PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/8 hlm. 12-14
  • Menempuh Pendidikan Tambahan atau Tidak?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menempuh Pendidikan Tambahan atau Tidak?
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pandangan yang Seimbang
  • Sekolah Lagi—Mengapa?
    Sedarlah!—1994
  • Pendidikan yang Bertujuan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Apakah Alkitab Menentang Pendidikan?
    Sedarlah!—1998
  • Orang Tua​—Masa Depan Apa yang Kalian Inginkan bagi Anak Kalian?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/8 hlm. 12-14

Menempuh Pendidikan Tambahan atau Tidak?

SEBERAPA banyakkah pendidikan dibutuhkan untuk mencari nafkah? Jawabannya beragam dari satu ke lain negara. Tampaknya di banyak negara tingkat pendidikan yang dibutuhkan untuk menafkahi diri sendiri lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dalam keadaan-keadaan tertentu, tingkat pendidikan minimum yang diwajibkan undang-undang tidak cukup.

Tidak diragukan, itulah sebabnya mengapa semakin banyak lulusan sekolah menengah kembali ke sekolah daripada langsung mencari pekerjaan. Memang, imbalannya tampak menggiurkan. The New York Times mengutip laporan Economic Policy Institute yang mendapati bahwa ”pekerja pria yang hanya memiliki ijazah sekolah menengah mengalami penurunan nilai upah sebesar 7,4 persen dari tahun 1979 ke tahun 1987, sementara nilai upah pria lulusan perguruan tinggi meningkat 7 persen”.

Lulusan perguruan tinggi menerima gelar yang dapat membuka peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja. William B. Johnston, peneliti senior di Hudson Institute, berkata, ”Gelar perguruan tinggi, atau bahkan bukti bahwa seseorang pernah kuliah, telah menjadi syarat utama untuk mendapatkan pekerjaan di negeri ini.”

Di lain pihak, harus diakui bahwa banyak lulusan perguruan tinggi berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan, dan mereka tidak kebal terhadap PHK. ”Mayoritas teman yang lulus bersama-sama dengan saya belum mendapat pekerjaan,” kata Karl yang berusia 22 tahun. Jim, 55 tahun, lulus dengan pujian dari universitas terkenal namun di-PHK pada bulan Februari 1992. Ijazahnya tidak menyelamatkan dia, juga tidak dapat membantunya mendapatkan pekerjaan yang mantap. ”Tempat berpijak Anda berubah menjadi pasir,” katanya.

Seperti Jim, cukup banyak lulusan perguruan tinggi telah mendapati diri mereka dalam apa yang disebut U.S.News & World Report sebagai ”api penyucian pekerja kerah putih”​—terlalu muda untuk pensiun, terlalu tua untuk dipekerjakan oleh perusahaan lain.

Oleh karena itu, meskipun mungkin pendidikan perguruan tinggi ada keuntungannya, jelaslah bahwa itu bukan obat yang ampuh. Itu pun bukan satu-satunya pilihan. Herbert Kohl menulis dalam The Question Is College, ”Ada banyak orang berhasil yang tidak kuliah dan banyak pekerjaan yang layak yang tidak membutuhkan gelar perguruan tinggi.” Suatu perusahaan, misalnya, mempekerjakan orang-orang yang bukan lulusan perguruan tinggi untuk menduduki jabatan-jabatan yang sering dipegang oleh lulusan perguruan tinggi. Sebaliknya daripada mencari gelar, perusahaan mencari pelamar yang memperlihatkan kesanggupan untuk bekerja sebaik-baiknya. ”Apabila kami menemukan orang semacam itu,” kata seorang juru bicara perusahaan, ”kami beranggapan bahwa kami dapat mengajar [dia] keterampilan-keterampilan kerja tertentu.”

Ya, banyak orang telah sanggup menafkahi diri sendiri dan keluarga mereka tanpa memiliki gelar perguruan tinggi. Beberapa dari antara mereka telah mengambil rangkaian mata pelajaran di berbagai akademi, politeknik, atau program perguruan tinggi dua tahun, dengan investasi biaya dan waktu yang paling sedikit.a Yang lain-lain telah mengembangkan keterampilan atau kejuruan tanpa mengikuti suatu bentuk pelatihan khusus apa pun. Dengan menjaga reputasi yang dapat diandalkan, mereka telah berhasil mempertahankan pekerjaan yang mantap.

Pandangan yang Seimbang

Tentu saja, tidak ada bentuk pendidikan—termasuk perguruan tinggi atau pendidikan lanjutan apa pun​—yang menyediakan jaminan keberhasilan. Lagi pula, Alkitab dengan saksama menyatakan bahwa ”adegan pentas dunia ini sedang berubah”. (1 Korintus 7:31, NW) Apa yang dituntut hari ini bisa jadi dianggap tidak berguna di kemudian hari.

Jadi, seseorang yang mempertimbangkan untuk mengikuti pendidikan tambahan hendaknya mempertimbangkan dengan saksama untung-ruginya. ’Sanggupkah saya menyediakan biayanya? Lingkungan dan pergaulan macam apa yang akan saya hadapi? Apakah bidang ilmu itu memberikan pelatihan praktis yang akan memungkinkan saya menafkahi diri sendiri? Apakah itu akan membantu saya menafkahi keluarga jika di kemudian hari saya menikah?’ Orang-tua yang mendukung hendaknya dapat memberikan nasihat yang berharga selaras dengan tanggung jawab yang diberikan Alkitab kepada mereka. (Ulangan 4:10; 6:4-9; 11:18-21; Amsal 4:1, 2) Jika Anda mempertimbangkan keuntungan finansial dari pendidikan lanjutan ataupun segi lainnya, kata-kata Yesus patut diperhatikan, ”Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?”​—Lukas 14:28.

Memang, mengambil pendidikan tambahan atau tidak, merupakan suatu keputusan yang harus dipertimbangkan dengan saksama. Seorang Kristen selalu mencamkan kata-kata Yesus di Matius 6:33, ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya [Bapa surgawimu], maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Di kalangan orang-orang Kristen sejati, mereka yang tidak menempuh pendidikan tambahan tidak dipandang sebelah mata atau diperlakukan sebagai kaum yang lebih rendah, demikian pula mereka yang berpendidikan tinggi hendaknya tidak diasingkan atau tidak dicap sebagai golongan cendekiawan. Rasul Paulus menulis, ”Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.”​—Roma 14:4.

Yesus mencerminkan pandangan yang seimbang ini. Ia tidak merendahkan orang-orang ”biasa dan tidak terpelajar”, ia juga tidak menahan pemilihan Paulus yang berpendidikan tinggi menunaikan pekerjaan penginjilan yang penuh kuasa. (Kisah 4:13; 9:10-16) Dalam keadaan apa pun, pendidikan hendaknya diletakkan pada tempatnya, sebagaimana diperlihatkan dalam artikel berikut ini.

[Catatan Kaki]

a Program pendidikan tambahan berbeda di masing-masing tempat. Sekolah, perpustakaan, dan pelayanan penempatan tenaga kerja pemerintah merupakan sumber yang berharga untuk mengetahui apa yang tersedia di daerah Anda.

[Kotak di hlm. 13]

Pendidikan Tambahan

Menara Pengawal terbitan 1 November 1992, menyatakan sehubungan Saksi-Saksi Yehuwa dan dinas sepenuh waktu, ”Kecenderungan umum di banyak negeri adalah bahwa tingkat pendidikan yang dituntut untuk memperoleh pendapatan yang memadai kini lebih tinggi daripada beberapa tahun yang lalu. . . . Sulit mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang memadai setelah menyelesaikan hanya pendidikan sekolah yang paling rendah yang dituntut oleh undang-undang . . .

”Apa yang dimaksud dengan ’pendapatan yang memadai’? . . . Pendapatan mereka dapat disebut ’sepantasnya’, atau ’memuaskan’, bila apa yang mereka peroleh memungkinkan mereka untuk hidup selayaknya seraya memberikan mereka cukup waktu serta tenaga untuk menunaikan pelayanan Kristen mereka.”

Jadi, Menara Pengawal mengatakan, ”Hendaknya tidak dibuat peraturan yang kaku untuk mendukung atau menentang pendidikan tambahan.”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan