PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Yesus Diadili oleh Sanhedrin, Lalu Dibawa kepada Pilatus
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus berdiri di hadapan Pontius Pilatus

      BAB 127

      Yesus Diadili oleh Sanhedrin, Lalu Dibawa kepada Pilatus

      MATIUS 27:1-11 MARKUS 15:1 LUKAS 22:66–23:3 YOHANES 18:28-35

      • YESUS DIADILI OLEH SANHEDRIN PADA PAGI HARI

      • YUDAS ISKARIOT MENCOBA BUNUH DIRI

      • YESUS DIBAWA KEPADA PILATUS AGAR DIHUKUM MATI

      Malam sudah hampir berakhir ketika Petrus menyangkal Yesus untuk ketiga kalinya. Setelah persidangan itu, para anggota Sanhedrin membubarkan diri. Pagi-pagi sekali pada hari Jumat itu, mereka berkumpul lagi, kemungkinan untuk mengesahkan putusan mereka dan mengalihkan perhatian orang dari persidangan ilegal semalam. Yesus pun dibawa masuk.

      Mereka lagi-lagi berkata, ”Kalau kamu memang Kristus, beri tahu kami.” Yesus menjawab, ”Kalaupun saya memberi tahu kalian, kalian sama sekali tidak akan percaya. Lagi pula, kalau saya bertanya, kalian tidak akan menjawab.” Tapi, Yesus dengan berani menyatakan bahwa dialah yang dinubuatkan di Daniel 7:13. ”Mulai sekarang, Putra manusia akan duduk di sebelah kanan Allah yang berkuasa,” katanya.​—Lukas 22:67-69; Matius 26:63.

      Mereka menanyai dia lagi, ”Kalau begitu, apa kamu Putra Allah?” Yesus menjawab, ”Benar seperti yang kalian katakan.” Ini meneguhkan kesimpulan mereka bahwa Yesus telah menghina Allah dan pantas mati. Mereka berkata, ”Kita tidak perlu cari saksi lagi.” (Lukas 22:70, 71; Markus 14:64) Mereka lalu mengikat Yesus dan membawanya kepada Gubernur Romawi, Pontius Pilatus.

      Kemungkinan, Yudas Iskariot melihat Yesus dibawa kepada Pilatus. Saat tahu bahwa Yesus divonis mati, dia menyesal dan sangat sedih. Tapi, dia tidak sungguh-sungguh bertobat. Dia pergi kepada para imam kepala untuk mengembalikan 30 keping perak itu dan berkata, ”Saya berdosa karena saya mengkhianati orang yang tidak bersalah.” Namun, para imam itu tidak peduli. Mereka berkata, ”Apa urusannya dengan kami? Itu urusanmu!”​—Matius 27:4.

      Yudas melemparkan 30 keping perak itu di bait, lalu dia menambah kesalahannya dengan mencoba bunuh diri. Tapi saat dia gantung diri, cabang pohon tempat dia mengikatkan talinya itu patah. Tubuhnya pun jatuh ke tanah yang berbatu-batu, dan perutnya robek.​—Kisah 1:17, 18.

      Hari masih pagi ketika Yesus dibawa ke istana Pilatus. Orang-orang Yahudi yang membawanya tidak mau masuk ke istana itu. Mereka pikir, kalau mereka masuk ke tempat milik bangsa lain, mereka menjadi najis. Akibatnya, mereka tidak akan bisa ikut acara makan pada tanggal 15 Nisan, hari pertama Perayaan Roti Tanpa Ragi, yang dianggap bagian dari Paskah.

      Pilatus keluar menemui mereka dan berkata, ”Apa tuduhan kalian terhadap orang ini?” Mereka menjawab, ”Kalau orang ini tidak berbuat salah, kami tidak akan menyerahkan dia kepadamu.” Pilatus mungkin tahu bahwa mereka ingin agar dia menghukum Yesus. Maka dia berkata, ”Kalian saja yang bawa dia, dan adili dia menurut hukum kalian.” Mereka menjawab, ”Kami tidak punya hak untuk membunuh siapa pun.” (Yohanes 18:29-31) Jawaban orang-orang Yahudi itu menunjukkan bahwa mereka ingin agar Yesus dihukum mati.

      Kalau mereka membunuh Yesus pada Perayaan Paskah, orang-orang bisa marah karena banyak yang menyukai Yesus. Tapi, kalau orang Romawi menghukum mati Yesus dengan tuduhan melawan pemerintah, orang-orang Yahudi itu tidak akan dipersalahkan.

      Para pemimpin agama itu tidak memberi tahu Pilatus bahwa mereka menuduh Yesus menghina Allah. Mereka malah menyampaikan tuduhan-tuduhan lain: ”Orang ini kedapatan [1] menyesatkan bangsa kami, [2] melarang kami membayar pajak kepada Kaisar, dan [3] mengaku sebagai Kristus, seorang raja.”​—Lukas 23:2.

      Sebagai wakil pemerintah Romawi, Pilatus perlu memeriksa tuduhan bahwa Yesus mengaku sebagai raja. Maka Pilatus masuk ke istananya, memanggil Yesus, dan bertanya, ”Apakah kamu Raja Orang Yahudi?” Dengan kata lain, dia bertanya, ’Apakah kamu melanggar hukum dan melawan Kaisar dengan menyatakan diri sebagai raja?’ Yesus mungkin ingin tahu seberapa banyak yang Pilatus ketahui tentang dia. Maka dia bertanya, ”Apakah pertanyaanmu ini berasal dari dirimu sendiri, atau ada yang memberi tahu kamu tentang saya?”​—Yohanes 18:33, 34.

      Pilatus menunjukkan bahwa dia belum tahu apa-apa tentang Yesus. Dia berkata, ”Saya kan bukan orang Yahudi. Bangsamu sendiri dan para imam kepala menyerahkan kamu kepada saya.” Lalu karena ingin tahu tentang Yesus, dia bertanya, ”Apa yang kamu lakukan?”​—Yohanes 18:35.

      Apa jawaban Yesus? Dia tidak mengalihkan pembicaraan dari topik yang ditanyakan Pilatus, yaitu tentang kedudukannya sebagai raja. Tapi, apa yang Yesus katakan pasti membuat gubernur itu terkejut.

      TANAH DARAH

      Yudas melemparkan 30 keping perak di bait

      Para imam kepala tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan keping-keping perak yang Yudas lempar di bait. Mereka berkata, ”Ini tidak boleh ditaruh di tempat penyimpanan yang suci, karena ini uang darah.” Maka mereka memakai uang itu untuk membeli sebidang tanah milik seorang perajin tanah liat. Tanah itu digunakan sebagai pekuburan untuk orang-orang tak dikenal dan kemudian disebut ”Tanah Darah”.​—Matius 27:6-8.

      • Mengapa para anggota Sanhedrin kembali berkumpul pada hari Jumat pagi?

      • Bagaimana Yudas mati, dan apa yang dilakukan para imam kepala dengan 30 keping peraknya?

      • Tuduhan apa saja yang disampaikan orang Yahudi agar Pilatus menghukum mati Yesus?

  • Pilatus Maupun Herodes Menganggap Yesus Tidak Bersalah
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Herodes dan para prajuritnya mengejek Yesus

      BAB 128

      Pilatus Maupun Herodes Menganggap Yesus Tidak Bersalah

      MATIUS 27:12-14, 18, 19 MARKUS 15:2-5 LUKAS 23:4-16 YOHANES 18:36-38

      • YESUS DIPERIKSA OLEH PILATUS DAN HERODES

      Yesus tidak menutup-nutupi kenyataan bahwa dia seorang raja. Namun, Kerajaannya bukanlah ancaman bagi pemerintah Romawi. ”Kerajaan saya bukan bagian dari dunia ini,” kata Yesus kepada Pilatus. ”Kalau Kerajaan saya bagian dari dunia ini, hamba-hamba saya pasti sudah berjuang supaya saya tidak diserahkan kepada orang Yahudi. Tapi Kerajaan saya memang bukan dari sini.”​—Yohanes 18:36.

      Karena belum puas, Pilatus bertanya lagi, ”Kalau begitu, kamu ini raja?” Yesus menjawab, ”Benar seperti yang kamu katakan. Saya harus bersaksi tentang kebenaran, karena untuk itulah saya dilahirkan, dan untuk itulah saya datang ke dunia. Setiap orang yang ada di pihak kebenaran mendengarkan suara saya.”​—Yohanes 18:37.

      Sebelumnya, Yesus pernah memberi tahu Tomas, ”Akulah jalan, kebenaran, dan kehidupan.” Sekarang, Yesus juga memberi tahu Pilatus bahwa dia diutus ke bumi untuk bersaksi tentang kebenaran, terutama kebenaran tentang Kerajaannya. Yesus bertekad untuk terus bersaksi, bahkan jika dia harus mati karena melakukannya. ”Apa kebenaran itu?” tanya Pilatus. Tapi, dia tidak menunggu jawaban Yesus. Dia sudah bisa menarik kesimpulan tentang pria ini.​—Yohanes 14:6; 18:38.

      Pilatus lalu menemui orang-orang yang menunggu di luar istananya, dan Yesus kelihatannya berdiri di sampingnya. Pilatus berkata kepada para imam kepala dan orang-orang lainnya, ”Saya tidak menemukan kesalahan apa pun pada orang ini.” Mendengar itu, mereka marah dan berkeras, ”Dia menghasut rakyat dengan mengajar di seluruh Yudea, awalnya di Galilea dan sekarang sudah sampai ke sini.”​—Lukas 23:4, 5.

      Pilatus tidak habis pikir melihat kebencian orang-orang Yahudi yang membabi buta itu. Di tengah teriakan para imam kepala dan pemimpin orang Yahudi, Pilatus bertanya kepada Yesus, ”Apa kamu tidak dengar betapa banyaknya tuduhan mereka kepadamu?” (Matius 27:13) Yesus diam saja. Pilatus heran melihat Yesus begitu tenang menghadapi semua itu.

      Orang-orang Yahudi berkata bahwa Yesus awalnya mengajar ”di Galilea”. Karena itu, Pilatus menyimpulkan bahwa Yesus adalah orang Galilea. Sekarang, dia tahu bahwa dia bisa menghindar dari tanggung jawab untuk mengadili Yesus. Dia menyerahkan Yesus kepada penguasa Galilea, yaitu Herodes Antipas (putra dari Herodes Agung). Selama minggu Paskah ini, Herodes berada di Yerusalem. Herodes Antipas adalah raja yang memerintahkan agar Yohanes Pembaptis dipenggal. Ketika dia mendengar Yesus melakukan berbagai mukjizat, dia berpikir jangan-jangan Yesus adalah Yohanes yang dibangkitkan.​—Lukas 9:7-9.

      Herodes senang sekali bertemu Yesus, tapi bukan karena dia mau membantu Yesus atau mencari tahu apakah tuduhan orang-orang memang benar. Herodes hanya ”berharap bisa melihatnya membuat mukjizat”. (Lukas 23:8) Tapi, Yesus tidak mau mengabulkannya. Malah, selama Herodes menanyai dia, Yesus tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Karena kecewa, Herodes dan para prajuritnya memperlakukan Yesus ”dengan hina”. (Lukas 23:11) Mereka memakaikan baju bagus pada Yesus dan mengejeknya. Kemudian Herodes menyuruh Yesus dibawa kembali kepada Pilatus. Dua penguasa itu selama ini bermusuhan, tapi sekarang mereka malah bekerja sama.

      Ketika Yesus kembali, Pilatus memanggil para imam kepala, pemimpin orang Yahudi, dan orang-orang lain. Dia berkata, ”Saya sudah memeriksa dia di depan kalian, tapi saya tidak mendapati dasar untuk tuduhan kalian kepada orang ini. Herodes pun menganggap orang ini tidak bersalah, karena dia mengirim kembali orang ini kepada kami. Orang ini tidak melakukan apa pun yang membuatnya pantas dihukum mati. Jadi, saya akan mencambuk dia dan membebaskannya.”​—Lukas 23:14-16.

      Pilatus ingin sekali membebaskan Yesus. Dia tahu bahwa para imam menangkap Yesus karena merasa iri. Dia juga semakin yakin karena istrinya mendapat mimpi yang kelihatannya berasal dari Allah. Saat Pilatus duduk di kursi penghakiman, istrinya mengirimkan pesan ini: ”Jangan berurusan dengan orang benar itu. Hari ini aku sangat menderita dalam mimpiku karena dia.”​—Matius 27:19.

      Apakah Pilatus bisa membebaskan pria yang tidak bersalah ini?

      • Apa yang Yesus katakan tentang kebenaran saat Pilatus bertanya apakah dia adalah raja?

      • Apa yang Pilatus simpulkan tentang Yesus, apa reaksi orang-orang, dan apa yang Pilatus lakukan selanjutnya?

      • Mengapa Herodes Antipas senang saat bertemu Yesus, dan apa yang dia lakukan terhadap Yesus?

      • Mengapa Pilatus ingin membebaskan Yesus?

  • Pilatus Berkata, ”Lihatlah Orang Ini!”
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus, yang memakai mahkota berduri dan jubah ungu, dibawa keluar oleh Pilatus

      BAB 129

      Pilatus Berkata, ”Lihatlah Orang Ini!”

      MATIUS 27:15-17, 20-30 MARKUS 15:6-19 LUKAS 23:18-25 YOHANES 18:39–19:5

      • PILATUS BERUSAHA MEMBEBASKAN YESUS

      • ORANG YAHUDI MEMILIH BARABAS UNTUK DIBEBASKAN

      • YESUS DIHINA DAN DISIKSA

      Kepada kerumunan orang yang ingin Yesus mati, Pilatus berkata, ”Saya tidak mendapati dasar untuk tuduhan kalian kepada orang ini. Herodes pun menganggap orang ini tidak bersalah.” (Lukas 23:14, 15) Sekarang, Pilatus mencoba cara lain untuk membebaskan Yesus. Dia berkata, ”Menurut kebiasaan kalian, saya harus membebaskan seorang tahanan setiap Paskah. Jadi apakah kalian ingin saya membebaskan Raja Orang Yahudi?”​—Yohanes 18:39.

      Pilatus tahu bahwa ada seorang tahanan bernama Barabas, yang terkenal sebagai perampok, pembunuh, dan pemberontak terhadap pemerintah. Pilatus bertanya, ”Kalian ingin saya bebaskan yang mana untuk kalian: Barabas atau Yesus yang disebut Kristus?” Karena dihasut oleh para imam kepala, orang-orang memilih Barabas. Pilatus bertanya lagi, ”Dari dua orang ini, yang mana yang kalian ingin saya bebaskan untuk kalian?” Mereka berteriak, ”Barabas”!​—Matius 27:17, 21.

      Dengan kecewa, Pilatus bertanya, ”Kalau begitu, Yesus yang disebut Kristus harus saya apakan?” Tanpa rasa bersalah, mereka semua menjawab, ”Bunuh dia di tiang!” (Matius 27:22) Mereka ingin membunuh orang yang tidak bersalah! Pilatus berkata, ”Kenapa? Kejahatan apa yang dia lakukan? Saya lihat dia tidak melakukan apa pun yang membuatnya pantas dihukum mati. Jadi saya akan mencambuk dia dan membebaskannya.”​—Lukas 23:22.

      Meski Pilatus sudah berulang kali mencoba untuk membebaskan Yesus, semua orang itu berteriak, ”Bunuh dia di tiang!” (Matius 27:23) Mereka benar-benar sudah dihasut para pemimpin agama! Padahal, Yesus bukan penjahat atau pembunuh, dan baru lima hari yang lalu dia disambut sebagai Raja di Yerusalem. Para murid Yesus mungkin ada di antara kerumunan orang itu, namun mereka diam saja dan berusaha tidak dikenali.

      Pilatus sadar bahwa semua upayanya sia-sia. Orang-orang malah semakin rusuh. Jadi, Pilatus mengambil air dan mencuci tangannya di depan mereka lalu berkata, ”Saya tidak bertanggung jawab atas darah orang ini. Kalian yang harus bertanggung jawab.” Bukannya berubah pikiran, orang-orang itu justru mengatakan, ”Kami dan anak-anak kami bertanggung jawab atas darahnya.”​—Matius 27:24, 25.

      Pilatus tahu apa yang seharusnya dia lakukan, tapi dia memilih untuk mengikuti keinginan orang-orang. Jadi, dia membebaskan Barabas. Setelah itu, dia memerintahkan agar para prajuritnya melepaskan pakaian Yesus dan mencambukinya.

      Setelah menyiksa Yesus, para prajurit itu membawa dia ke dalam istana. Seluruh pasukan berkumpul mengerumuni dia. Mereka memakaikan mahkota dari tanaman berduri di kepalanya. Mereka juga menyuruh Yesus memegang sebatang kayu, dan mereka memakaikan jubah ungu kemerahan padanya, yang seperti pakaian bangsawan. Mereka lalu mengejek dia, ”Hidup Raja Orang Yahudi!” (Matius 27:28, 29) Mereka meludahi Yesus dan terus menampar dia. Mereka mengambil kayu dari tangan Yesus lalu memakai itu untuk memukul kepalanya. Akibatnya, duri di mahkota tadi menusuk semakin dalam ke kulit kepalanya.

      Selama menghadapi semua itu, Yesus tetap berani dan tenang. Pilatus begitu terkesan melihatnya. Dia pun sekali lagi berupaya agar Yesus tidak dihukum mati. Dia berkata, ”Lihatlah! Saya bawa dia ke luar supaya kalian tahu bahwa saya tidak menemukan kesalahan apa pun padanya.” Pilatus mungkin berharap orang-orang itu akan berubah pikiran saat melihat Yesus yang penuh memar dan luka. Sambil menunjuk Yesus, Pilatus berkata kepada orang-orang yang kejam itu, ”Lihatlah orang ini!”​—Yohanes 19:4, 5.

      Pilatus mengatakan hal itu dengan nada kasihan sekaligus kagum. Dia pasti bisa melihat bahwa Yesus tetap tenang dan tegar walaupun tubuhnya babak belur.

      PENCAMBUKAN

      Cambuk

      Dalam The Journal of the American Medical Association, Dr. William D. Edwards menggambarkan cara orang Romawi mencambuk:

      ”Alat yang biasa digunakan adalah sebuah cambuk pendek (flagrum atau flagellum). Pada cambuk itu, ada beberapa tali kulit yang berbeda-beda panjangnya, yang kadang dijalin. Tali-tali itu dipasangi bola-bola besi kecil atau potongan-potongan tulang domba yang tajam. . . . Sewaktu prajurit Romawi berkali-kali mencambuk punggung korban sekuat tenaga, bola-bola besi akan membuat tubuh menjadi memar, dan tali-tali kulit serta tulang-tulang domba akan menyayat kulit sampai ke lapisan yang dalam. Selama pencambukan, luka-luka akan terbuka semakin dalam sampai merobek otot-otot. Akibatnya, daging akan tersayat-sayat, berdarah, dan mulai terlepas.”

      • Apa yang Pilatus lakukan supaya Yesus dibebaskan dan dia tidak perlu menghukum mati Yesus?

      • Apa yang terjadi saat seseorang dicambuk?

      • Setelah dicambuk, apa lagi yang Yesus alami?

  • Yesus Dijatuhi Hukuman Mati
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus tidak kuat membawa tiang siksaan yang berat, dan seorang prajurit memaksa Simon dari Kirene untuk membawanya

      BAB 130

      Yesus Dijatuhi Hukuman Mati

      MATIUS 27:31, 32 MARKUS 15:20, 21 LUKAS 23:24-31 YOHANES 19:6-17

      • PILATUS KEMBALI BERUSAHA MEMBEBASKAN YESUS

      • YESUS DIVONIS MATI DAN DIBAWA KE TEMPAT DIA AKAN DIPANTEK

      Yesus sudah dihina dan disiksa, dan Pilatus sudah berulang kali berusaha agar Yesus dibebaskan. Namun, para imam kepala dan pengikut mereka tetap berkeras agar Yesus dihukum mati. Mereka terus berteriak, ”Bunuh dia di tiang! Bunuh dia di tiang!” Pilatus menjawab, ”Kalian saja yang bawa dia dan bunuh dia. Saya tidak menemukan kesalahan apa pun padanya.”​—Yohanes 19:6.

      Orang Yahudi sudah menuduh Yesus sebagai musuh Kaisar. Tapi Pilatus tidak percaya. Jadi sekarang, mereka menuduh Yesus melanggar hukum agama Yahudi. Tuduhan ini sudah mereka pakai saat Yesus diadili oleh Sanhedrin. ”Kami punya hukum,” kata mereka, ”dan menurut hukum kami, dia harus mati, karena dia menyebut dirinya putra Allah.” (Yohanes 19:7) Ini pertama kalinya Pilatus mendengar tuduhan itu.

      Dia lalu kembali ke istananya dan mencari cara untuk membebaskan Yesus yang sudah diperlakukan dengan kejam itu. Bisa jadi, dia juga ingat akan mimpi istrinya. (Matius 27:19) Pilatus bingung dengan tuduhan bahwa Yesus adalah ”putra Allah”. Setahu Pilatus, Yesus berasal dari Galilea. (Lukas 23:5-7) Jadi, dia bertanya kepada Yesus, ”Dari mana asalmu?” (Yohanes 19:9) Apakah Pilatus berpikir bahwa Yesus adalah dewa dan pernah hidup di surga?

      Yesus sudah memberi tahu Pilatus bahwa dia adalah seorang raja dan bahwa Kerajaannya bukan bagian dari dunia ini. Jadi, Yesus merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi. Dia diam saja. Pilatus pun tersinggung, dan dengan marah dia berkata, ”Kamu tidak mau bicara kepada saya? Apa kamu tidak tahu saya punya kuasa untuk membebaskan kamu dan untuk menghukum mati kamu?”​—Yohanes 19:10.

      Yesus menjawab, ”Kamu tidak punya kuasa apa pun atas saya kalau itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Karena itulah orang yang menyerahkan saya kepadamu punya dosa yang lebih besar.” (Yohanes 19:11) Kelihatannya, ”orang” yang Yesus maksudkan bukan hanya satu. Maksud Yesus, orang-orang seperti Kayafas, para imam lainnya, dan Yudas Iskariot lebih berdosa daripada Pilatus.

      Pilatus kagum dengan sikap dan kata-kata Yesus. Dia juga semakin takut kalau-kalau Yesus memang dewa. Maka, dia sekali lagi berusaha melepaskan Yesus. Namun, orang Yahudi menakut-nakuti Pilatus, ”Kalau kamu bebaskan orang ini, kamu bukan sahabat Kaisar. Setiap orang yang menyebut dirinya raja sebenarnya melawan Kaisar.”​—Yohanes 19:12.

      Pilatus lalu membawa Yesus keluar lagi, dan dari kursi penghakimannya dia berkata kepada orang-orang, ”Lihatlah raja kalian!” Namun mereka berteriak, ”Singkirkan dia! Singkirkan dia! Bunuh dia di tiang!” Pilatus bertanya, ”Apa saya harus menghukum mati raja kalian?” Orang Yahudi sebenarnya tidak menyukai pemerintahan Romawi, tapi sekarang para imam kepala menjawab dengan lantang, ”Kami tidak punya raja lain selain Kaisar.”​—Yohanes 19:14, 15.

      Karena orang Yahudi terus memaksa, Pilatus akhirnya menyerah. Dia pun menjatuhkan hukuman mati atas Yesus. Para prajurit melepaskan jubah ungu Yesus dan memakaikan baju luarnya. Sekarang, Yesus harus berjalan ke tempat dia akan dipantek, dan dia harus membawa tiang siksaannya sendiri.

      Pada hari Jumat tanggal 14 Nisan itu, hari sudah mulai siang. Sejak Kamis subuh, Yesus belum tidur, dan dia sudah disiksa habis-habisan. Selain itu, tiang yang harus Yesus bawa sangat berat. Jadi, Yesus kehabisan tenaga. Para prajurit pun memaksa seseorang yang sedang lewat, yaitu Simon dari Kirene di Afrika, untuk mengangkat tiang itu sampai ke tempat Yesus akan dipantek. Banyak orang mengikuti Yesus sambil menangisi dia dan memukuli diri karena sedih.

      Yesus berkata kepada para wanita yang menangis, ”Wanita-wanita Yerusalem, jangan lagi tangisi aku. Tangisi diri kalian sendiri dan anak-anak kalian. Saatnya akan tiba ketika orang-orang akan berkata, ’Bahagialah wanita yang mandul, rahim yang tidak pernah melahirkan, dan buah dada yang tidak pernah menyusui!’ Lalu mereka akan mulai berkata kepada gunung-gunung, ’Tutupilah kami!’ dan kepada bukit-bukit, ’Sembunyikanlah kami!’ Kalau saat pohon masih segar saja mereka melakukan hal-hal ini, apa yang akan terjadi saat pohon itu layu?”​—Lukas 23:28-31.

      Yesus sedang membicarakan bangsa Yahudi. Bangsa itu bagaikan pohon yang hampir layu namun masih sedikit segar karena masih ada Yesus dan sejumlah orang Yahudi yang beriman kepadanya. Setelah Yesus pergi dan para pengikutnya tidak lagi memeluk agama Yahudi, bangsa itu akan layu secara rohani, bagaikan pohon yang mati. Ketika Allah memakai pasukan Romawi untuk menghukum bangsa itu, mereka semua akan menangis!

      • Tuduhan apa yang dipakai para pemimpin agama agar Yesus dihukum mati?

      • Apa yang Pilatus takutkan tentang asal usul Yesus?

      • Bagaimana orang Yahudi menakut-nakuti Pilatus untuk menghukum mati Yesus?

      • Apa maksud kata-kata Yesus tentang pohon yang segar dan akhirnya layu?

  • Sang Raja Dipantek di Tiang
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus berjanji kepada penjahat di sebelahnya, ”Kamu akan bersama saya di Firdaus”

      BAB 131

      Sang Raja Dipantek di Tiang

      MATIUS 27:33-44 MARKUS 15:22-32 LUKAS 23:32-43 YOHANES 19:17-24

      • YESUS DIPAKUKAN DI TIANG SIKSAAN

      • YESUS DIEJEK KARENA TANDA DI ATAS KEPALANYA

      • YESUS MENJANJIKAN KEHIDUPAN DI BUMI FIRDAUS

      Yesus dibawa ke tempat yang disebut Golgota, atau Tempat Tengkorak. Letaknya dekat dengan Yerusalem dan dapat terlihat ”dari jauh”. (Markus 15:40) Di sanalah dia dan dua orang perampok akan dihukum mati.

      Sesampainya di sana, para prajurit melepaskan pakaian ketiga pria itu lalu memberi mereka anggur yang dicampur dengan mur dan empedu. Kelihatannya, minuman ini dibuat oleh para wanita di Yerusalem, dan prajurit Romawi mengizinkan minuman yang bisa mengurangi rasa sakit ini diberikan kepada orang yang akan dihukum mati. Namun setelah mencicipinya, Yesus tidak mau minum. Mengapa? Yesus ingin sadar sepenuhnya selama ujian yang besar ini dan setia sampai mati.

      Para prajurit membaringkan Yesus di atas tiang lalu memakukan tangan dan kakinya. (Markus 15:25) Yesus merasa sangat kesakitan saat paku-paku itu menembus daging dan jaringan di dekat tulangnya. Seraya tiang itu ditegakkan, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi karena berat tubuh Yesus menarik dan merobek luka-lukanya. Namun, Yesus tidak marah kepada para prajurit itu. Dia justru berdoa, ”Bapak, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”​—Lukas 23:34.

      Orang Romawi biasanya memasang papan yang bertuliskan kejahatan orang yang dihukum itu. Namun untuk Yesus, Pilatus menuliskan: ”Yesus orang Nazaret, Raja Orang Yahudi”. Gelar itu ditulis dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani supaya kebanyakan orang bisa mengerti. Ini menunjukkan bahwa Pilatus muak dengan tindakan orang Yahudi yang menuntut agar Yesus mati. Para imam kepala memprotes, ”Jangan tulis, ’Raja Orang Yahudi’, tapi tulis bahwa dia bilang, ’Saya Raja Orang Yahudi.’” Tapi, Pilatus tidak mau menjadi boneka mereka lagi. Dia menjawab, ”Apa yang sudah saya tulis tidak boleh diubah.”​—Yohanes 19:19-22.

      Para imam yang marah itu lalu mengulangi lagi kesaksian palsu yang mereka dengar ketika Yesus diadili oleh Sanhedrin. Karena itu, orang-orang yang lewat menggeleng-gelengkan kepala dan menghina Yesus, ”Kamu yang katanya mau merobohkan bait dan membangunnya dalam tiga hari, selamatkan dirimu dan turun dari tiang siksaan!” Para imam kepala dan ahli Taurat juga mengejek dia, ”Kristus, Raja Israel, harusnya turun dari tiang siksaan, supaya kita bisa lihat dan percaya.” (Markus 15:29-32) Bahkan dua perampok di sebelah kanan dan kiri Yesus juga menghinanya, padahal Yesus sama sekali tidak bersalah.

      Keempat prajurit Romawi yang ada di sana juga mengejek Yesus. Mereka mungkin sedang minum anggur asam, dan mereka mengolok-olok Yesus dengan menawarkan minuman itu di depannya, padahal Yesus jelas-jelas tidak bisa mengambilnya. Mereka juga berkata, ”Kalau kamu Raja Orang Yahudi, selamatkan dirimu.” (Lukas 23:36, 37) Coba bayangkan! Yesus, yang adalah jalan, kebenaran, dan kehidupan, sekarang disiksa dan diejek. Meski begitu, Yesus menghadapi semuanya dengan tegar. Dia tidak mengecam orang-orang Yahudi yang menontonnya, para prajurit Romawi yang menghinanya, atau dua penjahat yang dipantek di sebelahnya.

      Soldiers cast lots over Jesus’ inner garment

      Empat prajurit itu mengambil baju luar Yesus dan membaginya menjadi empat. Mereka melempar undi untuk menentukan siapa yang mendapat setiap bagian. Namun, baju bagian dalam Yesus sangat bagus, ”tidak ada jahitannya, ditenun dari atas sampai bawah”. Para prajurit itu berkata, ”Baju ini jangan disobek. Ayo kita lempar undi untuk tentukan siapa yang akan dapat baju ini.” Dengan demikian, ayat ini menjadi kenyataan: ”Mereka membagi-bagi bajuku untuk mereka sendiri, dan mereka melempar undi atas pakaianku.”​—Yohanes 19:23, 24; Mazmur 22:18.

      Setelah beberapa lama, salah satu penjahat yang dipantek bersama Yesus menyadari bahwa Yesus benar-benar seorang raja. Dia menegur penjahat yang satu lagi, ”Apa kamu sama sekali tidak takut kepada Allah? Kamu dapat hukuman yang sama dengan dia, dan kita memang pantas dihukum. Hukuman ini setimpal dengan perbuatan kita. Tapi orang ini sama sekali tidak bersalah.” Lalu dia memohon kepada Yesus, ”Ingatlah saya saat kamu masuk ke Kerajaanmu.”​—Lukas 23:40-42.

      Yesus menjawab, ”Dengan sungguh-sungguh saya berkata kepadamu hari ini, kamu akan bersama saya di Firdaus.” (Lukas 23:43) Janji ini berbeda dengan janji Yesus kepada para rasulnya, yaitu bahwa mereka akan memerintah bersamanya dalam Kerajaan Allah. (Matius 19:28; Lukas 22:29, 30) Penjahat ini, yang adalah orang Yahudi, kemungkinan besar tahu tentang Firdaus di bumi, yang dulu Allah berikan sebagai tempat tinggal Adam, Hawa, dan keturunannya. Sekarang, dia punya harapan untuk hidup di sana.

      • Mengapa Yesus tidak mau minum anggur asam yang diberikan kepadanya?

      • Apa yang tertulis pada papan di atas kepala Yesus, dan apa reaksi para imam kepala?

      • Bagaimana nubuat tentang pakaian Yesus menjadi kenyataan?

      • Harapan apa yang Yesus berikan kepada salah satu penjahat di sebelahnya?

  • ”Orang Ini Pasti Putra Allah”
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Setelah Yesus mati di tiang siksaan di antara dua penjahat, seorang perwira Romawi berkata, ”Orang ini pasti Putra Allah”

      BAB 132

      ”Orang Ini Pasti Putra Allah”

      MATIUS 27:45-56 MARKUS 15:33-41 LUKAS 23:44-49 YOHANES 19:25-30

      • YESUS MATI DI TIANG SIKSAAN

      • BEBERAPA PERISTIWA LUAR BIASA TERJADI KETIKA YESUS MENINGGAL

      Sekarang sudah ”jam 12 siang”. Tiba-tiba, ”seluruh daerah itu menjadi gelap sampai jam 3 sore”. (Markus 15:33) Ini bukan gerhana matahari, karena gerhana itu biasanya hanya berlangsung beberapa menit. Lagi pula, gerhana matahari biasanya terjadi ketika bulan di langit adalah bulan baru, sedangkan saat itu adalah minggu Paskah, waktunya bulan purnama. Jadi, kegelapan yang menakutkan ini pasti disebabkan oleh Allah!

      Bayangkan perasaan para pengejek Yesus saat menyaksikan hal itu. Di tengah kegelapan, empat wanita mendekati tiang siksaan Yesus. Mereka adalah Maria ibu Yesus, Salome, Maria Magdalena, dan Maria ibu Rasul Yakobus Kecil.

      Rasul Yohanes juga berdiri ”dekat tiang siksaan” bersama Maria. Maria merasa sangat sedih, seperti ”ditusuk sebuah pedang panjang”. (Yohanes 19:25; Lukas 2:35) Putra yang dia lahirkan dan besarkan sekarang kesakitan dan sekarat di tiang siksaan. Meskipun rasa sakitnya luar biasa, Yesus tetap memikirkan ibunya. Dengan susah payah, dia menunjuk Yohanes dengan kepalanya dan berkata kepada ibunya, ”Ibu, dia anak Ibu!” Dia lalu menunjuk Maria dengan kepalanya dan berkata kepada Yohanes, ”Dia ibumu!”​—Yohanes 19:26, 27.

      Yesus memercayakan ibunya, yang kelihatannya sudah menjanda, kepada rasul yang sangat dia sayangi. Adik-adik Yesus, yaitu anak-anak Maria yang lain, belum beriman kepadanya. Jadi, selain memperhatikan kebutuhan jasmani ibunya, Yesus juga memikirkan kebutuhan rohani Maria. Benar-benar contoh yang bagus!

      Ketika hari mulai terang lagi, Yesus berkata, ”Saya haus.” Dengan demikian, sebuah nubuat tentang Mesias menjadi kenyataan. (Yohanes 19:28; Mazmur 22:15) Yesus tahu bahwa Bapaknya saat itu tidak melindungi dia supaya kesetiaannya bisa benar-benar diuji. Yesus berseru, ”Eli, Eli, lama sabakhtani?” yang artinya, ”Allahku, Allahku, kenapa Engkau meninggalkan aku?” Beberapa orang yang berdiri di dekat situ salah paham dan mengatakan, ”Lihat! Dia panggil-panggil Elia.” Lalu, seseorang merendam bunga karang dalam anggur asam, menaruhnya pada sebatang kayu, dan memberi Yesus minum. Tapi ada yang berkata, ”Biarkan saja dia! Coba lihat apa Elia akan datang untuk menurunkan dia.”​—Markus 15:34-36.

      Yesus kemudian berseru, ”Sudah selesai!” (Yohanes 19:30) Ya, semua hal yang Bapaknya ingin Yesus lakukan di bumi sudah dia selesaikan. Akhirnya Yesus berkata, ”Bapak, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku.” (Lukas 23:46) Yesus yakin bahwa Yehuwa akan membangkitkan dia. Setelah mengatakannya, Yesus menundukkan kepala dan mengembuskan napas terakhirnya.

      Saat itu juga, terjadilah gempa bumi yang dahsyat, dan batu-batu terbelah. Gempa itu begitu besar sampai makam-makam di luar Yerusalem terbuka dan mayat-mayat ”terlempar ke luar”. Orang-orang yang melihat hal itu belakangan pergi ke ”kota suci” dan memberitahukan apa yang terjadi.​—Matius 27:51-53.

      Ketika Yesus meninggal, tirai panjang dan tebal yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus di bait terbagi dua, robek dari atas ke bawah. Peristiwa luar biasa ini menunjukkan bahwa Allah marah terhadap orang-orang yang membunuh Putra-Nya. Ini juga menjadi tanda bahwa mulai saat itu, terbukalah jalan bagi manusia untuk hidup di surga, yang dilambangkan oleh Ruang Mahakudus.​—Ibrani 9:2, 3; 10:19, 20.

      Orang-orang menjadi sangat takut. Perwira yang mengawasi eksekusi Yesus berkata, ”Orang ini pasti Putra Allah.” (Markus 15:39) Ketika Pilatus mengadili Yesus, perwira ini mungkin mendengar orang-orang berkata bahwa Yesus mengaku sebagai Putra Allah. Sekarang, dia yakin bahwa Yesus tidak bersalah dan memang Putra Allah.

      Setelah mengalami semua kejadian yang luar biasa itu, orang-orang pulang sambil ”memukuli dada” karena sangat sedih dan malu. (Lukas 23:48) Banyak orang melihat kematian Yesus dari jauh. Di antara mereka, ada para wanita yang adalah pengikut Yesus dan kadang ikut bepergian bersama dia. Mereka juga menyaksikan semua peristiwa menakjubkan itu.

      ”BUNUH DIA DI TIANG!”

      Musuh-musuh Yesus berteriak, ”Bunuh dia di tiang!” (Yohanes 19:15) Dalam Injil, kata bahasa Yunani untuk ”tiang” adalah stauros. Buku History of the Cross (Sejarah Salib) mengomentari, ”Stauros berarti ’tonggak lurus’, tiang yang kuat, seperti yang biasa ditancapkan ke tanah oleh petani untuk membuat pagar—tidak lebih, tidak kurang.”

      • Mengapa kegelapan selama tiga jam itu tidak mungkin disebabkan oleh gerhana matahari?

      • Contoh bagus apa yang Yesus berikan dalam hal mengurus orang tua?

      • Apa akibat dari gempa bumi yang terjadi, dan apa arti robeknya tirai di bait?

      • Apa reaksi orang-orang saat melihat kematian Yesus dan berbagai peristiwa luar biasa itu?

  • Yesus Dimakamkan
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Jenazah Yesus disiapkan untuk dimakamkan

      BAB 133

      Yesus Dimakamkan

      MATIUS 27:57–28:2 MARKUS 15:42–16:4 LUKAS 23:50–24:3 YOHANES 19:31–20:1

      • JENAZAH YESUS DITURUNKAN DARI TIANG SIKSAAN

      • JENAZAHNYA DISIAPKAN UNTUK DIMAKAMKAN

      • PARA WANITA MELIHAT MAKAM YESUS KOSONG

      Pada Jumat tanggal 14 Nisan ini, hari sudah sore. Sabat tanggal 15 Nisan akan dimulai saat matahari terbenam. Yesus sudah meninggal, tapi dua perampok di sebelahnya masih hidup. Menurut Taurat, mayat ”tidak boleh dibiarkan di tiang sepanjang malam” dan harus dimakamkan ”hari itu juga”.​—Ulangan 21:22, 23.

      Jumat itu disebut hari Persiapan karena orang-orang mempersiapkan makanan dan melakukan pekerjaan yang harus selesai sebelum Sabat. Tanggal 15 Nisan adalah ”hari Sabat besar”. (Yohanes 19:31) Itu disebut ”besar” karena pada hari itu ada dua Sabat sekaligus. Pertama, tanggal 15 Nisan itu adalah hari Sabtu, yang adalah Sabat mingguan. Selain itu, 15 Nisan adalah hari pertama Perayaan Roti Tanpa Ragi, yang selalu dijadikan Sabat.​—Imamat 23:5, 6.

      Jadi sekarang, orang-orang Yahudi meminta Pilatus untuk mempercepat kematian Yesus dan dua perampok di sebelahnya dengan mematahkan kaki mereka. Dengan begitu, mereka tidak bisa menaikkan tubuh mereka untuk bernapas. Para prajurit pun mematahkan kaki kedua perampok itu. Tapi Yesus sudah mati, jadi mereka tidak mematahkan kakinya. Ini sesuai dengan nubuat di Mazmur 34:20: ”Dia melindungi semua tulang orang itu; tak satu pun tulangnya dipatahkan.”

      Untuk memastikan bahwa Yesus sudah mati, seorang prajurit menusuk bagian rusuknya dengan tombak, dan ”keluarlah darah dan air pada saat itu juga”. (Yohanes 19:34) Ini sesuai dengan nubuat lainnya: ”Mereka akan menatap orang yang mereka tusuk.”​—Zakharia 12:10.

      Yusuf dari kota Arimatea, ”seorang pria kaya” yang adalah anggota terhormat dari Sanhedrin, juga menyaksikan kematian Yesus. (Matius 27:57) Alkitab berkata bahwa dia adalah ”orang yang baik dan benar”, yang ”menantikan Kerajaan Allah”. Yusuf adalah ”murid Yesus tapi merahasiakannya karena takut kepada orang Yahudi”. Dia sebenarnya tidak setuju dengan keputusan Sanhedrin untuk menghukum Yesus. (Lukas 23:50; Markus 15:43; Yohanes 19:38) Yusuf memberanikan diri untuk meminta jenazah Yesus kepada Pilatus. Pilatus memanggil perwira yang mengawasi eksekusi Yesus, dan perwira itu menyatakan bahwa Yesus sudah mati. Maka, Pilatus mengabulkan permintaan Yusuf.

      Yusuf membeli kain linen yang halus dan bersih. Dia lalu menurunkan jenazah Yesus dari tiang dan membungkusnya dengan kain itu. Nikodemus, ”yang pernah menemui Yesus pada malam hari”, juga ikut mempersiapkan pemakaman Yesus. (Yohanes 19:39) Dia membawa sekitar 30 kilogram campuran mur dan gaharu yang mahal. Jenazah Yesus lalu dibungkus dengan kain-kain yang diberi campuran rempah itu, sesuai dengan kebiasaan penguburan orang Yahudi.

      Yusuf punya satu makam yang dibuat dalam bukit batu dan masih baru. Jenazah Yesus dibaringkan di sana. Kemudian, sebuah batu besar digulingkan untuk menutup makam itu. Semua ini dilakukan dengan cepat-cepat, karena sebentar lagi Sabat dimulai. Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus Kecil mungkin juga ikut menyiapkan jenazah Yesus untuk dimakamkan. Mereka sekarang cepat-cepat ”pulang untuk mempersiapkan rempah-rempah dan minyak wangi”, yang akan digunakan untuk jenazah Yesus setelah hari Sabat.​—Lukas 23:56.

      Keesokan harinya, pada hari Sabat, para imam kepala dan orang Farisi menemui Pilatus. Mereka berkata, ”Pak, kami ingat bahwa ketika penipu itu masih hidup, dia berkata, ’Setelah tiga hari, saya akan dibangkitkan.’ Jadi perintahkanlah agar kuburan itu dijaga ketat sampai hari ketiga, supaya murid-muridnya tidak datang mencuri jenazahnya dan berkata kepada orang-orang, ’Dia sudah dibangkitkan dari antara orang mati!’ Kalau itu terjadi, tipuan yang terakhir ini akan lebih parah daripada yang sebelumnya.” Pilatus berkata, ”Kalian boleh membawa penjaga. Jagalah kuburan itu seketat mungkin.”​—Matius 27:63-65.

      Pagi-pagi sekali pada hari Minggu, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan wanita-wanita lainnya membawa rempah-rempah ke makam Yesus. Mereka berkata satu sama lain, ”Siapa yang akan menggulingkan batu penutup makam itu untuk kita?” (Markus 16:3) Namun, makam itu sudah terbuka karena ada gempa besar yang terjadi, dan malaikat Allah sudah menggulingkan batu penutup makam itu. Malah, sekarang makam itu tidak dijaga lagi dan sudah kosong!

      • Mengapa hari Jumat disebut hari Persiapan, dan mengapa hari Sabat pada minggu itu disebut ”Sabat besar”?

      • Apa hubungan Yusuf dan Nikodemus dengan Yesus, dan apa yang mereka lakukan untuk mempersiapkan pemakaman Yesus?

      • Apa permintaan para imam, tapi apa yang terjadi pada hari Minggu pagi?

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan