PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • rs hlm. 342-hlm. 346
  • Santo-Santo (Orang-Orang Kudus)

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Santo-Santo (Orang-Orang Kudus)
  • Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Jika Seseorang Mengatakan—
  • Bagaimana para Santo Sejati Dapat Menolong Saudara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
  • Patutkah Kita Berdoa kepada Para Santo?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2013
  • Kesamaan antara ”Bait Allah” dan Berhala di Yunani?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Bolehkah Saya Berdoa kepada Para Santo?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
Lihat Lebih Banyak
Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
rs hlm. 342-hlm. 346

Santo-Santo (Orang-Orang Kudus)

Definisi: Menurut ajaran Katolik Roma, santo-santo adalah orang-orang yang sudah mati dan sekarang ada bersama Kristus di surga dan mereka diberi penghormatan oleh gereja karena kesucian dan kebajikan mereka yang luar biasa. Pengakuan iman berdasarkan Konsili di Trent menyatakan bahwa permohonan harus ditujukan kepada santo-santo sebagai perantara kita dengan Allah dan bahwa relikui maupun patung-patung mereka harus dipuja. Agama-agama lain juga memohon bantuan dari orang-orang kudus. Ada agama-agama yang mengajarkan bahwa semua anggota mereka adalah orang kudus dan bebas dari dosa. Alkitab banyak menyebut tentang santo-santo atau orang-orang kudus. Yang dimaksudkan ialah ke-144.000 pengikut Yesus yang diurapi dengan roh.

Apakah Alkitab mengajarkan bahwa seseorang harus mendapat kemuliaan surgawi dahulu sebelum ia diakui sebagai orang kudus?

Alkitab memang menyebut tentang orang-orang kudus, atau santo-santo, yang ada di surga. Yehuwa dikatakan sebagai ”Pribadi Kudus [bahasa Yunani, haʹgi·on]”. (1 Ptr. 1:15, 16; lihat Imamat 11:45.) Yesus Kristus digambarkan sebagai ”Yang Kudus [haʹgi·os] dari Allah” ketika berada di bumi dan sebagai ”yang kudus [haʹgi·os]” sewaktu di surga. (Mrk. 1:24; Pny. 3:7) Malaikat-malaikat pun ”kudus”. (Kis. 10:22) Kata dasar yang sama dalam bahasa Yunani diterapkan kepada cukup banyak orang di bumi.

Kis. 9:32, 36-41, TB: ”Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus [ha·giʹous] yang di Lida. Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita [yang meninggal] . . . [Petrus] berpaling ke mayat itu dan berkata: ’Tabita, bangkitlah!’ Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.” (Jelaslah, orang-orang kudus ini belum berada di surga. Selain itu, yang dianggap sebagai orang kudus bukan hanya pribadi yang menonjol seperti Petrus.)

2 Kor. 1:1; 13:12, TB: ”Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus [ha·giʹois] di seluruh Akhaya.” ”Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Salam dari semua orang kudus kepada kamu.” (Semua orang Kristen masa awal yang sudah dibersihkan dengan darah Kristus dan dipisahkan untuk dinas Allah sebagai calon ahli-ahli waris bersama Kristus, disebut santo, atau orang kudus. Jelaslah bahwa mereka diakui sebagai orang kudus bukan setelah mereka mati.)

Apakah berdoa kepada ”santo-santo” agar mereka menjadi perantara dengan Allah dibenarkan Alkitab?

Yesus Kristus berkata, ”Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, . . . ” Jadi, doa harus ditujukan kepada Bapak. Yesus juga berkata, ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” (Mat. 6:9, TB; Yoh. 14:6, 14, TB) Jadi, Yesus menepis gagasan bahwa orang lain dapat menjalankan peranan sebagai perantara. Mengenai Kristus, rasul Paulus menambahkan, ”Kristus Yesus itulah, yang sudah mati, bahkan, yang dihidupkan pula, dan yang ada di sebelah kanan Allah, dan yang memohonkan karena kita.” ”Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” (Rm. 8:34, TL; Ibr. 7:25, TB) Jika kita benar-benar menginginkan agar doa kita didengar Allah, bukankah lebih baik menghampiri Dia sesuai dengan petunjuk Firman-Nya? (Lihat juga halaman 214, di bawah judul ”Maria”.)

Ef. 6:18, 19, TB: ”Berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil.” (Cetak miring ditambahkan.) (Di sini dianjurkan berdoa untuk orang-orang kudus bukan kepada atau melalui mereka. New Catholic Encyclopedia, 1967, Jil. XI, hlm. 670, mengakui, ”Biasanya dalam P[erjanjian] B[aru], semua doa, baik doa pribadi maupun doa bersama dalam liturgi umum, ditujukan kepada Allah Bapak melalui Kristus.”)

Rm. 15:30, TB: ”Demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku.” (Rasul Paulus, sebagai orang kudus, memohon agar rekan-rekan Kristennya yang juga orang-orang kudus berdoa bagi dia. Namun, perhatikan bahwa doa-doa Paulus tidak ditujukan kepada sesama orang kudus itu. Dan juga doa-doa mereka bagi Paulus tidak menggantikan hubungan akrab yang Paulus sendiri nikmati secara pribadi dengan Bapak melalui doa. Bandingkan Efesus 3:11, 12, 14.)

Bagaimana seharusnya pandangan kita terhadap kebiasaan memuja relikui dan patung ”orang-orang kudus”?

New Catholic Encyclopedia mengakui, ”Jadi, sia-sia untuk mencari dalam Perjanjian Lama dasar pembenaran kebiasaan memuja relikui orang-orang kudus; dalam Perjanjian Baru juga tidak banyak perhatian diberikan kepada relikui. . . . [”Bapak” Gereja] Origen tampaknya menganggap kebiasaan itu sebagai suatu tanda penghormatan yang bersifat kafir untuk sebuah benda jasmani.”—(1967), Jil. XII, hlm. 234, 235.

Patut diperhatikan bahwa Musa dikubur oleh Allah, dan tidak seorang pun pernah menemukan kuburannya. (Ul. 34:5, 6) Namun, Yudas 9 memberi tahu kita bahwa penghulu malaikat Mikhael berselisih dengan si Iblis tentang tubuh Musa. Mengapa? Jelaslah Allah menyembunyikannya sedemikian rupa sehingga manusia tidak akan tahu di mana tempatnya. Apakah si Musuh ingin membawa manusia kepada jenazah tersebut untuk dipertunjukkan dan mungkin dijadikan objek pemujaan?

Mengenai pemujaan patung ”santo-santo”, lihat judul utama ”Patung-Patung”.

Mengapa ”santo-santo” Katolik digambarkan berhalo?

New Catholic Encyclopedia mengakui, ”Tanda pengenal paling umum yang diberikan kepada semua santo ialah nimbus (awan), sebuah lingkaran bercahaya di sekeliling kepala seorang santo. Asal usulnya ialah dari masa pra-Kristen. Contoh-contoh dapat ditemukan dalam karya seni Helenistik yang diilhami agama kafir; seperti terlihat pada mosaik dan uang-uang logam, halo digunakan untuk keturunan dewa [setengah dewa setengah manusia] dan dewa-dewa seperti Neptunus, Yupiter, Bakkhus, dan terutama Apolo (dewa matahari).”—(1967), Jil. XII, hlm. 963.

The New Encyclopœdia Britannica mengatakan, ”Dalam kesenian Helenistik dan Romawi, dewa matahari Helios dan kaisar-kaisar Romawi sering muncul dengan mahkota cahaya. Karena berasal dari kekafiran, bentuk ini dihindari dalam kesenian Kristen masa awal, tetapi nimbus bulat yang sederhana digunakan oleh kaisar-kaisar Kristen untuk gambar-gambar resmi mereka. Sejak pertengahan abad ke-4, Kristus juga digambarkan dengan tanda pengenal diraja seperti itu . . . baru pada abad ke-6, halo ini biasa digunakan untuk Maria dan santo-santo lainnya.”—(1976), Micropædia, Jil. IV, hlm. 864.

Apakah patut untuk membaurkan Kekristenan dengan lambang-lambang kafir?

”Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial [Setan]? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup . . . Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.”—2 Kor. 6:14-18, TB.

Apakah mungkin seluruh anggota suatu kelompok agama adalah orang-orang kudus dan karena itu bebas dari dosa?

Semua orang yang membentuk sidang Kristen abad pertama memang orang-orang kudus. (1 Kor. 14:33, 34; 2 Kor. 1:1; 13:13, TB) Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang menerima ”pengampunan dosa” dan ”dikuduskan” oleh Allah. (Kis. 26:18; 1 Kor. 1:2, TB) Meskipun demikian, mereka tidak mengaku bebas dari semua dosa. Mereka lahir sebagai keturunan dari pedosa, Adam. Dengan rendah hati rasul Paulus mengakui bahwa warisan ini sering membuat mereka harus berjuang untuk melakukan yang benar. (Rm. 7:21-25) Dan rasul Yohanes dengan tegas mengatakan, ”Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1 Yoh. 1:8, TB) Jadi, sebagai orang kudus, dalam pengertian yang digunakan sehubungan dengan pengikut-pengikut Kristus sejati, tidak berarti bahwa selama dalam tubuh jasmani mereka bebas dari semua dosa.

Apakah semua orang Kristen sejati dewasa ini adalah orang-orang kudus dengan harapan hidup di surga? Lihat halaman 365-367.

Jika Seseorang Mengatakan—

’Apakah Anda percaya kepada orang-orang kudus?’

Saudara dapat menjawab, ’Yang mana yang Anda maksudkan?’ Kalau orang itu menyebutkan Maria dan/atau rasul-rasul, Saudara mungkin dapat menambah: (1) ’Ya, mereka disebut demikian dalam Alkitab, dan saya percaya apa yang tertulis itu. Namun, kami terutama tertarik akan apa yang mereka lakukan sekarang dan bagaimana hal itu mempengaruhi kita. Bagaimana dengan Anda? . . . Saya menemukan sesuatu yang menarik sekali tentang mereka dalam Alkitab, dan saya ingin menunjukkannya kepada Anda. (Pny. 5:9, 10)’ [Catatan, kalau ada pertanyaan mengenai pilihan kata-kata dalam ayat: NW mengatakan ”memerintah sebagai raja-raja atas bumi”, tetapi TL dan BIS mengatakan ”memerintah di atas bumi”, dan TB mengatakan ”mereka akan memerintah sebagai raja di bumi”. Komentar mengenai tata bahasa Yunani, lihat halaman 368, di bawah judul ”Surga”.] (2) ’Bagaimana kehidupan di bawah pemerintahan seperti itu? (Pny. 21:2-4)’

Atau Saudara dapat mengatakan (jika Saudara pernah beragama Katolik), ’Selama bertahun-tahun saya juga mengikuti perayaan-perayaan bagi orang-orang kudus dan selalu berdoa kepada mereka. Tetapi kemudian saya membaca sesuatu dalam Alkitab yang membuat saya memikirkan kembali apa yang saya lakukan. Saya senang untuk menunjukkan ayat itu kepada Anda. (Lihat halaman 343, 344.)’

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan