Mengamati Dunia
Olahraga dan Kesehatan
Para ilmuwan terus mencari tahu manfaat olahraga ringan. Majalah American Health baru-baru ini melaporkan tentang suatu penelitian selama 30 tahun atas 17.000 pria. Mereka yang membakar 1.000 kalori per minggu dengan berolahraga tampaknya lima puluh persen lebih mudah terkena kanker usus besar dibandingkan mereka yang tidak melakukan hal tersebut. Suatu penelitian selama 19 tahun atas lebih dari satu juta pria Swedia mendapati bahwa mereka yang duduk selama lebih dari setengah waktu kerja mereka memiliki kemungkinan 30 persen lebih tinggi terkena kanker usus besar daripada mereka yang terus duduk selama kurang dari 20 persen dari hari kerja mereka. Suatu Penelitian oleh Universitas Harvard atas 5.400 wanita mendapati bahwa mereka yang berolahraga ringan semasa kuliah merupakan setengah dari angka pengidap kanker payudara dibandingkan rekan-rekan mereka yang kurang begitu aktif, yang sebaliknya, mengidap 2,5 kali lebih besar kanker sistem reproduksi. Bahkan terdapat beberapa bukti bahwa berolahraga ringan menambah sistem kekebalan tubuh, membantu memerangi virus lebih cepat. Akan tetapi, olahraga yang ekstrem—seperti lari maraton—tampaknya memiliki pengaruh yang sebaliknya, kadang-kadang menguras kekebalan tubuh.
Variasi Ternak yang Berkurang
Banyak jenis ternak berada dalam bahaya kepunahan, kata suratkabar Paris Le Figaro. Sejak awal dari abad ini, sebagian jenis hewan ternak di Eropa telah punah, dan sepertiga dari yang masih ada bisa jadi segera lenyap. Kecenderungan utama dalam pertanian modern adalah berkonsentrasi hanya pada pembiakan keturunan ternak yang memberi hasil terbesar dan paling menguntungkan. Kecenderungan yang sama juga umum di negara-negara berkembang. Akibatnya, karena semakin banyak variasi lembu, babi, dan unggas dibiarkan punah, persediaan pangan dunia menjadi semakin bergantung pada jenis hewan yang kian berkurang. Para ilmuwan sekarang khawatir bahwa kehilangan ragam jenis ini sangat mempertinggi bahaya bahwa satu penyakit baru dapat melenyapkan sebagian besar hewan ternak bumi.
Malapetaka yang Bertumbuh
Salah satu produk tambahan yang lebih buruk akibat epidemi AIDS adalah berkembangnya pelacuran kanak-kanak. Menurut laporan Associated Press dari Jenewa, Swiss, hal tersebut merupakan kesimpulan laporan PBB yang baru mengenai hak azasi manusia. Penulis laporan, Vitit Muntarbhorn, profesor hukum dari Thailand, mengatakan bahwa jumlah anak-anak berusia sembilan atau sepuluh tahun yang dipaksakan ke dalam pelacuran sedang ”meningkat setiap hari”. Tampaknya bahwa semakin banyak pelanggan mencari pelacur kanak-kanak, teristimewa yang perawan, karena mereka berpikir bahwa ini akan melindungi mereka dari AIDS. Namun, sungguh bertentangan, sang profesor menyatakan bahwa di beberapa negara Asia, banyak pelacur kanak-kanak mengidap virus AIDS. Para orang-tua memaksa anak-anak lelaki maupun anak-anak perempuan ke dalam perdagangan yang merendahkan martabat ini, namun anak-anak perempuanlah yang lebih sering diperdagangkan.
Perjalanan ke Planet yang Berbeda
Tidak ada manusia mana pun pernah mengadakan perjalanan ke planet lain; tetapi Sergei Krikalev pasti telah merasakan seolah-olah ia telah melakukan itu. Sewaktu diluncurkan ke dalam orbit, ia adalah seorang kosmonot Uni Soviet, dari Leningrad. Pada saat ia kembali, Uni Soviet sudah tidak ada dan Leningrad telah menjadi St. Petersburg. Krikalev telah ditugaskan untuk tinggal di stasiun ruang angkasa Mir selama enam bulan saja, namun karena tekanan keuangan dan politik di tengah-tengah seluruh pergolakan di tanah airnya, ia akhirnya menetap di ruang angkasa selama 313 hari.
Kelaparan di Afrika
Kelaparan dan perang saudara memaksa puluhan ribu orang Somalia dan Etiopia meninggalkan tanah air mereka dan mencari makanan dan pemondokan di kamp-kamp pengungsi di Kenya. Menurut seorang pejabat PBB, yang dikutip The Star Afrika Selatan, ”kebanyakan pingsan sewaktu tiba, setelah berjalan kaki kira-kira 600 kilometer berbekal sedikit makanan atau air. Keadaan mereka sungguh menyedihkan, beberapa tinggal tulang berbalut kulit dan banyak orang mempunyai luka-luka tembak”. Di sebuah kamp pengungsi yang penuh sesak, rata-rata 15 orang meninggal setiap hari. Kebanyakan dari antara mereka adalah wanita dan anak-anak. Sementara itu, ke arah selatan di Zimbabwe, kekeringan telah menyebabkan kenaikan pencurian makanan, demikian laporan Sunday Times di Harare, Zimbabwe. Beberapa pencuri begitu nekat sehingga mereka cuma menyayat-nyayat daging ternak yang masih hidup, membiarkan binatang itu menderita sehingga pemiliknya merasa kasihan dan membunuhnya.
Semakin Banyak Orang
Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa belum lama ini mengeluarkan perkiraan mereka yang terakhir berkenaan pertumbuhan penduduk dunia. Menurut The New York Times, ”proyeksi yang baru memperlihatkan bahwa dunia bertambah dengan 97 juta orang setiap tahun sampai akhir abad ini dan selanjutnya 90 juta per tahun sampai tahun 2025”. Sembilan puluh tujuh persen dari pertumbuhan penduduk ini diperkirakan terjadi di negara-negara berkembang. Pertambahan penduduk sedemikian merupakan ancaman serius terhadap kualitas kehidupan manusia. ”Laporan itu memperingatkan bahwa angka pertumbuhan tersebut mengartikan bertambahnya jumlah orang yang miskin dan lapar, meningkatkan migrasi ke banyak kota dan negara-negara yang lebih kaya dan meningkatkan kebutuhan persediaan dunia akan makanan, air dan sumber daya alam lainnya,” tulis Times. Penduduk dunia yang saat ini adalah 5,5 miliar diperkirakan meningkat menjadi 10 miliar di tahun 2050.
Dunia yang Gemar Berperang
Istilah ”Tatanan Dunia Baru” akhir-akhir ini telah digunakan secara luas untuk menggambarkan perubahan suhu politik di dunia. Istilah tersebut sering memiliki konotasi yang positif, menghubungkan kecenderungan keadaan yang baru ini dengan kemungkinan adanya suatu perdamaian dunia. Namun, di bawah judul ”Tatanan Dunia Baru”, majalah Asiaweek baru-baru ini memuat daftar nama dari 100 negara lebih, melukiskan gambaran dari kondisi dunia yang lebih realistis. Negara-negara tersebut didaftarkan menurut kekuatan angkatan bersenjatanya. Urutan teratas dari daftar itu adalah Cina, dengan jumlah 2.300.000 tentara. Disusul oleh India dan Korea Utara masing-masing dengan jumlah tentara 1.000.000. Kira-kira 30 negara membanggakan bahwa angkatan bersenjata mereka termasuk hitungan enam berikutnya. Dalam daftar terbawah adalah Burkina Faso dengan jumlah 7.000 tentara. Total dari keseluruhan angkatan bersenjata yang dimuat dalam daftar oleh Asiaweek berjumlah lebih dari 15.000.000 tentara!
Perbudakan Dewasa Ini
Masalah perbudakan diperkirakan sudah dapat diselesaikan pada abad ke-19 yang lalu. Akan tetapi, suatu penyelidikan yang dilakukan oleh majalah Newsweek ”memperkirakan bahwa kasus-kasus perbudakan yang dilakukan dengan paksa telah mencapai sejauh tingkat jutaan”. Organisasi Anti Perbudakan Internasional di Inggris memperkirakan bahwa lebih dari 100 juta orang menderita sebagai budak di seluruh dunia. Orang-orang diperlakukan sebagai harta milik dan dibujuk untuk menjadi buruh kasar di tempat-tempat seperti Karibia, Timur Tengah, Afrika dan Asia. ”Banyak yang secara rutin dipukuli untuk memaksakan kepatuhan,” kata Newsweek. Beberapa pekerja dengan paksa dicap menggunakan besi panas yang kemerah-merahan. Di beberapa daerah, ada orang-orang yang mencari nafkah sebagai pedagang budak yang mengkhususkan diri untuk menculik dan menjual gadis-gadis belia. Di suatu negara, ”harga pasaran” seorang gadis sama dengan enam ekor sapi.
AIDS di Brasil
Dr. Luis Alberto Pelegrino Fereira, seorang virolog Brasil, baru-baru ini menyatakan bahwa di negara bagian Santa Catarina, 42 persen dari para penderita AIDS berusia antara 20 hingga 29. Ia menyatakan bahwa tingginya persentase penderita AIDS di kalangan orang dewasa muda ini ”meyakinkan kita bahwa orang-orang ini terinfeksi sewaktu mereka berusia 15 hingga 19 tahun”. Jelaslah, kegiatan seksual promiskuitas pada usia muda telah menyumbang kepada keadaan yang menyedihkan ini. Akan tetapi, telah diketahui secara luas bahwa penularan penyakit AIDS dapat juga melalui transfusi darah. Surat kabar O Estado de S. Paulo melaporkan bahwa enam penderita hemofilia, anggota-anggota dari keluarga yang sama, semua terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang tercemar.
Penjahat-Penjahat yang Stres
Selama 30 tahun, Profesor Francesco Aragona dari Lembaga Kedokteran Resmi di Universitas Messina, Sicilia, telah melakukan otopsi atas para anggota mafia. ”Menurut profesor, di balik penampilan yang angkuh dan percaya diri, para anggota mafia menderita problem kesehatan yang serius: Kehidupan sehari-harinya yang kejam mempengaruhi jantung, otak, kelenjar adrenalin, dan bahkan testikel atau ovarium, bergantung jenis kelaminnya, dengan cara yang luar biasa,” kata majalah Brasil Superinteressante. ”Saya mendapati gangguan jantung yang serius pada pemuda-pemuda berusia antara 18 hingga 20 tahun, . . . seolah-olah mereka telah hidup selama beberapa dekade dengan tekanan darah yang tinggi, mengarah ke stres,” kata majalah tersebut mengutip kata-kata Dr. Aragona. Ia menambahkan, ”Seandainya mereka tidak dibunuh, mereka akan mati dalam waktu singkat karena jantung tidak berfungsi,” dan ”kita dapat mengatakan, bahkan sehubungan dengan kesehatan, bahwa kejahatan tidak ada untungnya.”