PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • na hlm. 23-27
  • Nama Allah dan ”Perjanjian Baru”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Nama Allah dan ”Perjanjian Baru”
  • Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Nama Itu Dulu Dimuat
  • Disingkirkannya Nama Itu
  • Perlunya Nama Itu
  • Haruskah Nama Itu Dipulihkan?
  • Perlawanan Terhadap Nama Itu
  • Tantangan Mengenal Allah dengan Nama-Nya
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2010
  • Yehuwa
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • C1 Nama Allah Dikembalikan di ”Perjanjian Baru”
    Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (Edisi Pelajaran)
  • Nama Ilahi
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya
na hlm. 23-27

Nama Allah dan ”Perjanjian Baru”

KEDUDUKAN nama Allah tidak tergoyahkan dalam Alkitab Ibrani, ”Perjanjian Lama”. Meskipun orang Yahudi akhirnya tidak mengucapkannya lagi, kepercayaan agama mereka mencegah mereka untuk menyingkirkan nama itu pada waktu membuat salinan Alkitab dari naskah-naskah yang lebih tua. Maka, dalam Alkitab Ibrani nama Allah muncul lebih sering daripada nama lain.

Mengenai Alkitab Yunani Kristen, ”Perjanjian Baru”, keadaannya berbeda. Naskah-naskah dari buku Wahyu (buku Alkitab yang terakhir) memuat nama Allah dalam bentuk singkatannya, ”Yah”, (dalam kata ”Haleluyah”). Tetapi selain itu, naskah Yunani kuno yang kita miliki dewasa ini dari buku Matius sampai Wahyu tidak ada yang memuat nama Allah secara lengkap. Apakah ini berarti bahwa nama itu seharusnya tidak dimuat? Hal ini mengherankan mengingat bahwa para pengikut Yesus mengakui pentingnya nama Allah, dan Yesus mengajar kita berdoa agar nama Allah disucikan. Maka, apa yang telah terjadi?

Untuk mengerti hal ini, ingat bahwa naskah-naskah Alkitab Yunani Kristen yang kita miliki dewasa ini bukanlah yang asli. Buku-buku aslinya yang ditulis oleh Matius, Lukas dan penulis-penulis Alkitab lain banyak sekali digunakan dan cepat usang. Maka, dibuat salinan-salinan, dan pada waktu salinan-salinan itu usang, salinan-salinan yang baru dibuat lagi dari salinan-salinan yang sudah ada. Inilah yang kita harapkan, karena salinan-salinan itu biasanya dibuat untuk digunakan, bukan untuk disimpan saja.

Ada ribuan salinan Alkitab Yunani Kristen dewasa ini, tetapi kebanyakan dari padanya dibuat selama atau setelah abad keempat Tarikh Masehi. Timbul kemungkinan: Apakah sesuatu terjadi atas naskah Alkitab Yunani Kristen sebelum abad keempat sehingga nama Allah dihilangkan? Fakta-fakta membuktikan bahwa memang demikian halnya.

Nama Itu Dulu Dimuat

Dapat dipastikan bahwa rasul Matius memasukkan nama Allah dalam Injilnya. Mengapa? Karena semula ia menulisnya dalam bahasa Ibrani. Pada abad keempat, Jerome, yang menerjemahkan Vulgata Latin, menuturkan, ”Matius, yang juga seorang Lewi, dan yang dari seorang pemungut cukai menjadi rasul, pertama-tama menyusun Injil tentang Kristus di Yudea dalam bahasa Ibrani . . . Siapa yang menerjemahkannya setelah itu dalam bahasa Yunani tidak dapat dipastikan sepenuhnya. Selain itu, naskah Ibrani itu sendiri terpelihara sampai hari ini dalam perpustakaan di Kaisarea.

Karena Matius menulis dalam bahasa Ibrani, tidak dapat dibayangkan bahwa ia tidak menggunakan nama Allah, terutama bila mengutip dari bagian-bagian ”Perjanjian Lama” yang memuat nama itu. Tetapi, penulis-penulis lain dari Alkitab bagian kedua menulis untuk pembaca di seluruh dunia dalam bahasa internasional pada zaman itu, bahasa Yunani. Jadi, mereka tidak mengutip dari tulisan-tulisan Ibrani yang semula tetapi dari terjemahan Yunani Septuaginta. Dan bahkan Injil Matius akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Apakah nama Allah muncul dalam tulisan-tulisan Yunani ini?

Nah, beberapa potongan yang sangat tua dari Terjemahan Septuaginta yang sebenarnya ada pada zaman Yesus telah terpelihara sampai zaman kita, dan patut diperhatikan bahwa nama pribadi Allah muncul di dalamnya. The New International Dictionary of New Testament Theology (Kamus Internasional Baru dari Teologi Perjanjian Baru; Jilid 2, halaman 512) mengatakan, ”Penemuan-penemuan naskah baru-baru ini menimbulkan keraguan terhadap gagasan bahwa para penyusun dari LXX [Septuaginta] menerjemahkan tetragramaton YHWH sebagai kyrios. Dalam (potongan-potongan) yang paling tua dari naskah-naskah LXX yang kini ada, tetragramaton dinyatakan dalam huruf-huruf Ib[rani] dalam naskah Y[unani]. Kebiasaan ini dipertahankan oleh para penerjemah Yahudi yang belakangan dari P[erjanjian] L[ama] di abad-abad pertama M.” Karena itu, bila Yesus dan murid-muridnya membaca Alkitab dalam bahasa Ibrani ataupun bahasa Yunani, mereka akan menemukan nama ilahi.

Maka, Profesor George Howard, dari Universitas Georgia, AS, memberikan komentar ini, ”Bila Septuaginta yang digunakan dan dikutip oleh gereja Perjanjian Baru memuat bentuk Ibrani dari nama ilahi, para penulis Perjanjian Baru pasti memasukkan Tetragramaton dalam kutipan-kutipan mereka.” (Biblical Archaeology Review [Majalah Arkeologi Alkitab], Maret 1978, halaman 14) Wewenang apa yang mereka miliki untuk tidak berbuat demikian?

Nama Allah tetap ada dalam terjemahan-terjemahan ”Perjanjian Lama” dalam bahasa Yunani untuk beberapa waktu lamanya. Pada separuh pertama abad kedua M, proselit Yahudi Akwila membuat sebuah terjemahan Alkitab Ibrani yang baru ke dalam bahasa Yunani, dan dalam hal ini ia menyatakan nama Allah dengan Tetragramaton dalam huruf-huruf Ibrani kuno. Pada abad ketiga, Origen menulis, ”Dan dalam naskah-naskah yang paling saksama NAMA itu ditulis dalam huruf-huruf Ibrani, namun bukan dalam [huruf-huruf] Ibrani zaman sekarang, tetapi yang paling kuno.”

Bahkan di abad keempat, Jerome menulis dalam kata pengantarnya untuk buku-buku Samuel dan Raja-Raja, ”Dan kami menemukan nama Allah, Tetragramaton [יהוה], dalam jilid-jilid bahasa Yunani tertentu bahkan sampai hari ini, yang dinyatakan dalam huruf-huruf kuno.”

Disingkirkannya Nama Itu

Namun, pada waktu itu, kemurtadan yang dinubuatkan Yesus telah mulai, dan nama itu, meskipun muncul dalam naskah-naskah, makin lama makin kurang digunakan. (Matius 13:24-30; Kisah 20:29, 30) Akhirnya, banyak pembaca bahkan tidak mengetahui apa nama itu dan Jerome menuturkan bahwa pada zamannya ”orang-orang tertentu yang tidak tahu, karena miripnya huruf-huruf itu, bila mereka menemukan [Tetragramaton] dalam buku-buku Yunani, menjadi terbiasa untuk membaca ΠΙΠΙ”.

Dalam salinan-salinan Septuaginta yang belakangan, nama Allah dihilangkan dan kata-kata seperti ”Allah” (The·osʹ) dan ”Tuhan” (Kyʹri·os) dipakai sebagai penggantinya. Kita tahu terjadinya hal ini karena kita memiliki potongan-potongan Septuaginta yang lebih awal di mana nama Allah dimasukkan dan salinan-salinan yang belakangan dari bagian-bagian yang sama itu dalam Septuaginta di mana nama Allah telah disingkirkan.

Hal yang sama terjadi dalam ”Perjanjian Baru”, atau Alkitab Yunani Kristen. Profesor George Howard selanjutnya mengatakan, ”Ketika bentuk Ibrani untuk nama ilahi dihapus karena istilah Yunani pengganti dalam Septuaginta lebih disukai, nama ini juga dihapus dalam Perjanjian Baru yang dikutip dari Septuaginta. . . . Tidak lama kemudian nama ilahi lenyap dari gereja Kafir kecuali yang dinyatakan dalam istilah pengganti berupa singkatan atau yang diingat oleh para sarjana.”

Jadi, orang Yahudi menolak untuk mengucapkan nama Allah, sedangkan gereja Kristen yang murtad berupaya bahkan menghapuskannya sama sekali dari naskah-naskah bahasa Yunani dari kedua bagian Alkitab, maupun dari terjemahan-terjemahan lain.

Perlunya Nama Itu

Akhirnya, seperti telah kita lihat sebelumnya, nama itu dipulihkan dalam banyak terjemahan Alkitab Ibrani. Tetapi bagaimana dengan Alkitab Yunani? Nah, penerjemah-penerjemah dan siswa-siswa Alkitab akhirnya menyadari bahwa tanpa nama Allah beberapa bagian dari Alkitab Yunani Kristen sangat sulit dimengerti dengan tepat. Pemulihan nama itu merupakan bantuan besar untuk memperjelas dan membuat bagian-bagian Alkitab yang terilham ini dapat dimengerti.

Misalnya, pertimbangkan kata-kata Paulus kepada orang Roma, ”Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (Roma 10:13) Nama siapa harus kita serukan agar diselamatkan? Karena Yesus sering disebut sebagai ”Tuhan”, dan satu ayat bahkan mengatakan, ”Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,” apakah kita harus menyimpulkan bahwa yang Paulus maksudkan adalah nama Yesus?—Kisah 16:31.

Tidak, seharusnya tidak. Salah satu catatan kaki untuk Roma 10:13 dalam Authorized Version mengarahkan kita kepada Yoel 2:32 dalam Alkitab Ibrani. Jika saudara memeriksa ayat yang dimaksud, saudara akan mendapati bahwa Paulus sebenarnya mengutip kata-kata Yoel dalam suratnya kepada orang Roma; dan apa yang dikatakan Yoel dalam bahasa Ibrani yang semula adalah: ”Barangsiapa yang berseru kepada nama Yehuwa akan diselamatkan.” (New World Translation) Ya, Paulus di sini memaksudkan bahwa kita hendaknya berseru kepada nama Yehuwa. Jadi, seraya kita harus percaya kepada Yesus, keselamatan kita erat hubungannya dengan penghargaan yang sepatutnya akan nama Allah.

Contoh ini memperlihatkan bahwa disingkirkannya nama Allah dari Alkitab Yunani turut mengacaukan siapa Yesus dan Yehuwa dalam pikiran banyak orang. Pasti, hal itu merupakan sumbangan besar bagi perkembangan ajaran Trinitas!

Haruskah Nama Itu Dipulihkan?

Apakah seorang penerjemah berhak untuk memulihkan nama itu, mengingat kenyataan bahwa naskah-naskah yang ada tidak memuatnya? Ya, ia berhak. Kebanyakan kamus (lexicon) Yunani mengakui bahwa sering kali kata ”Tuhan” dalam Alkitab memaksudkan Yehuwa. Misalnya, dalam suatu bagian di bawah kata Yunani Kyʹri·os (”Tuhan”), A Greek and English Lexicon of the New Testament (Kamus Yunani dan Inggris dari Perjanjian Baru) karya Robinson (dicetak tahun 1859) mengatakan bahwa kata itu berarti ”Allah sebagai Tuhan Yang Tertinggi dan penguasa alam semesta, biasanya dalam Sept[uaginta] menggantikan kata Ib[rani] יְהוָֹה Yehuwa”. Jadi, di tempat-tempat di mana penulis-penulis Alkitab Yunani Kristen mengutip Alkitab Ibrani yang asli, penerjemahnya berhak menerjemahkan kata Kyʹri·os sebagai ”Yehuwa” di mana pun nama ilahi itu muncul dalam bahasa Ibrani aslinya.

Banyak penerjemah telah melakukan hal ini. Sedikitnya mulai dari abad ke-14, banyak terjemahan Ibrani dibuat dari Alkitab Yunani Kristen. Apa yang dilakukan para penerjemah bila mereka sampai pada kutipan-kutipan dari ”Perjanjian Lama” di mana nama Allah muncul? Sering kali, mereka merasa dipaksa untuk memulihkan nama Allah pada ayat itu. Banyak terjemahan dari bagian-bagian atau seluruh Alkitab Yunani Kristen ke bahasa Ibrani memuat nama Allah.

Terjemahan-terjemahan ke bahasa modern, terutama yang digunakan oleh para utusan injil, mengikuti contoh ini. Jadi banyak terjemahan-terjemahan Alkitab Yunani ke dalam bahasa-bahasa Afrika, Asia (termasuk dalam bahasa Mentawai), Amerika dan kepulauan Pasifik menggunakan nama Yehuwa dengan terus terang, sehingga para pembaca dapat melihat dengan jelas perbedaan antara Allah yang benar dan allah-allah palsu. Nama itu muncul, juga, dalam terjemahan bahasa-bahasa Eropa.

Satu terjemahan yang dengan berani memulihkan nama Allah dengan wewenang yang kuat adalah New World Translation of the Christian Greek Scriptures (Terjemahan Dunia Baru Alkitab Yunani Kristen). Terjemahan ini, yang sekarang tersedia dalam 13 bahasa modern, telah memulihkan nama Allah setiap kali suatu bagian dari Alkitab Ibrani yang memuat nama itu dikutip dalam Alkitab Yunani. Keseluruhannya, nama itu muncul dengan dasar yang kuat, 237 kali dalam terjemahan Alkitab Yunani tersebut.

Perlawanan Terhadap Nama Itu

Meskipun ada upaya dari banyak penerjemah untuk memulihkan nama Allah dalam Alkitab, selalu ada tekanan-tekanan yang bersifat agama untuk menghapusnya. Orang Yahudi, meskipun membiarkannya tetap ada dalam Alkitab mereka, tidak mau mengucapkannya. Orang Kristen yang murtad dari abad kedua dan ketiga menyingkirkannya bila mereka membuat salinan-salinan dari naskah Alkitab Yunani dan menghapusnya bila mereka membuat terjemahan-terjemahan Alkitab. Para penerjemah pada zaman modern telah menyingkirkannya, sekalipun mereka mendasarkan terjemahan mereka pada bahasa Ibrani yang semula, di mana nama itu muncul hampir 7.000 kali. (Nama itu muncul 6.973 kali dalam naskah Ibrani dari New World Translation of the Holy Scriptures [Terjemahan Alkitab Dunia Baru], edisi 1984.)

Bagaimana pandangan Yehuwa terhadap orang-orang yang menyingkirkan nama-Nya dari Alkitab? Andaikata saudara seorang pengarang, bagaimana perasaan saudara terhadap seseorang yang berupaya keras menyingkirkan nama saudara dari buku yang saudara karang? Para penerjemah yang menolak nama itu, yang berbuat demikian karena problem-problem ucapan atau karena tradisi Yahudi, dapat disamakan dengan mereka yang menurut Yesus, ”menapis nyamuk, tetapi menelan unta”. (Matius 23:24, Bode) Mereka tersandung pada problem-problem kecil tapi akhirnya menciptakan problem besar—dengan menyingkirkan nama pribadi terbesar di alam semesta dari buku yang Ia ilhami.

Penulis mazmur menulis, ”Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama-Mu terus-menerus?”—Mazmur 74:10.

[Kotak di hlm. 25]

”TUHAN”—Sama dengan ”Yehuwa”?

Menghilangkan nama pribadi Allah yang khas dari Alkitab dan menggantinya dengan gelar seperti ”Tuhan” atau ”Allah” membuat ayat itu lemah dan serbakurang dalam banyak hal. Misalnya, hal ini dapat menjurus kepada gabungan kata-kata yang tidak berarti. Dalam kata pengantarnya, The Jerusalem Bible, berkata, ”Untuk mengatakan, ’Tuhan adalah Allah’ pasti suatu tautology [pengulangan yang tidak perlu, atau tidak berarti], sedangkan mengatakan ’Yahweh adalah Allah’ tidak demikian halnya.”

Penggantian-penggantian sedemikian juga dapat menimbulkan kalimat-kalimat yang janggal. Maka Mazmur 8:10 berbunyi, ”Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Jauh lebih baik bila nama Yehuwa dipulihkan dalam ayat sedemikian! Jadi, Young’s Literal Translation of the Holy Bible (Terjemahan Alkitab secara Aksara oleh Young) di sini berbunyi, ”Yehuwa, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!”

Menghilangkan nama itu juga dapat menimbulkan kekacauan. Mazmur 110:1 berkata, ”Bahwa Tuhan telah berfirman kepada Tuhanku: Duduklah Engkau pada kananku, sampai sudah kutaruh segala seterumu akan alas kakimu.” (Klinkert) Siapa berbicara kepada siapa? Betapa jauh lebih baik terjemahan, ”Demikianlah Firman Yehuwa kepada Tuhanku, ’Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”—New World Translation.

Selain itu, mengganti ”Yehuwa” dengan ”Tuhan” menghilangkan sesuatu yang sangat penting dari Alkitab: nama pribadi Allah. The Illustrated Bible Dictionary (Kamus Alkitab Bergambar; Jilid 1, halaman 572) menyatakan, ”Dengan tegas, Yahweh adalah satu-satunya ’nama’ dari Allah.”

The Imperial Bible-Dictionary ([Kamus Alkitab Serba-Lengkap]; Jilid 1, halaman 856) melukiskan perbedaan antara ”Allah” (Elohim) dan ”Yehuwa”, dengan menyatakan, ”[Yehuwa] di mana-mana adalah nama diri, menyatakan Allah sebagai pribadi dan Dia saja; sedangkan Elohim lebih menyatakan sifat dari kata benda secara umum, memang, biasanya menyatakan, Yang Tertinggi, tetapi bukan keharusan atau selalu demikian.”

J. A. Motyer, kepala dari Trinity College, Inggris, menambahkan, ”Banyak yang hilang dalam pembacaan Alkitab jika kita lupa untuk melihat lebih jauh dari kata penggantinya [Tuhan atau Allah] kepada nama Allah sendiri yang pribadi dan akrab. Dengan memberi tahu nama-Nya kepada umat-Nya, Allah bermaksud untuk menyingkapkan kepada mereka sifat-Nya yang paling dalam.”—Eerdmans’ Handbook to the Bible (Buku Petunjuk Alkitab dari Eerdman), halaman 157.

Tidak, kita tidak dapat menerjemahkan nama diri yang khas dengan suatu gelar saja. Suatu gelar tidak pernah dapat menyampaikan arti yang penuh dan kaya dari nama Allah yang asli.

[Kotak/Gambar di hlm. 26]

Potongan dari Septuaginta (kanan) yang berasal dari abad Pertama M ini dan yang berisi Zakharia 8:19-21 dan 8:23–9:4 terdapat di Museum Israel di Yerusalem. Potongan ini memuat nama Allah empat kali, tiga di antaranya dinyatakan di sini. Dalam Naskah Alexandrine (kiri) sebuah salinan dari Septuaginta yang dibuat 400 tahun kemudian, nama Allah telah diganti dalam ayat-ayat yang sama dengan KY dan KC, bentuk-bentuk singkatan dari kata Yunani Kyʹri·os (”Tuhan”)

[Kotak di hlm. 27]

John W. Davis, seorang utusan injil di Cina selama abad ke-19, menjelaskan mengapa ia yakin bahwa nama Allah seharusnya ada dalam Alkitab, ”Jika Roh Kudus mengatakan Yehuwa dalam tempat mana pun dalam bahasa Ibrani, mengapa penerjemah tidak mengatakan Yehuwa dalam bahasa Inggris atau Cina? Dengan hak apa ia dapat mengatakan, Aku akan menggunakan Yehuwa di tempat ini dan kata pengganti di ayat lain? . . . Jika seseorang akan mengatakan bahwa ada hal-hal di mana penggunaan Yehuwa adalah salah, hendaknya ia memperlihatkan alasannya mengapa; onus probandi [beban pembuktian] ada padanya. Ia akan mendapati bahwa tugas itu sulit, karena ia harus menjawab pertanyaan yang sederhana ini,—Jika dalam hal tertentu adalah salah untuk menggunakan Yehuwa dalam terjemahan, maka mengapa penulis yang terilham menggunakannya dalam naskah yang asli?”—The Chinese Recorder and Missionary Journal (Majalah Pencatat dan Utusan Injil Cina), Jilid VII, Shanghai, 1876.

[Gambar di hlm. 23]

New World Translation of the Christian Greek Scriptures dengan sepatutnya menggunakan nama Allah 237 kali

[Gambar di hlm. 24]

Nama Allah di sebuah gereja di Minorka, Spanyol;

pada sebuah patung dekat Paris, Prancis;

dan pada Chiesa di San Lorenzo, Parma, Italia

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan