Mengamati Dunia
Skandal Darah di Prancis
”Malapetaka yang belum pernah terjadi sebelumnya di Eropa Barat.” Demikian surat kabar Prancis Le Monde baru-baru ini menggambarkan skandal tentang praktek mengumpulkan darah narapidana untuk digunakan dalam transfusi. Pada tahun 1980-an, sekitar 5.000 pasien berkebangsaan Prancis terjangkit AIDS karena darah yang terkontaminasi—dilaporkan sebagai angka infeksi terburuk di dunia. Pada tahun 1985, darah yang terkumpul dari penjara bertanggung jawab atas lebih dari 25 persen unit darah yang terkontaminasi. Menurut suatu laporan yang disiapkan oleh the Social Affairs Board of Inspectors and the Legal Services Board of Inspectors, praktek pengumpulan darah di penjara yang dimulai pada tahun 1954, rupanya dipengaruhi oleh apa yang laporan itu sebut sebagai ”faktor-faktor ekonomi”. Pada awal tahun 1983, Inspektorat Kesehatan Prancis menganjurkan agar darah tidak diambil dari donor yang berisiko tinggi; tetapi, para pejabat penjara sebenarnya mempercepat tingkat pengumpulan pada tahun berikutnya.
Batu Karang Indonesia Terancam
”Perairan laut Indonesia mengandung komunitas batu karang terkaya dan paling beraneka ragam di dunia,” tulis The Jakarta Post baru-baru ini. Selain menjadi daya tarik pariwisata yang penting dan sumber banyak produk farmasi dan medis, ekosistem yang rumit dan indah ini melindungi garis pantai dari erosi dan mengurangi dampak badai pada masyarakat di pesisir. Post melaporkan bahwa setiap eksistensi karang yang sangat berharga ini kini terancam pencemaran yang dilakukan manusia, dengan pengerukan untuk dijadikan bahan bangunan, dengan pengumpulan karang, dan dengan metode penangkapan ikan yang destruktif seperti ledakan dinamit, pemasangan jaring dikarang-karang itu, dan penggunaan racun. Post melaporkan, ”Sekali batu karang dihancurkan, dibutuhkan waktu kira-kira 20 tahun bagi spesies pertama untuk muncul kembali dan 50 sampai 100 tahun bagi aneka jenisnya untuk kembali.”
Apakah Persalinan Cesar Lebih Aman?
Banyak wanita memilih bersalin secara cesar karena percaya bahwa pembedahan akan lebih aman dan tidak begitu menyakitkan. Menurut Jornal do Brasil, banyak dokter juga lebih suka melakukan bedah cesar, karena sementara ”persalinan normal umumnya memakan waktu rata-rata 8 hingga 12 jam dan saat melahirkan tidak pasti, pembedahan dapat direncanakan dan paling lama memakan waktu satu jam”. Akan tetapi, ahli obstetri Fernando Estellita Lins dikutip sewaktu berkata, ”Jumlah kematian, karena infeksi dan pendarahan yang disebabkan pembedahan, jauh lebih tinggi di antara wanita yang menjalani cesar.” Penelitian atas orang Brasilia memperlihatkan bahwa kematian ibu-ibu akibat ”persalinan melalui vagina adalah 43 per 100 ribu, sementara melalui cesar adalah 95 per 100 ribu”.
Wabah Terburuk dalam Sejarah
Masyarakat ilmiah menegaskan kembali keganasan flu spanyol. Menurut The New York Times Magazine, 196.000 orang meninggal di Amerika Serikat saja selama bulan Oktober 1918. ”Menjelang akhir musim dingin tahun 1918-19, dua miliar orang di seluruh dunia terserang flu, dan antara 20 juta sampai 40 juta jiwa meninggal,” kata majalah tersebut. John R. La Montagne, seorang pejabat pada Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Nasional di Bethesda, Maryland, mencatat bahwa flu Spanyol tahun 1918 merupakan ”epidemi yang paling menghancurkan yang pernah melanda kita dalam sejarah”. Benar, pada tahun 1347 M, penyakit pes, atau Black Death (Kematian Hitam), memberi pukulan yang menghancurkan kepada umat manusia selama empat tahun. Namun, menurut majalah tersebut, pada tahun 1918, ”pandemi yang menewaskan banyak orang pada tahun itu sama dengan yang tewas akibat Kematian Hitam selama empat tahun”.