Swedia
Laporan Buku Kegiatan 1991
DARI kegelapan yang menyelimuti Eropa pada Abad-Abad Pertengahan muncul orang-orang Viking dari Utara. Pria-pria gagah berani keturunan Jerman dari Skandinavia ini menguasai seni perang di laut dan merancang kapal-kapal perang yang hebat serta gesit yang memungkinkan mereka meluaskan kekuasaan ke selatan, barat dan timur. Orang-orang Viking dari Norwegia dan Denmark berlayar menuju pantai Inggris, Irlandia, dan benua Eropa, sementara orang-orang Viking dari Swedia mengarahkan haluan kapal mereka ke timur melintasi Laut Baltik ke sungai-sungai dan danau-danau yang menuju ke hutan-hutan kayu (birch) dan padang-padang rumput yang luas di Rusia. Sejak akhir abad kedelapan, dan selama kira-kira 250 tahun, kapal-kapal Viking mulai menguasai terusan-terusan di utara, dalam upaya melakukan perdagangan dan mengejar kekayaan.
Pada akhir abad ke-19, orang Swedia kembali bergerak menuju pantai-pantai asing—kali ini dengan tujuan penaklukan secara damai. Mereka telah mengalami panen yang buruk, pengangguran, dan bahkan kelaparan. Dalam upaya mencari kehidupan yang lebih baik, lebih dari satu juta orang Swedia meninggalkan negeri mereka antara tahun 1865 hingga 1914. Kebanyakan dari mereka menetap di Amerika Utara, tempat mereka menemukan kemakmuran materi. Akan tetapi, beberapa dari mereka menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga—kehidupan rohani yang kaya berdasarkan iman yang hidup—yang akan segera dibagikan kepada teman dan keluarga yang ditinggal di Swedia. Bagaimana peti harta rohani ini akhirnya mencapai pantai Swedia?
”Dua Ratus Orang Swedia Telah Menerimanya”
Kira-kira pada tahun 1882, seorang penginjil awam Swedia di Amerika Serikat, Charles Seagrin, membaca beberapa publikasi karya Charles Taze Russell, termasuk Food for Thinking Christians. Karena yakin bahwa inilah kebenaran, ia dengan bersemangat mengabar tentang hal ini kepada para emigran Swedia. Setelah memberitakan selama enam bulan, ia menulis surat kepada Saudara Russell, presiden pertama Lembaga Menara Pengawal, yang berbunyi, ”Selama jangka waktu saya mengabarkan kebenaran ini, kira-kira dua ratus orang Swedia telah menerimanya dan bersukacita akan hal itu serta menceritakannya kepada orang-orang lain. . . . Banyak orang dari bangsa kami [Swedia] tampaknya senang mendengar hal ini . . . Jika kita dapat memiliki Food [Makanan] dalam bahasa Swedia juga, hal itu akan sangat baik dengan restu Tuhan.”
Surat ini mendorong Saudara Russell untuk mengingatkan para pembaca majalah Zion’s Watch Tower (Juni 1883) bahwa ”Dana untuk Risalah Swedia” sudah diatur guna mencetak publikasi dalam bahasa Swedia. Akan tetapi, ia melaporkan bahwa pada waktu itu, dana yang tersedia baru $30. Dengan yakin ia menambahkan, ”Majikan kita kaya—Ia pemilik ternak di seribu bukit, juga pemilik bukit-bukit itu sendiri, dan semua emas serta perak adalah milik-Nya. Jika Ia menganggap pekerjaan itu perlu Ia akan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan.”
Dan ”Majikan kita” memang melakukan itu! Hanya empat bulan kemudian, Zion’s Watch Tower mengumumkan, ”Dana risalah Swedia telah mencapai jumlah yang memadai untuk menerbitkan edisi contoh dari TOWER dalam bahasa Swedia, yang akan digunakan sebagai risalah bagi orang-orang Kristiani Swedia dan Norwegia di sini dan di Swedia.” Sepuluh tahun kemudian, jilid pertama dari seri Millennial Dawn—belakangan berjudul Studies in the Scriptures—diterbitkan dalam bahasa Swedia.
Dengan demikian dasar dibubuh untuk membawa benih-benih kebenaran Kerajaan ke negeri terbesar di Skandinavia ini. Akan tetapi, bagaimana dengan penduduknya, sifat, kebiasaan, dan negeri mereka? Apakah ”tuaian” yang baik akan diperoleh di sana?—Mat. 9:37, 38.
Diselimuti Hutan-Hutan
Pemandangan alam Swedia merupakan firdaus berwarna hijau dan biru. Namun, bagaimana mungkin padahal negeri ini terletak di sepanjang daerah pinggir yang paling utara dari benua Eropa, di sebelah Lingkaran Daerah Kutub Utara? Kaya dengan gunung-gunung yang menjulang tinggi, dataran yang subur, hutan-hutan cemara, pantai-pantai yang tertutup pasir, dan sekelompok pulau-pulau kecil yang indah, Swedia menikmati hembusan angin lembut yang dihangatkan oleh Arus Teluk.
Suatu tradisi unik berupa ”everyman’s right [hak setiap orang]” membolehkan orang-orang bebas berjalan-jalan di hutan-hutan dan perladangan, memetik berbagai jenis buah arbei dan jamur, berenang, atau mengikatkan perahu tanpa harus meminta izin. Karena Swedia memiliki daerah terluas yang keempat di Eropa, yang membentang hampir 1600 kilometer dari utara ke selatan dan 500 kilometer dari Laut Baltik di sebelah timur hingga Norwegia dan Laut Utara di sebelah barat, ada banyak lahan bagi penduduknya yang berjumlah hampir 8,6 juta orang. Maka, secara statistik setiap orang memiliki lahan kira-kira 5 hektar, hampir 3 hektar darinya adalah daerah hutan, pohon-pohon sejenis cemara (birch, spruce, dan pine), sehingga setiap orang rata-rata dapat menikmati 7.500 pohon. Dapatkah saudara mencium bau yang menyegarkan dari pohon-pohon cemara hijau yang subur itu?
Kerajaan Majemuk
Sebagai salah satu kerajaan tertua di dunia, Swedia memiliki tradisi demokrasi yang telah berjalan lama, dengan sistem parlemen dengan banyak partai. Meskipun hanya minoritas kecil yang pergi ke gereja secara tetap, hampir 95 persen orang Swedia adalah anggota Gereja Lutheran Negara. Akan tetapi, selama beberapa dasawarsa belakangan ini, ratusan ribu imigran telah mengubah Swedia menjadi suatu masyarakat majemuk secara agama maupun kultural. Komposisi penduduk sekarang tidak lagi hanya terdiri dari orang Swedia yang jangkung dengan rambut berwarna pirang atau coklat dan bermata biru.
Penduduk Swedia menikmati sistem kesejahteraan sosial sejak lahir hingga meninggal. Pelayanan yang didukung oleh pemerintah antara lain ialah tunjangan anak, pendidikan secara cuma-cuma, tunjangan perumahan, tetap digaji selama sakit, perawatan medis yang praktis gratis, serta pensiun usia tua dan cacat fisik. Meskipun pabrik-pabrik dan mesin-mesin hasil Revolusi Industri datang terlambat ke Swedia, dewasa ini Swedia termasuk salah satu negara industri yang paling maju di dunia. Dan hakekat dari semangat orang Eropa Utara ras Jerman yang khas agaknya tetap ada pada mereka, dalam keyakinan pribadi bahwa sesuatu yang patut dilakukan, hendaknya dilakukan sebaik mungkin. Akan tetapi, dalam keadaan kehidupan yang tampaknya begitu baik, dapatkah benih Kerajaan berakar dan tumbuh?
Benih-Benih Pertama Mencapai Swedia
Seratus tahun yang lalu, para emigran Swedia yang dengan bersemangat menerima kebenaran di Amerika Serikat mulai mengirim publikasi kepada sanak saudara dan teman-teman di Swedia. Beberapa dari benih kebenaran ini sampai di sebuah pondok kecil di pulau kecil Sturkö, dekat pantai selatan Swedia. Di sana benih bertumbuh dengan cepat dalam hati seorang pria muda.
Pada suatu malam di tahun 1898, seorang kapten Bala Keselamatan bertubuh kekar dan penuh energi yang berusia 25 tahun, August Lundborg, mengunjungi Petter Larsson dan keluarganya di Sturkö. Ketika ia ditinggalkan sendirian sejenak di pondok mereka, matanya melihat dua buku—dua jilid pertama dari Millennial Dawn, karya C. T. Russell. Pada waktu membuka-buka halamannya, ia menemukan penjelasan mengenai korban tebusan Kristus yang membuatnya takjub dan bersukacita. Ia meminjam buku-buku itu, membacanya dengan bergairah, dan langsung mulai mengajar menggunakan buku-buku itu pada pertemuan-pertemuannya.
Lundborg, seorang pria yang energik, menulis surat kepada Saudara Russell, tertanggal 21 Desember 1898, ”Tuan Russell yang baik, Yang bertandatangan di bawah ini, eks-kapten Bala Keselamatan, baru-baru ini, disebabkan oleh terang yang Allah kirimkan kepadanya melalui karya Anda, M. DAWN, telah meninggalkan organisasi itu.” Setelah menyatakan penghargaan atas kebenaran yang ia temukan, Lundborg mengakhiri suratnya, ”Jika Anda menghendaki, saya akan merasa sangat berbahagia untuk melakukan pekerjaan kolportir di Swedia ini.” Tanpa ragu-ragu, Saudara Russell mengirimkan 55 set dari tiga jilid pertama Millenial Dawn kepada Lundborg, dan menganjurkan untuk mengirim buku-buku tersebut kepada bekas rekan-rekannya dari ”Bala Keselamatan”.
Betapa kecewa Lundborg ketika kiriman itu datang! Buku yang tersedia tidak cukup! Dalam waktu singkat, ia telah menempatkan buku-buku itu kepada rekan-rekannya dan orang-orang lain. Ia segera menulis kepada Russell untuk mengirim lebih banyak lagi. Ia menunggu dan menunggu. Tampaknya buku-buku itu tidak pernah akan datang. Tanpa merasa kecil hati karena kurangnya bahan bacaan, ia memulai kegiatan kolportirnya, mengabar sepenuh waktu dari rumah ke rumah di Stockholm pada bulan Mei 1899. Dengan bersemangat ia menerima pesanan untuk buku-buku yang akan ia sampaikan belakangan. Demikianlah penaburan benih Kerajaan terus berlanjut.
Sidang Pertama Terbentuk
Saudara Russell juga mengirimkan kepada Lundborg alamat seseorang bernama S. Winter di Denmark, yang mulai menyebarkan benih kebenaran di sana dan juga di bagian paling selatan Swedia. Lundborg segera mengundang dia ke Stockholm dan mengatur perhimpunan Alkitab—yang pertama sekali diselenggarakan di Swedia. Beberapa peminat memadati dapur yang sempit milik keluarga yang telah mendapatkan publikasi dari Lundborg. Ruangan itu benar-benar bising dengan suara-suara gembira seraya mereka yang lapar secara rohani ini melahap firman kebenaran.
Menjelang akhir 1899, kelompok kecil yang energik ini mulai berhimpun secara tetap tentu setiap hari Minggu. Sebuah toko perkayuan yang kecil di Apelbergsgatan disewa dua kronor (kira-kira 600 rupiah) per malam. Pada hari Kamis, 12 April 1900, delapan orang berkumpul di sebuah ruangan yang disewa di Grev Magnigatan, untuk mengadakan Perjamuan Malam Tuhan yang pertama di Swedia. Mereka berdoa agar roh Allah mempercepat pertumbuhan.
Beberapa bulan kemudian, mereka menyewa tempat yang lebih besar, sebuah apartemen di Trångsund 8. Kebaktian pertama yang mereka ”buat sendiri” diadakan di sana pada tanggal 20-27 Juni 1901. Beberapa siswa Alkitab dari Denmark juga turut hadir. Karena ingin melihat apakah ada minat di luar Stockholm, orang-orang Swedia mengatur perhimpunan di kota mahasiswa Uppsala, sebelah utara Stockholm. Mereka sangat terkesan ketika 150 peminat hadir.
Sekarang kebenaran mulai tersebar lebih jauh. Sebuah ruangan kecil yang disewa di Kungsgatan 20, Stockholm dijadikan kantor dan depot publikasi. Lundborg dengan penuh semangat terus ”menabur” ke segala arah dengan berjalan kaki, menggunakan kereta kuda, kereta api dan kapal laut. (Mat. 13:3-23) Pada tahun 1902 ia melaporkan bahwa ia telah mengerjakan hampir semua kota di bagian tengah dan selatan Swedia.
Lebih Banyak Benih Bertumbuh
Seraya lebih banyak benih kebenaran mencapai bagian-bagian lain negeri ini, benih-benih itu mulai bertumbuh dalam hati banyak orang yang energik, yang segera ikut serta dalam pekerjaan ini. Pada suatu hari pada tahun 1902 di kota Malmö, seorang pemuda bernama P. J. Johansson sedang berjalan di taman umum, dan ia berhenti di depan sebuah bangku panjang. Ia melihat sebuah risalah tergeletak di sana dengan judul Tahukah Anda? Ia membacanya, dan ketika menyadari bahwa ini adalah kebenaran, tanpa membuang waktu, ia segera mulai melayani sebagai kolportir.
Di Segmon, di sebelah barat Swedia Tengah, ada seorang pandai besi bernama Axel Gustaf Rud. Selama 35 tahun ia menjadi anggota Gereja Merdeka dan seorang pendeta terkenal. Ia mendapat satu buku Millennial Dawn melalui pos dari sanak-saudaranya di Amerika Utara. Mereka sekedar ingin mengetahui pendapatnya mengenai buku itu. Akan tetapi, ia menjadi begitu yakin bahwa inilah kebenaran sehingga ia mengumumkan dalam gereja kecilnya, ”Hingga saat ini saya telah memberitakan kebohongan. Mulai sekarang saya akan berbicara kebenaran.”
Ketika dia, dan kira-kira 30 anggota lain, meninggalkan gereja, sebuah harian setempat melaporkan bahwa mereka sangat menyesal telah kehilangan ”seorang pendeta yang tak tertandingi”. Salah seorang bekas rekan seimannya dengan sedih berkata, ”Apa yang dapat kami percayai sekarang, karena Rud telah mengambil neraka dari kami?” Tidak lama setelah itu, sebuah sidang Siswa-Siswa Alkitab dibentuk di sebuah kota yang berdekatan, Grums.
”Menara Pengawal” Terbit Dini dalam bahasa Swedia
Sambil memajukan pekerjaan selama tahun 1902, Saudara Lundborg memohon kepada Saudara Russell agar ada majalah yang diterbitkan dalam bahasa Swedia. Saudara Russell menjawab, ”Saya masih berpegang kepada pendapat bahwa melakukan pekerjaan kolportir, disertai penyebaran risalah, jauh lebih penting daripada penerbitan majalah apa pun dalam bahasa apa pun, dan saya menganjurkan Saudara untuk menggunakan waktu sesuai dengan itu.”
Meskipun demikian, Lundborg yang berkemauan keras tetap melanjutkan rencananya. Menjelang akhir tahun tersebut, ia telah mencetak dan menyiarkan terbitan pertama dari majalah bulanan, I Morgonväkten (Dalam Pengamatan Pagi). Majalah itu berisi cuplikan dari Zion’s Watch Tower, khotbah-khotbah Pastor Russell, puisi, dan surat-surat pembaca. Ketika Saudara Russell mengunjungi Stockholm dalam perjalanan keliling Eropa pada bulan Mei 1903, ia memutuskan bahwa majalah itu akan dinamai Zion’s Watch Tower, dengan C. T. Russell sebagai editor. Ini dilakukan pada bulan Januari 1904.
Kebaktian Pertama yang Sesungguhnya
Pada waktu Saudara Russell mengunjungi Stockholm pada tanggal 3, 4 Mei 1903, kebaktian yang sesungguhnya diadakan. Ia menyampaikan beberapa khotbah yang menggugah, yang diterjemahkan oleh seorang bekas rohaniwan Gereja Negara Swedia. Kira-kira 250 hadir, setengah daripadanya adalah ”orang luar”, mereka yang baru berminat.
Saudara-saudara dan saudari-saudari merasa sangat akrab dengan Saudara Russell. Melalui tulisan-tulisannya, iman dan pemikirannya telah menjadi iman dan pemikiran mereka juga, dan sekarang mereka tergetar melihat dia dan mendengarkan beritanya. Seorang saudara menulis, ”Kami sangat heran ketika melihat perawakan tubuhnya yang gagah, dan ekspresi wajahnya yang tampak muda dan bahagia, meskipun usia telah menaburkan warna perak di antara rambut hitamnya yang keriting. Kebaikan dan kasih memancar dari matanya yang lembut namun serius. Tutur katanya hidup dan sangat menarik tetapi tanpa segala sesuatu yang berlebihan. Ia mendapatkan simpati kami sejak permulaan.”
Karena begitu senang, Matilda Lindros, kolportir wanita pertama di Swedia, menulis kepada kantor cabang, ”Hari-hari itu bagi saya sekarang bagaikan mimpi yang indah, tetapi semoga Allah membantu saya untuk tidak hanya mengingatnya namun juga dengan rela menerapkan hal-hal yang telah saya pelajari, . . . dan semoga Tuhan membantu hamba-hamba-Nya yang patuh dan siap sedia untuk tetap berada dalam keadaan demikian sampai akhir!” Ia tetap setia, melayani Yehuwa sampai ia meninggal pada tahun 1945 pada usia 91 tahun.
Saudara Russell belakangan menulis, menyimpulkan kepuasannya atas perjalanan keliling itu, ”Saya tidak akan pernah melupakan kunjungan saya ke Skandinavia, dan akan selalu berdoa dan memohonkan berkat Tuhan atas pekerjaan di sana.”
Dinas Sepenuh Waktu—Tulang Punggung Pekerjaan
Iman Saudara Russell dan semangatnya untuk maju, menggerakkan beberapa dari mereka yang pertama-tama belajar kebenaran untuk terjun dengan bergairah dalam pekerjaan pengabaran sepenuh waktu. Sejak itu, pelayanan sepenuh waktu menjadi tulang punggung pekerjaan Kerajaan di Swedia.
Para kolportir awal memulai pekerjaan mereka tanpa ragu-ragu, tanpa pelatihan khusus, sering kali tanpa tempat tinggal permanen, dengan hanya pekerjaan separuh waktu untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka, dan dengan berjalan kaki sebagai satu-satunya sarana transportasi mereka. Mereka menyadari besarnya dan mendesaknya pekerjaan mereka, seolah-olah berlari dari rumah ke rumah daripada berjalan, dengan cepat mengerjakan daerah-daerah yang luas. Lundborg melaporkan kepada Saudara Russell:
”Saya selalu berupaya sepraktis mungkin dengan mengikuti cara yang sama seperti diterapkan di Amerika, yang saya perhatikan dari surat Saudara, yaitu mengunjungi setiap rumah di setiap tempat. Saya pergi dari pintu ke pintu, dari blok rumah ke blok rumah (dari pagi-pagi sekali sampai larut malam), sampai saya siap mengerjakan kota berikutnya. Akan tetapi, jika suatu tempat tidak lebih besar daripada yang sedang saya kunjungi sekarang (Mariefred, dengan kira-kira 1.100 penduduk), tidak banyak waktu yang dibutuhkan.”
Apabila jaraknya terlalu jauh untuk berjalan kaki, para kolportir menggunakan transportasi lain, sering dengan harga murah dan lambat. Meskipun demikian, waktu digunakan dengan bijaksana. Laporan yang sama berbunyi, ”Saya melakukan perjalanan secara murah. Tubuh saya kuat dan tahan menghadapi perlakuan yang agak keras dari waktu ke waktu. Jika memungkinkan, saya bepergian melalui jalan air, kadang-kadang dengan kapal barang. Kadang-kadang saya menyewa tempat yang paling murah di atas kapal uap yang mengangkut penumpang (yang satu-satunya tempat tidur—siang maupun malam—adalah di geladak kapal). Waktu yang digunakan di sini juga saya gunakan dengan baik, berbicara kepada orang-orang dan belajar Alkitab.”
Kunjungan Pengawas Keliling Dimulai
Dibutuhkan kunjungan secara tetap tentu dari para pengawas keliling untuk menganjurkan dan membantu sidang-sidang baru lebih terorganisasi. Maka, kunjungan oleh saudara-saudara yang matang yang disebut musafir mulai diselenggarakan pada tahun 1905. Charles Edberg, yang mendapat kebenaran di Amerika Serikat dan tiba dengan kapal uap pada tahun 1904, adalah saudara musafir yang pertama, dan ia memberikan sumbangan yang sangat besar dalam mengorganisasi pekerjaan Kerajaan pada masa awal di Swedia.
Di dalam Menara Pengawal diumumkan bahwa sidang-sidang hendaknya menulis kepada Lembaga dan memohon agar dikunjungi. Sidang-sidang harus mengatur acara perhimpunan yang akan dipimpin oleh saudara yang berkunjung dan menyediakan pemondokan baginya. Mereka diberi tahu untuk tidak membuat persiapan istimewa lain baginya, karena seperti dikatakan Menara Pengawal, ”ia tidak datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani”.
Setiap kunjungan Saudara Edberg berlangsung paling sedikit dua hari. Karena digairahkan oleh khotbah-khotbahnya seorang pendengar berkata setelah kunjungan itu, ”Saya belajar lebih banyak dari khotbah-khotbah ini dibandingkan apa yang telah saya pelajari selama 20 tahun belakangan ini.” Orang lain berkata, ”Sungguh menakjubkan betapa banyak isi Alkitab yang belum pernah kita dengar maupun lihat.” Saudara Edberg tidak pernah membayangkan bahwa kunjungan seperti itu kepada sidang-sidang akan tetap dilakukan lebih dari 85 tahun kemudian oleh para pengawas wilayah dan distrik.
Kantor Cabang Berpindah-pindah
Pada tahun-tahun pertama, kantor cabang Swedia yang sempit—yang terutama dipenuhi dengan karton-karton tempat menyimpan publikasi dan tempat tidur Saudara Lundborg—dipindahkan dari satu lokasi di pusat Stockholm ke daerah lain. Pada tahun 1905 kantor dipindahkan dari ruang belakang yang sempit di Kungsgatan 20 ke sebagian dari sebuah apartemen di Adolf Fredriks Kyrkogata 7. Tiga kamar disewa, satu untuk perhimpunan, satu untuk kantor, dan satu untuk karton-karton dan tempat tidur Lundborg. Akan tetapi, sebelum tahun itu berlalu, pemilik apartemen meminta kembali kamar-kamarnya, dan kantor cabang dipindahkan ke Rådmansgatan 39 B.
Seraya pekerjaan berkembang, terutama di dua kota terbesar—Stockholm di pantai timur dan Göteborg di pantai barat—Lundborg merasa lebih baik bila tempat bekerjanya berada di suatu lokasi di tengah-tengah kedua tempat itu. Maka, pada tahun 1907, kantor cabang dipindahkan ke Örebro, kira-kira 200 kilometer sebelah barat Stockholm, tempat kantor itu berada selama hampir 20 tahun.
Russell Tertarik kepada Swedia
Banyak surat dari Saudara Russell kepada Saudara Lundborg menunjukkan minat yang besar atas pekerjaan Kerajaan di Swedia. Suratnya selalu hangat dan menganjurkan, memuat petunjuk yang jelas dan tegas. Ia pernah menulis, ”Terimalah dan hendaklah selalu yakin akan kasih dan simpati saya, meskipun kadang-kadang saya melihat perlunya memberikan kritik.”
Pada tahun 1909, ketika Russell mengunjungi Swedia untuk kedua kalinya, kira-kira 300 orang hadir pada kebaktian di Örebro. Hanya dua tahun kemudian, ia kembali dan berkhotbah di aula terbesar di Stockholm dengan judul ”Penghakiman dari Takhta Putih yang Besar”. Pada waktu itu ia sangat terkenal di Swedia. Aula penuh sesak, dan kira-kira 1.500 orang kecewa karena tidak dapat masuk. Seluruh kota tergugah dan membicarakan peristiwa ini. Ketika ia dan rombongannya naik kereta menuju Kopenhagen, sosok tubuhnya yang mengundang perhatian sangat mempesonakan petugas kereta api, yang hanya berdiri di situ dengan mulut dan mata terbuka lebar dan mulut ternganga sehingga lupa memberikan aba-aba pemberangkatan kereta pada waktunya. Orang-orang bertanya, ”Siapa gerangan bangsawan itu?”
Kunjungan Saudara Russell yang terakhir ke Swedia adalah pada tahun 1912, sebagai bagian dari perjalanan keliling dunia. Khotbah umumnya di Circus, Djurgården, berjudul: ”Setelah Kematian.” Seorang saudari mengingat antusiasme orang-orang perihal kunjungan Saudara Russell ke kota kelahirannya, Karlstad, ”Aula yang disewa untuk perhimpunan sedemikian penuh sehingga dikhawatirkan lantainya akan jebol.”
Saudara Russell terus menunjukkan minat kepada Swedia dengan mengutus saudara-saudara dari kantor pusat ke sana, di antaranya J. F. Rutherford, yang belakangan menjadi presiden Lembaga Menara Pengawal. Pada tahun 1913 Saudara Rutherford mengunjungi 15 kota besar di Swedia dan Norwegia hanya dalam waktu tiga minggu. Semangat, pengetahuan Alkitab, dan khotbah-khotbahnya yang dinamis mendorong saudara-saudara untuk terus maju. Khotbah umumnya berjudul ”Di Manakah Orang Mati?” Seorang saudara mengingat kejadian pada pertemuan di Göteborg, ”Ketika menyampaikan khotbahnya, Saudara Rutherford berkata, ’Saya menawarkan 1.000 dolar kepada siapa saja dari antara hadirin yang dapat membuktikan bahwa manusia memiliki jiwa yang kekal.’ Tidak ada yang berani menanggapi tantangan ini.”
Ketika berita meninggalnya Saudara Russell pada tanggal 31 Oktober 1916, sampai di Swedia, menjadi jelas seberapa terkenal dia. Banyak surat kabar menghormatinya dengan pengumuman yang bernada bersahabat. Beberapa bahkan mencetak salah satu khotbahnya. Tidak diragukan lagi, minat Saudara Russell terhadap Swedia merupakan pendorong untuk terus maju dengan pekerjaan Kerajaan.
Perang Dunia I Bukan Kejutan
Pecahnya Perang Dunia I tidak terlalu mengejutkan Siswa-Siswa Alkitab di Swedia. Bertahun-tahun sebelumnya mereka telah membaca dalam publikasi Menara Pengawal bahwa kronologi Alkitab menunjuk kepada tahun 1914 sebagai waktu manakala ”anarki sedunia” dapat diharapkan. Antisipasi akan hal-hal yang mungkin akan terjadi sedemikian besar ketika tahun 1914 mulai sehingga beberapa orang bahkan mulai menimbun persediaan makanan. Jadi, ketika berita tentang perang terdengar, mereka bersukacita atas dekatnya penyelamatan mereka.
Saudara Arthur Gustavsson, yang berusia 11 tahun pada waktu itu, berkata, ”Saya dengan jelas dapat mengingat hari Minggu, 2 Agustus 1914. Ayah saya sedang memimpin perhimpunan di Göteborg ketika dari luar kami mendengar pengedar koran berseru, ’Kebakaran global telah mulai!’ Saudara-saudara dalam aula mulai saling berpandangan. Beberapa hal yang telah kami beritakan mengenai 1914 mulai tergenap.” Saudara Gustavsson belakangan melayani dalam pekerjaan pengabaran sepenuh waktu selama 56 tahun dan terus mengabar sampai akhir hidupnya di bumi pada tahun 1987.
Meskipun Swedia tidak terlibat dalam Perang Dunia I, makanan dan kebutuhan pokok lain menjadi langka. Sejumlah besar pekerja menjadi liar dan mengorganisasi barisan-barisan ke daerah pedesaan untuk merampok ladang-ladang. Akan tetapi, Allah Yehuwa terus memenuhi kebutuhan rohani umat-Nya di Swedia selama tahun-tahun peperangan, meskipun komunikasi dengan kantor pusat Brooklyn sangat terbatas. Majalah Menara Pengawal tetap diterbitkan tanpa terputus. Bahkan jilid ketujuh dari Studies in the Scriptures mencapai Swedia dan diterjemahkan serta dicetak pada masa perang.
Drama-Foto, Sarana Lain
Peralatan untuk mempertunjukkan Drama-Foto Penciptaan—suatu pertunjukan slide dan gambar bergerak dengan suara yang sinkron, yang masa putarnya beberapa jam—juga mencapai Swedia seraya Perang Dunia I memanas. Sepasang suami istri Swedia-Amerika, William dan Bella Undèn, tiba dari Amerika Serikat untuk mengajarkan penggunaan peralatan itu. Saudara-saudara menunjukkan gairah dan minat yang besar terhadap Drama-Foto, seperti tercermin dalam terbitan Menara Pengawal berbahasa Swedia, 15 Oktober 1914:
”Kita sekarang harus selekas mungkin mencapai semua kota besar dan kelompok masyarakat di negeri kita, . . . karena kita sekarang melihat awan kemurkaan di atas kepala kita, dan manusia gemetar ketakutan akan badai yang sudah mulai mengguncangkan sistem sekarang ini.”
Pertunjukan pertama diadakan di Teater Örebro pada tanggal 25 September 1914. Ruangan melimpah ruah dan jalan di luar dikerumuni orang-orang yang tidak dapat masuk. Pertunjukan dilanjutkan pada malam-malam berikutnya. Menara Pengawal melaporkan, ”Arus orang semakin besar, sehingga setiap kali, beberapa polisi penjaga keamanan yang berseragam dikerahkan sepenuhnya untuk membantu kami menahan massa.”
Sebuah surat kabar melaporkan dari Sundsvall pada tahun 1915, ”Berkat penjagaan yang sangat baik, tidak terjadi kekacauan, tetapi wajah-wajah kecewa selalu terlihat ketika pintu-pintu ditutup. Ribuan orang yang tidak dapat masuk bubar dengan perasaan enggan, dan beberapa yang paling setia tetap tinggal selama pertunjukan berlangsung agar setidak-tidaknya berada di sekitar keajaiban itu, mukjizat itu.”
Selama tiga tahun berikutnya, Drama-Foto dipertunjukkan di ratusan tempat. Pada tahun 1915 saja, ini dipertunjukkan 1.256 kali. Ini sangat berperan dalam memperkenalkan maksud-tujuan Yehuwa serta membuat Alkitab hidup. Surat kabar yang dikutip di atas menambahkan bahwa Russell dan rekan-rekan seimannya ”berupaya keras, seperti telah diketahui dengan baik, untuk mempopulerkan Kitab Suci dan, melalui penjelasan atas berbagai ayat Alkitab, memberikan gagasan yang masuk akal tentang Allah.”
Ketika masih muda, Saudari Elin Andersson mengambil bagian dalam mempertunjukkan Drama-Foto. Air mata tergenang pada pelupuk matanya ketika pada usia 90 ia mengenang kembali, ”Saya anggota dari suatu regu yang terdiri dari 12 saudara dan saudari yang berkeliling ke seluruh negeri dengan satu set Drama. Saya bertugas mengantarkan tamu ke tempat duduk dan melayani hadirin. Benar-benar menakjubkan melihat semua orang itu datang dan memperhatikan betapa terkesan mereka. Banyak yang datang berulang kali untuk melihatnya, antri berjam-jam agar mendapat tempat duduk. Sungguh masa yang bahagia dan tak terlupakan!”
Kebenaran juga disebarkan pada masa perang melalui surat kabar yang mencetak ulang khotbah-khotbah Saudara Russell. Ini bermula sebelum perang dan berlanjut hingga tahun 1916. Seluruhnya, lima surat kabar yang berbeda menyediakan beberapa kolom atau satu halaman penuh. Beberapa surat kabar bahkan mencetak khotbah-khotbah itu secara tetap pada terbitan hari Sabtu. Pada waktu itu, ini merupakan publisitas yang mengesankan, mengingat radio dan televisi belum dikenal umum.
Saudari-Saudari Mempunyai Andil yang Besar
Kira-kira pada tahun 1914 yang mendebarkan, beberapa pemberita Kerajaan tergugah untuk mengubah kehidupan mereka secara radikal. Sejumlah saudari muda—pada masa manakala umum beranggapan bahwa wanita seharusnya kawin dan membesarkan anak-anak—tanpa ragu-ragu terjun dalam dinas sepenuh waktu dan tetap dalam dinas itu sampai mereka meninggal. Pekerjaan mereka diberkati dengan limpah, sebab beberapa Saksi di Swedia dewasa ini yang juga bergairah, dapat menyebut mereka sebagai ibu, nenek, atau bahkan moyang rohani.—Yl. 2:28.
Seorang perawat muda, Saudari Ebba Palm, begitu ingin membantu orang-orang yang sakit secara rohani sehingga ia memakai seragam perawatnya dalam pekerjaan pengabaran. Karena seragamnya adalah dari persatuan perawat yang sangat disegani, Sophia Sisters, banyak pintu rumah-rumah mewah terbuka baginya. Selama tiga bulan pertamanya sebagai kolportir, ia menempatkan 1.085 buku besar dan banyak sekali buku kecil.
Kakak perempuan Ebba, Ellen, meninggalkan pekerjaannya sebagai juru tulis bank dan mulai dengan pekerjaan kolportir. Semangatnya luar biasa. Setelah menikah, ia dan suaminya bersama-sama menakhodai kapal uap untuk mengunjungi orang-orang sepanjang fyord-fyord dan teluk-teluk Laut Baltik.
Anna Wickbom adalah putri seorang komisaris polisi. Ia dulunya bekerja sebagai pengajar anak-anak di istana kaisar Rusia dan kemudian sebagai guru privat di rumah keluarga bangsawan. Ia berhenti dari pekerjaannya yang berpenghasilan tinggi untuk menjadi kolportir di daerah dekat kampung halamannya. Karena mengetahui identitasnya, orang-orang di sana menerima dia dengan hormat. Pengetahuannya yang baik mengenai bahasa-bahasa membuka banyak pintu baginya.
Suatu hari, ia menemui seorang nyonya rumah yang sangat anggun. Wanita bangsawan yang tinggal di sana menyuruh kepala pelayannya ke pintu untuk mengintimidasi Anna. ”Hari ini Nyonya hanya akan berbicara dalam bahasa Perancis,” katanya dengan suara keras. ”Itu baik sekali,” Anna membalas. Ketika wanita bangsawan itu mendengar bahasa Perancis Anna yang sangat baik, ia, yang tidak begitu menguasai bahasa tersebut merasa sangat malu sehingga ia memohon, ”Mohon maaf, bahasa Swedia saja!” Wanita bangsawan itu demikian terkesan sehingga selama bertahun-tahun ia secara tetap tentu mengambil publikasi bila dikunjungi oleh para Saksi.
Seorang wanita muda lain, Maja Lundquist, merelakan diri sebagai pembantu Drama-Foto selama tiga tahun. Ia begitu menikmati hak istimewa ini sehingga hal itu menggerakkan dia untuk tetap rajin dalam pelayanan sepenuh waktu selama 53 tahun, hingga ia meninggal. Keistimewaannya adalah mengabar di atas kapal-kapal asing. Selama bertahun-tahun, wanita berperawakan kecil yang periang dan energik ini sering terlihat di pelabuhan dan di atas geladak kapal, memberi kesaksian kepada para kapten dan awak mereka mengenai Kerajaan Allah dan menempatkan banyak sekali publikasi dalam banyak bahasa. Ia sering berkata, ”Pelabuhan adalah daerah terbaik buat saya.”
Stamina, iman, dan ketekunan saudari-saudari perintis tersebut benar-benar luar biasa. Almarhum Koordinator Panitia Cabang, Johan H. Eneroth, pernah berkata, ”Benar-benar mengharukan untuk melihat bagaimana wanita-wanita yang lemah gemulai berjalan kaki bermil-mil dan kadang-kadang melintasi hutan-hutan tanpa jalan raya, membawa tas yang berat berisikan buku-buku, agar dapat sampai di suatu desa kecil yang terpencil untuk membawakan berita harapan dan penghiburan serta sukacita kepada orang-orang yang tinggal di sana dalam keadaan yang sangat sulit.”
Apakah Pintu Akan Ditutup pada Tahun 1918?
Seraya tahun 1918 mulai, harapan meningkat di antara saudara-saudara. Nubuat-nubuat menyatakan bahwa hal itu akan menandai dimulainya ”kebangkitan pertama” dan dibawanya golongan pengantin perempuan Kristus ke surga. (Why. 20:5, 6) Apakah ini akan mencakup seluruh kaum terurap, termasuk orang-orang terakhir yang hidup di bumi pada waktu itu? Apakah pintu kepada ”perjamuan kawin”, yang disebut dalam Matius 25:10 akan segera ditutup? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu beredar di antara saudara-saudara, yang mengarah kepada pembahasan-pembahasan yang sangat mendalam. Pada Perjamuan Malam Tuhan, tanggal 26 Maret tahun itu, 1.714 ambil bagian dari lambang-lambang. Banyak di antara mereka mengira bahwa mereka memperingati peristiwa ini untuk kali terakhir. Ya, bahkan pekerjaan pun terasa menjadi lambat! Seorang saudara musafir yang rajin, Ernst Lignell, menulis kepada kantor cabang:
”Kami berharap bahwa kesempatan seperti ini yang terakhir di dunia ini dan bahwa perayaan berikutnya adalah untuk meminum cawan sukacita dalam Kerajaan. Akan tetapi, biarlah kehendak Bapak kita terjadi dalam segala hal! Jika Ia menghendaki agar kami tetap tinggal di sini di ’lembah bayang-bayang maut’ sedikit lebih lama, kami ingin tunduk kepada keputusan-Nya. Tetapi menurut semua gejala, waktu tampaknya sudah sangat singkat.”
Akan tetapi, sang Mempelai Pria mempunyai maksud lain yang menakjubkan bagi orang-orang terakhir dari kaum sisa terurap di atas bumi. Pada tahun 1919, pada kebaktian besar di Cedar Point, Ohio, mereka diingatkan akan hak istimewa mereka sebagai duta-duta Tuhan untuk mengumumkan kedatangan Kerajaan Allah yang gemilang. Ketika gema kebaktian ini mencapai Swedia, saudara-saudara bersukacita dan segera menyesuaikan diri dengan penugasan itu. Pekerjaan melaju lagi.
Berton-ton publikasi ditempatkan. Buku kecil Millions Now Living Will Never Die dan Where Are the Dead? diterima dengan bergairah. Kadang-kadang para kolportir memerlukan publikasi ini secara demikian mendesak sehingga mereka mengirim telegram kepada kantor cabang untuk mengirimkan ”500 Millions [juta]” atau mengirimkan ”200 Dead [orang mati]”—berita-berita yang sering membingungkan operator kantor telegrap.
Ujian-Ujian Serius pada Tahun 1920-an
Tentu, kegiatan yang bersemangat ini tidak luput dari perhatian musuh besar, Setan si Iblis. Ia mencoba memadamkan gairah saudara-saudara terhadap pekerjaan ini dengan menyebarkan kekecewaan. Ia kemudian berupaya memanfaatkan kelemahan dalam kepribadian manusia, dimulai pada tahun 1920 dan yang mencapai puncaknya pada tahun 1925. August Lundborg, yang telah memikul tanggung jawab untuk kantor cabang Lembaga selama kurang lebih 20 tahun, mulai kehilangan pandangan yang sepatutnya mengenai dirinya sendiri dalam kaitan dengan organisasi Allah. Mengabaikan nasihat dan petunjuk dari organisasi, ia menyunting Menara Pengawal sesuai dengan penafsirannya sendiri. Saudara-saudara menjadi bingung. Pekerjaan mengalami kemunduran. Banyak waktu dan upaya yang pengasih dibaktikan untuk membantu orang yang tersesat menyadari haluannya yang salah dan bertobat.
Dengan segala cara, organisasi Allah mulai menanggulangi tipu muslihat Setan. Ketika Saudara Rutherford mendengar mengenai kesulitan ini, ia segera mengambil tindakan dengan mengutus Saudara A. H. Macmillan untuk menyelesaikan kasus tersebut, pada bulan Mei 1921. Meskipun begitu Setan tidak menyerah. Tidak lama kemudian problem muncul lagi, sehingga Saudara Rutherford sendiri pergi ke Swedia pada tahun 1922. Suatu kebaktian diadakan di Örebro dengan tujuan menganjurkan saudara-saudara.
Setelah mengetahui adanya kesulitan lebih lanjut pada tahun berikutnya, Saudara Rutherford menulis sepucuk surat kepada semua saudara tertanggal 23 Mei 1923, menganjurkan mereka untuk tetap sibuk dalam dinas, ”Waktunya telah tiba untuk tindakan terpadu di seluruh Swedia. Dengan ini saya mendesak setiap pribadi yang mengabdi di Swedia untuk secara terpadu dan selaras sepenuhnya bekerja sama dalam mengumumkan kebenaran.”
Pada tahun 1924 Saudara C. A. Wise, wakil presiden Lembaga pada waktu itu, diutus ke Swedia untuk membantu. Laporannya membuat Saudara Rutherford memasukkan Swedia dalam perjalanannya ke Eropa pada musim semi 1925. Suatu kebaktian untuk Swedia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia diadakan di Örebro pada bulan Mei dengan jumlah hadirin kira-kira 500 orang.
Saat untuk Suatu Perubahan
Saudara Rutherford kemudian dengan senang mengumumkan bahwa suatu kantor baru, Kantor Eropa Utara, serupa dengan Kantor Eropa Tengah yang didirikan di Swiss beberapa tahun sebelumnya, akan dibuka di Kopenhagen, Denmark. Kantor baru ini akan mengawasi pekerjaan di Swedia, Denmark, Norwegia, dan Finlandia, termasuk negara-negara di daerah Baltik yang dulu merdeka—Estonia, Latvia, dan Lithuania. Kantor itu juga akan mengambil alih hak penyuntingan resmi dari Menara Pengawal. Cabang-cabang di Swedia, Denmark, Norwegia, dan Finlandia akan tetap berfungsi seperti sebelumnya tetapi di bawah pengawasan langsung dari Kantor Eropa Utara, dengan William Dey dari London sebagai pengawas. Pengumuman ini diterima dengan sangat baik oleh sebagian besar dari ke-500 hadirin.
Tidak lama setelah kebaktian, Saudara Lundborg memberi tahu Saudara Rutherford bahwa ia tidak ingin lagi menjadi pengawas cabang. Saudara Rutherford kemudian menulis, ”Jika Saudara Lundborg mengundurkan diri, itu merupakan pilihannya sendiri, dan bila demikian saya meminta Saudara Dey untuk menempatkan Saudara Johan Henrik Eneroth sebagai pengawas kantor. Saudara tahu bahwa ia lahir dan dibesarkan di Swedia, ia kenal orang-orang dan keadaan di sana, dan yang terutama ia sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan.”
Era Baru dalam Pengelolaan Cabang
Saudara Eneroth belajar kebenaran ketika sedang berdinas sebagai letnan satu dalam Angkatan Bersenjata Kerajaan Swedia selama Perang Dunia I. Ketika ia sedang bertugas di Swedia Utara, ibunya mengirimkan kepadanya Jilid IV dari Studies in the Scriptures, yang berjudul, ”Peperangan Armagedon”. ”Buku itu menyadarkan saya bahwa ada peperangan yang jauh lebih penting di hadapan umat manusia daripada perang yang sedang dilakukan bangsa-bangsa di dunia,” katanya. Pada suatu hari ia memberanikan diri dan mendatangi rumah beberapa Siswa Alkitab. ”Bayangkan mimik wajah pria itu beserta istrinya ketika mereka melihat seorang perwira militer berseragam berdiri di depan pintu mereka dan meminta pengajaran Alkitab,” katanya, dan menambahkan, ”Ketika keheranan mereka reda, mereka menyambut saya dengan tangan terbuka.”
Eneroth meninggalkan dinas militer dan segera memasuki dinas sepenuh waktu. Pada tahun 1920 ia diundang untuk bekerja di kantor cabang di Örebro. Belakangan pada tahun itu, ia dikeluarkan oleh Lundborg dan kemudian melayani di Denmark sampai ia diangkat sebagai pengawas cabang di Örebro pada tahun 1925. Jadi, setelah seorang bekas kapten Bala Keselamatan mengurus cabang selama bertahun-tahun, Yehuwa sekarang membiarkan seorang bekas letnan dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Swedia mengambil alih.
Saudara Eneroth baru berusia 32 tahun ketika ia menjadi pengawas cabang di Swedia. Ia dengan loyal berpaut kepada penugasannya selama 50 tahun dan mengakhiri hidupnya di bumi dengan setia pada tanggal 7 Februari 1982.
Mempersatukan Saudara-Saudara Kembali
Setelah menerima penugasannya, Saudara Eneroth dengan bantuan Saudara Dey, mulai membantu saudara-saudara kembali melakukan pekerjaan pengabaran dengan terpadu. Mereka bersama menggunakan waktu kurang lebih satu tahun untuk mengunjungi kira-kira 70 sidang di seluruh negeri. Saudara Eneroth menjadi penerjemah bagi Saudara Dey. ”Di banyak tempat, kami secara harfiah harus memisahkan saudara-saudara menjadi dua kelompok, yang memihak Lembaga dan yang menentang,” kata Saudara Eneroth.
Demikianlah saudara-saudara dan saudari-saudari sangat dianjurkan untuk percaya kepada organisasi Yehuwa dan maju terus dalam pekerjaan. Setahap demi setahap, mereka diorganisasi lagi dan kembali merasakan berkat Yehuwa sepenuhnya. Para penentang membuat keributan untuk beberapa waktu dan mencoba mengatur segalanya menurut cara mereka, tetapi—seperti halnya situasi serupa lainnya—hal itu segera berkurang dan menghilang dari peredaran. Sekali lagi, upaya Setan untuk menghentikan pekerjaan gagal sama sekali.
Saudara Dey, seorang Skotlandia asli dan mantan inspektur pajak di London, tahu cara memecahkan persoalan di kantor Swedia. Sejak bulan Maret 1926, Bulletin (sekarang dinamakan Pelayanan Kerajaan Kita), yang memuat petunjuk-petunjuk untuk dinas serta kesaksian-kesaksian yang telah dipersiapkan, dikirim secara bulanan kepada semua penyiar untuk membantu mereka dalam pelayanan. Seluruh negeri juga dibagi menurut wilayah-wilayah yang praktis. Semua ini menggairahkan saudara-saudara untuk memperbarui upaya mereka, dan Yearbook pertama, pada tahun 1927, memuat kata-kata yang memberi harapan dalam laporannya mengenai Swedia:
”Masih banyak yang harus dilakukan sehubungan dengan pengorganisasian, tetapi benar-benar menyenangkan melihat bagaimana teman-teman semakin lebih memahami gagasan bahwa kita sekarang sedang berperang di bawah pimpinan Raja segala raja dan Tuhan segala Tuhan. Semua orang beriman sangat menghargai MENARA PENGAWAL yang membawa lebih banyak lagi keterangan, penyegaran dan dorongan dalam setiap terbitan baru. Semakin lebih banyak kelompok menggunakan MENARA PENGAWAL untuk belajar, dan melaporkan banyak berkat sebagai hasil darinya.
Memberi Kesaksian saat Pemakaman
Sejak 1926 dan seterusnya, ada cara lain untuk memberi kesaksian bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Swedia. Suatu undang-undang mulai diberlakukan yang mengizinkan pemakaman dilakukan tanpa bantuan pendeta dari Gereja Negara. Dengan demikian, ribuan orang yang berdukacita dapat dihibur melalui khotbah-khotbah Alkitab. Puluhan ribu orang yang dengan cara lain mungkin tidak akan mau memberi perhatian, mendengarkan kesaksian pada saat pemakaman.
Almarhum Martin Wenderquist, yang aktif dalam pekerjaan Kerajaan selama 67 tahun, sering dipanggil untuk memberikan khotbah pemakaman. Ia pernah berkata, ”Menghibur mereka yang berdukacita sewaktu memimpin upacara pemakaman telah saya lakukan lebih dari 600 kali di berbagai tempat di Swedia dan Finlandia. Saudara hampir tidak akan menemukan hadirin yang lebih memperhatikan dan mau mendengar daripada yang hadir pada pemakaman. Banyak pengajaran Alkitab dimulai setelahnya, yang menuntun orang kepada kebenaran.”
Perpindahan yang Menyegarkan
Perpindahan teokratis yang menyegarkan adalah pindahnya kembali kantor cabang ke Stockholm pada bulan September 1926. Saudara-saudara menemukan lokasi yang cocok di Drottninggatan 83, tepat di tengah kota. Tempat ini benar-benar praktis karena di sebelahnya ada sebuah perusahaan percetakan bernama Egnellska Boktryckeriet, yang cocok sekali, digunakan untuk mencetak majalah-majalah kita selama 28 tahun!
Cara bagaimana kantor dipindahkan? Dua kapal uap kanal yang dimuati penuh digunakan untuk mengangkut semua peralatan kantor cabang sejauh 200 kilometer dari kota pedalaman Örebro ke kota pantai Stockholm. Keluarga Betel mengikuti dalam kapal uap yang ketiga. Perjalanan itu memakan waktu sehari semalam.
Tiga tahun kemudian, di pusat kota, sebuah gedung empat tingkat diperoleh di Luntmakaregatan 94. Saudara Rutherford ingin agar Lembaga membelinya. Banyak saudara secara sukarela meminjamkan uang mereka untuk melunasi hipotik (semacam cicilan) bangunan itu. Akhirnya, setelah bertahun-tahun berpindah-pindah, kantor cabang bertempat di lokasi ini, yang akan digunakan untuk kepentingan Kerajaan selama 25 tahun berikutnya.
Mobil Pertama—Suatu Sensasi
Pada tahun 1927 Saudara Rutherford mengizinkan kantor cabang membeli kendaraan bermotor yang pertama, sebuah Ford Model A yang baru. Akan tetapi, kendaraan itu tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh staff kantor cabang sebagai mobil sedan di jalan-jalan kota. Kendaraan itu akan digunakan oleh dua saudara perintis untuk melintasi jalan-jalan yang sulit dilalui mengunjungi desa-desa yang jauh, di hutan-hutan di Ujung Utara, Lapland. Dari bulan April hingga September 1930, mereka melaporkan telah melakukan perjalanan sejauh 11.000 kilometer dan menempatkan lebih dari 2.000 buku dan 4.000 buku kecil.
Mobil Ford itu menarik perhatian orang-orang di tempat-tempat terpencil tersebut, karena mobil jarang terlihat atau bahkan tidak pernah dilihat sama sekali. Banyak orang setempat mendekati saudara-saudara dan mengambil publikasi hanya agar dapat melihat lebih dekat keajaiban mekanis ini dan mencium bau bensin dari knalpot, yang seperti parfum bagi mereka. Mereka dengan sukarela mendorong ketika diminta untuk membantu mengeluarkannya dari lumpur, atau menggunakan kuda-kuda mereka untuk menariknya ke luar dari selokan.
Pada suatu hari, kedua saudara tersebut menawarkan beberapa buku kepada sekelompok pekerja proyek jalan raya. Karena mereka tidak membawa uang, salah seorang berkata, ’Ikuti jalan ini sampai Anda menemukan sebuah rumah. Kami memondok di situ. Berikan buku-buku itu kepada pengurus rumah dan katakan kepadanya untuk mengambil dompet saya dari bawah bantal saya dan membayar Anda.’ Ketika saudara-saudara sampai di sana dan mengetuk pintu, tidak ada yang membukanya. Pintu itu terkunci. Akan tetapi, setelah memeriksa bagian luar rumah, mereka melihat sebuah jendela kecil terbuka tinggi di atas tembok, dan teringatlah nubuat dalam Yoel 2:9, yang berbunyi, ”Mereka masuk melalui jendela-jendela seperti pencuri.” Salah seorang dari mereka memanjat dan merangkak masuk dari jendela, menemukan dompet itu, dan mengeluarkan jumlah yang tepat. Kemudian dompet itu dikembalikan ke bawah bantal, buku-buku pesanan di taruh di atas tempat tidur, dan dengan berhati-hati ia merangkak ke luar sama seperti ketika masuk. Mereka tidak pernah tahu apakah pekerja di jalan itu akhirnya masuk ke dalam kebenaran. Akan tetapi, ia memang memperoleh buku-bukunya!
Zaman Sepeda
Dengan populernya sepeda pada tahun 1930-an, para kolportir yang bekerja keras mengayuh sepeda mereka, tidak soal hujan atau panas, sepanjang jalan yang berbatu-batu dan berlumpur untuk mencapai perladangan dan pedesaan terpencil di daerah yang luas ini. Saudari Rosa Gustavsson, berbekal iman yang kuat, sifat periang, dan sebuah sepeda, menceritakan tentang pekerjaannya sebagai kolportir bersama Mirjam Gustavsson, iparnya, pada tahun 1930-an:
”Kami pergi dari satu paroki ke paroki lain, dengan semua perbekalan yang dapat kami bawa diikatkan pada sepeda kami—sepatu, pakaian, handuk dan sikat gigi, panci-panci serta wajan, dan yang terpenting, karton-karton berisi buku dan buku kecil. Benar-benar luar biasa! Mendapatkan tempat pemondokan tidak selalu mudah. Sering kali kami berdoa memohon bantuan Yehuwa. Saya teringat suatu hari, setelah berdinas seharian secara terpisah, Mirjam dan saya bertemu kembali larut malam. Bersama-sama, kami mengayuh sepeda dalam hujan ke arah sebuah lampu redup yang kami lihat di kejauhan. Ternyata sebuah rumah petani. Kami sangat kedinginan. Hari yang benar-benar sangat melelahkan. Tiba-tiba, kami mengenali rumah tersebut. Kami langsung hilang semangat. ’Orang-orang itu sangat menentang!’ seru kami saling berpandangan. Sedikit ragu-ragu, Mirjam mendekati pintu dengan perasaan takut dan memohon pemondokan. Di luar dugaan namun sangat melegakan, keluarga itu mempersilakan kami masuk. Mereka mengantar kami ke ruangan terbaik di rumah itu dan memberikan makan malam yang lezat kepada kami. Dengan kenyang dan puas, kami meninggalkan meja dan diantar ke kamar tidur yang akan kami gunakan. Kami benar-benar tidak menyangka. Tempat-tempat tidur telah dipersiapkan dengan sprei dari bahan linen terbaik, lebih mewah daripada yang pernah dapat kami jangkau!
”Malam berlalu dengan mimpi-mimpi indah, dan tanpa terasa pagi telah tiba. Setelah sarapan pagi dihidangkan, kami menawarkan untuk mengganti ongkos. Akan tetapi, mereka menolak uang kami. Bagaimana kami dapat menunjukkan penghargaan kami? Buku Deliverance pasti akan mengingatkan mereka akan perasaan kami. Maka kami bertanya, ’Bolehkah kami memberikan ini kepada kalian sebagai tanda penghargaan kami?’ Mereka segera menyambut, ’Oh ya, kami menginginkan buku itu! Salah seorang kenalan kami memberi tahu bahwa Anda telah memberikan buku ini kepadanya ketika Anda tinggal dengannya, dan dia benar-benar menyukainya.’ Ini mengajarkan sesuatu kepada kami. Kita tidak pernah tahu hasil dari menempatkan suatu publikasi Alkitab.”
Saudara Axel Richardson, berperawakan pendek tetapi seorang raksasa rohani, bercerita, ”Pada tahun 1936 istri saya yang kurus kecil, Asta, bersama saya ditugaskan untuk melayani daerah pegunungan yang luas di bagian barat propinsi Jämtland. Satu-satunya harta duniawi kami pada waktu itu hanya dua sepeda, satu tenda, satu kasur lipat, dan koper. Akan tetapi, kami bertekad bulat untuk mengerjakan daerah penugasan kami, tidak melewatkan satu kemah pun yang terpencil atau perladangan di gunung di daerah Lapp. Sering kali kami berjalan kaki memakai sepatu bot, kaki bengkak dan sakit, memikul dan menjinjing kebutuhan sehari-hari serta publikasi kami, sejauh puluhan kilometer setiap hari melintasi pegunungan yang sulit dilalui dan berbatu-batu. Axel mengingat suatu pengalaman ketika istrinya tidak menyertai dia, ”Seorang yang baik, yang tidak saya kenal, memberikan tumpangan kepada saya dalam perahu motornya menyeberangi danau. Setelah ia meninggalkan saya di tepian, saya melihat dia kembali ke seberang danau. Saya melihat sekeliling. Di situ saya, sendirian dengan sepeda saya dan tas buku yang berat di suatu daerah yang sangat terpencil. Saya merasa benar-benar ditinggalkan sendirian. Di seluruh daerah itu hanya terdapat tiga rumah. Setelah mengunjungi mereka, saya terpaksa harus berjalan terus. Akan tetapi, bagaimana? Di satu sisi adalah danau, sedangkan di sisi lain bukit yang terjal. Tidak ada pilihan. Dengan sepeda di satu bahu dan tas buku di bahu lain, saya mulai mendaki bukit. Setelah beberapa jam yang melelahkan mendaki ke atas, dengan perasaan lega, saya mulai berjalan menurun di sisi lainnya. Seorang pria yang tinggal di bagian bawah lereng bertanya ’Bukan main! Dari mana Anda datang?’ Ia melihat dengan takjub ketika saya menunjuk ke bukit yang tinggi itu. ’Anda orang pertama yang datang lewat jalan itu,” katanya, ’dan menggunakan sepeda lagi!’ Saya merasa senang telah melakukan upaya itu demi kabar baik.”
Menggunakan Segala Sarana
Menjelang pertengahan tahun 1930-an kira-kira 60 perintis, bagaikan kumbang-kumbang yang sibuk, menggunakan segala sarana transportasi, termasuk ski, sepatu salju, sepeda, kuda dan kereta kuda, bus, kereta api dan kapal, untuk menyebarkan kabar baik ke setiap pelosok negeri.
Selama tiga bulan pada tahun 1935, dua saudara menggunakan sebuah perahu motor untuk mengunjungi 284 pulau sepanjang pantai timur di sebelah selatan Stockholm, dan mengabar kepada penduduk yang terpencil di sana. Mereka melaporkan bahwa secara keseluruhan mereka bertemu dengan 1.053 orang dan menempatkan 428 buku, 1.145 buku kecil, 68 langganan, dan 496 eksemplar majalah Golden Age. Beberapa dari pulau-pulau kecil itu belum pernah dikunjungi dengan berita Kerajaan sebelum tahun itu.
Kecerdikan luar biasa digunakan untuk menyebarkan kabar baik. Di Hjo, pada awal tahun 1930, sebuah sidang kecil dengan kira-kira sepuluh penyiar, menyewa sebuah truk kecil dan memasang tutup kap kanvas di atas bak truk itu. Dengan demikian ini menjadi sebuah kendaraan yang ideal untuk dinas pengabaran. Kecerdikan mereka membuahkan hasil ketika belakangan sang pemilik truk masuk dalam kebenaran. Ia kemudian mengubah truk itu menjadi minibus, yang terus digunakan selama beberapa tahun untuk menyebarkan kebenaran di 6 kota dan 132 kotamadya.
Pada tahun 1939, dua perintis, David Börjesson dan Elis Hulthén, membeli truk bekas berkapasitas 2,5 ton. ”Dengan bersemangat kami mengubah bentuknya menjadi rumah berjalan untuk digunakan dalam dinas perintis,” kata Elis yang sekarang berusia lanjut. Sambil bersandar pada tongkatnya, ia meneruskan kisahnya dengan kedipan mata penuh humor:
”Meskipun dinding-dindingnya terbuat dari papan serat kayu (fiberboard) yang tipis, truk kami kelihatannya seperti mobil lapis baja karena dicat abu-abu. Kami berempat adalah saudara-saudara lajang yang berani, tinggal bersama dengan rukun dalam rumah berjalan kami yang seolah-olah berlapis besi. Kami sangat senang menggunakan kendaraan ini dalam penugasan kami di Swedia tengah.
”Pada waktu itu, perang dunia kedua sedang berkecamuk di Eropa. Tentu saja, beberapa orang menjadi sangat curiga ketika melihat truk berwarna abu-abu parkir di lingkungan mereka. Beberapa orang bahkan merasa takut dan mengambil jalan putar melalui pepohonan. Orang-orang yang menentang kadang-kadang melaporkan kami kepada polisi. Pada suatu malam, dua petugas polisi datang untuk memeriksa. Setelah mendengarkan beberapa rekaman khotbah yang memberi mereka kesaksian yang baik, mereka pergi tanpa mengucapkan keberatan. Seorang kepala polisi pernah datang untuk memeriksa berapa orang yang ada dalam kelompok kami. ’Pasti paling sedikit ada sepuluh orang dari mereka di dalam truk itu,’ demikian orang-orang memperingatinya. Pada kesempatan lain, seorang petani datang setengah menangis dan memohon, ’Tolonglah, anak-anak, pindahkan mobil itu dari pekarangan saya. Tolonglah. Orang-orang bersikap buruk kepada saya karena membolehkan kalian tinggal di sini.’
”Musim dingin pada masa perang tersebut sangat dingin. Pada malam hari kami berupaya memanaskan truk dengan alat pemanas yang menggunakan minyak tanah. Akan tetapi, embun kondensasi mengalir melalui dinding ruangan tidur dan membeku di lantai. Pada suatu pagi, David, yang berada di salah satu tempat tidur yang paling bawah, mengeluh merasa dingin sekali. Tidak heran, karena laci yang berada di bawah kasurnya telah berubah menjadi balok es. Kami berupaya menghiburnya dengan berkata, ’Segala yang beku tidak pernah akan berjamur.’ Kami semua menjadi tahan dingin, dan kami tidak pernah sakit. ’Kendaraan lapis baja’ ini membantu banyak orang yang layak menemukan kebenaran.”
Perluasan Menjelang Perang Dunia II
Pada periode sebelum perang dunia kedua perluasan yang baik dialami. Dari tahun 1925 hingga 1938, jumlah pemberita Kerajaan meningkat dari kira-kira 250 menjadi puncak 1.427. Selama tahun-tahun tersebut, penyiar-penyiar yang bergairah ini menempatkan kira-kira lima juta buku dan buku kecil, belum lagi ribuan langganan dan puluhan ribu majalah.
Penyiar-penyiar yang berani ini pada umumnya memberikan kesaksian yang saksama. Jumlah kesaksian yang diberikan kepada umum pernah pada satu periode dalam tahun 1932 dihitung: Kurang lebih 300 penyiar, yang ambil bagian dalam pekerjaan kesaksian setiap minggu, melaporkan 515.119 kesaksian. Itu sama dengan seperdua belas seluruh penduduk Swedia!
Upaya untuk Memperingatkan Hitler
Setelah periode kengerian Nazi di Jerman mulai pada tahun 1933, laporan-laporan mencapai Swedia bahwa Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman mengalami tekanan yang hebat. Pada tahun berikutnya, sesuatu yang menggembirakan dialami ketika saudara-saudara di Swedia diundang oleh kantor pusat di Brooklyn untuk bergabung dengan saudara-saudara mereka di Jerman dan di 48 negara lainnya, untuk menyatakan diri demi saudara-saudara mereka di Jerman.
Setelah pertemuan istimewa di semua sidang pada hari Minggu, 7 Oktober 1934, banyak telegram dikirimkan kepada Hitler dengan pesan yang mendesak, ”Perlakuan Anda yang buruk terhadap saksi-saksi Yehuwa mengejutkan semua orang yang baik di bumi dan mencela nama Allah. Berhentilah menindas saksi-saksi Yehuwa; jika tidak Allah akan menghancurkan Anda serta partai nasional Anda.”
Suatu ”Golongan” Baru Dinyatakan
Pada tahun 1935, berita luar biasa datang dari kebaktian besar di Washington, D.C. Saudara Rutherford telah memberikan bukti-bukti Alkitab bahwa ”kumpulan besar”, dari Wahyu 7:9 adalah sama dengan ’kaum Yonadab’, golongan domba dari Matius 25:31-46 (Yer. 35:18, 19) Banyak saudara yang tadinya merasa diri sebagai golongan surgawi sekunder sekarang menyadari bahwa mereka termasuk ”domba-domba lain”, dengan harapan di bumi.—Yohanes 10:16.
Sebuah telegram yang mengumumkan berita mengejutkan ini dari Washington, D.C., tiba sewaktu salah satu acara dalam kebaktian tahunan di Stockholm sedang berlangsung. Telegram itu dibacakan kepada hadirin, dan ke-300 delegasi sangat antusias mendengarnya. Suatu imbauan dibuat, agar semua yang hadir mulai mencari domba-domba lain ini.
Sambutan atas imbauan ini terlihat dari laporan yang mencakup tahun dinas 1936, ”Di Swedia kumpulan besar ini semakin menyatakan dirinya . . . Seratus lima puluh orang dari kaum Yonadab menurut laporan telah melambangkan pembaktian mereka untuk melakukan kehendak Yehuwa sejak 1 Oktober tahun lalu [1935], dan kami mengetahui beberapa tempat di mana sejumlah besar orang telah menunggu kesempatan untuk melakukan hal yang sama. Pada setiap kebaktian dinas, beberapa dari golongan ini menampilkan diri dan mulai memberitakan.”
”Jangan Merintangi Mereka Lagi”
Pada kebaktian yang sama, suatu persoalan penting perihal kelompok tertentu di antara umat Allah diperjelas. Peranan anak-anak dalam menyebarkan kabar baik dibahas. Di bawah judul ”Jangan Merintangi Mereka Lagi”, Bulletin berbahasa Swedia untuk bulan Agustus 1935 meringkaskan:
”Sama sekali tidak menjadi masalah. . . . Biarkan mereka mulai dengan menemani orang-tua mereka atau penyiar dewasa lain. . . . Keikutsertaan mereka dalam pekerjaan ini akan mendatangkan imbalan semata—tentu saja, asalkan ini dihasilkan karena telah belajar dari orang-tua mereka atau partner mereka, sejauh yang dapat mereka pahami, untuk mengasihi dan menghormati Allah yang agung dan untuk bersukacita bersama Kerajaan-Nya.” Anak-anak meluap dengan kegembiraan mendengar kabar yang menyenangkan ini dan bergairah bagaikan sekawanan kuda yang hendak melaju.
Melewati Tahun-Tahun Peperangan yang Sulit
Mari kita kembali kepada tulang punggung pekerjaan pengabaran—dinas perintis. Selama Perang Dunia II, para perintis lebih giat lagi menyebarkan kebenaran ke seluruh negeri, meskipun mengalami kesulitan uang, makanan, pakaian, dan bahan bakar. Walaupun Swedia luput dari peperangan langsung, kalangan berwenang pemerintahan melakukan pembatasan dan penjatahan. ”Pada tahun-tahun itu, sebagai perintis saudara harus benar-benar bersandar kepada Yehuwa,” kata Gustaf Kjellberg, yang pada akhir tahun 1930-an meninggalkan karirnya sebagai pegulat untuk sepenuhnya mengabdi kepada kebenaran. Gustaf, yang masih merintis, mengenang kembali:
”Selama musim panas, rekan perintis saya dan saya tinggal di sebuah tenda, tetapi selama musim dingin, kami memondok di rumah-rumah pribadi. Sering kali ini sulit dan mahal. Dalam upaya untuk membantu, Lembaga mengirimkan sebuah bagan yang menjelaskan cara membuat trailer (rumah gandengan) yang dapat dilipat dan ditarik dengan sepeda. Kami segera membuat sebuah.
”Pada musim dingin, benar-benar terasa dingin karena trailer itu terbuat dari papan serat kayu (fiberboard) yang tipis. Selain memanasinya dengan membakar kayu dan buah pohon cemara (pinecone) dalam tungku perapian besi, kami membungkus diri dengan semua pakaian kami agar tetap hangat. Pada suatu malam rekan saya membangunkan saya dan mengeluh tidak dapat mengangkat kepalanya. Tentu saja! Rambutnya yang lebat telah membeku dan menyatu dengan kerangka besi tempat tidurnya! Saya harus membebaskannya dengan melelehkan es tersebut menggunakan tangan saya. Akan tetapi, selama kami tinggal di trailer itu, kami tidak pernah sakit dan dapat menggunakan banyak waktu setiap hari memberitakan kabar baik. Sungguh masa yang menakjubkan!”
Ingvar Wihlborg memberi kesaksian di antara orang-orang Lapps (kelompok masyarakat di bagian utara Skandinavia) dan mengerjakan daerah-daerah yang luas di Utara pada akhir tahun 1930-an. Ia mengenang, ”Jauh ke utara di atas Lingkaran Daerah Kutub Utara terletak daerah yang berpenduduk jarang, sepanjang 130 kilometer, antara Kiruna dan perbatasan Norwegia. Untuk mencapai tujuan, saya harus berjalan kaki atau menggunakan ski mengikuti jalan kereta api, yang saya lakukan dua kali setahun. Pada suatu malam yang gelap dan dingin, tiba-tiba sebuah kereta api bergerak di belakang saya. Mesin penyapu saljunya yang berkekuatan tinggi menghempaskan saya bersama peralatan ski dan ransel saya tinggi ke udara dan jatuh ke lembah yang dalam. Saya membutuhkan waktu beberapa detik untuk memulihkan diri. Syukurlah karena adanya lampu-lampu dari Hotel Turis Abisko, saya dapat menemukan jalan ke luar. Para karyawan hotel kaget ketika saya masuk dan kelihatan bagaikan manusia salju. ’Bagaimana Anda dapat sampai di sini?’ tanya mereka. ’Melalui udara,’ jawab saya dengan riang. Mereka sangat baik dan memberi saya minuman coklat hangat dan roti.”
Meskipun kondisi kehidupan sulit dan musim dingin luar biasa dingin di Swedia pada waktu itu, para perintis yang bergairah tidak mengendurkan kegiatan mereka. Yehuwa memelihara hati mereka tetap hangat. Pekerjaan berkembang dengan stabil pada tahun-tahun itu. Jumlah para penyembah bertambah lebih dari dua kali lipat, dari 1.427 pada tahun 1938 menjadi 2.867 pada tahun 1945, setelah perang.
Tantangan Berkobar
Para juru bicara Susunan Kristen juga berupaya mengecilkan hati umat Allah. Kantor cabang melaporkan:
”Pada waktu itu hampir tidak ada surat kabar di seluruh negeri yang tidak memuat satu atau lebih artikel yang pedas mencela saksi-saksi Yehuwa sebagai ’pendukung musuh yang dibiayai modal asing’, ’pengawal depan Komunisme’, ’nabi-nabi palsu’, ’musuh negara dan masyarakat’, dsb., dsb., menggunakan semua julukan yang umum. Tentu saja, kaum pendetalah yang berada di belakang ini, . . . dan koak-koak dalam surat kabar mencapai puncaknya ketika pada pertengahan bulan Mei, suatu pertemuan gereja yang besar diadakan di ibu kota.”
Kobaran kebencian dimulai tidak lama setelah Saksi-Saksi dengan bersemangat menyiarkan 300.000 buku kecil Fighting for Liberty on the Home Front. Dalam suatu kampanye yang penuh kemarahan, kaum pendeta mulai menggunakan cara kita, mendatangi orang dari rumah ke rumah dan menyuruh mereka membaca apa yang tertulis menentang kita.
Kampanye Berbalik Arah
Akan tetapi, kampanye ini menyebabkan pekerjaan Yehuwa menjadi lebih dikenal di seluruh negeri daripada sebelumnya. Dengan kekuatan dan keberanian yang diperbarui, para pemberita Kerajaan dengan gembira meneruskan pekerjaan tidak soal ’diumpat atau dipuji’.—2 Kor. 6:8; Mzm. 143:10.
Perintis-perintis sekali lagi diberkati selama tahun dinas 1944. Para perintis istimewa memiliki alasan kuat untuk bersukacita karena mereka dapat mengorganisasi 17 sidang baru. Perintis-perintis lain juga sangat senang karena 11 sidang baru dibentuk sebagai hasil upaya mereka. Pada tahun itu 144 sidang baru dibentuk! Dengan demikian kampanye menentang kita berbalik arah. Berikut ini suatu pengalaman yang khas:
Dewan Gereja Negara dalam suatu jemaah gereja di desa memutuskan, menuntut agar dua saudari perintis (1) berhenti mengunjungi orang-orang dengan publikasi mereka, (2) percaya kepada Tuhan Yesus, dan (3) pindah ke luar daerah jemaah tersebut tanpa menunda-nunda.
Pemilik rumah tempat saudari-saudari itu tinggal juga ditekan oleh pendeta setempat agar segera mengeluarkan mereka. Surat yang memberi tahu pemilik rumah mengenai keputusan yang dibuat oleh dewan untuk mengusir saudari-saudari itu diakhiri dengan kata-kata, ’Teriring salam hangat bagi Anda dan mereka (kedua saudari itu).’ Pemilik rumah dan saudara laki-lakinya, yang keduanya rajin ke gereja, menjadi sedemikian muak terhadap tuduhan-tuduhan palsu itu sehingga mereka tidak lagi pergi ke gereja dan mulai ikut menghadiri pengajaran yang dipimpin oleh saudari-saudari itu.
Tidak Semua Pendeta Menentang
Seorang saudari perintis mengundang seorang saudara dari sidang yang berdekatan untuk menyampaikan khotbah umum di daerahnya. Semua sangat heran ketika pendeta setempat datang, mendengarkan dengan penuh perhatian dan membuat catatan. Setelah itu ia mengajukan banyak pertanyaan dan mengakui bahwa gereja salah dalam banyak pengajarannya. Ia mengeluh bahwa orang-orang tidak mau pergi ke gereja sekalipun ia mengajarkan kebenaran kepada mereka.
Saudara itu mengatakan bahwa sang pendeta dan rekan-rekannya perlu melakukan apa yang Kristus dan para pengikutnya lakukan, yaitu, pergi dari rumah ke rumah. Sang pendeta menjawab, ”Ya, kita seharusnya melakukan itu, tetapi kami penakut dan terlalu malas untuk itu, dan juga kami mempunyai terlalu banyak urusan duniawi.” Ketika pulang, sang pendeta berjabat tangan secara akrab dan menyatakan terima kasih kepada pembicara atas khotbahnya.
Sifat Pemalu Diatasi
Orang Swedia mempunyai sifat tertutup, dan banyak yang pendiam, khawatir kalau-kalau berbuat salah. Maka, sungguh menakjubkan bahwa begitu banyak orang Swedia dapat mengatasi sifat-sifat demikian dan dengan berani pergi dari pintu ke pintu, memenuhi perintah Yesus di Matius 28:19, 20 (NW) untuk ’pergi’ dan ’menjadikan murid dari semua bangsa, mengajar mereka’.
Yesus juga berkata di Lukas 18:27, ”Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” Sebagaimana Yehuwa membantu Musa, ketika ia mengeluh karena tidak dapat berbicara dengan fasih, dan memberikan Harun kepadanya sebagai penolong, demikian pula Ia membantu para penyiar di Swedia dengan memberi mereka berbagai ”Harun” atau sarana berbicara yang berbeda, melalui organisasi-Nya, seperti ditunjukkan oleh contoh-contoh berikut:
”Harun 1”—Kartu Kesaksian
Salah satu ”Harun” adalah kartu kesaksian, yang diperkenalkan pada tahun 1934 dan terus digunakan hingga tahun 1940-an. Kartu ini berisi khotbah pendek yang tercetak serta penawaran publikasi. Bulletin menjelaskan, ”Bila saudara mengunjungi rumah-rumah, perlihatkan kartu ini kepada orang yang membuka pintu. Biarkan dia membacanya. Kemudian, tunjukkan kepadanya brosur itu—dan saudara hanya perlu mengatakan bahwa ini adalah brosur yang disebutkan dalam kartu itu.” Bagaimana hasilnya setelah dipraktikkan?
Seorang perintis mengingat, ”Saya melakukan tepat seperti diberitahukan. Biasanya cukup jitu. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi salah pengertian. Orang yang ditemui mengambil kartu yang saya bawa, masuk dan menutup pintu, atau ia mengira saya tidak dapat berbicara dan karena kasihan mengambil beberapa buku. Ada yang menawarkan sedekah karena ingin bermurah hati. Kadang-kadang terjadi hal-hal yang sering membuat penghuni rumah dan saya tertawa tergelak-gelak.”
Kartu-kartu ini sangat membantu, tidak hanya untuk memecahkan suasana kaku bersama penghuni rumah tetapi juga untuk mengerjakan daerah-daerah yang luas dalam waktu singkat. Untungnya, tidak semua orang Swedia pendiam. Beberapa penyiar sambil bergurau mengatakan kepada Lembaga bahwa mereka merasa Tuhan telah membuat penyelenggaraan ini untuk membantu mereka ’mengatasi kebiasaan buruk membuang waktu dengan terlalu banyak berbicara’.
”Harun 2”—Gramafon
”Harun” lainnya adalah gramafon portabel, dengan piringan hitam yang berisi khotbah-khotbah Alkitab lima menit. Alat baru ini digunakan secara baik selama beberapa tahun.
Pada tahun 1937, Saudara Eneroth merekam khotbah-khotbah Hakim Rutherford pada piringan hitam ke dalam bahasa Swedia. Ketika piringan hitam itu tersedia, para penyiar sangat bersemangat dan pergi ke daerah-daerah bagaikan kawanan belalang. Selama sepuluh bulan pertama, 107.077 khotbah diperdengarkan kepada 153.786 orang. Saudara Eneroth sendiri termasuk orang pertama yang menggunakan piringan hitam itu. Ia tertawa seraya mengenang kembali, ”Setelah memutar salah satu piringan hitam untuk sepasang suami-istri di Stockholm, wanita itu berkata, ’Suara Anda begitu mirip dengan yang kami dengar. Pasti karena Anda telah sering mendengarkannya.’”
Pada mulanya, gramafon portabel cukup besar dan berat. Akan tetapi, tidak lama kemudian tersedia bentuk yang kecil, dapat dilipat dan dibawa dalam tas kantor. Alat ini dirancang dengan begitu cerdik sehingga piringannya jauh lebih besar daripada gramafonnya. Ketika penyiar menanyakan penghuni rumah apakah ia boleh memutar rekaman khotbah Alkitab, penghuni rumah sering menjawab, ”Saya tidak punya gramafon.” Dengan cepat penyiar itu mengeluarkan gramafon kecilnya. Biasanya rasa ingin tahu penghuni rumah akan menyebabkan penyiar diundang masuk. Ada yang bahkan bertanya apakah gramafon itu dijual. Dengan demikian banyak orang yang sebenarnya tidak mau mendengarkan, memberi perhatian juga.
Gramafon sering membantu saudara-saudara merasa lebih berani dalam dinas. Seorang saudara bercerita, ”Saya tiba di sebuah ladang yang pemiliknya sedang mengadakan pesta untuk merayakan pembaptisan seorang anak. Saya bertanya kepada tuan rumah apakah saya boleh memutar khotbah Alkitab yang telah direkam. Karena tuan rumah berpikir hal itu akan menambah suasana religius pada pesta, terutama karena sang pendeta hadir di situ, semua tamu dikumpulkan. Mereka semua mendengarkan dengan penuh perhatian, termasuk sang pendeta, yang segera sesudah itu pergi dengan terburu-buru, sehingga membuat semua orang heran. Saya menjawab banyak pertanyaan. Beberapa tamu mengambil publikasi juga.”
”Harun 3”—Perlengkapan Pengeras Suara
Kantor cabang membuat perlengkapan pengeras suara khusus dengan menghubungkan gramafon dengan suatu sistem pengeras suara yang dapat ditempatkan di atas gandengan sepeda. Dengan demikian rekaman khotbah dapat terdengar di seluruh lingkungan perumahan. Pertama-tama, musik pengantar diperdengarkan untuk menggugah minat, agar orang-orang membuka pintu dan jendela mereka untuk mendengarkan. Setelah khotbah selesai, saudara-saudara mengunjungi rumah-rumah itu, menjawab pertanyaan dan menawarkan publikasi.
Seorang saudara yang bergairah ingin agar para tetangganya mendengarkan suatu khotbah sambil mencabut kentang di ladang. Ia menaruh pengeras suara tinggi di atas pohon cemara dan menghidupkan gramafon. Ketika suara yang keras dan jelas memenuhi udara, orang-orang berhenti bekerja dan mendengarkan dengan mulut ternganga, menatap ke langit, mengira bahwa itu adalah pesan dari surga!
Pada bagian akhir tahun 1940-an, penggunaan gramafon dihentikan. Sejak 1938 hingga 1943, kira-kira 1.200 gramafon telah digunakan dan satu setengah juta orang telah mendengarkan rekaman khotbah-khotbah. Selama periode ini, jumlah penyiar meningkat dari 1.427 menjadi 2.571.
Mengapa gramafon tidak lagi digunakan? Karena suatu cara yang jauh lebih jitu untuk menyebarkan kabar baik muncul—pengabaran dan pengajaran oleh para rohaniwan itu sendiri. Bagaimana ini dapat dilakukan di antara orang-orang Swedia yang pendiam?
”Harun 4”—Sekolah Pelayanan Teokratis
Apa salah satu faktor terpenting yang mendukung kemajuan pekerjaan Kerajaan di Swedia? Sekolah Pelayanan Teokratis yang memberi para Saksi pelatihan yang sangat baik.
Pada tahun 1944, satu tahun setelah sekolah tersebut dimulai di Amerika Serikat, sekolah itu dimulai di semua sidang di Swedia. Pada mulanya hanya saudara-saudara pria yang didaftarkan. Seorang saudara ditunjuk oleh Lembaga sebagai instruktur. Pentingnya hadir secara tetap tentu ditekankan dengan memanggil nama para hadirin (atau absensi) pada waktu setiap memulai perhimpunan, suatu prosedur yang belakangan ditiadakan.
Bagi banyak peserta, sekolah itu menuntut kerja keras dan pemeriksaan diri dan hati nurani. Seorang saudara mengenang kembali, ”Bahkan sebelum perhimpunan, saudara-saudara yang telah dijadwalkan akan memberikan khotbah latihan malam itu dapat mudah dikenali. Mereka biasanya kelihatan pucat dan berjalan mondar-mandir seolah-olah pusing.” Di salah satu sidang instruktur bertanya kepada hadirin, ”Apa yang pertama-tama saudara lakukan bila mendapat penugasan untuk berkhotbah?” Salah seorang saudara menjawab, ”Saya mulai gemetar karena takut.”
Seorang pengawas distrik melaporkan, ”Banyak peserta melatih khotbah mereka berulang kali di suatu tempat tertutup di rumah mereka. Seorang saudara, yang di tengah-tengah khotbah lupa apa yang akan ia sampaikan, berhenti berbicara, menatap hadirinnya sejenak, kemudian berkata, ’Maaf, ternyata ini tidak sebaik yang diinginkan.’ Setelah berhasil mengatasi rasa canggungnya, ia berkata, ’Akan tetapi, saudara-saudara seharusnya mendengar betapa baik persembahan saya pada waktu di gudang!’”
Seorang pengawas wilayah mengingat, ”Beberapa saudara benar-benar harus berjuang keras untuk mengatasi kegugupan mereka. Seorang saudara ditugaskan memberikan khotbah latihannya yang pertama. Selama perhimpunan berjalan, seraya ia menunggu gilirannya dengan gelisah, ia harus pergi ke luar beberapa kali. Ketika akhirnya berada di mimbar, kata pengantarnya yang mengejutkan adalah, ”Saya telah tiga kali pergi ke luar untuk muntah.”
Seorang saudara lainnya mengingat, ”Salah satu peserta pertama di sidang kami, seorang yang jangkung dan tampan, telah mempersiapkan khotbahnya sedemikian baik sampai ia hafal. Ia penuh keyakinan diri. Namun ketika saatnya tiba, ia menjadi sangat gugup, dan tidak dapat bicara sama sekali. Selang waktu yang rasanya lama sekali, tiba-tiba ia menyapa hadirin dengan mengatakan Halo! Kata ini seolah-olah melancarkan lidahnya. Ia mendapatkan kembali kesanggupan berbicaranya dan ternyata dapat memberikan khotbah latihan yang sangat baik.”
Hasil yang Sangat Baik
Sekolah Pelayanan Teokratis tidak hanya menghasilkan pembicara umum yang baik tetapi juga guru-guru yang baik, sanggup berbicara dengan orang-orang di depan pintu dan di rumah-rumah. Ketika saudari-saudari diundang untuk ambil bagian dalam pelatihan ini, mereka juga membuat kemajuan yang sangat besar sebagai pemberita Kerajaan.
Berkat sekolah ini, kaum muda di Swedia juga telah membuat kemajuan yang baik. Ini menggerakkan banyak remaja lelaki dan perempuan untuk aktif sepenuhnya dalam pekerjaan Kerajaan. Seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun bertanya kepada pengawas sekolah apakah ia boleh mendaftarkan diri. Sang pengawas bertanya, ”Mengapa?” Anak ini segera menjawab, ”Kita tidak dapat menyia-nyiakan hidup kita begitu saja!”
Berbaris di Jalan-Jalan
Saudara-saudara di Swedia dengan bergairah melayani Yehuwa dengan segala cara yang dianjurkan oleh organisasi-Nya. Sebagai contoh, selama tahun 1940-an dan awal 1950-an, ketika mereka mengetahui bahwa saudara-saudara di Amerika Serikat dan Inggris menggunakan sandwich board (dua papan advertensi, satu diletakkan di depan tubuh, satunya di belakang) dan poster-poster, berbaris untuk mengumumkan khotbah umum pada kebaktian-kebaktian, penyelenggaraan serupa dengan bergairah dibuat juga di Swedia.
Jack Pramberg, yang melayani sebagai pengawas distrik pada waktu itu dan mengatur banyak barisan demikian, mengingat, ”Pada musim dingin, di bagian utara Swedia, hari sudah menjadi gelap segera setelah tengah hari, jadi kami menggunakan obor untuk menambah keampuhan advertensi kami. Pada salah satu peristiwa ini, judul khotbah umum adalah ’Satu-Satunya Terang’. Seraya pawai obor mengelilingi kota, tiba-tiba listrik padam. Seluruh kota menjadi gelap gulita. Akan tetapi, obor-obor kami tetap menyala, memberikan penerangan pada poster-poster kami yang dapat dibaca oleh orang-orang, ’Satu-Satunya Terang.’”
Sven-Eric Larsson, seorang pengawas keliling mengingat, ”Kadang-kadang saudara-saudara membawa poster-poster besar di atas tiang-tiang, melewati jalan-jalan, mengumumkan khotbah umum pada kebaktian. Pada tahun 1948, dua pemuda, hanya karena rasa ingin tahu menghadiri kebaktian di Örebro. Mereka belum memutuskan untuk menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Setelah suatu acara selesai, tanpa mengetahui siapa mereka, saya langsung menyerahkan poster kepada mereka dan memberi tahu ke mana mereka harus berbaris. Dengan ragu-ragu, mereka mengambilnya dan berbaris keliling pusat kota. Salah seorang dari mereka, Lars Lindström, hingga kini telah menjadi penatua sidang selama bertahun-tahun; dan yang lainnya, Rolf Svensson, melayani sebagai pengawas distrik.”
Kenetralan Kristen Dipertaruhkan
Meskipun Swedia telah berupaya keras memelihara kenetralan politik, pertahanan yang kuat dengan dinas wajib militer tetap diadakan. Karena itu, integritas saudara-saudara terhadap kenetralan Kristen mereka diuji. Sebelum Perang Dunia II, saudara-saudara biasanya menggantikannya dengan dinas wajib sipil, bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran atau penebang kayu, menggali lokasi-lokasi arkeologi, dan melakukan beragam pelayanan umum lainnya. Kemudian, ketika Perang Dunia II berlangsung, mereka menyadari bahwa mereka sebenarnya digolongkan sebagai tentara, langsung di bawah pengawasan kalangan berwenang militer. Maka, mereka menolak dinas seperti itu.
Mereka harus berulang kali menjalani masa tahanan di penjara, dimulai dengan vonis satu bulan untuk penolakan yang pertama. Segera setelah mereka dibebaskan, mereka akan dipanggil kembali untuk dinas militer dan akan dikirim kembali ke penjara untuk masa penahanan berikutnya, sekarang selama dua bulan. Setelah keluar lagi, mereka harus menghadapi prosedur yang sama ini, empat, lima, enam kali atau lebih, dan setiap kali biasanya satu bulan ditambahkan atas vonis sebelumnya. Selama bertahun-tahun, ratusan saudara dipenjarakan dan mencapai jumlah seluruhnya hampir seribu tahun. Werner Johansson, seorang perintis pada waktu itu, divonis selama 12 bulan—dalam kurun waktu 13 tahun. Ia berkata:
”Dipanggil berulang kali dan harus menjalani prosedur persidangan yang satu ke yang lain serta masuk keluar penjara yang berbeda seperti itu cukup berat. Saya memiliki tanggung jawab keluarga. Akan tetapi, kasih dan anjuran yang kami terima dari saudara-saudara dan saudari-saudari benar-benar bantuan yang menakjubkan. Bagaimanapun, itu masa yang mendebarkan, dan banyak kesempatan terbuka untuk memberi kesaksian kepada segala macam orang yang terlibat.”
Kadang-kadang saudara-saudara dicaci maki dan dimarahi oleh para jaksa penuntut dan hakim. Seorang perintis, Erik V. Johansson, masih ingat persidangannya yang pertama, ”Jaksa penuntut dan hakim mengatakan bahwa mereka akan mempersulit saya jika saya tidak melakukan kewajiban saya. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya siap menderita seperti Daniel ketika ia dilemparkan ke kandang singa. Kemudian jaksa penuntut berkata, ’Akan menarik jika kita dapat melemparkan Johansson ke kandang singa dan melihat seberapa nilai imannya.’ Pada hari berikutnya, ketika saya bertemu dengan sang hakim, ia memegang saya dengan kasar dan berkata, ’Bajingan kau, seharusnya kau ditembak, dan memang kemungkinan kau akan ditembak.’” Akan tetapi, itu masih belum terjadi. Saudara Johansson, sekarang berusia lebih dari 80 tahun, masih hidup dan maju dalam dinas sepenuh waktu.
Kalangan Berwenang Mencoba Tindakan Terakhir
Menjadi semakin jelas bagi kalangan berwenang bahwa hukuman pemenjaraan tidak dapat mematahkan integritas dari pria-pria muda ini. ”Para hakim dan jaksa penuntut telah mengambil bagian dalam suatu permainan yang membuat mereka merasa diri sebagai lawan yang tak berdaya,” demikian komentar mantan anggota parlemen Swedia mengenai perlakuan atas para Saksi.
Menjelang akhir perang, kalangan berwenang setelah berpikir dengan sungguh-sungguh, membuat upaya terakhir untuk mengubah keadaan. Tiba-tiba, mereka memerintahkan pemeriksaan mental atas ke-126 Saksi-Saksi Yehuwa yang menolak melakukan wajib kerja. Apabila mereka dinyatakan tidak waras, pengadilan akan menangani mereka dengan cara yang berbeda. Laporan kantor cabang perihal ini berbunyi:
”Pemeriksaan dilakukan di tiga kota yang berbeda, dan setiap orang yang diperiksa diinterogasi selama lima sampai enam hari oleh seorang pendeta dan dua dokter. Saudara-saudara yang diharuskan menjalani hal ini sepakat bahwa ini merupakan pengalaman yang sangat menganjurkan, kesempatan yang baik sekali untuk memberikan kesaksian. Para pendeta yang melakukan pemeriksaan ini begitu bingung dan gugup sehingga bahkan para dokter merasa dihibur karena lucu, dan para dokter sendiri mengakui bahwa saksi-saksi Yehuwa, secara umum adalah orang-orang yang cerdas dengan keyakinan yang kuat dan standar moral yang tinggi.”
Problem yang Semakin Besar
Pemeriksaan mental yang dilakukan atas para Saksi tidak lama kemudian dihentikan karena dianggap sia-sia. Akan tetapi, banyak hakim, jaksa, kepala penjara, penjaga tahanan, dan bahkan pendeta penjara merasa semakin bingung. Seorang jaksa pernah dikutip berkata kepada parlemen:
”Meskipun saya seorang jaksa, dalam kasus ini saya tidak setuju dengan ancaman penghukuman. . . . Apakah pada tahun 1958 ini, kita masih harus dibebani dengan kasus-kasus yang benar-benar seperti sisa-sisa pengadilan atas tukang sihir, atas orang-orang yang, kecuali kepercayaannya, adalah orang-orang yang sama sekali tidak bersalah? Sungguh menakutkan bahwa mereka harus dicampur dengan penjahat-penjahat yang menghuni penjara-penjara kita. Saya harus mengakui bahwa satu-satunya yang membuat saya malu akan profesi saya sebagai jaksa adalah bila saya dipaksa untuk menuntut agar orang-orang demikian dijatuhi hukuman penjara.”
Penjara para Tahanan
Seraya semakin banyak pria muda memeluk kebenaran, semakin banyak yang dijebloskan ke dalam penjara. Penjara-penjara penuh dengan orang-orang jahat, dan pembiayaan penjara juga menjadi tinggi. Karena saudara-saudara kita harus dipaksakan masuk ke sana ke mari untuk menjalani masa tahanan mereka, Lembaga Pemasyarakatan mengambil langkah yang tak lazim yaitu mencoba agar Saksi-Saksi Yehuwa mengurus penjara mereka sendiri.
Pembangunan dilakukan oleh semua narapidana, yaitu Saksi-Saksi Yehuwa. Selama 12 jam sehari mereka ditinggalkan sendirian tanpa diawasi penjaga penjara. Dari waktu ke waktu seorang petugas datang membawa makanan dan bahan yang dibutuhkan untuk bekerja. Kadang-kadang, seorang petugas menunjuk dua saudara sebagai penjaga, jadi narapidana menjaga narapidana. Setiap hari minggu, mereka boleh mengadakan semua perhimpunan dan menerima tamu sepanjang hari. Kesaksian dilakukan melalui surat. ”Penjara para tahanan” ini dilaporkan dalam mass media sebagai suatu eksperimen yang menggelikan. Akan tetapi, saudara-saudara mengurusnya dengan baik sekali. Tidak pernah ada yang lari atau berupaya melarikan diri!
Perbaikan Mulai Kelihatan
Lambat laun, para anggota parlemen dan pejabat pemerintahan lainnya melihat perlunya mengubah kebijaksanaan. Pada waktu pejabat-pejabat dihubungi oleh saudara-saudara dan simpatisan lain yang memohon perbaikan, perhatian diarahkan pada situasi ini.
Seorang saudara yang melakukan pekerjaan mengecat rumah seorang anggota pemerintahan, mengemukakan hal itu kepadanya. Belakangan, orang ini meminta bantuan saudara tersebut untuk menghitung biaya yang harus dipikul Negara untuk memelihara para Saksi dalam penjara. Terkejut dengan hasilnya, ia berjanji akan menunjukkan angka-angka ini kepada rekan-rekannya. Juga di Stockholm, seorang penjahit memiliki beberapa pelanggan anggota parlemen, dan ia sering mengingatkan mereka akan situasinya, mendesak mereka agar berbuat sesuatu untuk memperbaiki masalah tersebut.
Pada bulan Januari 1964, menteri pertahanan membentuk suatu komite untuk mengusulkan perubahan undang-undang. Dua orang wakil dari kantor cabang Lembaga dipanggil oleh komite untuk mengusulkan wajib kerja alternatif. Akan tetapi, bukannya mengikuti saran untuk membebaskan kami dari segala bentuk dinas, komite tersebut mengusulkan hal berikut, sesuai dengan laporan resmi mereka, ”Karena itu, komite berpendapat bahwa secara serius hendaknya dipertimbangkan untuk . . . sementara menyatakan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai tidak memenuhi syarat, sesuai dengan peraturan yang diterapkan kepada orang-orang yang alkoholis atau asosial.”
Kaum Pendeta di Pihak Kita Kali Ini
Menyamakan kami dengan ”orang-orang yang alkoholis atau asosial” menimbulkan kemarahan orang-orang, karena Saksi-Saksi Yehuwa dikenal sebagai warga yang sopan dan patuh kepada hukum. Bahkan kalangan berwenang gereja mengajukan protes. Sebuah surat kabar mengutip dari suatu pasal dalam surat keuskupan Härnösand yang berbunyi:
”Dengan tepat, komite memandang penyelesaian untuk memasukkan [para Saksi] ke dalam penjara oleh karena keyakinan mereka, sebagai penyelesaian yang tidak memuaskan. Akan tetapi, karena penanganan bagian ini dari problem tersebut berakhir dengan usul untuk menyamakan pria-pria muda yang tergabung sebagai Saksi-Saksi Yehuwa dengan orang-orang asosial dan alkoholis, maka komite tersebut gagal menganalisis fakta dari kasus ini, dan gagal menunjukkan respek terhadap martabat manusia.” Penggolongan ini mengingatkan kita kepada Yesus, yang secara salah digolongkan bersama orang-orang demikian.—Mat. 11:19.
Keputusan Akhir
Pada tanggal 25 Mei 1966, parlemen memutuskan bahwa pemeriksaan terpisah harus diadakan untuk setiap kasus penolakan wajib militer oleh seorang Saksi karena alasan keyakinan. Dari pemeriksaan ini, pemerintah akan memutuskan tidak memanggilnya untuk dinas militer pada waktu itu. Kemenangan ini, setelah bertekun selama bertahun-tahun diterima dengan sukacita yang sangat besar. Sekarang saudara-saudara dapat terus memberitakan kabar baik tanpa diganggu.
Sebuah telegram dikirim ke kantor pusat Lembaga di Brooklyn A.S. Sepasang suami istri Swedia yang sedang menghadiri kebaktian besar di Baltimore pada waktu itu, sangat gembira ketika mendengar Saudara F. W. Franz, wakil presiden Lembaga pada waktu itu, membacakan telegram itu kepada para hadirin. Mereka mengingat, ”Ia memuji kalangan berwenang Swedia dan menyebutnya sebagai negara teladan.”
Model Swedia
Prosedur yang digariskan oleh pemerintah Swedia disebut model Swedia oleh kalangan berwenang di negeri-negeri lain, yang menggunakannya sebagai referensi pada waktu berupaya mengatasi hal serupa. Apa sebenarnya prosedur itu?
Setiap orang yang dipanggil harus mendapatkan sertifikat dari para penatua sidangnya, menyatakan bahwa ia sudah dibaptis sebagai Saksi-Saksi Yehuwa dan menjadi penyiar tetap tentu yang bergabung dengan sidang. Kantor cabang Lembaga meneguhkan bahwa tanda tangan yang tertera adalah dari para penatua terlantik. Pribadi yang dipanggil akan menyerahkan sertifikat ini dan sepucuk surat pribadi yang memohon kepada panitia pengurus wajib militer untuk dibebaskan dari dinas wajib militer, yang akan memberinya dispensasi untuk sementara waktu. Prosedur yang serupa telah diterapkan atas beberapa saudari yang dipanggil untuk melakukan tugas pertahanan sipil.
Upaya Baru untuk Mencari Kompromi
Setelah keputusan ini dibuat oleh parlemen, upaya dilakukan agar kami menggantikan wajib militer dengan wajib kerja. Pada awal tahun 1970-an, sebuah komite pemerintahan dibentuk untuk meninjau kembali penanganan penolakan wajib militer karena alasan keyakinan. Supaya seragam, kalangan berwenang menghendaki agar Saksi-Saksi Yehuwa bekerja dengan persyaratan yang sama dengan kelompok-kelompok agama lainnya dan melakukan wajib kerja sebagai pengganti.
Wakil-wakil dari kantor cabang menghadap komite, menjelaskan bahwa Saksi-Saksi tidak dapat menerima pengganti apa pun untuk dinas militer, tidak soal betapa terpuji pekerjaan itu. Mereka menunjukkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa telah melakukan suatu bentuk pekerjaan sosial melalui pelayanan mereka dari rumah ke rumah, membantu orang-orang membereskan kehidupan mereka dan menjadi warga yang sopan serta patuh kepada hukum. Kemudian salah satu anggota komite muncul dengan gagasan yang benar-benar mengejutkan.
Ia bertanya apakah kami setuju melakukan pelayanan dari rumah ke rumah sepenuh waktu di dalam sidang kami sendiri untuk suatu waktu tertentu—yang sama panjangnya dengan wajib kerja—dan melaporkan ini kepada kalangan berwenang pemerintah sebagai gantinya. Saudara-saudara menjelaskan bahwa dinas kita kepada Allah tidak boleh bersifat paksaan atau menjadi urusan Negara. Akhirnya, komite menyarankan untuk tetap memberlakukan keputusan tahun 1966, dengan menutup laporan terakhirnya, ”Menurut pendapat komite, pada saat ini, tidak ada kelompok agama lain di negeri kita yang dapat disamakan dengan Saksi-Saksi Yehuwa.”
Meninggalkan Gereja dalam Jumlah Ribuan
Saksi-Saksi di Swedia tidak hanya dengan teguh memelihara kenetralan mereka dalam urusan politik, tetapi juga dengan loyal mematuhi perintah di Wahyu 18:4 untuk keluar dari Babel Besar, imperium agama palsu sedunia. Sehubungan dengan ini, tanggal 1 Januari 1952 merupakan tanggal yang tidak akan terlupakan. Suatu undang-undang baru mengenai kebebasan beragama mulai diberlakukan, yaitu yang memberikan kebebasan kepada semua warga Swedia untuk meninggalkan Gereja Negara tanpa harus bergabung dengan badan agama lain yang diakui oleh pemerintah.
Prosedurnya hanya mengisi suatu formulir atau menulis di atas selembar kertas, keinginan untuk mengundurkan diri dari keanggotaan gereja, meminta seseorang menjadi saksi penandatanganan dokumen itu, dan meninggalkan dokumen tersebut di kantor pendeta gereja yang akan mencatat pengunduran diri itu, tanpa keberatan, pertanyaan atau pembahasan lebih lanjut.
Orang-orang Swedia pada umumnya tidak memanfaatkan kesempatan ini, terutama karena ketidakpedulian. Akan tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa, segera menyampaikan formulir mereka kepada gereja. Keseluruh 5.000 Saksi pada waktu itu mengundurkan diri secara serentak. Banyak pendeta terkejut dan tidak dapat menahan diri untuk bertanya. Beberapa bulan kemudian kantor cabang melaporkan:
”Kunjungan mereka ke kantor-kantor pendeta paroki gereja sehubungan dengan persoalan ini memberi para saksi banyak kesempatan baik untuk memberikan kesaksian perihal Kerajaan. Beberapa pendeta ada yang mengambil publikasi dan bahkan menghadiri pengajaran sebagai hasil dari wawancara-wawancara, untuk mengetahui lebih banyak mengenai kepercayaan kita. Risalah-risalah Alkitab yang terbit dalam bahasa Swedia tepat pada waktu itu menjadi sangat praktis sehubungan dengan hal ini. Seorang pendeta menjadi begitu berminat sehingga saudari tua yang merupakan satu-satunya Saksi di desa tersebut, sejak itu telah mengadakan pengajaran mingguan dengannya menggunakan buku ’Karena Allah itu Benar Adanya’; dan ia mengatakan kepada seorang saudara perintis yang berkunjung bahwa ia senang saudari itu secara tetap tentu mengunjunginya dan membuatnya terus belajar.”
Radio Bukan untuk Saksi-Saksi Yehuwa
Di Swedia, radio menjadi monopoli Negara sejak awal penyiaran. Monopoli itu berarti bahwa suatu dewan, yang mewakili Negara, sepenuhnya mengendalikan penyiaran radio (dan sekarang TV juga). Karena Swedia adalah negara yang dijalankan secara demokratis, yang diskriminasi agama dianggap pelanggaran hukum, kami berupaya mendapatkan waktu penyiaran.
Pada tahun 1953 seorang pastor memberikan ceramah 30 menit di radio untuk ”membuka kedok” Saksi-Saksi Yehuwa, tanpa memberi kami kesempatan memberikan komentar. Setelah itu dua saudara dikirim kepada kepala bagian acara-acara rohani, seorang pendeta Gereja Negara, untuk meminta izin menyiarkan acara jawaban. Salah seorang dari saudara-saudara itu mengenang kembali:
”Ia dengan kasar berkata kepada kami, ’Saksi-Saksi Yehuwa tidak akan pernah diizinkan melakukan siaran di Radio Swedia. Kami tidak menganggap kalian sebagai orang Kristiani.’ ’Mengapa tidak?’ kami bertanya. ’Kalian tidak percaya kepada Tritunggal. Itulah sebabnya! Juga, saya telah mendengar bahwa kalian mengutip Alkitab secara keliru dalam publikasi kalian.’ ’Ada contoh?’ kami bertanya. ’Saya memiliki salah satu buku kalian di rak buku saya ini. Saya akan tunjukkan.’ Ia mengeluarkan terbitan bahasa Inggris ’Make Sure of All Things’ (sebuah buku yang penuh dengan kutipan Alkitab) dan sebuah Alkitab bahasa Inggris. Ia mulai membandingkan ayat-ayat, kata demi kata, terus selama beberapa menit. Setelah tidak menemukan penyimpangan apa pun ia berdiri dan berkata, ’Pokoknya, hanya orang Kristiani yang diperbolehkan melakukan siaran,’ dan meminta kami pergi.”
Upaya untuk ”Membuka Kedok” Berbalik Arah
Pada bulan Oktober 1976 seorang pejabat Radio Swedia mengundang kami untuk ambil bagian dalam suatu acara tiga bagian yang, menurut dia, akan memberikan keterangan kepada banyak orang mengenai kita. Kami setuju setelah dijanjikan bahwa kami akan diperlakukan dengan tidak berat sebelah. Acara itu akan didasarkan atas bagian-bagian dari perhimpunan kita yang sudah direkam dan atas wawancara.
Sewaktu membuat rekaman, menjadi jelas bagi saudara-saudara bahwa acara-acara itu dimaksudkan untuk menyerang Saksi-Saksi. Saudara-saudara yang diwawancarai dihujani pertanyaan-pertanyaan yang menusuk dan provokatif. Akan tetapi, mereka menjawab dengan tenang dan berdasarkan fakta. Pita-pita rekaman itu kemudian diedit oleh para petugas agar acara memberikan kesan seburuk mungkin.
Setelah penyiaran, kantor cabang menerima banyak surat dan telepon dari para pendengar di seluruh negeri, mengomentari bahwa mereka melihat perbedaan antara Saksi-Saksi dengan para penyerang mereka, dan bahwa nada kebenaran terdengar secara nyaring. Secara kebetulan, pada bulan November 1976, bulan setelah penyiaran tersebut, kami mencatat puncak baru sejumlah 16.693 penyiar kabar baik di Swedia! Kami menyadari betapa benar ayat, ”Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil.”—Yes. 54:17.
Kebutuhan akan Kantor Cabang Baru
Selama tahun 1940-an, jumlah penyiar sudah lebih dari dua kali lipat, dari 1.726 pada tahun 1940 menjadi 3.702 pada tahun 1949. Sebuah laporan pada tahun 1949 mengumumkan prospek untuk pertambahan lebih lanjut, ”Dari hampir setiap kelompok, hamba-hamba wilayah melaporkan adanya lebih banyak minat di lapangan daripada yang dapat ditangani oleh penyiar-penyiar setempat.”
Mereka juga perlu mencetak majalah sendiri. Pada tahun 1950 gabungan peredaran kedua majalah itu telah mencapai 123.000 eksemplar setiap bulan. Pencetakan masih tetap dilakukan oleh perusahaan komersial. Kantor cabang hanya memiliki cukup ruangan di bawah tanah untuk mesin cetak kecil Diegel yang diisi secara manual dan suatu job press untuk mencetak hal-hal kecil. Jadi fasilitas yang lebih luas sangat dibutuhkan. Pencarian akan suatu tempat baru yang cocok dimulai.
Tindakan yang Teguh
Lennart Thunberg, seorang arsitek, mengenang kembali, ”Kami menemukan beberapa tempat yang menarik di pusat kota Stockholm. Tambahan pula, masyarakat di Jakobsberg, kira-kira 20 kilometer sebelah barat laut dari kota, menawarkan dua bidang tanah yang bersebelahan dengan kami. Akan tetapi, kami tidak pernah membayangkan untuk tinggal di luar kota setelah 25 tahun berada tepat di pusat kota.
”Kami membahas persoalan ini dengan Saudara Knorr, presiden Lembaga pada waktu itu, ketika ia berkunjung ke Swedia pada tahun 1951. Saudara Eneroth dan saya merekomendasikan beberapa tempat di pusat kota. Namun Saudara Knorr, yang sedang memikirkan kemungkinan lain, bertanya mengenai tempat di luar Stockholm. Kami bergumam mengenai tanah di Jakobsberg. ’Beli saja tanah-tanah itu!’ katanya dengan teguh.
”Persis ketika kebaktian nasional di Eriksdalshallen di Stockholm sedang berlangsung, Saudara Knorr ingin agar kontrak segera ditandatangani sehingga dapat diumumkan. Saya segera pergi ke Jakobsberg, dan setelah beberapa jam mencari, menemukan para pemilik kedua bidang tanah tersebut, meminta mereka menandatangani kontrak, lari kembali ke kebaktian, dan memberi tahu Saudara Knorr, yang dengan yakin mengumumkan proyek itu kepada para utusan yang bersukacita dan bergairah.”
Tidak lama kemudian pekerjaan pembangunan sepenuhnya berlangsung. Saudara Thunberg melanjutkan, ”Saudara-saudara dari seluruh Swedia mendukung kami dengan mengirim berkarung-karung kentang, daging sapi yang baru dipotong, buah-buahan, buah berry dan banyak persediaan makanan lain. Secara keuangan semuanya juga berjalan baik. Perusahaan yang membeli tempat yang lama membayar tunai. Bank yang selama bertahun-tahun telah digunakan oleh Lembaga memberi kami kredit tanpa jaminan karena nama baik dari Lembaga. Banyak saudara juga meminjamkan uang kepada cabang dan menyumbang dengan sangat murah hati. Seorang saudari bahkan menjual perusahaannya agar dapat menyumbang.”
Pada tanggal 31 Maret 1954 merupakan hari bersejarah karena Rumah Betel yang baru, dibuka di Jakobsberg. Keluarga kantor cabang pindah dari daerah yang sempit seluas 900 meter persegi ke fasilitas baru seluas 3.600 meter persegi, dengan ruangan yang luas untuk alat percetakan modern. Mulai dengan terbitan 15 dan 8 juli 1954, mereka mencetak sendiri majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! Ternyata fasilitas ini akan melayani kepentingan Kerajaan di Swedia selama 26 tahun.
Daerah Penugasan Asing Terbentuk
Setelah Perang Dunia II, suatu daerah penugasan baru, terbentuk. Para pekerja tamu serta keluarga mereka dari berbagai negara, terutama dari Finlandia dan Eropa Selatan, mengalir masuk dan menetap di Swedia. Ribuan pengungsi dari seluruh dunia juga bergabung dengan masyarakat Swedia. Maka, penduduk baru yang terdiri dari ratusan ribu orang asing dan berbicara kira-kira seratus bahasa, siap menerima kabar baik.
Pertama-tama, para penyiar diberi tahu untuk mencoba mencari tahu kebangsaan penghuni rumah dan mencari publikasi dalam bahasa mereka untuk ditempatkan. Mereka yang menunjukkan minat lambat laun akan digabungkan dengan sidang-sidang berbahasa Swedia. Dalam praktiknya ini tidak berjalan dengan lancar. Karena banyak orang asing ragu-ragu datang ke sidang-sidang, hanya sedikit kemajuan tercapai.
Pada tahun 1970 terjadi perubahan. Selama kunjungan zonanya, Saudara Milton Henschel, dari kantor pusat Brooklyn, menyarankan agar saudara-saudara yang berbahasa asing ini diorganisasi menjadi kelompok-kelompok dan sidang-sidang dalam bahasa mereka sendiri. Ia mengatakan bahwa seseorang akan bertumbuh lebih cepat secara rohani dan mendapat pengertian yang lebih dalam akan kebenaran bila ia mempelajarinya dalam bahasa yang paling ia pahami.
Sidang Berbahasa Asing
Pada bulan Desember tahun yang sama, sidang berbahasa asing pertama, Sidang bahasa Finlandia Göteborg, dibentuk. Tidak lama kemudian satu lagi menyusul di Stockholm. Seorang pengawas wilayah yang membantu pembentukan sidang ini melaporkan:
”Saudara-saudara Finlandia benar-benar penuh semangat dan sukacita. Dari segala penjuru, saudara-saudara dan saudari-saudari berbahasa Finlandia muncul, dan dalam sekejap bertumbuh menjadi sebuah sidang yang besar dan bersemangat. Halnya seolah-olah hujan yang hangat telah jatuh ke atas tanah kering.” Lebih banyak sidang berbahasa Finlandia bermunculan, sampai pada tahun 1990, ada 33 sidang dan 12 kelompok. Mereka diorganisasi menjadi tiga wilayah, yang mencakup lebih dari 1.700 penyiar dan 119 perintis.
Tidak lama kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan kelompok-kelompok bahasa lain. Pada tahun 1971 seorang pengawas wilayah mengadakan pertemuan bagi orang-orang berbahasa Spanyol di Stockholm untuk ”menguji adanya minat”. Lima puluh enam orang datang. Apa yang terjadi sejak itu? Lars-Erik Eriksson di kantor cabang, yang membantu pengorganisasian pekerjaan di daerah berbahasa asing, melaporkan, ”Kita sekarang memiliki tujuh sidang berbahasa Spanyol ditambah tujuh kelompok. Di samping sidang dan kelompok berbahasa Finlandia dan Spanyol, ada satu sidang berbahasa Italia, empat Yugoslavia, tiga Yunani, dan tiga Inggris, ditambah kelompok-kelompok yang mengadakan pertemuan menggunakan bahasa Yugoslavia, Yunani, Inggris, Arab dan Turki. Rencana untuk mengorganisasi sidang berbahasa Inggris yang keempat, tiga kelompok berbahasa Polandia, dan satu kelompok berbahasa Perancis juga sedang dibuat. Jadi, lebih dari 2.700 orang telah ditemui di daerah penugasan berbahasa asing ini dan dipersatukan dalam 50 sidang serta 28 kelompok.”
Lapar akan Kebenaran
Pengalaman-pengalaman berikut menunjukkan betapa besar berkat dari pekerjaan di antara penduduk imigran, bagi banyak orang. Celo Pertot, seorang keturunan Italia, yang selama bertahun-tahun telah bekerja bersama sidang-sidang berbahasa asing, bercerita:
”Seorang saudari Swedia meminta saya membantu dia mengunjungi beberapa keluarga Italia. Saya ragu-ragu karena saya sudah pernah ke sana, dan mereka kelihatannya sama sekali tidak berminat. Dengan enggan saya ikut. Kami bertemu dengan seorang wanita yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Pada waktu saudari itu memperkenalkan kami dalam bahasa Swedia, wanita itu mulai menutup pintu. Dengan cepat saya berkata dalam bahasa Italia, ’Kami berbicara mengenai harapan yang diberikan Kerajaan Allah kepada kita.’ Ia mulai mendengarkan. Ketika kami mengunjungi dia lagi, ia berkata, ’Persis sebelum kunjungan kalian, saya berniat bunuh diri. Saya berdoa kepada Allah, ”Jika Engkau ada, mengapa saya kehilangan iman kepada-Mu, dan mengapa saya merasa hidup ini begitu tanpa arti?”’ Maka, melalui pengajaran Alkitab di rumah, ia menemukan arti yang sebenarnya dari kehidupan. Selama bertahun-tahun hingga sekarang, ia telah melayani sebagai perintis, sangat rajin dan penuh gairah hidup.”
Seorang wanita, sebelum pindah ke Swedia, untuk beberapa lama telah belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa di Chili dan diberi tahu agar mencari para Saksi begitu ia tiba. Ia mencoba tetapi tidak berhasil. Pada suatu hari ia kebetulan membuka-buka buku catatan telepon temannya dan mendapati buku itu begitu berantakan sehingga ia mulai merapikannya. Kemudian coba terka apa yang ia temukan! Nama seorang wanita yang ditulis dengan tergesa-gesa, dua kali dalam satu halaman, diikuti catatan, ”estudio de la Biblia” (pengajaran Alkitab). ”Ini pasti seorang Saksi,” pikirnya, dan dengan bersemangat ia menelepon nomor itu. Ternyata memang seorang Saksi! Pada malam yang sama itu ia menghadiri kelompok pelajaran buku sidang dalam bahasa Spanyol. Sekarang ia seorang penyiar yang sudah dibaptis dan berbahagia.
Salah seorang pengawas keliling bertemu dengan seorang wanita Spanyol di depan pintu. Karena ia dapat berbahasa Spanyol, ia mengundang wanita itu untuk bercakap-cakap dan mulai memberi kesaksian kepadanya. Wanita itu begitu asyik bercakap-cakap sehingga melupakan telepon yang ia tinggalkan dalam keadaan menunggu. Suaminya, yang berada di telepon itu menunggu dengan perasaan sebal yang semakin menjadi. Telepon itu tertahan olehnya, padahal bosnya ingin menggunakan telepon tersebut. Dalam keputusasaan ia pulang ke rumah dan menjadi sangat marah ketika mendapati siapa tamu itu. Meskipun adanya kejadian ini, istrinya menghadiri perhimpunan dan selanjutnya terus menghadiri perhimpunan dan akhirnya suaminya mulai menyertai dia. Sembilan anggota keluarga itu menjadi Saksi yang dibaptis.
Memberi Kesaksian kepada Orang Lapp
Mengabar kepada orang-orang Lapp, yang beberapa di antaranya masih hidup mengembara dengan kawanan rusa kutub mereka di daerah Utara yang bersalju, kadang-kadang merupakan pengalaman yang unik. Setelah memasuki rumah seorang Lapp dan memberi salam, jangan berharap memulai percakapan sebelum melewati suatu periode berdiam diri. Secara perlahan saudara dapat mulai berbicara mengenai cuaca. Seraya saudara mulai mengarahkan percakapan kepada hal-hal rohani, bisa jadi saudara mencapai batas yang kritis.
Beberapa orang Lapp menganggap Alkitab demikian suci sehingga beranggapan bahwa kebanyakan orang tidak layak membacanya. Gustav Kemi, seorang penatua yang adalah orang Lapp, bercerita, ”Bila berbicara dengan orang-orang Lapp, terutama mereka yang telah lanjut usia, saudara akan mendapat kesan bahwa dalam pandangan mereka, Alkitab bahkan tidak boleh dibicarakan. Seorang wanita Lapp yang berusia lanjut dengan terus terang mengatakan bahwa ”seseorang harus menangis dengan tetesan air mata darah sebelum ia cukup layak untuk membuka Alkitab”. Seorang Lapp lainnya berkata kepada anak yang ingin melihat isi Alkitab, ’Jangan, jangan. Alkitab terlalu kudus untuk anak-anak.’”
Akan tetapi, beberapa orang Lapp menyambut kebenaran Alkitab dan berpihak kepada Yehuwa, meskipun kadang-kadang sangat lamban. Seorang Lapp mendapatkan buku Salvation pada awal tahun 1940-an. Ia mempelajari dan menghayatinya tetapi tetap berdiam diri mengenai hal itu selama kira-kira sepuluh tahun. Setelah itu ia mengunjungi seorang Lapp lainnya yang adalah Saksi. Ia ingin tahu alasan Saksi-Saksi Yehuwa tidak merokok atau menggunakan tembakau hidung. Ia puas dengan jawaban yang diberikan; kesempatan berikut ia bertemu dengan Saksi itu, dengan senang ia berkata, ”Sekarang saya berhenti menggunakan tembakau hidung. Anak-anak saya telah menyembunyikan semua kotak tembakau hidung saya.” Tidak lama setelah itu ia dibaptis.
Upacara Perkawinan Teokratis, Suatu Langkah ke Depan
Saksi-Saksi Yehuwa selalu berupaya untuk ”[secara legal, NW] meneguhkan” kabar baik. (Flp. 1:7) Karena perkawinan adalah penyelenggaraan ilahi, rohaniwan-rohaniwan Saksi ingin menyelenggarakan upacara perkawinan Kristen. Akan tetapi, sebelum 19 Maret 1981, pasangan Saksi-Saksi Yehuwa hanya dapat dinikahkan oleh pegawai catatan sipil. Sejak itu, para pengawas sidang yang ditunjuk dan secara pribadi diberi wewenang oleh negara, dapat memimpin upacara perkawinan di Balai Kerajaan.
Agar dapat diberi wewenang, para pengawas harus mengikuti kursus bagi pegawai catatan sipil. Dengan bimbingan kantor pusat sedunia, kantor cabang menyiapkan kursus ini, yang terdiri dari undang-undang perkawinan, undang-undang perihal nama-nama, peraturan pendaftaran penduduk, undang-undang kriminal bila perlu diterapkan, dan rincian lain yang berhubungan dengan perkawinan. Setelah itu, pengetahuan dan persyaratan para pengawas diuji oleh presiden dari pengadilan distrik [pengadilan tinggi] setempat. Pemerintah kemudian membuat pengangkatan berdasarkan pengusulannya.
Banyak keluarga bukan Saksi datang ke Balai Kerajaan untuk menghadiri upacara perkawinan, dan sebagai hasilnya mereka mendapat kesaksian yang baik, bahkan nasihat yang baik perihal kewajiban dan hak-hak perkawinan. Beberapa pasangan yang telah menikah sebelum penyelenggaraan ini berlaku mengatakan dengan berkelakar bahwa mereka ingin dikawinkan kembali di bawah penyelenggaraan teokratis ini.
”Sangat indah, penuh dengan kegembiraan dan humor serta kehangatan,” demikian laporan seorang wartawan mengenai suatu upacara di Balai Kerajaan, dan melanjutkan, ”Perkawinan teokratis tidak terlalu kaku dan tidak banyak upacara juga tidak bombastis seperti di Gereja Negara. Ini dimaksudkan untuk menjadi peristiwa yang penuh sukacita tanpa kehilangan kekhidmatannya.”
Koordinator Panitia Cabang Swedia yang Ketiga
Pada tahun 1975, Saudara Eneroth, koordinator Panitia Cabang yang kedua, yang pada waktu itu sudah berusia 83 tahun, mengenang kepada dinasnya yang setia selama 50 tahun dalam kedudukan tersebut. Betapa bagus pertumbuhan pekerjaan Kerajaan selama tahun-tahun tersebut—dari kira-kira 250 penyiar pada tahun 1925 sampai 16.000 pada waktu itu! Dengan pancaran sukacita dan kepuasan yang menghangatkan dalam hatinya, ia menyadari bahwa telah tiba waktunya saudara lain mengurus tanggung jawab itu. Setelah selama bertahun-tahun membantu Saudara Eneroth, Saudara Bengt Hanson ditunjuk untuk menangani tanggung jawab sebagai koordinator.
Ketika diminta untuk menceritakan pengalaman teokratisnya, Saudara Hanson mengenang kembali, ”Pada waktu berusia 16 tahun, saya pindah dari perladangan ayah saya ke sebuah kota yang berdekatan, dan pengajaran Alkitab dimulai dengan saya dan beberapa dari saudara lelaki dan perempuan saya. Saya mulai menghadiri perhimpunan. Tidak lama kemudian saya menyadari apa artinya ini, yakni, membaca dengan suara keras, memimpin doa, dan memberikan khotbah di hadapan hadirin. Ini akan benar-benar menjadi ujian bagi saya, karena pada waktu sekolah saya selalu mengalami kesulitan bila membaca dengan suara keras dan harus berdiri di depan kelas. Kasih kepada Yehuwa dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada dinas sepenuh waktu sangat membantu. Akan tetapi, saya harus mengakui, saya sangat sedih dengan kelemahan saya. Saya hampir panik ketika diminta untuk berkhotbah tanpa persiapan.
”Kemudian, saya melakukan sesuatu yang ternyata sangat penting dalam kehidupan saya selanjutnya. Karena putus asa atas kelemahan saya, saya berdoa kepada Yehuwa dan bersyukur kepada-Nya karena membuka hati saya kepada kebenaran, dan saya berjanji akan membaktikan kehidupan saya kepada dinas-Nya, bahkan sampai mati bila perlu. Saya berjanji untuk tidak pernah mundur.
”Mengapa doa ini menjadi begitu menentukan dalam kehidupan saya? Karena, setiap kali saya takut, saya selalu dapat mengingatnya kembali. Ini membantu saya tetap berpaut kepada tugas-tugas saya. Jadi, bila mengenang ke masa 40 tahun sejak saya mengucapkan doa itu, saya harus mengatakan bahwa Yehuwa—kadang-kadang dengan cara yang mengandung humor—menyadarkan saya tentang apa saja yang tersangkut di dalamnya.
”Sejak saat itu, saya praktis dipindahkan dari satu penugasan ke penugasan lain, yang membutuhkan kepercayaan penuh kepada Yehuwa. Pada usia 18 tahun, setengah tahun setelah saya dibaptis, saya ditugaskan untuk menyampaikan khotbah umum. Dalam waktu satu tahun, saya menjadi perintis. Delapan bulan kemudian, saya dipanggil ke Betel. Kemudian saya dikirim dalam pekerjaan wilayah, meskipun baru berusia 22 tahun. Pada usia 30 tahun, saya ditugaskan dalam pekerjaan distrik, tetapi sebelum saya mulai, istri saya, Ulla, dan saya diundang untuk mengikuti kursus sepuluh bulan yang pertama di Sekolah Gilead di Brooklyn, pada tahun 1961. Setelah itu kami diberi penugasan di Betel Swedia. Kami masih tetap di sini, bersukacita melayani Yehuwa dengan segenap kekuatan kami.
”Ada yang mungkin ingin tahu apakah saya telah mengatasi kelemahan awal itu. Nah, saya tidak ingin mengatakan bahwa saya telah berhasil mengatasinya, meskipun saya merasa lebih baik sekarang. Saya merasa bahwa kata-kata Tuhan kepada Paulus di 2 Korintus 12:9 juga berlaku bagi saya, ’Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’”
Arboga—Tempat untuk Pusat Kegiatan yang Baru
Pada tanggal 8 September 1978, seorang saudara yang kuat dan bergairah, dengan menggunakan gergaji rantai yang bermotor, menebang pohon pertama di daerah hutan yang berbatu-batu di pinggiran Arboga. Untuk apa? Untuk meratakan tanah bagi pembangunan pusat kegiatan Kerajaan yang baru! Ini menandai berakhirnya periode panjang perencanaan dan negosiasi, dan mulainya pembangunan suatu kompleks yang akan menjadi, seperti dilaporkan sebuah surat kabar, ”kompleks yang paling luar biasa dan paling besar yang pernah dibangun oleh pekerja-pekerja sukarela di negeri ini.”
Sejak beberapa tahun sebelumnya, kompleks kantor cabang di Jakobsberg yang telah berusia 26 tahun menjadi terlalu kecil bagi keluarga Betel yang bertambah besar. Setelah banyak doa, dan mencari tempat yang cocok selama dua tahun, kami memutuskan akan membangun di Arboga, yang letaknya strategis, dekat dengan Jalan Bebas Hambatan Eropa 3 (European Highway 3) yang ramai di antara dua kota terbesar Swedia, yakni Stockholm dan Göteborg.
Proyek Pembangunan yang Unik
Selama dua setengah tahun berikutnya, kira-kira 5.000 pekerja sukarela dari Swedia dan negara-negara tetangga bekerja tanpa bayaran, untuk waktu yang singkat maupun lama. Biasanya, para pekerja bangunan tidak tinggal dalam hotel yang mewah selama bekerja, tetapi Lembaga telah membeli sebuah hotel tua di dalam kota, dengan apartemen-apartemen dan kamar-kamar, yang diperbaiki dan kemudian digunakan sebagai tempat tinggal para pekerja sukarela. Setelah proyek selesai, hotel tersebut dijual.
Pekerjaan pembangunan merupakan tugas yang penuh sukacita. Akan tetapi, ada beberapa problem. ”Kami tidak pernah akan melupakan musim dingin pertama,” kata Gunnar Heinstedt, salah seorang organisator, dan melanjutkan, ”Musim dingin itu dianggap salah satu yang terdingin di abad ini. Selama beberapa waktu, sementara kami sedang mempersiapkan fondasi, temperatur turun sampai minus 30 derajat Celsius. Tanahnya sekeras batu api. Kami harus menutupi bagian-bagian besar dari tempat pembangunan dengan kain terpal dan meniup angin panas di bawahnya, menggunakan drum oli sebagai pemanas. Dengan tabah kami terus bekerja! Ini merupakan salah satu pengalaman yang paling menyenangkan selama 35 tahun karir saya sebagai arsitek dan pekerja bangunan.”
Fasilitas Baru Sangat Dihargai
Meskipun 23 Desember 1980 merupakan salah satu hari yang paling gelap sepanjang tahun itu di Arboga—matahari terbit pukul 08:55 pagi dan terbenam pukul 14:50 siang—hari itu merupakan hari yang paling cerah dan paling menggembirakan dari semua hari selama masa pembangunan. Pada hari itu kantor cabang yang baru dibaktikan kepada Allah Yehuwa! Saudara Milton Henschel dari Badan Pimpinan memberikan khotbah penahbisan, menganjurkan saudara-saudara untuk terus dengan sepenuh hati melakukan kehendak Allah menggunakan bangunan baru itu.
Salah seorang anggota keluarga Betel berkata, ”Pada hari kami meninggalkan fasilitas cabang yang sudah sangat sempit di Jakobsberg dan pindah ke kompleks Betel baru yang luas ini, kami merasa seperti anak-anak lembu yang dibiarkan bebas pada musim semi.” Kompleks yang luas lantainya 20.000 meter persegi dan tanah pepohonan seluas 12 hektar serta tamannya memberikan sambutan hangat kepada seluruh keluarga berupa perasaan lapang dan tenang. Tamannya yang indah, fasilitas rekreasi, pohon buah-buahan, kebun sayuran, dan taman bunga yang indah memberikan lingkungan yang sehat kepada para pekerja sepenuh waktu, mendorong mereka untuk pekerjaan yang lebih besar.
Mesin Cetak Baru Mempercepat Pekerjaan
Percetakan yang baru memungkinkan saudara-saudara untuk menggunakan alat percetakan yang lebih baik dan lebih efektif. Mereka beralih dari mesin tua yang lamban kepada mesin cetak ofset rotari M.A.N. yang telah dikonversi, dari Brooklyn. Mesin itu digunakan selama lebih dari lima tahun dan kemudian diganti dengan mesin cetak empat warna pada bulan Mei 1989. Sebuah mesin cetak yang sama dipasang tahun berikutnya. Pada tahun 1990 produksi bulanan hampir mencapai 800.000 eksemplar untuk kedua majalah dalam bahasa Swedia dan Norwegia. Inge Olofsson, pengawas percetakan dan anggota Panitia Cabang berkata:
”Mesin cetak kami yang pertama, sebuah mesin manual Diegel dari tahun 1940-an, yang dijalankan dengan kaki, berdiri di sudut ruangan di kantor cabang baru bagaikan suatu barang museum sebagai pengingat akan perkembangan pekerjaan yang mengagumkan yang telah kami saksikan selama tahun-tahun yang silam. Hal itu mengingatkan kami akan perkataan Yesus, ”Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”—Lukas 18:27.
Pertumbuhan yang Bagus dari Kepentingan Kerajaan
Bila seseorang berpikir tentang upaya Kerajaan yang berlangsung hampir satu abad di Swedia, rintangan-rintangan yang dialami selama ini sungguh nyata, seperti materialisme yang semakin bertambah, ketidakacuhan akan agama dan ateisme, tentangan dan ejekan dari umum, dan sifat pendiam dan tertutup dari orang Swedia pada umumnya. Meskipun semua hal ini, Saksi-Saksi Yehuwa, didorong oleh kasih mereka kepada sesama dan kasih kepada Allah, terus maju dengan kabar baik ke seluruh pelosok. Banyak orang masih tetap terkesan dengan kabar gembira yang dibawa oleh para Saksi kepada mereka.
Erik Nordström, seorang pengawas distrik, mengingat, ”Istri saya dan saya memulai dinas keliling 37 tahun yang lalu, dan kami telah beberapa kali mengunjungi lebih dari 300 sidang di Swedia dalam pekerjaan wilayah dan distrik. Kami telah melakukan perjalanan lebih dari 200.000 kilometer menelusuri seluruh negeri yang panjang dan sempit ini. Cuaca dingin dan badai salju di Utara, di seberang Lingkaran Daerah Kutub Utara Artika, maupun matahari dan panas di Selatan, tidak dapat menghentikan kami.
”Ya, setelah 45 tahun dalam dinas sepenuh waktu, kami dapat mengenang kembali masa pertumbuhan rohani yang menggetarkan di Swedia. Bertentangan dengan apa yang dialami oleh dunia tua, masyarakat teokratis selalu maju ke depan.”
”Kepentingan Kerajaan telah terpancang dengan kuat di setiap bagian negeri ini,” kata Rune Grahn, pengawas Bagian Dinas dari kantor cabang. Ia melaporkan, ”Kami sekarang memiliki 338 sidang yang tersebar di seluruh negeri—dari ujung paling selatan hingga jauh melewati Lingkaran Daerah Kutub Utara memasuki kawasan di mana matahari masih terlihat di tengah malam. Kami memiliki 15 wilayah berbahasa Swedia dan 8 dalam bahasa asing, yang secara tetap tentu berkumpul bersama dalam empat Balai Kebaktian, yang secara geografis meliputi seluruh negeri. Kami memiliki puncak 22.742 penyiar Kerajaan dalam bulan Agustus 1990, yang dari antaranya, hampir 1.700 adalah perintis biasa. Perjamuan Malam Tuhan tahun 1990 dihadiri oleh 38.339 orang, yang memberikan harapan pertambahan lebih jauh selama Yehuwa mengizinkan kami melanjutkan pekerjaan ini.”
Langkah demi langkah, pekerjaan di Swedia mengalami kemajuan seraya tahun demi tahun berlalu. Saudara-saudara dan saudari-saudari menunjukkan stamina, iman, dan ketekunan. Dengan loyal dan bergairah mereka terus menaati kehendak Bapak surgawi mereka yang dinyatakan melalui organisasi-Nya di atas bumi. Karena itu, mereka menatap ke masa depan dengan keyakinan akan kelanjutan berkat Yehuwa. Mereka terus berdoa agar mereka dapat tetap loyal kepada Allah kita, yang melakukan hal-hal menakjubkan ini di Swedia maupun di lebih dari 200 negeri lain. ”Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.”—Mzm. 86:10.
[Grafik di hlm. 185]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Swedia 28.000
1950 4.460
1960 8.593
1970 11.696
1980 17.311
1990 22.742
Puncak Penyiar
4.000
1950 178
1960 314
1970 754
1980 1.190
1990 2.724
Rata-rata Perintis
[Kotak/Peta di hlm. 116]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Lautan Atlantik
NORWEGIA
Laut Utara
DENMARK
Kopenhagen
SWEDIA
Kiruna
Kutub Utara
Härnösand
Sundsvall
Uppsala
Arboga
Jakobsberg
Örebro
Grums
Stockholm
Göteborg
Malmö
Laut Baltik
FINLANDIA
[Kotak]
SWEDIA
Ibu Kota: Stockholm
Bahasa Resmi: Swedia
Agama Utama: Lutheran
Jumlah Penduduk: 8.574.698
Kantor Cabang: Arboga
[Gambar di hlm. 118]
Ada banyak tempat yang tenang dan indah selama musim gugur di Swedia
[Gambar di hlm. 129]
Rosa dan Arthur Gustavsson, bersama-sama sibuk dalam pemberitaan Kerajaan selama 59 tahun
[Gambar di hlm. 136]
Para pengawas negara-negara Eropa Utara, dari kiri ke kanan: Taylor (Latvia), Eneroth (Swedia), Harteva (Finlandia), Dey (pengawas umum), Lüttichau (Denmark), Öman (Norwegia), West (Estonia)
[Gambar di hlm. 137]
Johan H. Eneroth menjadi pengawas cabang pada tahun 1925
[Gambar di hlm. 139]
William Dey menjadi pengawas Kantor Eropa Utara yang baru dari Lembaga pada tahun 1925
[Gambar di hlm. 140]
Kantor cabang di Luntmakaregatan 94, Stockholm, dibeli tahun 1929. Digunakan untuk kepentingan Kerajaan selama 25 tahun
[Gambar di hlm. 141]
Kabar baik berjalan jauh memasuki hutan-hutan di bagian utara Swedia
[Gambar di hlm. 143]
Siap melakukan pengabaran di luar Stockholm pada hari Minggu
Kelompok dari Lulea segera akan menaiki mobil untuk pergi mengabar sedikit di sebelah selatan Lingkaran daerah Kutub Utara
[Gambar di hlm. 145]
Asta dan Axel Richardson melayani di propinsi Jämtland selama tahun 1936
[Gambar di hlm. 147]
Saksi-Saksi awal di Hjo menggunakan ”minibus” untuk mengerjakan daerah seluas 5.000 kilometer persegi
[Gambar di hlm. 150]
Tidak terlalu muda untuk melayani Kerajaan
[Gambar di hlm. 155]
Gramafon portabel digunakan untuk mengumumkan kabar baik. Mengapa alat ini dapat disebut ”Harun 2”?
[Gambar di hlm. 160]
Dua pemberita kabar baik berusia muda dengan ibu mereka, Värnamo, pada tahun 1946
Pria-pria dengan papan ”sandwich” mengiklankan suatu khotbah umum di Stockholm
[Gambar di hlm. 170]
Kantor cabang di Jakobsberg dari 1954 sampai 1980
[Gambar di hlm. 176, 177]
Kantor cabang dan Rumah Betel di Arboga, ditahbiskan pada tanggal 23 Desember 1980. Presiden Lembaga, F. W. Franz, dengan topi baja putih, mengunjungi lokasi bangunan tidak lama sebelum kantor cabang selesai dibangun
[Gambar di hlm. 178]
Panitia Cabang. Dari kiri ke kanan, Åke Carlsson, Rune Grahn, Bengt Hanson, dan Inge Olofsson
[Gambar di hlm. 183]
Mesin cetak baru menggantikan mesin cetak rotari M.A.N. yang lama. Mesin baru mencetak publikasi-publikasi Alkitab dalam empat warna
[Gambar di hlm. 184]
Memberi kesaksian kepada para nelayan di Djupvik di pulau Gotland dan di halaman belakang di Ystad, kota kecil di daerah selatan