Referensi untuk Lembar Pelajaran Pelayanan dan Kehidupan Kristen
© 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
7-13 JULI
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 21
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat untuk Perkawinan yang Bahagia
”Bersukacitalah dengan Istri Masa Mudamu”
Bagaimana jika perkawinan mengalami ketegangan karena cara suami atau istri memperlakukan pasangannya? Untuk mencari jalan keluarnya dibutuhkan upaya. Sebagai contoh, mungkin saja suatu pola tutur kata yang tidak ramah telah menyusup dan kini menjadi bagian dari perkawinan. (Amsal 12:18) Sebagaimana dibahas di artikel sebelumnya, dampaknya sangat merusak. Sebuah peribahasa Alkitab mengatakan, ”Lebih baik tinggal di padang belantara daripada dengan istri yang suka bertengkar disertai kesal hati.” (Amsal 21:19) Jika Saudari adalah istri dalam perkawinan seperti itu, tanyailah diri sendiri, ’Apakah watak saya membuat suami saya tidak betah di dekat saya?’ Alkitab memberi tahu para suami, ”Teruslah kasihi istrimu dan janganlah marah dengan sengit kepada mereka.” (Kolose 3:19) Jika Saudara seorang suami, tanyailah diri sendiri, ’Apakah pembawaan saya dingin, sehingga istri saya tergoda untuk mencari kehangatan di tempat lain?’ Tentu saja, tidak ada alasan yang bisa membenarkan amoralitas seksual. Namun, fakta bahwa tragedi demikian bisa terjadi merupakan alasan yang baik untuk membahas problemnya secara terbuka.
14-20 JULI
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 22
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat untuk Membesarkan Anak
Orang Tua—Jadilah Teladan bagi Anak Saudara
Tentu saja, anak-anak berperilaku seperti anak-anak, dan ada yang keras kepala, malah sulit diatur. (Kejadian 8:21) Apa yang dapat orang tua lakukan? ”Kebodohan terikat pada hati anak laki-laki; tongkat disiplinlah yang akan menyingkirkannya jauh-jauh dari dia,” kata Alkitab. (Amsal 22:15) Ada yang menganggap perlakuan ini terlalu keras dan ketinggalan zaman. Sebenarnya, Alkitab menentang kekerasan dan penyiksaan dalam bentuk apa pun. ”Tongkat”, walaupun kadang-kadang memaksudkan pukulan secara harfiah, menggambarkan wewenang orang tua yang dijalankan dengan tegas namun pengasih dan pantas, didorong oleh kepedulian terhadap kesejahteraan kekal anak-anak.—Ibrani 12:7-11.
28 JULI–3 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 24
Caranya Siap Menghadapi Kesulitan
Pertanyaan Pembaca
Amsal 24:16 berkata, ”Kalaupun orang benar jatuh sampai tujuh kali, dia akan bangun lagi.” Apakah ini memaksudkan orang yang berulang kali berbuat dosa tapi diampuni Allah?
Tidak, bukan itu maksud ayat ini. Sebenarnya, yang dimaksud adalah orang yang berkali-kali tertimpa masalah tapi bangun lagi.
Jadi, kata ”jatuh” di Amsal 24:16 tidak berarti berbuat dosa, tapi berarti mengalami masalah atau kesulitan, bahkan sampai berkali-kali. Di dunia yang jahat ini, orang benar bisa saja mengalami problem kesehatan atau yang lainnya. Bahkan, dia mungkin ditekan habis-habisan oleh pemerintah. Tapi, dia bisa yakin bahwa Allah akan menguatkan dia dan membantunya menghadapi semua itu. Coba pikirkan: ’Seberapa sering saya melihat umat Allah berhasil menghadapi kesulitan mereka?’ Kenapa mereka bisa berhasil? Pasti karena ”Yehuwa menopang semua orang yang hampir jatuh dan menguatkan semua orang yang terbungkuk”.—Mz. 41:1-3; 145:14-19.
4-10 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 25
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat dalam Hal Berbicara
Gunakan Lidah Demi Kebaikan
Mengapa penting untuk memilih waktu yang tepat untuk berbicara? Amsal 25:11 berkata, ”Bagaikan apel emas dalam pahatan perak, begitulah perkataan yang diucapkan pada waktu yang tepat.” Apel emas itu indah, tapi akan lebih indah jika ditaruh di atas sesuatu yang berwarna perak. Demikian juga, apa yang akan kita katakan mungkin baik, tapi itu akan lebih bermanfaat jika kita tahu saat yang tepat untuk menyampaikannya. Bagaimana kita bisa melakukannya?
Jika kita berbicara pada waktu yang tidak tepat, bisa jadi orang tidak mengerti atau tidak mau mendengarkan kita. (Baca Amsal 15:23.) Misalnya, pada bulan Maret 2011, terjadi gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan banyak kota di bagian timur Jepang. Lebih dari 15.000 orang tewas. Walaupun banyak Saksi Yehuwa juga kehilangan keluarga dan teman, mereka ingin membantu orang lain melalui Alkitab. Tapi, mereka tahu bahwa kebanyakan orang beragama Buddha dan hanya tahu sedikit tentang Alkitab. Jadi, saat itu saudara-saudari kita tidak bercerita tentang kebangkitan. Mereka hanya menghibur orang dan menjelaskan mengapa hal buruk menimpa orang baik.
Gunakan Lidah Demi Kebaikan
Cara kita berbicara bisa jadi sama pentingnya dengan apa yang kita katakan. Orang senang mendengarkan Yesus karena ia berbicara dengan cara yang ”menawan hati”, atau ramah. (Luk. 4:22) Jika kita berbicara dengan ramah, kemungkinan besar orang akan senang mendengarkan dan menyetujui pendapat kita. (Ams. 25:15) Kalau kita merespek orang lain, kita akan berbicara dengan ramah dan memedulikan perasaannya. Itulah yang Yesus lakukan. Misalnya, saat melihat kumpulan orang berupaya keras untuk mendengarkan dia, ia rela meluangkan waktu dan mengajar mereka. (Mrk. 6:34) Bahkan, saat orang-orang menghinanya, Yesus tidak membalas mereka.—1 Ptr. 2:23.
Meski mengasihi keluarga dan teman-teman, kita mungkin mengatakan hal-hal yang mengesalkan mereka karena kita sudah sangat mengenal mereka. Kita mungkin berpikir bahwa kita tidak perlu berhati-hati saat berbicara dengan mereka. Tapi, sewaktu berbicara dengan sahabat-sahabatnya, Yesus tidak pernah menyinggung perasaan mereka. Ketika beberapa muridnya berdebat tentang siapa yang lebih hebat, ia dengan baik hati mengoreksi mereka dan menggunakan contoh anak kecil untuk mengubah cara berpikir mereka. (Mrk. 9:33-37) Para penatua juga bisa meniru teladan Yesus dengan menasihati orang lain secara lembut.—Gal. 6:1.
Permata Rohani
Lemah Lembut
YANG BISA ANDA LAKUKAN: Belajarlah untuk mengendalikan amarah sebelum itu memuncak. Ada yang berpikir bahwa mereka itu hebat kalau mereka marah-marah dengan sengit. Tapi sebenarnya, itu menunjukkan kelemahan mereka. Alkitab berkata, ”Orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya bagaikan kota yang diterobos, tanpa tembok.” (Amsal 25:28) Satu cara kita bisa mengendalikan amarah adalah dengan mencari tahu dulu semua faktanya. ”Pemahaman seseorang pasti membuatnya tidak cepat marah.” (Amsal 19:11) Jadi, kalau kita mendengarkan baik-baik dan tahu masalahnya, kita akan punya pemahaman sehingga kita bisa mengendalikan diri.
11-17 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 26
Jauhilah ”Orang Bodoh”
Hujan
Musim. Dua musim utama di Tanah Perjanjian, musim panas dan musim dingin, dapat lebih tepat dianggap sebagai musim kering dan musim hujan. (Bdk. Mz 32:4; Kid 2:11, Rbi8, ctk.) Dari sekitar pertengahan bulan April sampai pertengahan bulan Oktober hanya ada sedikit hujan. Hujan jarang turun pada periode tersebut ketika panen tiba. Amsal 26:1 memperlihatkan bahwa hujan pada waktu panen dianggap tidak wajar. (Bdk. 1Sam 12:17-19.) Selama musim hujan, hujan tidak konstan, adakalanya diselingi hari-hari yang cerah. Karena pada saat itu udara juga dingin, orang akan menggigil jika kehujanan. (Ezr 10:9, 13) Maka, naungan yang nyaman sangat dihargai.—Yes 4:6; 25:4; 32:2; Ayb 24:8.
Disiplin Menghasilkan Buah-Buah Perdamaian
Bagi beberapa orang tindakan yang lebih drastis perlu, seperti dikatakan Amsal 26:3, ”Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal.” Kadang-kadang Yehuwa membiarkan bangsaNya Israel ditundukkan oleh kesulitan-kesulitan yang mereka datangkan atas diri sendiri, ”Mereka memberontak terhadap perintah-perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi, maka ditundukkanNya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong. Maka berseru-serulah mereka kepada [Yehuwa] dalam kesesakan mereka, dan diselamatkanNyalah mereka dari kecemasan mereka.” (Mazmur 107:11-13) Tetapi, ada orang-orang bodoh yang mengeraskan diri sehingga tidak dapat dijangkau oleh disiplin penyembuhan dalam bentuk apapun, ”Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan kembali.”—Amsal 29:1.
Timpang
Sebagai peribahasa. ”Seperti orang yang memotong kakinya [yang akan membuatnya timpang], seperti orang yang meminum kekerasan, begitulah ia yang menyodorkan persoalan ke tangan orang yang bebal,” kata Raja Salomo yang bijaksana. Memang, orang yang menggunakan orang bebal untuk menangani suatu proyek baginya sama seperti melumpuhkan kepentingan-kepentingannya sendiri. Ia pasti akan menyaksikan kegagalan pekerjaan yang ia rencanakan, dan merugikan diri sendiri.—Ams 26:6.
18-24 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 27
Manfaatnya Punya Teman-Teman yang Sejati
Sesama; Tetangga
Akan tetapi, buku Amsal menasihati agar kita mempercayai dan mengandalkan seorang teman, dan menganjurkan kita untuk datang kepada mereka pada saat-saat genting, ”Jangan tinggalkan temanmu atau teman bapakmu, dan jangan masuki rumah saudaramu pada hari bencanamu. Lebih baik tetangga [sya·khenʹ] yang dekat daripada saudara yang jauh.” (Ams 27:10) Di ayat ini, maksud sang penulis tampaknya ialah bahwa seorang sahabat keluarga harus dihargai, dan dialah yang hendaknya dimintai pertolongan ketimbang seorang saudara, yaitu kerabat yang sangat dekat, yang tinggal di tempat yang jauh, karena ia mungkin tidak akan siap atau tidak berada dalam posisi yang memungkinkan dia memberikan pertolongan seperti yang dapat diberikan oleh seorang teman keluarga.