Pasal 22
Bagian 3—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
Laporan sedunia mengenai pengabaran berita Kerajaan dari tahun 1935 sampai 1945 dikemukakan pada halaman 444 hingga 461. Tahun 1935 sangat berarti karena pada waktu itu perhimpunan besar, atau kumpulan besar, dari Wahyu 7:9 diketahui identitasnya. Berkenaan dengan pengumpulan kelompok tersebut, Saksi-Saksi Yehuwa mulai memahami bahwa Alkitab menghadapkan kepada mereka satu pekerjaan dalam ukuran yang lebih besar dibanding dengan pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya. Bagaimana mereka melaksanakannya ketika bangsa-bangsa mulai terlibat dalam Perang Dunia II dan kebanyakan negeri memberlakukan larangan atas mereka atau lektur Alkitab mereka?
SERAYA Saksi-Saksi Yehuwa ambil bagian dalam pelayanan mereka selama tahun 1930-an, tujuan mereka adalah untuk mencapai sebanyak mungkin orang dengan berita Kerajaan. Jika mereka mengamati adanya minat yang luar biasa, beberapa di antara mereka bisa jadi sampai jauh malam menerangkan kebenaran-kebenaran Alkitab dan menjawab pertanyaan untuk memuaskan orang-orang yang lapar secara rohani. Namun dalam kebanyakan situasi, Saksi-Saksi hanya menyampaikan persembahan singkat yang dimaksudkan untuk menggugah minat penghuni rumah, dan kemudian mereka membiarkan lektur atau khotbah umum Alkitab melakukan hal selanjutnya. Pekerjaan mereka adalah memberikan informasi kepada orang-orang, menabur benih kebenaran Kerajaan.
Upaya yang Sungguh-Sungguh untuk Mencapai Banyak Orang Dengan Kabar Baik
Pekerjaan dilakukan dengan perasaan mendesak. Sebagai contoh, pada awal tahun 1930-an, ketika Armando Menazzi, di Córdoba, Argentina, membaca kebenaran Alkitab yang dikemukakan dengan jelas dalam buku kecil Hell (Neraka) dan Where Are the Dead? (Di Manakah Orang Mati?), ia bertindak tegas. (Mzm. 145:20; Pkh. 9:5; Kis. 24:15) Tergerak oleh apa yang dipelajarinya, dan diilhami oleh gairah yang diperlihatkan oleh Nicolás Argyrós, ia menjual bengkel mobilnya untuk mengabdikan dirinya dalam pengabaran kebenaran sebagai seorang perintis. Kemudian, pada awal tahun 1940-an, atas anjurannya, Saksi-Saksi di Córdoba membeli sebuah bus tua, memasang tempat-tempat tidur, dan menggunakan kendaraan ini untuk membawa sepuluh orang penyiar atau lebih dalam ekspedisi pengabaran yang berlangsung seminggu, dua minggu, atau bahkan tiga bulan. Sewaktu perjalanan-perjalanan ini direncanakan, saudara dan saudari yang berlainan dalam sidang diberi kesempatan untuk ikut serta. Setiap orang dalam kelompok memiliki pekerjaannya masing-masing—membersihkan, memasak, atau menangkap ikan dan berburu untuk mendapatkan makanan. Sedikitnya di sepuluh propinsi di Argentina, kelompok yang bergairah ini mengabar dari rumah ke rumah, mengerjakan kota-kota maupun desa-desa dan mencapai perladangan yang tersebar.
Semangat serupa nyata di ladang Australia. Banyak kesaksian dilakukan di kota-kota pinggir pantai yang berpenduduk padat. Tetapi Saksi-Saksi di sana juga berusaha mencapai orang-orang yang tinggal di daerah terpencil. Demikianlah, pada tanggal 31 Maret 1936, agar dapat mencapai orang-orang di peternakan domba dan sapi yang banyak terdapat di pedesaan yang terpencil, Arthur Willis dan Bill Newlands menempuh perjalanan yang jarak seluruhnya adalah 19.710 kilometer. Sebagian besar dari perjalanan yang mereka tempuh, bukan jalan raya—hanya jalan setapak yang bersemak-semak melalui gurun tanpa pohon dengan panas yang menyengat dan badai debu yang menderu-deru. Tetapi mereka maju terus. Di mana pun minat ditemukan, mereka memutar rekaman khotbah Alkitab dan meninggalkan lektur. Pada kesempatan-kesempatan lain, John E. (Ted) Sewell pergi bersama mereka; dan kemudian ia merelakan diri untuk melayani di Asia Tenggara.
Wilayah yang diawasi oleh kantor cabang Lembaga di Australia menjangkau jauh ke luar Australia itu sendiri. Daerah itu mencakup Cina dan kepulauan-kepulauan dan bangsa-bangsa yang terbentang dari Tahiti di sebelah timur ke Birma (kini Myanmar) di sebelah barat, meliputi jarak 13.700 kilometer. Dalam daerah tersebut terdapat tempat-tempat seperti Hong Kong, Indocina (kini Kamboja, Laos, dan Vietnam), Hindia Timur Belanda (termasuk pulau-pulau seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), Selandia Baru, Siam (kini Thailand), dan Malaya. Tidak jarang pengawas cabang, Alexander MacGillivray, seorang Skotlandia, mengundang seorang perintis muda yang bergairah ke kantornya, memperlihatkan kepadanya sebuah peta daerah dari cabang itu, dan bertanya, ’Apakah Saudara mau menjadi utusan injil?’ Kemudian, seraya menunjuk ke suatu daerah yang jarang atau sama sekali belum mendapat pengabaran, ia akan bertanya, ’Bagaimana kalau Saudara membuka pekerjaan di daerah ini?’
Selama awal tahun 1930-an, beberapa di antara perintis-perintis ini telah melakukan banyak pekerjaan di Hindia Timur Belanda (kini Indonesia) dan Singapura. Pada tahun 1935, Frank Dewar, seorang Selandia Baru, melakukan perjalanan dengan sekelompok perintis ini dengan kapal Lightbearer (Pembawa Terang) sampai sejauh Singapura. Kemudian tepat sebelum kapal itu meneruskan perjalanan ke pantai barat Malaya, Kapten Eric Ewins berkata, ”Nah, Frank, kita sudah sampai. Kami hanya dapat membawamu sampai sejauh ini saja. Engkau memilih pergi ke Siam. Sekarang, pergilah!” Tetapi Frank hampir lupa mengenai Siam. Ia telah menikmati dinasnya bersama kelompok itu di atas kapal. Sekarang ia sendirian.
Ia singgah di Kuala Lumpur sampai ia dapat mengumpulkan cukup banyak uang untuk perjalanan berikutnya, tetapi sementara berada di sana ia mengalami kecelakaan lalu lintas—sebuah truk menabraknya sehingga ia terjatuh dari sepedanya. Sesudah sembuh, hanya dengan lima dollar di sakunya, ia naik kereta api yang berangkat dari Singapura ke Bangkok. Namun dengan iman kepada kemampuan Yehuwa untuk memelihara, ia meneruskan pekerjaan. Claude Goodman telah mengabar untuk waktu singkat di sana pada tahun 1931; tetapi sewaktu Frank tiba pada bulan Juli 1936, tidak ada Saksi yang berada di sana untuk menyambutnya. Akan tetapi, selama beberapa tahun berikutnya, saudara-saudara lain ambil bagian dalam pekerjaan—Willy Unglaube, Hans Thomas, dan Kurt Gruber dari Jerman dan Ted Sewell dari Australia. Mereka menyebarkan banyak lektur, tetapi kebanyakan dalam bahasa Inggris, Cina, dan Jepang.
Sewaktu sepucuk surat dikirimkan ke kantor pusat Lembaga yang menyatakan bahwa saudara-saudara memerlukan lektur dalam bahasa Thai tetapi tidak ada penerjemah, Saudara Rutherford menjawab, ”Saya tidak berada di Thailand; kalian yang berada di sana. Berimanlah kepada Yehuwa dan bekerjalah dengan sungguh-sungguh, pasti kalian akan menemukan seorang penerjemah.” Dan memang demikian. Chomchai Inthaphan, seorang mantan kepala sekolah dari Sekolah Putri Presbiterian di Chiang Mai, memeluk kebenaran, dan menjelang tahun 1941 saudari ini menerjemahkan lektur Alkitab ke dalam bahasa Thai.
Satu minggu sesudah Frank Dewar mulai mengabar di Bangkok, Frank Rice, yang telah merintis pekerjaan Kerajaan di Jawa (kini bagian dari Indonesia), singgah dalam perjalanannya ke penugasan baru di tempat yang waktu itu disebut Indocina Prancis. Sebagaimana telah dilakukannya di daerahnya yang dulu, ia mengabar kepada mereka yang berbahasa Inggris sementara ia mempelajari bahasa setempat. Sesudah mengerjakan Saigon (sekarang Ho Chi Minh), ia mengajar bahasa Inggris agar dapat membeli sebuah mobil tua yang dapat digunakannya untuk mencapai bagian utara negeri itu. Keinginannya bukanlah kenyamanan materi melainkan kepentingan Kerajaan. (Ibr. 13:5) Dengan menggunakan mobil yang dibelinya, ia memberi kesaksian di kota-kota dan desa-desa dan rumah-rumah yang terpencil sepanjang jalan ke Hanoi.
Publisitas yang Berani
Untuk menarik perhatian kepada berita Kerajaan dan untuk membuat orang waspada akan kebutuhan mengambil tindakan tegas, cara-cara yang mencolok digunakan oleh Saksi-Saksi di banyak negeri. Mulai tahun 1936 di Glasgow, Skotlandia, Saksi-Saksi mengiklankan khotbah kebaktian dengan mengenakan plakat dan membagi-bagikan selebaran di daerah-daerah pertokoan. Dua tahun kemudian, pada tahun 1938, suatu corak lain yang mencolok digunakan sehubungan dengan sebuah kebaktian di London, Inggris. Nathan H. Knorr dan Albert D. Schroeder, yang belakangan bersama-sama melayani sebagai Badan Pimpinan, memimpin pawai yang terdiri dari hampir seribu Saksi melintasi kawasan pusat bisnis di London. Selang-seling satu orang dalam pawai itu ada yang mengenakan sebuah plakat yang mengiklankan khotbah umum ”Hadapi Kenyataan”, yang akan disampaikan oleh J. F. Rutherford di Royal Albert Hall. Mereka yang diapit membawa plakat-plakat yang bertuliskan, ”Agama Adalah Jerat dan Suatu Penipuan”. (Pada waktu itu mereka memahami agama sebagai semua ibadat yang tidak sesuai dengan Firman Allah, Alkitab.) Kemudian pada pekan itu juga, untuk meredam reaksi yang bermusuhan dari beberapa pihak dalam masyarakat, plakat-plakat yang bertuliskan ”Layani Allah dan Kristus Sang Raja” disisipkan di antara plakat-plakat yang lebih dahulu. Kegiatan ini tidak mudah bagi banyak di antara Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi mereka memandangnya sebagai suatu cara lain untuk melayani Yehuwa, ujian lain atas loyalitas mereka kepada-Nya.
Tidak setiap orang senang akan publisitas berani yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa kepada berita mereka. Kaum pemimpin agama di Australia dan Selandia Baru melancarkan tekanan kepada para manajer stasiun-stasiun radio untuk menghentikan semua siaran yang disponsori oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Pada bulan April 1938, sewaktu Saudara Rutherford sedang dalam perjalanan ke Australia untuk menyampaikan sebuah khotbah melalui radio, para pejabat pemerintah membiarkan diri mereka dipengaruhi untuk membatalkan penyelenggaraan-penyelenggaraan yang sudah diatur baginya untuk menggunakan Balai Kota Sydney dan fasilitas-fasilitas radio. Segera Gelanggang Olahraga Sydney disewa, dan sebagai hasil dari publisitas berita yang luas mengenai tentangan terhadap kunjungan Saudara Rutherford, bahkan lebih banyak orang datang untuk mendengar khotbahnya. Pada kesempatan-kesempatan lain, sewaktu Saksi-Saksi tidak diperbolehkan menggunakan fasilitas-fasilitas radio, mereka menanggapi dengan memberikan publisitas yang penuh semangat mengenai perhimpunan-perhimpunan yang akan memperdengarkan hasil reproduksi khotbah Saudara Rutherford melalui perlengkapan transkripsi.
Kaum pemimpin agama di Belgia menyuruh anak-anak untuk melempari Saksi-Saksi dengan batu, dan para imam secara pribadi berkeliling ke rumah-rumah untuk mengumpulkan lektur yang telah disebarkan. Tetapi beberapa dari penduduk desa menyukai pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka sering berkata, ”Berikan saya beberapa buku kecil Anda; bila imam itu datang, saya dapat memberikan satu kepadanya agar dia puas dan menyimpan selebihnya untuk dibaca!”
Akan tetapi, pada tahun-tahun berikutnya, perlawanan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dan berita Kerajaan yang mereka umumkan makin menghebat.
Pengabaran di Eropa Menghadapi Penganiayaan Masa Perang
Karena mereka tidak mau mengingkari iman mereka dan berhenti mengabar, ribuan Saksi-Saksi Yehuwa di Austria, Belanda, Belgia, Jerman, dan Prancis dipenjara atau dikirim ke kamp konsentrasi Nazi. Di sana, perlakuan yang kejam merupakan peristiwa sehari-hari. Mereka yang belum masuk penjara meneruskan pelayanan mereka dengan hati-hati. Mereka sering bekerja dengan Alkitab saja dan menawarkan lektur lain hanya sewaktu mengadakan kunjungan kembali kepada orang-orang yang berminat. Untuk menghindari penangkapan, Saksi-Saksi berkunjung hanya ke satu pintu dari sebuah bangunan rumah susun dan kemudian mungkin pergi ke gedung lain, atau sesudah berkunjung ke satu rumah mereka langsung pergi ke jalan lain untuk kemudian mendekati rumah berikutnya. Namun mereka sama sekali tidak malu untuk memberi kesaksian.
Pada tanggal 12 Desember 1936, hanya beberapa bulan sesudah Gestapo menangkap ribuan Saksi dan orang berminat lainnya dalam upaya seluas dunia untuk menghentikan pekerjaan mereka, Saksi-Saksi itu sendiri mengadakan suatu kampanye. Dengan secepat kilat mereka memasukkan puluhan ribu eksemplar resolusi tercetak ke dalam kotak-kotak pos dan di bawah pintu rumah-rumah di seluruh Jerman. Resolusi ini memprotes perlakuan kejam terhadap saudara dan saudari Kristen mereka. Satu jam setelah penyebaran dimulai, polisi memburu ke sana kemari mencoba menangkapi orang-orang yang menyebarkannya, tetapi yang mereka tangkap hanya kira-kira dua belas orang di seluruh negeri itu.
Para pejabat tercengang melihat bahwa kampanye demikian dapat dilaksanakan meski segala upaya telah dilakukan pemerintah Nazi untuk menghentikan pekerjaan itu. Lagi pula, mereka menjadi takut kepada penduduk. Mengapa? Karena sewaktu polisi dan para pejabat berseragam lainnya mendatangi rumah-rumah dan bertanya apakah penghuninya telah menerima selebaran demikian, kebanyakan orang menyangkalnya. Sesungguhnya, mayoritas terbesar dari mereka tidak menerimanya. Selebaran itu hanya diberikan kepada dua atau tiga keluarga di setiap gedung. Tetapi polisi tidak mengetahui hal itu. Mereka mengira bahwa setiap rumah mendapatkan satu selebaran.
Selama bulan-bulan berikutnya, para pejabat Nazi dengan tegas menyangkal tuduhan-tuduhan yang dilontarkan dalam resolusi tercetak tersebut. Maka, pada tanggal 20 Juni 1937, Saksi-Saksi yang masih bebas menyebarkan berita lain, sepucuk surat terbuka yang secara gamblang dan terperinci membeberkan penganiayaan itu, sebuah dokumen yang menyebutkan nama para pejabat dan mengutip tanggal dan tempat. Terjadi kegemparan yang hebat di kalangan Gestapo mengenai penyingkapan ini dan mengenai kemampuan Saksi-Saksi untuk melakukan penyebaran demikian.
Sejumlah pengalaman dari keluarga Kusserow, dari Bad Lippspringe, Jerman, menyatakan tekad yang sama untuk memberi kesaksian. Suatu contoh adalah mengenai apa yang terjadi sesudah Wilhelm Kusserow dieksekusi di muka umum di Münster oleh rezim Nazi karena ia menolak mengkompromikan imannya. Hilda, ibu dari Wilhelm, segera pergi ke penjara dan mendesak mereka memberikan jenazahnya untuk dimakamkan. Ia berkata kepada keluarganya, ”Kita akan memberi kesaksian besar kepada orang-orang yang mengenal dia.” Pada upacara pemakaman, Franz, ayah Wilhelm, memanjatkan doa yang menyatakan iman akan persediaan-persediaan Yehuwa yang pengasih. Di kuburan, Karl-Heinz, saudara dari Wilhelm, mengucapkan kata-kata penghiburan dari Alkitab. Karena hal ini mereka tidak luput dari hukuman, tetapi bagi mereka yang penting adalah menghormati Yehuwa dengan memberi kesaksian mengenai nama-Nya dan Kerajaan-Nya.
Seraya tekanan-tekanan masa perang menghebat di Belanda, Saksi-Saksi di sana dengan bijaksana menyesuaikan penyelenggaraan perhimpunan mereka. Perhimpunan-perhimpunan ini sekarang hanya diadakan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari sepuluh orang atau kurang di rumah-rumah pribadi. Tempat berhimpun sering diubah. Masing-masing Saksi hanya hadir di kelompoknya sendiri, dan tidak ada yang memberitahukan tempat dilangsungkannya pelajaran itu, bahkan kepada seorang teman yang tepercaya pun tidak. Pada masa tersebut dalam sejarah, sewaktu seluruh penduduk dihalau dari rumah mereka karena perang, Saksi-Saksi Yehuwa mengetahui bahwa orang-orang sangat membutuhkan berita penghiburan yang hanya terdapat dalam Firman Allah, dan mereka tanpa takut menceritakannya kepada mereka. Namun sepucuk surat dari kantor cabang mengingatkan saudara-saudara bagaimana Yesus telah memperlihatkan sikap hati-hati pada berbagai peristiwa ketika berhadapan dengan para penentang. (Mat. 10:16; 22:15-22) Sebagai hasilnya, jika mereka menjumpai seseorang yang menunjukkan sikap bermusuhan, mereka mencatat alamatnya dengan teliti agar tindakan pencegahan khusus dapat dilakukan bila mengerjakan daerah tersebut di kemudian hari.
Di Yunani penderitaan yang meluas dialami oleh penduduk selama masa pendudukan Jerman. Akan tetapi, perlakuan paling bengis terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, adalah sebagai akibat fitnah keji oleh kaum pemimpin agama Gereja Ortodoks Yunani, yang berkeras agar polisi dan pengadilan mengambil tindakan terhadap mereka. Banyak dari antara Saksi-Saksi dipenjarakan atau dibuang dari kampung halaman mereka dan dikirim ke desa-desa yang terpencil atau ditahan di bawah kondisi yang sangat buruk di pulau-pulau yang gersang. Walaupun demikian, mereka terus memberi kesaksian. (Bandingkan Kisah 8:1, 4.) Sering kali hal ini dilakukan dengan berbicara kepada orang di taman dan kebun umum, dengan duduk di bangku bersama mereka dan menceritakan kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Sewaktu mendapati minat yang tulus, sebuah lektur Alkitab yang berharga dipinjamkan kepada orang itu. Lektur demikian akan dikembalikan di kemudian hari dan digunakan berkali-kali. Banyak pencinta kebenaran dengan penuh penghargaan menerima bantuan yang ditawarkan oleh Saksi-Saksi dan bahkan bergabung bersama mereka dalam membagikan kabar baik kepada orang lain, walaupun ini mengakibatkan penganiayaan yang hebat atas diri mereka.
Faktor penting dalam keberanian dan ketekunan Saksi-Saksi adalah bahwa mereka dibina oleh makanan rohani. Walaupun persediaan lektur untuk disebarkan kepada orang lain akhirnya menjadi sangat sedikit di beberapa bagian di Eropa selama perang, mereka berhasil menyebarkan di antara mereka sendiri bahan-bahan yang menguatkan iman yang telah dipersiapkan oleh Lembaga untuk dipelajari oleh Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia. Dengan mempertaruhkan nyawa, August Kraft, Peter Gölles, Ludwig Cyranek, Therese Schreiber, dan banyak lagi yang lain ikut serta mereproduksi dan menyebarkan bahan pelajaran yang diselundupkan ke Austria dari Cekoslowakia, Italia, dan Swiss. Di Belanda, seorang pengawal penjara yang ramah membantu Arthur Winkler dalam upaya memperoleh sebuah Alkitab. Meskipun adanya segala langkah pencegahan yang dilakukan oleh musuh, air kebenaran Alkitab yang menyegarkan dari The Watchtower menjangkau bahkan ke kamp-kamp konsentrasi Jerman dan menyebar di antara Saksi-Saksi di sana.
Penahanan dalam penjara dan kamp konsentrasi tidak membuat Saksi-Saksi Yehuwa berhenti menjadi saksi. Ketika rasul Paulus berada dalam penjara di Roma, ia menulis, ”Aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.” (2 Tim. 2:9) Demikian pula halnya berkenaan Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa selama Perang Dunia II. Para penjaga mengamati tingkah laku mereka; beberapa mengajukan pertanyaan, dan beberapa menjadi rekan seiman, walaupun itu mengakibatkan hilangnya kemerdekaan mereka sendiri. Banyak penghuni penjara yang ditahan bersama Saksi-Saksi berasal dari negeri-negeri seperti Rusia, yang sedikit sekali mendapat pemberitaan kabar baik. Seusai perang, beberapa di antara mereka ini kembali ke tanah air mereka sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, yang ingin sekali menyebarkan berita Kerajaan di sana.
Penganiayaan yang kejam dan dampak dari perang total tidak dapat mencegah apa yang sudah dinubuatkan mengenai dikumpulkannya orang-orang ke rumah rohani Yehuwa yang mulia untuk beribadat. (Yes. 2:2-4) Dari tahun 1938 hingga tahun 1945, sebagian besar dari negeri-negeri di Eropa menunjukkan peningkatan yang cukup besar dalam jumlah yang ikut serta dalam ibadat demikian dengan mengumumkan Kerajaan Allah. Di Inggris, Finlandia, Prancis, dan Swiss, Saksi-Saksi mengalami pertambahan kira-kira 100 persen. Di Yunani, pertambahannya hampir tujuh kali lipat. Di Belanda, dua belas kali lipat. Namun menjelang akhir tahun 1945, belum diperoleh perincian dari Jerman atau Romania, dan hanya laporan-laporan yang kurang lengkap masuk dari sejumlah negeri lainnya.
Di Luar Eropa Selama Tahun-Tahun Perang Tersebut
Juga di negeri-negeri Timur, perang dunia menimbulkan penderitaan luar biasa bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Di Jepang dan Korea, mereka ditangkapi dan menjadi sasaran pukulan serta disiksa karena mereka mendukung Kerajaan Allah dan tidak mau menyembah kaisar Jepang. Akhirnya semua hubungan mereka dengan Saksi-Saksi di negeri-negeri lain diputuskan. Bagi banyak di antara mereka, kesempatan satu-satunya untuk memberi kesaksian adalah ketika sedang diinterogasi atau sedang diperiksa di pengadilan. Menjelang akhir perang, pelayanan umum dari Saksi-Saksi Yehuwa di negeri-negeri ini boleh dikatakan terhenti.
Sewaktu perang sampai ke Filipina, Saksi-Saksi diperlakukan secara buruk oleh kedua pihak karena mereka tidak mau mendukung pihak Jepang maupun pihak kekuatan lawan. Untuk menghindari penangkapan, banyak dari Saksi-Saksi meninggalkan rumah mereka. Tetapi seraya mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka mengabar—meminjamkan lektur bila tersedia, dan kemudian hanya menggunakan Alkitab. Seraya gejolak perang surut, mereka bahkan memperlengkapi beberapa kapal untuk mengangkut rombongan-rombongan besar Saksi ke pulau-pulau yang jarang atau belum pernah mendapat kesaksian.
Di Birma (kini Myanmar), bukanlah serbuan Jepang melainkan tekanan dari para pemimpin agama Anglikan, Metodis, Katolik Roma, dan Baptis Amerika atas para pejabat kolonial yang mengakibatkan munculnya larangan atas lektur Saksi-Saksi Yehuwa pada bulan Mei 1941. Dua Saksi yang bekerja di kantor telegram melihat sebuah telegram yang membuat mereka waspada akan apa yang bakal terjadi, maka saudara-saudara segera memindahkan lektur ke luar dari depot Lembaga untuk menghindari kemungkinan disita. Kemudian diadakan upaya untuk mengirimkan banyak lektur melalui darat ke Cina.
Pada waktu itu pemerintah AS sedang mengangkut dengan truk sejumlah besar perlengkapan perang melalui Jalan Birma untuk mendukung pemerintah Nasionalis Cina. Saudara-saudara berupaya menumpang di salah satu truk tersebut tetapi mereka ditolak dengan kasar. Upaya untuk memperoleh kendaraan dari Singapura juga tidak berhasil. Akan tetapi, ketika Mick Engel, yang bertanggung jawab atas depot Lembaga di Rangoon (kini Yangon), mengadakan pendekatan kepada seorang pejabat tinggi AS, ia mendapat izin untuk mengangkut lektur itu dengan truk tentara.
Meskipun demikian, setelah itu ketika Fred Paton dan Hector Oates mendekati perwira yang mengawasi konvoi ke Cina ini dan meminta tempat, amarahnya hampir meledak! ”Apa?” teriaknya. ”Bagaimana mungkin saya memberikan tempat yang berharga di truk-truk saya untuk risalah-risalah Anda yang menyebalkan sedangkan saya sama sekali tidak punya tempat untuk persediaan militer dan medis yang sangat dibutuhkan, yang menjadi rusak di udara terbuka ini?” Fred berdiam sejenak, merogoh tasnya, memperlihatkan kepadanya surat kuasa itu, dan mengemukakan bahwa persoalannya bisa menjadi sangat serius jika ia mengabaikan petunjuk yang diberikan oleh para pejabat di Rangoon. Perwira pengawas itu tidak hanya mengatur pengangkutan dua ton buku melainkan ia menyediakan sebuah truk kecil, dengan supir dan perbekalan, untuk digunakan oleh saudara-saudara. Mereka menuju ke arah timur laut menempuh jalan pegunungan yang berbahaya memasuki Cina dengan muatan mereka yang berharga. Setelah memberi kesaksian di Pao-shan, mereka maju terus ke Chungking (Pahsien). Ribuan lektur yang menceritakan tentang Kerajaan Yehuwa disebarkan selama satu tahun mereka di Cina. Di antara orang-orang yang mendapat kesaksian secara pribadi dari mereka adalah Chiang Kai-shek, presiden pemerintahan Nasionalis Cina.
Sementara itu, seraya pemboman meningkat di Birma, semua kecuali tiga orang Saksi di sana meninggalkan negeri itu, kebanyakan pergi ke India. Kegiatan dari ketiga orang yang tinggal tentunya terbatas. Namun mereka terus memberi kesaksian secara tidak resmi, dan upaya mereka menghasilkan buah sesudah perang.
Juga di Amerika Utara, Saksi-Saksi Yehuwa harus menghadapi hambatan-hambatan yang berat selama perang. Kekerasan massa yang meluas dan penerapan hukum setempat yang bertentangan dengan konstitusi menimbulkan tekanan berat atas pekerjaan pengabaran. Ribuan dipenjarakan karena mengambil pendirian sebagai orang Kristen yang netral. Namun, hal ini tidak mengendurkan pelayanan Saksi-Saksi dari rumah ke rumah. Tambahan pula, mulai bulan Februari 1940, sudah menjadi umum untuk melihat mereka ada di jalan-jalan dalam kawasan bisnis menawarkan The Watchtower dan Consolation (kini Awake!). Gairah mereka bahkan semakin kuat. Walaupun mengalami penganiayaan yang paling hebat yang belum pernah dialami sebelumnya di bagian dunia tersebut, jumlah Saksi-Saksi bertambah lebih dari dua kali lipat di Amerika Serikat maupun di Kanada dari tahun 1938 hingga 1945, dan waktu yang mereka baktikan kepada pelayanan umum bertambah tiga kali lipat.
Di banyak negeri yang dikenal dengan Persemakmuran Inggris (di Amerika Utara, Afrika, Asia, dan pulau-pulau di Karibia dan Pasifik) Saksi-Saksi Yehuwa maupun lektur mereka dilarang oleh pemerintah. Salah satu di antara negeri-negeri ini ialah Australia. Pengumuman resmi yang diterbitkan di sana pada tanggal 17 Januari 1941, atas petunjuk gubernur jenderal, menyatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa dilarang mengadakan pertemuan ibadat, menyebarkan lektur apa pun, atau bahkan memilikinya. Undang-undang memperbolehkan untuk mempermasalahkan larangan itu di pengadilan, dan hal ini segera dilakukan. Namun baru lebih dari dua tahun kemudian Tn. Justice Starke dari Mahkamah Tinggi menyatakan bahwa peraturan yang mendasari larangan itu ”sewenang-wenang, mudah berubah dan bersifat menindas”. Mahkamah Tinggi kemudian menyingkirkan larangan tersebut. Sementara itu apa yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa?
Dalam meniru rasul-rasul Yesus Kristus, mereka ’lebih menaati Allah sebagai penguasa daripada manusia’. (Kis. 4:19, 20; 5:29) Mereka terus mengabar. Meskipun banyak rintangan, mereka bahkan menyelenggarakan sebuah kebaktian di Hargrave Park, dekat Sydney, tanggal 25-29 Desember 1941. Ketika pemerintah menolak menyediakan pengangkutan kereta api kepada beberapa delegasi kebaktian, sebuah kelompok dari Australia Barat memperlengkapi kendaraan-kendaraan mereka dengan unit-unit yang menghasilkan uap dari pembakaran arang dan memulai perjalanan melintas alam selama 14 hari, termasuk satu minggu melintasi Dataran Nullarbor yang gersang itu. Mereka tiba dengan selamat dan menikmati acara bersama enam ribu delegasi lainnya. Tahun berikutnya diadakan kebaktian lagi, tetapi kali ini kebaktian dibagi menjadi 150 kelompok yang lebih kecil di tujuh kota utama di seluruh negeri, dengan para pembicara yang bolak-balik dari satu lokasi ke lokasi berikutnya.
Seraya kondisi di Eropa memburuk pada tahun 1939, beberapa rohaniwan perintis dari Saksi-Saksi Yehuwa merelakan diri untuk melayani di ladang-ladang lain. (Bandingkan Matius 10:23; Kisah 8:4.) Tiga orang perintis Jerman dikirim dari Swiss ke Shanghai, Cina. Beberapa pergi ke Amerika Selatan. Di antara mereka yang dipindahkan ke Brasil adalah Otto Estelman, yang telah mengunjungi dan membantu sidang-sidang di Cekoslowakia, dan Erich Kattner, yang telah melayani di kantor Lembaga Menara Pengawal di Praha. Penugasan mereka yang baru tidaklah mudah. Mereka mendapati bahwa di beberapa daerah perladangan, Saksi-Saksi biasa bangun dini hari dan mengabar sampai pukul 7.00 pagi dan kemudian melanjutkan dinas pengabaran sampai larut malam. Saudara Kattner mengingat kembali bahwa, seraya ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ia sering tidur di udara terbuka, dan menggunakan tas lekturnya sebagai bantal.—Bandingkan Matius 8:20.
Saudara Estelmann maupun Saudara Kattner menjadi buronan polisi rahasia Nazi di Eropa. Apakah kepindahan mereka ke Brasil membebaskan mereka dari penganiayaan? Sebaliknya, hanya setelah satu tahun, mereka dikenakan tahanan rumah dan pemenjaraan yang waktunya diulur-ulur karena hasutan para pejabat yang rupanya bersimpati kepada Nazi! Tentangan dari para pemimpin agama Katolik juga merupakan hal biasa, tetapi Saksi-Saksi terus gigih dalam melakukan pekerjaan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka secara tetap tentu mengerjakan kota-kota besar dan kecil di Brasil yang belum terjangkau oleh berita Kerajaan.
Tinjauan kembali mengenai situasi sedunia menunjukkan bahwa di kebanyakan negeri tempat Saksi-Saksi Yehuwa berada selama Perang Dunia II, mereka dihadapkan kepada larangan pemerintah atas organisasi mereka atau lektur mereka. Walaupun mereka telah mengabar di 117 negeri pada tahun 1938, namun selama tahun-tahun perang (1939-45) terjadi pelarangan atas organisasi atau lektur mereka, atau deportasi para rohaniwan mereka, di lebih dari 60 di antara negeri-negeri tersebut. Bahkan di tempat yang tidak memberlakukan larangan, mereka menghadapi kekerasan massa dan sering kali ditangkap. Meskipun adanya segala hal ini, pemberitaan kabar baik tidak berhenti.
Kumpulan Besar Mulai Menyatakan Diri di Amerika Latin
Tepat pada pertengahan tahun-tahun perang, pada bulan Februari 1943, dengan memandang kepada pekerjaan yang harus dilakukan pada era pascaperang, Lembaga Menara Pengawal meresmikan Sekolah Gilead di negara bagian New York guna melatih utusan-utusan injil untuk berdinas di luar negeri. Sebelum akhir tahun itu, 12 di antara para utusan injil tersebut telah mulai melayani di Kuba. Ladang di sana ternyata sangat produktif.
Bahkan lebih awal lagi, yakni tahun 1910, beberapa benih kebenaran Alkitab telah mencapai Kuba. C. T. Russell telah menyampaikan khotbah di sana pada tahun 1913. J. F. Rutherford telah berbicara melalui radio di Havana pada tahun 1932, dan telah diadakan siaran ulangan mengenai bahan itu dalam bahasa Spanyol. Tetapi pertumbuhannya lambat. Banyak sekali yang buta huruf pada waktu itu dan ada banyak prasangka agama. Pada mulanya yang paling banyak memperlihatkan minat adalah dari kalangan penduduk yang berbahasa Inggris yang berasal dari Jamaika dan tempat-tempat lain. Menjelang tahun 1936, hanya ada 40 pemberita Kerajaan di Kuba. Tetapi penanaman dan penyiraman benih-benih kebenaran Kerajaan kemudian mulai menghasilkan lebih banyak buah.
Pada tahun 1934, orang-orang Kuba yang pertama telah dibaptis; yang lain-lain menyusul. Mulai pada tahun 1940, siaran radio setiap hari yang ditambah dengan kesaksian yang berani di jalan memperkuat pelayanan dari rumah ke rumah di sana. Bahkan sebelum utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba pada tahun 1943, ada 950 orang di Kuba yang telah menerima kabar baik dan memberitakannya kepada orang lain, walaupun tidak semua di antara mereka mengikutinya secara tetap tentu. Selama dua tahun sesudah para utusan injil tiba, jumlahnya bertambah bahkan lebih cepat. Menjelang tahun 1945, Saksi-Saksi Yehuwa di Kuba berjumlah 1.894 orang. Walaupun kebanyakan di antara mereka berasal dari agama yang mengajarkan bahwa semua pendukung yang setia dari gereja akan pergi ke surga, bagian terbesar dari mereka yang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa dengan segala senang hati menerima prospek hidup kekal di bumi dalam firdaus yang dipulihkan. (Kej. 1:28; 2:15; Mzm. 37:9, 29; Why. 21:3, 4) Hanya 1,4 persen di antara mereka mengaku sebagai saudara Kristus yang diurapi dengan roh.
Ada lagi cara lain yang digunakan oleh kantor pusat Lembaga untuk membantu ladang Amerika Latin. Pada awal tahun 1944, N. H. Knorr, F. W. Franz, W. E. Van Amburgh, dan M. G. Henschel tinggal selama sepuluh hari di Kuba untuk menguatkan saudara-saudara di sana secara rohani. Selama waktu tersebut suatu kebaktian diadakan di Havana, dan penyelenggaraan untuk koordinasi yang lebih baik dari pekerjaan pengabaran digariskan. Dalam perjalanan ini Saudara Knorr dan Saudara Henschel juga berkunjung ke Kosta Rika, Guatemala, dan Meksiko untuk membantu Saksi-Saksi Yehuwa di negeri-negeri tersebut.
Pada tahun 1945 dan 1946, N. H. Knorr dan F. W. Franz mengadakan perjalanan sehingga mereka dapat berbicara dan bekerja bersama Saksi-Saksi di 24 negeri dalam daerah yang mencakup Meksiko sampai ke ujung selatan Amerika Selatan maupun di Karibia. Secara pribadi mereka menggunakan waktu lima bulan di bagian dunia tersebut, memberikan bantuan dan pengarahan yang pengasih. Di beberapa tempat mereka berjumpa dengan hanya segelintir orang yang berminat. Supaya ada penyelenggaraan yang tetap tentu untuk perhimpunan dan dinas pengabaran, mereka secara pribadi membantu pengorganisasian sidang-sidang yang pertama di Lima, Peru, dan Karakas, Venezuela. Bilamana sudah ada perhimpunan sidang, mereka menghadirinya dan, sewaktu-waktu, memberikan nasihat tentang cara memperbaiki nilai praktis berkenaan pekerjaan penginjilan.
Bila memungkinkan, penyelenggaraan dibuat untuk menyampaikan khotbah Alkitab di depan umum selama kunjungan-kunjungan ini. Publisitas yang intensif diberikan untuk khotbah-khotbah itu dengan menggunakan plakat-plakat yang dikenakan oleh Saksi-Saksi dan dengan membagi-bagikan selebaran di jalan-jalan. Hasilnya, ke-394 Saksi di Brasil senang menyambut hadirnya 765 orang di kebaktian mereka di São Paulo. Di Cile, yang memiliki 83 pemberita Kerajaan, 340 orang datang untuk mendengarkan khotbah yang diiklankan secara istimewa. Di Kosta Rika ke-253 Saksi setempat senang sekali menyambut jumlah total 849 hadirin di kedua kebaktian mereka. Ini merupakan kesempatan untuk menikmati pergaulan yang hangat di antara saudara-saudara.
Akan tetapi, tujuannya bukan sekadar mengadakan kebaktian yang tak terlupakan. Selama perjalanan-perjalanan ini para wakil dari kantor pusat memberi penekanan khusus kepada pentingnya mengadakan kunjungan kembali kepada orang-orang berminat dan mengadakan pengajaran Alkitab di rumah dengan mereka. Agar orang-orang menjadi murid yang sejati, mereka membutuhkan pengajaran yang tetap tentu dari Firman Allah. Sebagai hasilnya, jumlah pengajaran Alkitab di rumah meningkat dengan cepat di bagian dunia ini.
Sementara Saudara Knorr dan Saudara Franz mengadakan perjalanan-perjalanan dinas ini, lebih banyak utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba di daerah penugasan mereka. Menjelang akhir tahun 1944, beberapa melayani di Kosta Rika, Meksiko, dan Puerto Riko. Pada tahun 1945, utusan-utusan injil lain membantu agar pekerjaan pengabaran terorganisasi lebih baik di Barbados, Brasil, Cile, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras Inggris (kini Belize), Jamaika, Kolombia, Nikaragua, Panama, dan Uruguay. Sewaktu dua utusan injil yang pertama tiba di Republik Dominika pada tahun 1945, hanya merekalah Saksi-Saksi di negeri itu. Dampak pelayanan para utusan injil yang pertama itu segera terasa. Trinidad Paniagua berkata tentang para utusan injil pertama yang diutus ke Guatemala, ”Ini tepat seperti yang kami butuhkan—pengajar-pengajar Firman Allah yang membantu kami memahami cara melaksanakan pekerjaan.”
Maka dasar sudah diletakkan untuk perluasan di bagian dari ladang dunia ini. Di kepulauan Karibia, ada 3.394 pemberita Kerajaan menjelang akhir tahun 1945. Di Meksiko, ada 3.276, dan ada 404 orang lagi di Amerika Tengah. Di Amerika Selatan, 1.042. Bagian dunia inilah, yang menunjukkan pertambahan 386 persen selama tujuh tahun sebelumnya, suatu masa penuh pergolakan dalam sejarah manusia. Tetapi itu baru permulaan. Pertumbuhan dalam ukuran yang benar-benar pesat masih menanti! Alkitab telah menubuatkan bahwa ”suatu kumpulan besar . . . dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” akan dikumpulkan sebagai penyembah-penyembah Yehuwa sebelum sengsara besar.—Why. 7:9, 10, 14.
Sewaktu Perang Dunia II mulai pada tahun 1939, hanya ada 72.475 Saksi-Saksi Yehuwa yang mengabar di 115 negeri (jika dihitung menurut pembagian nasional pada awal tahun 1990-an). Meskipun mereka mengalami penganiayaan yang hebat dalam skala global, jumlah mereka meningkat lebih dari dua kali lipat menjelang akhir perang. Maka, laporan untuk tahun 1945 menunjukkan bahwa 156.299 Saksi aktif di 107 negeri yang berhasil menyusun laporan. Akan tetapi, menjelang waktu itu sesungguhnya sudah 163 negeri yang dicapai dengan berita Kerajaan.
Kesaksian yang diberikan selama tahun 1936 hingga tahun 1945 betul-betul menakjubkan. Selama dekade kekacauan dunia tersebut, Saksi-Saksi Yehuwa yang bergairah ini membaktikan sejumlah 212.069.285 jam untuk memberitakan kepada dunia bahwa Kerajaan Allah adalah harapan satu-satunya untuk umat manusia. Mereka juga menyebarkan 343.054.579 buku, buku kecil, dan majalah untuk membantu orang memahami dasar Alkitab untuk keyakinan tersebut. Untuk membantu peminat yang tulus hati, pada tahun 1945, rata-rata mereka memimpin 104.814 pengajaran Alkitab di rumah secara gratis.
[Blurb di hlm. 455]
Walaupun kondisi masa perang memaksa mereka untuk melarikan diri, mereka tetap mengabar
[Kotak/Gambar di hlm. 451-453]
Mereka Menolak untuk Berhenti Memberi Kesaksian Meskipun Dipenjarakan
Yang diperlihatkan di sini hanyalah sedikit di antara ribuan yang karena iman mereka menderita dalam penjara dan kamp konsentrasi selama Perang Dunia II
1. Adrian Thompson, Selandia Baru. Dipenjarakan pada tahun 1914 di Australia; permohonannya untuk dibebaskan dari wajib militer ditolak ketika Australia melarang Saksi-Saksi Yehuwa. Setelah ia bebas, sebagai pengawas keliling, ia menguatkan sidang-sidang dalam pelayanan mereka kepada umum. Melayani sebagai utusan injil dan pengawas keliling pertama pada masa pascaperang di Jepang; terus mengabar dengan bergairah hingga kematiannya pada tahun 1976.
2. Alois Moser, Austria. Dalam tujuh penjara dan kamp konsentrasi. Masih seorang Saksi yang aktif pada tahun 1992 pada usia 92 tahun.
3. Franz Wohlfahrt, Austria. Pelaksanaan hukuman mati atas ayahnya dan adik laki-lakinya tidak membuat Franz mundur. Ditahan di Kamp Rollwald di Jerman selama lima tahun. Masih memberi kesaksian pada tahun 1992 pada usia 70 tahun.
4. Thomas Jones, Kanada. Dipenjarakan pada tahun 1944, kemudian ditahan dalam dua kamp kerja paksa. Sesudah 34 tahun dalam dinas sepenuh waktu, pada tahun 1977 ia diangkat menjadi anggota Panitia Cabang yang mengawasi pekerjaan pengabaran di seluruh Kanada.
5. Maria Hombach, Jerman. Berulang kali ditangkap; dikurung dalam sel tersendiri selama tiga setengah tahun. Sebagai kurir, mempertaruhkan kehidupannya untuk membawa lektur Alkitab kepada rekan-rekan Saksi. Pada tahun 1992, seorang anggota setia dari keluarga Betel pada usia 90 tahun.
6. Max dan Konrad Franke, Jerman. Ayah dan putra, keduanya dipenjarakan berkali-kali, dan selama bertahun-tahun. (Istri Konrad, Gertrud, juga dalam penjara.) Semua tetap hamba Yehuwa yang loyal dan bergairah, dan Konrad ada di baris depan dalam menghidupkan kembali pekerjaan pengabaran Saksi-Saksi pada masa pascaperang di Jerman.
7. A. Pryce Hughes, Inggris. Divonis dengan dua masa hukuman di Wormwood Scrubs, London; juga dipenjarakan karena imannya selama Perang Dunia I. Berada di baris depan pekerjaan pengabaran Kerajaan di Inggris hingga kematiannya pada tahun 1978.
8. Adolphe dan Emma Arnold, dengan putri mereka Simone, Prancis. Setelah Adolphe dipenjarakan, Emma dan Simone terus memberi kesaksian, juga menyebarkan lektur kepada Saksi-Saksi lain. Ketika Emma dalam penjara, dikurung dalam sel tersendiri karena terus memberi kesaksian kepada sesama tahanan. Simone dikirim ke sekolah anak-anak nakal. Mereka semua terus menjadi Saksi-Saksi yang bergairah.
9. Ernst dan Hildegard Seliger, Jerman. Bila dijumlahkan, mereka berada dalam penjara dan kamp konsentrasi karena iman mereka lebih dari 40 tahun. Bahkan dalam penjara mereka bertekun membagikan kebenaran-kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain. Sewaktu bebas, mereka membaktikan sepenuh waktu mereka kepada pemberitaan kabar baik. Saudara Seliger meninggal sebagai hamba Allah yang loyal pada tahun 1985; Saudari Seliger pada tahun 1992.
10. Carl Johnson, Amerika Serikat. Dua tahun sesudah dibaptis, dipenjarakan bersama ratusan Saksi lainnya di Ashland, Kentucky. Ia telah melayani sebagai perintis dan sebagai pengawas wilayah; pada tahun 1992, masih memimpin pelayanan pengabaran dan sebagai penatua.
11. August Peters, Jerman. Dipisahkan secara paksa dari istri dan empat anaknya, ia dipenjarakan tahun 1936-37, juga tahun 1937-45. Sesudah dibebaskan, sebaliknya daripada berkurang dalam pengabaran, ia berbuat lebih banyak, dalam dinas sepenuh waktu. Pada tahun 1992, dalam usia 99 tahun, ia masih melayani sebagai anggota keluarga Betel dan telah melihat jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman meningkat menjadi 163.095.
12. Gertrud Ott, Jerman. Dipenjarakan di Lodz, Polandia, kemudian di kamp konsentrasi Auschwitz; selanjutnya di Gross-Rosen dan Bergen-Belsen di Jerman. Sesudah perang ia melayani dengan bergairah sebagai utusan injil di Indonesia, Iran, dan Luksemburg.
13. Katsuo Miura, Jepang. Tujuh tahun sesudah ia ditangkap dan dipenjarakan di Hiroshima, banyak bagian penjara tempat ia ditahan hancur karena bom atom yang memusnahkan kota. Akan tetapi, dokter-dokter tidak menemukan bukti bahwa ia menderita luka karena radiasi. Ia menggunakan tahun-tahun terakhir dalam kehidupannya sebagai perintis.
14. Martin dan Gertrud Poetzinger, Jerman. Beberapa bulan sesudah menikah, mereka ditangkap dan dipisahkan secara paksa selama sembilan tahun. Martin dikirimkan ke Dachau dan Mauthausen; Gertrud, ke Ravensbrück. Meskipun diperlakukan secara kejam, iman mereka tidak goyah. Sesudah bebas, mereka membaktikan segenap upaya mereka kepada dinas Yehuwa. Selama 29 tahun ia melayani sebagai pengawas keliling di seluruh Jerman; kemudian, sebagai anggota Badan Pimpinan hingga akhir hayatnya pada tahun 1988. Pada tahun 1992, Gertrud tetap seorang penginjil yang bergairah.
15. Jizo dan Matsue Ishii, Jepang. Sesudah menyebarkan lektur Alkitab di seluruh Jepang selama satu dekade, mereka dipenjarakan. Meskipun pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di Jepang dibekukan selama perang, Saudara dan Saudari Ishii kembali memberi kesaksian dengan penuh gairah sesudah perang. Menjelang tahun 1992, Matsue Ishii telah melihat bertambahnya jumlah Saksi-Saksi yang aktif di Jepang menjadi lebih dari 171.000 orang.
16. Victor Bruch, Luksemburg. Dipenjarakan di Buchenwald, Lublin, Auschwitz, dan Ravensbrück. Pada usia 90 tahun, masih aktif sebagai seorang penatua dari Saksi-Saksi Yehuwa.
17. Karl Schurstein, Jerman. Seorang pengawas keliling sebelum Hitler berkuasa. Dipenjara selama delapan tahun, kemudian dibunuh oleh SS di Dachau pada tahun 1944. Bahkan di dalam kamp, ia terus membina orang lain secara rohani.
18. Kim Bong-nyu, Korea. Dipenjarakan selama enam tahun. Pada usia 72 tahun, masih menceritakan kepada orang lain tentang Kerajaan Allah.
19. Pamfil Albu, Romania. Sesudah dianiaya secara brutal, ia dikirim ke sebuah kamp kerja paksa di Yugoslavia selama dua setengah tahun. Sesudah perang, ia dipenjarakan dua kali lagi, selama 12 tahun. Ia tidak berhenti berbicara tentang maksud-tujuan Allah. Sebelum kematiannya, ia telah membantu ribuan orang di Romania untuk melayani bersama organisasi sedunia dari Saksi-Saksi Yehuwa.
20. Wilhelm Scheider, Polandia. Dalam kamp konsentrasi Nazi tahun 1939-45. Dalam penjara Komunis tahun 1950-56, juga tahun 1960-64. Hingga kematiannya pada tahun 1971, ia tanpa goyah membaktikan tenaganya untuk memberitakan Kerajaan Allah.
21. Harald dan Elsa Abt, Polandia. Selama dan sesudah perang, Harald menghabiskan waktu 14 tahun dalam penjara dan kamp konsentrasi karena imannya namun terus mengabar bahkan di sana. Elsa dipisahkan dengan paksa dari putri mereka yang masih bayi dan kemudian ditahan dalam enam kamp di Polandia, Jerman, dan Austria. Meskipun adanya pelarangan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa selama 40 tahun di Polandia bahkan sesudah perang, mereka semua terus menjadi hamba Yehuwa yang bergairah.
22. Ádám Szinger, Hungaria. Melewati enam kali pemeriksaan pengadilan, dihukum 23 tahun, di antaranya ia meringkuk 8 1/2 tahun dalam penjara dan kamp kerja paksa. Sewaktu bebas, ia melayani sebagai pengawas keliling selama 30 tahun seluruhnya. Pada usia 69 tahun, masih seorang penatua sidang yang loyal.
23. Joseph Dos Santos, Filipina. Telah berbakti 12 tahun sebagai pembawa berita Kerajaan sepenuh waktu sebelum dipenjarakan pada tahun 1942. Menggairahkan kembali kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Filipina sesudah perang dan secara pribadi terus melayani dalam dinas perintis hingga kematiannya pada tahun 1983.
24. Rudolph Sunal, Amerika Serikat. Dipenjarakan di Mill Point, Virginia Barat. Sesudah dibebaskan, ia membaktikan sepenuh waktunya untuk menyebarkan pengetahuan tentang Kerajaan Allah—sebagai perintis, anggota keluarga Betel, dan pengawas wilayah. Masih merintis pada tahun 1992, pada usia 78 tahun.
25. Martin Magyarosi, Romania. Dari penjara, tahun 1942-44, ia terus memberi petunjuk untuk pemberitaan kabar baik di Transylvania. Sewaktu dibebaskan, ia banyak melakukan perjalanan untuk menganjurkan rekan-rekan Saksi dalam pengabaran dan ia sendiri seorang Saksi yang tidak kenal takut. Dipenjara lagi pada tahun 1950, ia meninggal dalam kamp kerja paksa pada tahun 1953, seorang hamba Yehuwa yang loyal.
26. R. Arthur Winkler, Jerman dan Belanda. Mula-mula dikirimkan ke kamp konsentrasi Esterwegen; tetap mengabar dalam kamp. Belakangan, di Belanda, ia dipukuli oleh Gestapo hingga tidak dapat dikenali lagi. Akhirnya ia dikirim ke Sachsenhausen. Seorang saksi yang bergairah dan loyal hingga kematiannya pada tahun 1972.
27. Park Ock-hi, Korea. Tiga tahun dalam Penjara Sodaemun, Seoul; disiksa dengan cara yang tak terlukiskan. Dalam usia 91 tahun, pada tahun 1992, masih memberi kesaksian dengan penuh gairah, sebagai perintis istimewa.
[Peta/Gambar di hlm. 446]
Alexander MacGillivray, sebagai pengawas cabang Australia, membantu merencanakan ekspedisi pengabaran ke banyak negeri dan pulau
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
AUSTRALIA
SELANDIA BARU
TAHITI
TONGA
FIJI
NUGINI
JAWA
BORNEO
SUMATRA
BIRMA
HONG KONG
MALAYA
SINGAPURA
SIAM
INDOCINA
CINA
SAMUDRA PASIFIK
Nama-Nama Tempat Adalah yang Digunakan Selama Tahun 1930-an
[Peta/Gambar di hlm. 460]
Menjelang akhir 1945, utusan-utusan injil dari Sekolah Gilead sudah mulai berdinas di 18 negeri di bagian dunia ini
Charles dan Lorene Eisenhower
Kuba
John dan Adda Parker
Guatemala
Emil Van Daalen
Puerto Riko
Olaf Olson
Kolombia
Don Burt
Kosta Rika
Gladys Wilson
El Salvador
Hazel Burford
Panama
Louise Stubbs
Cile
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
BARBADOS
BELIZE
BOLIVIA
BRASILIA
CILE
EL SALVADOR
GUATEMALA
HAITI
JAMAIKA
KOLOMBIA
KOSTA RIKA
KUBA
MEKSIKO
NIKARAGUA
PANAMA
PUERTO RIKO
REPUBLIK DOMINIKA
URUGUAY
[Gambar di hlm. 444]
Beberapa kolportir menempatkan berkarton-karton lektur; para penghuni rumah mendapatkan banyak khotbah Alkitab dalam setiap buku
[Gambar di hlm. 445]
Armando Menazzi (depan tengah) dan kelompok yang bergembira yang bepergian bersamanya dalam ekspedisi pengabaran di depan ”rumah perintis yang beroda” milik mereka.
[Gambar di hlm. 445]
Arthur Willis, Ted Sewell, dan Bill Newlands—tiga pembawa berita Kerajaan ke daerah pedesaan Australia yang terpencil
[Gambar di hlm. 447]
Frank Dewar (tampak di sini bersama istrinya dan kedua putri mereka) pergi ke Thailand sebagai perintis seorang diri pada tahun 1936 dan masih seorang perintis istimewa pada tahun 1992
[Gambar di hlm. 447]
Chomchai Inthaphan menggunakan kemampuannya sebagai penerjemah untuk mencapai orang-orang Thai dengan kabar baik yang ditemukan dalam Alkitab
[Gambar di hlm. 448]
Di Jerman, Saksi-Saksi Yehuwa menyebarkan surat terbuka ini secara luas kepada umum pada tahun 1937, meskipun ibadat mereka dilarang pemerintah
[Gambar di hlm. 449]
Keluarga Franz dan Hilda Kusserow—setiap orang di antara mereka adalah Saksi yang setia dari Yehuwa walaupun semua di dalam keluarga (kecuali seorang putra yang meninggal dalam kecelakaan) pernah dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi, penjara, atau sekolah untuk anak nakal karena iman mereka
[Gambar di hlm. 450]
Beberapa di Austria dan Jerman yang mempertaruhkan kehidupan mereka untuk memperbanyak atau menyebarkan bahan yang berharga untuk pengajaran Alkitab, seperti yang diperlihatkan di latar belakang
Therese Schreiber
Peter Gölles
Elfriede Löhr
Albert Wandres
August Kraft
Ilse Unterdörfer
[Gambar di hlm. 454]
Saksi-Saksi pada kebaktian di Shanghai, Cina, pada tahun 1936; sembilan dari kelompok ini dibaptis pada kesempatan tersebut
[Gambar di hlm. 456]
Meskipun ibadat mereka dilarang, Saksi-Saksi ini mengadakan kebaktian di Hargrave Park, dekat Sydney, Australia, pada tahun 1941
[Gambar di hlm. 458]
Saksi-Saksi Kuba pada kebaktian di Cienfuegos pada tahun 1939
[Gambar di hlm. 459]
N. H. Knorr (kiri) di kebaktian São Paulo pada tahun 1945, dengan Erich Kattner sebagai juru bahasa