan baru yang disebabkan oleh krisis minyak pada tahun 1970-an dan pesatnya perkembangan informasi komputer dengan akibat pemutusan hubungan kerja. Pengangguran terus meluas tak terbendung, bahkan menembus sektor pekerja kerah putih dan sektor manajerial yang pernah dianggap aman.
[Gambar di hlm. 7]
Menuntut lebih banyak lapangan pekerjaan tidak akan memecahkan problem pengangguran
[Keterangan]
Reuters/Bettmann
-
-
Kemerdekaan dari Pengangguran−Bagaimana dan Bilamana?Sedarlah!—1996 | 8 Maret
-
-
Kemerdekaan dari Pengangguran−Bagaimana dan Bilamana?
SEPERTI Penciptanya, manusia dapat merasakan sukacita bila bekerja, yang dengan tepat didefinisikan sebagai ”pemberian Allah”. (Pengkhotbah 3:12, 13; Yohanes 5:17) Pekerjaan yang menarik dapat mendatangkan kebahagiaan bagi kita dan membuat kita merasa berguna dan diinginkan. Hampir tidak ada orang yang ingin kehilangan pekerjaan, seberapa kecil pun sukacita yang mungkin ia rasakan. Di samping menghasilkan upah, pekerjaan yang dibayar memberikan keteraturan, tujuan, dan jati diri bagi kehidupan seseorang. Tidaklah berlebihan bila biasanya ”sesuatu yang teramat sangat diinginkan oleh para penganggur adalah pekerjaan”.
Pencarian akan Pekerjaan
Sebagaimana yang telah kita lihat, situasi di dalam pasar tenaga kerja sangat kompleks. Sebagai hasilnya, terdapat banyak metode yang absah dalam mencari pekerjaan. Siapa pun yang berhak mendapatkannya, dapat memanfaatkan sebaik-baiknya dana kesejahteraan pengangguran yang disediakan oleh pemerintah; dan apabila tersedia, mereka dapat mendaftar dari kantor urusan pengangguran dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia. Yang lain-lain mencari kerja dengan menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri. Tetapi hendaklah berhati-hati. Sering kali orang yang bekerja sendiri harus mengeluarkan biaya awal yang besar yang belum tentu mudah untuk kembali modal. Juga penting untuk mengetahui dan merespek undang-undang fiskal dan pajak—sesuatu yang cukup sulit dilakukan di negara-negara tertentu!—Roma 13:1-7; Efesus 4:28.
Agar dapat bekerja, beberapa orang telah menciptakan pekerjaan untuk mendapatkan pekerjaan, membaktikan diri mereka untuk hal itu dengan perencanaan dan ketekunan. Orang-orang lain telah menulis surat lamaran kepada perusahaan-perusahaan yang sedang mencari personel atau mereka telah memasang iklan di surat kabar setempat—beberapa darinya secara gratis mencetak iklan lowongan pekerjaan. Sedarlah! telah sering memberikan nasihat yang berguna dan praktis tentang pokok itu—untuk kaum muda maupun orang dewasa.a—Lihat kotak, halaman 11.
Anda harus dapat menyesuaikan diri—bersedia melakukan segala jenis pekerjaan, termasuk pekerjaan yang pada dasarnya Anda tidak sukai. Para pakar mengatakan bahwa di antara beberapa hal yang ditanyakan pada waktu diwawancarai adalah pengalaman kerja sebelumnya dan lamanya tidak bekerja. Kehilangan ritme pekerjaan bukanlah suatu pertanda baik bagi calon majikan.
Seseorang yang dengan bijaksana menggunakan waktunya di sekolah dalam memperoleh keterampilan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapat pekerjaannya yang pertama. ”Pengangguran,” kata Alberto Majocchi, guru dalam bidang ilmu keuangan, ”khususnya menimpa para pekerja yang tidak memiliki keterampilan.”
Pentingnya Dukungan Emosi
Satu faktor yang penting adalah pandangan yang positif. Hal ini dapat membedakan antara mendapatkan pekerjaan dan tidak mendapatkan pekerjaan. Orang yang menganggur sangat menghargai dukungan emosi, yang membantunya agar tidak mengurung diri atau menjadi bersikap apatis. Hal ini juga dapat mengatasi hilangnya respek terhadap diri sendiri yang dapat diakibatkan karena membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang tidak kehilangan pekerjaan.
Berupaya untuk hidup pas-pasan mungkin tidak mudah. ”Karena dicekam kekhawatiran, saya merasa sulit untuk memanfaatkan waktu yang ada,” kata Stefano. ”Situasinya membuat saya begitu tegang,” kenang Francesco, ”sehingga saya mulai mencari-cari kesalahan pada beberapa teman yang saya sukai.” Inilah saatnya dibutuhkan dukungan dari keluarga. Kurangnya pendapatan menuntut penyesuaian dari seluruh anggota keluarga, agar menurunkan standar hidup. Franco, yang di-PHK pada usia 43 tahun setelah bekerja pada perusahaan yang sama selama 23 tahun, mengatakan, ”Sejak saya di-PHK, istri saya bersikap positif dan merupakan sumber anjuran yang besar.” Armando khususnya berterima kasih kepada istrinya atas ”sikapnya yang sangat bijaksana dalam hal berbelanja”.—Amsal 31:10-31; Matius 6:19-22; Yohanes 6:12; 1 Timotius 6:8-10.
Prinsip-prinsip Alkitab dapat membantu kita untuk menjaga semangat yang positif dan tidak melupakan nilai-nilai yang lebih penting. Orang-orang yang diwawancara oleh Sedarlah!, yang disebutkan di atas, telah mendapat penghiburan yang menenteramkan hati dari Alkitab. Hal ini telah membuat mereka merasa lebih dekat kepada Allah. (Mazmur 34:11; 37:25; 55:23; Filipi 4:6, 7) Memiliki hubungan yang akrab dengan Allah Yehuwa adalah yang paling penting, sebab Ia berjanji, ”Aku sama sekali tidak akan membiarkanmu atau dengan cara apa pun meninggalkanmu.”—Ibrani 13:5.
Apakah seseorang menganggur atau tidak, Firman Allah menganjurkan seseorang untuk mengembangkan sifat-sifat yang berguna untuk hidup sehari-hari. Tidaklah mengherankan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa kadang-kadang dicari dan dihargai sebagai pekerja-pekerja yang jujur. Mereka mengikuti nasihat Alkitab untuk berlaku rajin dan dapat dipercaya, tidak malas.—Amsal 13:4; 22:29; 1 Tesalonika 4:10-12; 2 Tesalonika 3:10-12.
Kemerdekaan dari Momok Pengangguran
Kurangnya pekerjaan mempunyai akar penyebabnya—sifat mementingkan diri dan ketamakan manusia. Seperti yang dikatakan Alkitab, ”orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka”.—Pengkhotbah 8:9.
Problem pengangguran—beserta problem-problem lainnya—akan dipecahkan dengan disingkirkannya kekuasaan manusia, yang sekarang berada pada ”hari-hari terakhir”-nya. (2 Timotius 3:1-3) Dibutuhkan suatu dunia yang benar-benar baru. Ya, suatu dunia yang di dalamnya masyarakat manusia yang adil-benar dapat hidup dan bekerja di bawah pemerintahan yang adil dan benar, tempat tidak akan ada lagi ketamakan. (1 Korintus 6:9, 10; 2 Petrus 3:13) Itulah sebabnya Yesus mengajarkan orang-orang untuk berdoa agar Kerajaan Allah datang dan agar kehendak-Nya terjadi di bumi.—Matius 6:10.
Sewaktu menjelaskan secara nubuat tentang disingkirkannya beberapa dari problem-problem pokok umat manusia, Firman Allah mengilustrasikan pengaruh dari Kerajaan itu, ”Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga. Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain memakan buahnya. . . . Orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka. Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan anak yang akan mati mendadak.” (Yesaya 65:21-23) Momok pengangguran akan segera lenyap untuk selamanya. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang cara Allah menyelesaikan problem ini, silakan hubungi Saksi-Saksi Yehuwa di daerah Anda.
[Catatan Kaki]
a Lihat Sedarlah! terbitan bulan Oktober 1994, halaman 30-32; 8 Agustus 1991, halaman 6-10; Awake! 22 Januari 1983, halaman 17-19; dan 8 Juni 1982, halaman 3-8.
[Kotak di hlm. 11]
Menciptakan Pekerjaan di Rumah
• Menjaga bayi, mengurus anak
• Menjual sayur-mayur atau bunga-bunga hasil tanaman sendiri
• Menjahit, memermak, dan membetulkan pakaian
• Menerima pekerjaan upahan dari pabrik-pabrik
• Membuat kue dan jasa boga (katering)
• Prakarya kain perca, menyulam, merajut; membuat makrame, barang-barang tembikar; kerajinan tangan lainnya
• Bekleding (penggantian kulit jok)
• Pembukuan, mengetik, jasa komputer di rumah
• Jasa menjawab telepon
• Tata rias rambut
• Menerima indekos
• Mengantarkan dan mengisi amplop-amplop bagi para pengiklan
• Mencuci dan mengkilapkan mobil (langganan membawa kendaraan ke rumah Anda)
• Merawat dan melatih binatang peliharaan
• Memperbaiki dan membuat kunci (bengkel di rumah)
• Iklan untuk pekerjaan ini dapat dipasang dengan gratis atau dengan harga rendah pada surat kabar akhir pekan atau ditempel pada papan pemberitahuan di supermarket
[Kotak di hlm. 11]
Menciptakan Pekerjaan di Luar Rumah
• Menjaga rumah (bila orang-orang sedang berlibur dan ingin agar rumah mereka dipelihara)
• Membersihkan: toko; kantor; rumah dan apartemen setelah dibangun, setelah kebakaran, setelah orang-orang pindah ke luar; pekerjaan di rumah (di rumah-rumah orang lain); jendela (perkantoran dan rumah pribadi)
• Perbaikan: segala macam peralatan (perpustakaan berisi buku-buku yang mudah diikuti berkenaan cara memperbaiki)
• Pekerjaan bertukang: memperbaiki rumah; membuat lemari, pintu, serambi; mengecat; membuat pagar; memperbaiki atap
• Bercocok tanam: mengumpulkan hasil panen, memetik buah
• Penata ruangan dan pemelihara tanaman di: kantor, bank, gedung-gedung perbelanjaan dan atrium, lobi
• Pengurus properti: petugas kebersihan, pengawas (kadang-kadang diberi tempat tinggal gratis)
• Asuransi, lokasi hunian (real estate)
• Pemasangan dan pembersihan karpet
• Loper surat kabar (bagi orang dewasa dan anak-anak), jasa antar lainnya: iklan, pamflet dari kotamadya
• Perpindahan, pergudangan
• Lanskap, memangkas pohon, memelihara rumput, menebang kayu
• Pengemudi bis sekolah
• Fotografi (foto diri dan peristiwa-peristiwa umum)
• Penjual umpan untuk para nelayan
• Barter pekerjaan: barter antara perbaikan kendaraan dengan pekerjaan listrik, barter antara menjahit dengan pekerjaan pipa leding, dll.
[Gambar di hlm. 10]
”Orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka.”—Yesaya 65:22
-