PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g83_No7 hlm. 31-32
  • Menjembatani Jurang Pemisah Dengan Percakapan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menjembatani Jurang Pemisah Dengan Percakapan
  • Sedarlah!—1983 (No. 7)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”Logat Saya Terdengar dengan Jelas”
  • Apakah Sukar untuk Mendengarkan?
  • Bercakap-cakap Adalah Suatu Seni
    Sedarlah!—1995
  • Percakapan yang Membina
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Gimana Supaya Aku Berani Ngobrol sama Orang Lain?
    Pertanyaan Anak Muda
  • Cara Mengembangkan Keterampilan Bercakap-cakap
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1983 (No. 7)
g83_No7 hlm. 31-32

Menjembatani Jurang Pemisah Dengan Percakapan

SETIAP orang berbicara, jadi bercakap-cakap itu mudah, bukan? Salah! Sebenarnya baru berniat saja untuk bercakap-cakap, khususnya dengan seorang yang tidak dikenal, sering membuat kita sungkan. Aneka ragam pertanyaan akan muncul disertai rasa gelisah: ”Bagaimana saya dapat menghilangkan suasana yang kaku ini? Apa yang akan kami bicarakan? Bagaimana dengan logat saya?” Hal-hal ini dan banyak keragu-raguan lain menghambat orang-orang yang malu memulai pembicaraan. Bagaimana cara mengatasinya?

Misalnya anda sedang menunggu bis. Hari sudah sore dan matahari mulai terbenam. Cahayanya yang berwarna-warni menyinari kota. Seorang yang tidak anda kenal, beberapa langkah jaraknya dari anda, rupanya sedang tenggelam dalam pikiran. Anda hanya berdua. Bagaimana sekarang—tembok pemisah atau jembatan? Berdiam diri atau bercakap-cakap?

”Ada yang mengatakan bahwa kota ini besar dan tidak menarik, tetapi pemandangan matahari terbenam di sini sama indahnya seperti di kota kecil tempat saya dibesarkan.”

”Anda telah membangun dasar bagi jembatan antara anda dengan orang tersebut. Kemungkinan besar ia akan menanggapi, dan jurang itu sudah dijembatani. Memang, tidak semua orang ingin berbicara. Namun setidaknya anda telah membuka kesempatan dengan berbicara tentang suatu pokok yang sederhana dan umum. Keindahan matahari terbenam. Hal itu menarik bagi semua orang.

Tetapi ada satu hal yang harus dikurangi dalam percakapan yaitu, berbicara tentang DIRI SENDIRI. Karena pokok pembicaraan harus menarik bagi pendengar anda, temanya biasanya bukan mengenai DIRI ANDA. Sebagai contoh, ada kisah mengenai seorang bintang film yang angkuh yang membuat tuan rumahnya merasa bosan karena selama satu jam ia bercerita mengenai soal tetek-bengek dalam hidupnya sejak mereka bertemu terakhir kalinya. Kemudian ia mengakhiri dengan mengatakan: ”Nah, sudah cukup tentang diri saya. Apakah anda sudah melihat film saya yang terbaru?” Hindarilah pendekatan yang egosentris.

Jadi, pokok pembicaraan hendaknya bukan mengenai anda, dan juga jangan mengenai apa yang anda lakukan, tetapi apa yang terjadi, apa yang akan terjadi, warta berita, cuaca, kejadian-kejadian dunia dan bagaimana pengaruhnya atas anda dan pendengar anda.

Tentu, satu hal yang penting ialah memilih pokok pembicaraan yang menarik secara umum, kemudian bagaimana mengemukakannya dengan cara yang menarik. Pendengar anda harus dibantu untuk melihat persoalannya dengan jelas sama seperti anda memandangnya. Bagaimana anda dapat melakukan hal itu? Dengan penuh minat membicarakan sesuatu yang anda sukai. Jika anda merasa anda telah berhasil, dan teman anda ikut bergairah, ajukan pertanyaan-pertanyaan. Usahakan agar ia mau berbicara. Percakapan dua arah akan bermanfaat bagi anda berdua.

”Logat Saya Terdengar dengan Jelas”

Ada yang merasa bahwa mereka tidak akan pernah dapat bercakap-cakap dengan mudah karena cara berbicara mereka tidak mengikuti pola tata bahasa atau ucapan yang umum. Orang-orang keturunan asing kadang-kadang merasa demikian, dan berkata, ”Anda tahu logat saya masih terdengar dengan jelas dan mungkin tidak dapat mengerti saya dengan baik.” Dalam kenyataan yang sebenarnya, banyak orang senang mendengar suatu logat. Umpamanya, seorang Inggris yang sudah lama tinggal di Spanyol dan Portugal mengatakan: ”Meskipun saya sadar bahwa logat saya terdengar dengan jelas bila berbicara bahasa Spanyol dan Portugis, hal itu sebenarnya sering menarik perhatian. Kadang-kadang diperlukan waktu untuk ’membiasakan diri,’ namun sesudah itu mereka senang bahwa anda telah mempelajari bahasa mereka.”

Di banyak negeri, logat asing dianggap umum. Hal itu bahkan tidak mengherankan. Jadi, jangan biarkan logat anda sebagai rintangan. Sebaliknya, karena anda datang dari suatu daerah lain anda mempunyai banyak bahan pembicaraan dan pengalaman.

Boleh dibilang hampir di setiap negeri ada bermacam-macam logat dan dialek. Semuanya merupakan bagian dari variasi yang mengagumkan yang ada pada keluarga manusia. Kadang-kadang orang dari ”kota besar” senang mendengarkan percakapan yang ”aneh” dari orang dari pedalaman, sementara itu tidak menyadari bahwa mereka telah membangkitkan rasa ingin tahu dari orang pedalaman dengan percakapan kota yang ”asing”! hal yang benar-benar penting ialah bahwa mereka berbicara.

Apakah Sukar untuk Mendengarkan?

Mendengarkan adalah bagian lain dari percakapan yang baik, dan sama pentingnya seperti berbicara. Masalahnya ialah ada orang yang tidak benar-benar mendengarkan. Mereka asyik memikirkan jalan pikiran mereka berikutnya dan menunggu untuk segera masuk—sering kali menyimpang dengan pokok atau sikap (mood) yang berbeda. Dengan cara demikian, percakapan itu berubah menjadi dua percakapan tunggal yang tidak bersinambungan. Maka, betapa tepatnya nasihat: ”Hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata.”—Yakobus 1:19.

Mendengarkan dengan baik memperlihatkan sopan santun yang baik. Pikiran dibuka untuk mempertimbangkan pandangan-pandangan yang dikemukakan, dan merenungkan bagaimana hal-hal itu dapat mempengaruhi pendapat-pendapat yang ada. Maka ketulusan seseorang akan nyata. Apakah si pendengar tetap berpegang pada sudut pandangannya, tidak soal apapun yang dikemukakan lawan bicaranya? Atau apakah ia mengakui jika suatu pandangan yang benar diberikan? Ya, untuk membuat suatu percakapan yang baik diperlukan sikap yang tulus dan keluwesan.

Mendengarkan dengan sungguh-sungguh penting sekali lebih-lebih dalam perkawinan. Apakah anda pernah mengalami berbicara kepada suami atau istri anda dan hanya mendapat jawaban yang tidak ada hubungannya yang memperlihatkan bahwa ia tidak mendengarkan baik-baik? Hal itu tentu dapat menjengkelkan. Tetapi, agar perkawinan berhasil baik, komunikasi penting. Harus ada ikatan rasa yakin dan percaya yang dapat diandalkan, yang didasarkan pada tukar pikiran yang penuh pengertian dan keakraban.

Sayang sekali, beberapa orang jarang atau tidak pernah menikmati percakapan yang akrab sedemikian. Lidah mereka berduri dan menutupi hinaan dengan pernyataan-pernyataan yang lucu dan ”cerdik.” Orang lain tidak akan senang berada di dekat mereka karena sewaktu-waktu mereka mungkin akan merasakan ujung lidahnya yang tajam Seperti dinyatakan oleh amsal Alkitab: ”Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang.” Maka betapa lebih baik untuk mengikuti nasihat: ”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar [dimasinkan dengan garam, Bode], sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Ya, percakapan yang ramah tidak akan menyakitkan perasaan atau merendahkan martabat orang lain.—Amsal 12:18, Kolose 4:6.

Maka, jadilah seorang yang pandai berbicara. Janganlah takut menembus rintangan-rintangan dan menjembatani jurang pemisah. Ingatlah bahwa percakapan dilukiskan sebagai ”perjamuan yang enak dari pikiran,” ”pesta dari pertimbangan dan pencurahan jiwa.” Maka biarlah ’jiwa’ anda ’dicurahkan’ dengan mengenal orang-orang lain dan membiarkan mereka mengenal anda. Dan ingat yang satu ini—jangan memberondong pendengar anda—harus tahu kapan berhenti!

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan