-
Pertanyaan PembacaMenara Pengawal—1989 | 1 Mei
-
-
Pertanyaan Pembaca
◼ Apakah Yehuwa menggunakan tipu daya atau tipu muslihat dalam berurusan dengan manusia, termasuk umat-Nya, seperti yang tampaknya demikian dalam Yeremia 4:10 dan 20:7?
Tidak, sang Pencipta tidak menipu, memperdayakan ataupun licik dalam berurusan dengan manusia. Tetapi Ia dapat dan akan tetap melaksanakan kehendak-Nya yang benar tidak soal apa yang diharapkan oleh manusia.
Kita melihat satu segi dari hal ini dalam Yeremia 4:10, di ayat mana sang nabi berkata: ”Ah, Tuhan [Yehuwa], sungguh, Engkau telah sangat memperdayakan bangsa ini dan penduduk Yerusalem, dengan mengatakan: Damai kiranya ada padamu, padahal pedang telah mengancam nyawa kami!”
Yehuwa menggunakan Yeremia untuk menubuatkan bencana yang akan datang bagi bangsa yang murtad yang seolah-olah sedang melayani Dia. (Yeremia 1:10, 15-19; 4:5-8; 5:20-30) Namun, ada orang-orang lain yang mengaku diri sebagai nabi. (Yeremia 4:9) Apa yang didengar oleh orang-orang dari nabi-nabi demikian? Allah menggolongkan mereka seperti ini: ”Para nabi bernubuat palsu . . . dan umatKu menyukai yang demikian!”—Yeremia 5:31; 20:6.
Memang, Yehuwa tidak mengirim nabi-nabi palsu itu, tetapi Ia juga tidak menghalangi mereka mengumumkan pesan-pesan, seperti: ”Kamu akan selamat!” dan ”Malapetaka tidak akan menimpa kamu!” (Yeremia 23:16, 17, 25-28, 32) Orang-orang harus memilih—menerima nubuat yang benar yang disampaikan oleh Yeremia, atau membiarkan diri disesatkan oleh nabi-nabi palsu yang mengangkat diri sendiri menjadi nabi, seperti Hananya dan Semaya. (Yeremia 28:1-4, 11; 29:30-32) Karena Allah tidak menghentikan nabi-nabi yang menyesatkan ini, mungkin ada yang berkata: ”Engkau telah menipu umat ini dan Yerusalem, dengan berkata, ’Keselamatan akan menjadi milikmu.’”
Yeremia diperdayakan dari sudut yang berbeda: ”Engkau telah membujuk aku, ya [Yehuwa], dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.”—Yeremia 20:7.
Pasyhur, seorang imam yang terkemuka, menyerang Yeremia di depan umum dan sesudah itu memasukkannya dalam pasungan. Dari sudut pandangan manusia, mungkin Yeremia merasa ia sudah sampai pada batas kekuatannya, dan ia tidak mempunyai kekuatan lagi untuk terus menghadapi sikap acuh tak acuh, penolakan, ejekan dan penganiayaan fisik. Tetapi Yehuwa menggunakan kekuatan-Nya melawan (atau bertentangan dengan) kecenderungan manusiawi Yeremia. Allah memperdayakan Yeremia dalam arti bahwa Ia menggunakan pria yang tidak sempurna ini untuk melaksanakan apa yang tidak mungkin dapat dilakukan nabi ini dengan kekuatannya sendiri. Meskipun Yeremia mungkin teperdaya atau terkejut oleh karena hal ini, hasilnya sangat baik: Mereka yang menindasnya dibuat malu, dan pesan-pesan Allah disampaikan.—Yeremia 20:11.
Maka, ikatan kalimat dari Yeremia 4:10 dan 20:7 selaras dengan kesimpulan Elihu: ”Sungguh, Allah tidak berlaku curang, Yang Mahakuasa tidak membengkokkan keadilan.”—Ayub 34:12.
-
-
Pertanyaan PembacaMenara Pengawal—1989 | 1 Mei
-
-
Pertanyaan Pembaca
◼ Mengapa Ratapan 4:10 menyebut ibu-ibu yang memakan anak mereka sendiri sebagai ”wanita yang lemah lembut”?
Ketika menjelaskan keadaan kritis orang-orang Yahudi selama pengepungan Babel atas Yerusalem pada tahun 607 S.M., Yeremia menulis: ”Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak mereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri bangsaku.”—Ratapan 4:10.
Berabad-abad sebelumnya, Musa telah memperingatkan bangsa Israel bahwa masa depan mereka akan ditandai oleh ”berkat” atau ”kutuk.” Mereka akan menikmati berkat-berkat jika mereka memelihara perintah-perintah Allah, tetapi mereka akan mendatangkan penderitaan atas diri sendiri jika mereka menolak jalan-jalan-Nya yang benar. Salah satu akibat yang mengerikan adalah bahwa orang-orang Israel akan sangat menderita sampai memakan anak mereka sendiri. (Ulangan 28:1, 11-15, 54, 55; 30:1; Imamat 26:3-5, 29) Hal ini benar-benar terjadi ketika Yehuwa menyerahkan bangsa yang tak beriman dan memberontak ini ke dalam tangan orang Babel.
Dalam Ratapan 4:10 nabi Yeremia mengemukakan fakta umum bahwa seorang ibu pada dasarnya berhati lembut, berperasaan hangat, dan melindungi anak-anaknya. (1 Raja 3:26, 27; 1 Tesalonika 2:7) Tetapi, kelaparan di dalam kota Yerusalem yang terkepung begitu hebat dan rasa lapar yang diakibatkannya begitu menuntut sehingga para ibu yang biasanya lemah lembut merebus dan secara biadab memakan keturunan mereka.—Bandingkan Ratapan 2:20.
Keadaan serupa terjadi setelah orang-orang Yahudi menolak Mesias, yang telah memperingatkan tentang pengepungan atas Yerusalem. (Matius 23:37, 38; 24:15-19; Lukas 21:20-24) Sejarawan Josefus menjelaskan salah satu kengerian dari pengepungan tahun 70 M.: ”Istri-istri mencuri dari suami mereka, anak-anak dari ayah mereka, dan—yang paling mengerikan—para ibu dari bayi-bayi mereka, merebut makanan dari mulut mereka.”—The Jewish War, diterjemahkan oleh G. A. Williamson, pasal 19, halaman 291.
Sungguh benar, mengabaikan hukum-hukum Allah dan jalan-Nya bukan haluan hikmat.
-