PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g80_No3 hlm. 8-10
  • Mengapa Keluarga Berantakan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Keluarga Berantakan
  • Sedarlah!—1980 (No. 3)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Perubahan Sikap
  • Akibatnya Atas Keluarga
  • Mengapa Asal Usul Lembaga Keluarga Sangat Menentukan
  • Peranan Musuh Yang Tidak Kelihatan
  • Apakah Ada Rahasia untuk Kebahagiaan Keluarga?
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
  • Dapatkah Anda Berhasil dalam Perkawinan?
    Masa Remaja—Manfaatkanlah Sebaik-baiknya
  • Membina Keluarga yang Sukses
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
  • Kunci untuk Membina Keluarga Bahagia
    Membina Keluarga Bahagia
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1980 (No. 3)
g80_No3 hlm. 8-10

Mengapa Keluarga Berantakan

KIRA-KIRA 80 atau 90 tahun yang lalu sebagian besar orang hidup di daerah pertanian atau di desa-desa. Masyarakat di kota sekarang, dengan kehebatan teknologinya, memperlihatkan perubahan radikal dalam gaya hidup masyarakat. Mungkinkah perubahan ini ada hubungannya dengan keluarga yang berantakan?

Di kota-kota modern orang-orang sering kali sudah tidak saling menghiraukan. Mereka kurang mempedulikan kesejahteraan sesamanya seperti di masa lalu. Sebagai contoh: Seorang tua terbaring dalam keadaan sekarat di pinggir jalan di kota Oklahoma, A.S. Ia mengeluarkan banyak darah dan lidahnya menjulur ke luar. Sebuah surat kabar melaporkan:

”Ratusan pejalan kaki melewatinya begitu saja. Ada yang melangkahi tubuhnya. Puluhan mobil melewatinya tanpa berhenti.

”Seorang pengemudi yang sedang lewat, yaitu pengacara Henry W. Nichols Jr., berhenti untuk memberi pertolongan pertama kepada korban, yang belakangan dikenal bernama Clinton Collins, berumur 77 tahun dari Bethani, pinggiran kota. Dan sewaktu ia memberi pertolongan, orang banyak lewat seolah tidak terjadi apa-apa, tanpa mengacuhkan permintaannya untuk bantuan.”

Menyedihkan bukan? Tetapi, sayang sekali, kejadian-kejadian seperti ini sudah menjadi agak umum. Dan sikap tidak peduli dari orang-orang itu pastilah berpengaruh atas keluarga-keluarga mereka. Mengapa orang-orang begitu acuh tak acuh terhadap orang-orang lain?

Perubahan Sikap

Hal tersebut disebabkan oleh adanya suatu perubahan dasar dalam sikap orang-orang. Dan teknologi modern telah memperbesar perubahan sikap ini. Mengapa? Ya, untuk menjual produk-produk barunya yang begitu banyak, dunia ini membuat orang-orang merasa bahwa kebahagiaan bergantung pada memiliki barang-barang tersebut. Di mana-mana mereka menyerukan: ’Anda hanya hidup satu kali, jadi dapatkanlah sebanyak mungkin SEKARANG.’

Dengan demikian orang-orang diajar untuk terutama memikirkan kepuasan dan kesenangannya sendiri. Ini menghasilkan masyarakat ”aku” dewasa ini. Dalam suatu konperensi ahli-ahli pikir pada musim panas yang lalu, para ahli filsafat yang terkenal terang-terangan memperlihatkan kekuatiran akan akibat-akibat dari jalan pikiran demikian. ”Terlalu banyak orang menganggap masa depan hanya berlangsung satu atau dua tahun dan tidak memikirkan masa setelahnya.” demikian penjelasan ketua konperensi, Alfred E. Koenig. ”Benar-benar sedikit sekali perhatian atau usaha untuk apa yang masih jauh di masa depan.”

Ya, masa depan telah menjadi begitu tidak menentu sehingga banyak orang ’hidup untuk saat ini,’ sambil mencoba untuk memperoleh sebanyak-banyaknya dari kehidupan sekarang. Sikap mengejar kesenangan yang cespleng ini mempunyai pengaruh apa atas keluarga?

Akibatnya Atas Keluarga

Disebabkan propaganda duniawi, dewasa ini banyak orang yang baru menikah, terutama memikirkan kesenangan pribadinya. Kenikmatan seks sering kali menjadi terlalu dipikirkan. Jadi, harapan untuk mendapatkan kebahagiaan dalam perkawinan menjadi terlalu muluk sehingga tidak mungkin dipenuhi. Maka pasangan-pasangan cepat bercerai dan mencari kepuasan dalam hubungan lain.

Bahkan orang-orang yang telah menikah untuk waktu yang lama menjadi korban dari masyarakat ”aku” yang menekankan pemuasan diri sendiri. Banyak orang dipengaruhi untuk berpikir bahwa mereka kehilangan sesuatu, bahwa kepuasan sejati dapat diperoleh dengan pasangan seks yang lain. Dr. Robert Taylor, yang banyak menulis tentang pokok ini, berkata: ”Saya percaya bahwa filsafat ’aku’ telah menambah angka-angka perceraian yang tinggi yang terdapat sekarang.”

Mungkin yang paling menderita adalah anak-anak. Karena terlalu memperhatikan kepuasan diri sendiri, banyak orang tua cenderung untuk hanya memberikan sedikit pengorbanan demi anak-anak mereka. Beberapa tahun yang lalu Free Press dari Detroit menyatakan:

”Seorang ibu di pinggir kota, yang anak-anaknya menanjak dewasa, mengatakan bahwa ia memperhatikan adanya perbedaan pada para suami isteri muda, yaitu mereka yang mendekati usia 30 tahun. Mereka kelihatan begitu mementingkan diri, begitu sibuk dengan diri sendiri. Uang, karir, dan diri sendiri, itulah yang terutama. Pasangan-pasangan tersebut tidak peduli dengan anak-anak, mereka hanya berminat kepada hal-hal materi saja.”

Filsafat ”aku” ini dicetuskan oleh apa yang disebut moralitas baru, yang menyatakan: ”Tidak ada sesuatu yang pada dasarnya dapat selalu disebut ’salah.’” Menurut pandangan ini, hubungan seks sebelum perkawinan dapat dibenarkan, seperti halnya hubungan seks dengan orang-orang yang bukan teman hidup. Semua bergantung pada keadaan, demikianlah katanya. Tetapi akibat dari pandangan demikian sangat merusak—benar-benar mengakibatkan kehancuran keluarga.

Mengapa Asal Usul Lembaga Keluarga Sangat Menentukan

Penemuan-penemuan teknologi modern yang mengagumkan memungkinkan orang-orang menikmati berbagai kesenangan, dan moralitas baru bertujuan untuk ”membebaskan” orang agar mereka dapat menikmatinya sampai puas. Namun kini makin sedikit keluarga-keluarga yang merasa bahagia dan puas dibandingkan tahun-tahun yang silam sebelum munculnya teknologi modern. Apa problemnya?

Pada dasarnya ini: Karena merasa bangga akan hikmat dan prestasi yang dicapainya, manusia mengemukakan ide bahwa perkawinan dan keluarga adalah gagasan manusia belaka, bahwa hal-hal itu berkembang selama berabad-abad untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia. Namun ia adalah kesalahan serius yang justru menjadi sebab utama dari kehancuran keluarga yang membawa bencana dewasa ini.

Mengapa demikian? Karena kasih dan perkawinan, bersama dengan keluarga dan anak-anak, mempunyai asal usul yang luhur. Pribadi yang menciptakan pria dan wanita yang pertama memberi mereka kesanggupan untuk berkembang biak dan mempersatukan mereka menjadi keluarga. (Kej. 2:21-24; Mat. 19:4-6) Adalah maksud Allah Yehuwa agar keluarga ini berkembang biak, menghasilkan banyak keluarga lain sampai bumi ini penuh.—Kej. 1:28.

Bukankah masuk akal bahwa Pencipta keluarga paling tahu dari siapa pun juga cara bagaimana membuat kehidupan keluarga berhasil? Sebenarnya, sebab utama ketidakbahagiaan keluarga ialah kegagalan manusia untuk menerapkan bimbingan praktis yang telah dicatat oleh Pencipta bagi mereka dalam Alkitab. Bukankah bijaksana untuk setidak-tidaknya memeriksa problem-problem keluarga dalam terang Alkitab?

Peranan Musuh Yang Tidak Kelihatan

Alkitab menubuatkan bahwa generasi kita akan mengalami ’bertambahnya kejahatan’ secara mengejutkan, termasuk ’memberontak terhadap orang tua’ dan ”tidak tahu mengasihi.” (Mat. 24:3-12; 2 Tim. 3:1-5) Dan Alkitab menyebutkan suatu kuasa yang tidak kelihatan sebagai penyebab utama dari problem-problem yang menghancurkan keluarga. Mengenai zaman kita, Alkitab berkata: ”Celakalah kamu, hai bumi . . . karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”—Why. 12:9, 12.

Tetapi siapakah Iblis ini? Ia bukanlah seorang tokoh dalam dongeng. Ia benar-benar ada, tidak kelihatan, sama seperti Allah tidak kelihatan. Dan Alkitab memperlihatkan bahwa ia mempengaruhi pikiran manusia, menghasut mereka untuk melakukan kejahatan.—1 Yoh. 5:19; 1 Ptr. 5:8.

Beberapa orang mungkin menolak gagasan ini. Namun jawaban apa yang mereka berikan untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak berperi-kemanusiaan, kerap kali kejam dan hina, dan sering kali ditujukan kepada suami, istri, anak-anak dan orang tua sendiri? Satu-satunya penjelasan yang memuaskan untuk tingkah laku yang begitu mengerikan dan sangat bertentangan dengan apa yang sewajarnya kita harapkan, ialah pengaruh yang tidak kelihatan dari Iblis dan kuasa-kuasa roh yang bersekutu dengan dia.

Di masa lampau kelihatannya seolah-olah sejarah berulang, karena peradaban demi peradaban timbul tenggelam, dengan kehancuran keluarga sebagai penyebab kejatuhan peradaban-peradaban tersebut. Tetapi keadaan dewasa ini berbeda. Alkitab menyebutkan zaman kita sebagai ”hari-hari terakhir,” bukan hanya dari peradaban Yunani atau Romawi, melainkan dari segenap sistem dunia ini. Juga, kegiatan si Iblis dan para malaikatnya akan diakhiri. Allah Yehuwa berjanji untuk mengakhiri semua kejahatan dan memulai sistem masyarakat yang sama sekali baru.—2 Ptr. 3:13; 1 Yoh. 2:17; Why. 20:1-3.

Sementara itu, selama kita hidup dalam masa-masa yang sukar ini, apa yang dapat kita lakukan untuk membuat keluarga kita bahagia?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan