PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w99 1/8 hlm. 26-31
  • Dengan Senang Menerima Petunjuk Yehuwa

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Dengan Senang Menerima Petunjuk Yehuwa
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Menyesuaikan Fokus Hidup Saya
  • Pelatihan yang Bernilai sebagai Perintis
  • Merelakan Diri untuk Dinas di Negeri Asing
  • Antara Washington dan Gilead
  • Dinas di Kantor Pusat Sedunia
  • Mengajar di Gilead secara Teratur
  • Bekerja bersama para Siswa
  • Menatap Masa Depan
  • Tempat yang Baru untuk Sekolah Utusan Injil Gilead
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Sekolah Gilead​—Berusia 50 Tahun dan Tetap Jaya!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas Dunia
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Lebih Banyak Utusan Injil bagi Musim Menuai Seluas Dunia
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
w99 1/8 hlm. 26-31

Dengan Senang Menerima Petunjuk Yehuwa

SEBAGAIMANA DICERITAKAN OLEH ULYSSES V. GLASS

Acaranya sungguh istimewa. Hanya ada 127 siswa dalam kelas yang baru lulus ini, namun hadirin yang antusias berjumlah 126.387 dan berasal dari banyak negeri. Itulah wisuda kelas ke-21 dari Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal, yang diadakan di Yankee Stadium di New York City pada tanggal 19 Juli 1953. Mengapa saat itu menjadi peristiwa penting dalam hidup saya? Saya akan menceritakan sedikit latar belakangnya.

SAYA lahir di Vincennes, Indiana, AS, pada tanggal 17 Februari 1912, sekitar dua tahun sebelum lahirnya Kerajaan Mesianis, sebagaimana yang digambarkan di Penyingkapan 12:1-5. Setahun sebelumnya, orang-tua saya telah mempelajari Alkitab dan jilid-jilid Studies in the Scriptures. Setiap Minggu pagi, Ayah membacakan salah satu dari buku-buku ini kepada kami, dan kemudian kami membahasnya.

Ibu menggunakan apa yang ia pelajari untuk membantu membentuk cara berpikir anak-anaknya. Ia adalah orang yang sangat menyenangkan​—sangat baik, sangat senang membantu. Kasih ibu tidak terbatas bagi kami empat bersaudara, namun menjangkau pula anak-anak lain di lingkungan kami. Ibu selalu menemani kami. Ia senang menceritakan kisah-kisah Alkitab kepada kami dan bernyanyi bersama kami.

Ia juga mengundang banyak pelayan sepenuh waktu ke rumah kami. Mereka tinggal hanya satu atau dua hari, sering kali mengadakan perhimpunan dan menyampaikan khotbah di rumah kami. Kami sangat menyukai orang-orang yang menggunakan ilustrasi dan yang suka bercerita kepada kami. Suatu ketika pada tahun 1919, sekitar setahun setelah perang dunia pertama berakhir, saudara yang sedang berkunjung mengarahkan komentarnya teristimewa kepada kami, anak-anak. Ia membahas tentang konsekrasi ​—dalam istilah yang lebih tepat sekarang disebut pembaktian​—dan membantu kami mengerti bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan kami. Kemudian, pada malam harinya sebelum tidur, saya berdoa kepada Bapak surgawi dan memberi tahu Dia bahwa saya ingin melayani-Nya senantiasa.

Akan tetapi, setelah tahun 1922, kekhawatiran lain dalam hidup cenderung mengimpit tekad tersebut. Kami berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak bergabung dengan sidang umat Yehuwa. Ayah tidak berada di rumah karena pekerjaannya di jawatan kereta api. Pelajaran Alkitab kami menjadi tidak teratur. Saya mengikuti kursus-kursus sekolah dengan cita-cita menjadi seniman komersial dan bermaksud melanjutkan ke sebuah universitas terkemuka.

Menyesuaikan Fokus Hidup Saya

Selama pertengahan tahun 1930-an, dunia ini kembali bergerak menuju perang global. Kami tinggal di Cleveland, Ohio, sewaktu kami dikunjungi oleh seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Kami mulai lebih serius memikirkan apa yang telah kami pelajari semasa kanak-kanak. Kakak laki-laki saya, Russell, sangat serius pembawaannya, dan ia yang pertama kali dibaptis. Saya lebih berpembawaan santai, namun pada tanggal 3 Februari 1936, saya juga dibaptis. Penghargaan saya akan apa yang terlibat dalam pembaktian kepada Yehuwa bertumbuh, dan saya belajar untuk menerima pengarahan Yehuwa. Pada tahun yang sama, dua saudara perempuan saya, Kathryn dan Gertrude, juga dibaptis. Kami semua terjun dalam dinas sepenuh waktu sebagai perintis.

Akan tetapi, tidak berarti bahwa kami tidak memikirkan hal-hal lain. Saya langsung memasang telinga ketika kakak ipar saya memberi tahu saya tentang seorang gadis cantik bernama Ann yang sangat bersemangat sejak ia mendengar kebenaran dan akan menghadiri perhimpunan di rumah kami. Pada saat itu, Ann bekerja sebagai sekretaris di sebuah kantor hukum, dan belum sampai setahun kemudian, ia dibaptis. Saya tidak berencana untuk menikah, namun jelas bahwa Ann berpihak 100 persen pada kebenaran. Ia ingin terlibat sepenuhnya dalam dinas Yehuwa. Ia bukan orang yang mengatakan, ”Bisakah saya melakukannya?” Sebaliknya, ia akan bertanya, ”Apa cara terbaik bagi saya untuk melakukannya?” Dan, ia bertekad untuk pantang mundur. Pandangan yang positif tersebut membuat saya tertarik. Lagi pula, ia sangat cantik pada waktu itu, sekarang pun kecantikannya tidak pudar. Akhirnya ia menjadi istri saya, dan tidak lama kemudian, ia menjadi mitra saya dalam dinas perintis.

Pelatihan yang Bernilai sebagai Perintis

Sebagai perintis, kami mempelajari kunci untuk berpuas diri sewaktu kami berada dalam keadaan sedikit persediaan maupun sewaktu kami memiliki kelimpahan. (Filipi 4:11-13) Suatu hari menjelang malam, kami tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Kami berdua hanya memiliki lima sen. Kami pergi ke toko daging, dan saya meminta, ”Tolong beri kami sosis seharga lima sen?” Ia menatap kami dan kemudian mengiris empat potong sosis. Saya yakin nilai sosis tersebut lebih dari lima sen, dan, ada gizi yang kami dapatkan.

Bukan sesuatu yang aneh untuk menghadapi tentangan sewaktu berada dalam pelayanan. Di sebuah kota dekat Syracuse, New York, kami turun ke jalan untuk membagikan selebaran dan mengenakan plakat untuk menarik perhatian pada perhimpunan umum istimewa. Dua pria tegap mencengkeram saya dan bertindak agak kasar. Seorang di antara mereka adalah polisi, tapi ia tidak berseragam, dan mengabaikan permintaan saya untuk melihat lencananya. Pada saat itu juga, Grant Suiter dari Betel Brooklyn datang dan mengatakan bahwa kami akan ke kantor polisi untuk membereskan masalahnya. Kemudian, ia menelepon kantor Lembaga di Brooklyn, dan kami berdua diinstruksikan untuk keluar kembali pada hari yang sama dengan plakat dan selebaran untuk menyediakan dasar bagi kasus percobaan. Seperti yang telah diduga, kami pun ditangkap. Namun, sewaktu kami memberi tahu polisi bahwa mereka akan dituntut karena penangkapan yang tidak sah, mereka membebaskan kami.

Pada hari berikutnya, beberapa remaja urakan memasuki tempat kebaktian kami atas desakan seorang imam, sedangkan polisi tidak tampak di mana-mana. Para berandalan ini menjatuhkan tongkat bisbol ke lantai kayu, mencampakkan beberapa hadirin dari bangku, serta menaiki panggung, dan di sana mereka mengibarkan bendera Amerika lalu berseru, ”Hormat bendera! Hormat bendera!” Kemudian, mereka mulai menyanyikan lagu ”Beer Barrel Polka”. Mereka benar-benar mengacaukan perhimpunan. Secara langsung, kami mengalami apa yang Yesus maksudkan sewaktu ia berkata, ”Karena kamu bukan bagian dari dunia, tetapi aku telah memilih kamu dari dunia, atas dasar ini dunia membenci kamu.”​—Yohanes 15:19.

Sebenarnya, khotbah umumnya adalah suatu rekaman fonograf dari ceramah J. F. Rutherford, yang pada saat itu menjadi presiden Lembaga Menara Pengawal. Saya dan Ann tinggal di kota tersebut selama beberapa hari dan mengunjungi orang-orang untuk menawarkan kesempatan mendengarkan khotbah tersebut di rumah mereka. Beberapa menerima tawaran tersebut.

Merelakan Diri untuk Dinas di Negeri Asing

Pada waktunya, corak dinas baru pun terbuka. Kakak saya, Russell, bersama dengan istrinya, Dorothy, diundang untuk menghadiri kelas pertama Sekolah Gilead, pada tahun 1943, dan kemudian diutus sebagai utusan injil ke Kuba. Saudara perempuan saya, Kathryn, mengikuti kelas yang keempat. Ia juga ditugasi ke Kuba. Belakangan, ia ditugasi ke Republik Dominika dan kemudian Puerto Riko. Bagaimana dengan saya dan Ann?

Sewaktu kami mendengar tentang Sekolah Gilead dan fakta bahwa Lembaga ingin mengirim utusan injil ke negeri-negeri lain, kami merasa bahwa kami ingin merelakan diri untuk dinas di negeri asing. Pada mulanya, kami berpikir untuk pergi atas inisiatif sendiri, barangkali ke Meksiko. Namun, kemudian kami memutuskan bahwa mungkin sebaiknya menunggu dan membiarkan Lembaga yang menugasi kami setelah kami mengikuti Sekolah Gilead. Kami menyadari bahwa ini adalah penyelenggaraan yang Yehuwa gunakan.

Kami diundang ke kelas keempat Sekolah Gilead. Namun, tidak lama sebelum kelas dimulai, N. H. Knorr, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Menara Pengawal, semakin menyadari keterbatasan yang Ann miliki karena polio semasa kanak-kanak. Ia membicarakan hal itu kepada saya dan memutuskan bahwa tidak bijaksana jika kami diutus untuk melayani ke negeri lain.

Sekitar dua tahun kemudian, sewaktu saya sedang mempersiapkan kebaktian, Saudara Knorr menjumpai saya lagi dan bertanya apakah kami masih berminat mengikuti sekolah Gilead. Ia memberi tahu saya bahwa kami tidak akan diutus ke negeri asing; ada hal lain dalam benaknya. Maka, sewaktu kelas kesembilan didaftarkan pada tanggal 26 Februari 1947, kami disertakan dalam badan siswa.

Hari-hari di Gilead tidak terlupakan. Pelajarannya sangat kaya secara rohani. Persahabatan seumur hidup pun terjalin. Namun, keterlibatan saya dengan sekolah ini jauh lebih banyak daripada itu.

Antara Washington dan Gilead

Sekolah Gilead relatif masih baru pada saat itu. Pemerintah Amerika Serikat belum cukup mengenal tujuan sekolah ini, maka banyak pertanyaan yang timbul. Lembaga ingin memiliki wakil di Washington, D.C. Kami diutus ke sana selama beberapa bulan setelah lulus dari Gilead. Saya harus membantu orang-orang dari negeri-negeri lain yang diundang ke Gilead untuk memperoleh visa dan dokumen hukum, sehingga para lulusan dapat diutus ke luar negeri untuk pekerjaan utusan injil. Beberapa pejabat bersikap sangat adil dan suka membantu. Yang lain-lain memiliki antipati yang kuat terhadap Saksi-Saksi. Beberapa pejabat yang memiliki pandangan politik yang kuat menuduh bahwa kita memiliki hubungan dengan kelompok yang tidak mereka sukai.

Seorang pria yang saya kunjungi di kantornya, dengan keras mengkritik kita karena kita tidak salut bendera atau ikut berperang. Setelah cukup lama ia mencaci hal tersebut, akhirnya saya mengatakan, ”Perlu Anda ketahui, dan memang Anda sudah tahu, bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak terlibat dalam peperangan melawan siapa pun di dunia ini. Kami tidak terlibat dalam urusan-urusan dunia. Kami tidak terlibat dalam peperangan mereka, politik mereka. Kami sama sekali netral. Kami telah mengatasi problem-problem yang kalian hadapi; kami memiliki persatuan dalam organisasi kami. . . . Sekarang, apa yang kalian ingin kami lakukan? Apakah kalian ingin kami kembali bertindak dengan cara kalian dan meninggalkan cara kami?” Ia tidak mengatakan apa-apa setelah itu.

Dua hari penuh dalam seminggu disisihkan untuk berurusan dengan kantor-kantor pemerintah. Selain itu, kami melayani sebagai perintis istimewa. Pada saat itu, dinas ini termasuk menggunakan 175 jam dalam dinas pengabaran setiap bulan (belakangan ini diubah menjadi 140 jam), maka kami sering kali berada dalam dinas sampai larut malam. Kami menikmati dinas kami. Kami memimpin banyak pengajaran yang bagus bersama seluruh anggota keluarga-keluarga, dan mereka membuat kemajuan yang baik. Saya dan Ann memutuskan untuk tidak memiliki anak-anak, namun secara rohani, kami tidak hanya memiliki anak-anak, tetapi juga cucu dan cicit. Mereka benar-benar menggembirakan hati kami!

Pada akhir tahun 1948, saya menerima tugas lebih lanjut. Saudara Knorr menjelaskan bahwa Saudara Schroeder, panitera dan seorang instruktur Sekolah Gilead, akan sangat sibuk dengan pekerjaan penting lain, maka saya diminta untuk mengajar kelas-kelas Gilead bila perlu. Dengan was-was, saya tiba kembali di Gilead, South Lansing, New York, bersama Ann, pada tanggal 18 Desember. Pada mulanya, setiap kali berkunjung, kami harus berada di Gilead selama beberapa minggu, dan kemudian kami pulang ke Washington. Namun, pada akhirnya, saya lebih sering berada di Gilead daripada di Washington.

Pada saat itulah, seperti yang disebutkan sebelumnya, kelas Gilead yang ke-21 diwisuda di Yankee Stadium di New York. Maka, sebagai salah seorang instrukturnya, saya mendapat hak istimewa untuk ambil bagian dalam acara wisuda tersebut.

Dinas di Kantor Pusat Sedunia

Pada tanggal 12 Februari 1955, kami memulai suatu tugas dinas lain. Kami menjadi anggota keluarga Betel di kantor pusat sedunia dari organisasi Yehuwa yang kelihatan. Namun, apa yang tercakup di dalamnya? Pada dasarnya, kerelaan untuk melakukan apa pun yang ditugaskan kepada kami, ambil bagian dalam proyek-proyek yang menuntut kerja sama dengan orang-orang lain. Tentu saja, kami telah melakukan hal itu sebelumnya, namun sekarang kami akan menjadi bagian dari kelompok yang jauh lebih besar​—keluarga Betel di kantor pusat. Kami dengan senang menerima tugas baru ini sebagai bukti akan petunjuk Yehuwa.

Bagian utama dari pekerjaan saya mencakup hal-hal yang berhubungan dengan media massa. Karena ingin membuat cerita-cerita yang sensasional dan karena mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang berprasangka, pers telah menulis beberapa hal yang buruk tentang Saksi-Saksi Yehuwa. Kami berupaya memperbaiki keadaan.

Saudara Knorr ingin memastikan bahwa kami semua mempunyai cukup pekerjaan, maka ada tugas-tugas lain juga. Beberapa dari antaranya memanfaatkan pelatihan yang dahulu saya terima sebagai seniman komersial. Yang lain-lain melibatkan stasiun radio Lembaga, WBBR. Ada pekerjaan yang harus dilakukan sehubungan dengan gambar bergerak yang diproduksi Lembaga. Tentu saja, sejarah teokratis merupakan bagian dari kursus Gilead, namun kini berbagai proyek dilakukan untuk lebih memperkenalkan umat Yehuwa dengan perincian sejarah organisasi teokratis zaman modern dan juga menyediakan perincian ini kepada umum. Bidang lain dari pelatihan Gilead mencakup berbicara di hadapan umum, dan yang perlu dilakukan adalah menyediakan lebih banyak pelajaran dasar untuk berbicara di hadapan umum bagi saudara-saudara di sidang. Jadi, ada banyak hal yang harus dilakukan.

Mengajar di Gilead secara Teratur

Pada tahun 1961, sewaktu pelatihan bagi para pengawas keliling dan personel cabang semakin mendekat, Sekolah Gilead dipindahkan ke Brooklyn, ke lokasi kantor-kantor utama Lembaga Menara Pengawal. Sekali lagi, saya kembali ke ruang kelas​—kali ini bukan sebagai instruktur pengganti namun sebagai anggota tetap fakultas. Benar-benar suatu hak istimewa! Saya yakin sekali bahwa Sekolah Gilead adalah karunia Yehuwa, suatu pemberian yang mendatangkan manfaat bagi seluruh organisasi yang kelihatan.

Di Brooklyn, kelas-kelas Gilead memiliki kesempatan yang tidak dimiliki siswa-siswa dari kelas-kelas sebelumnya. Ada lebih banyak pengajar tamu dan ada pergaulan yang erat dengan Badan Pimpinan dan persaudaraan yang lebih luas dengan keluarga Betel di kantor pusat. Juga, tidak tertutup kemungkinan bagi para siswa untuk mendapatkan pelatihan dalam prosedur kantor, dalam kegiatan rumah Betel, dan dalam berbagai aspek pekerjaan percetakan.

Selama bertahun-tahun, jumlah siswa bervariasi, demikian pula dengan jumlah instruktur. Lokasi sekolah juga berganti-ganti beberapa kali. Kini, sekolah ini terletak di lingkungan yang indah di Patterson, New York.

Bekerja bersama para Siswa

Mengajar kelas-kelas ini sungguh mendatangkan sukacita! Di sini ada orang-orang muda yang tidak berminat mengejar prestasi di sistem tua ini. Mereka meninggalkan keluarga, sahabat, rumah, dan orang-orang yang berbicara dalam bahasa mereka. Iklim, makanan​—segalanya akan berbeda. Mereka bahkan tidak mengetahui ke negeri mana mereka akan diutus, namun tujuan mereka adalah menjadi utusan injil. Orang-orang semacam itu sudah memiliki motivasi yang tinggi.

Sewaktu memasuki ruang kelas, tujuan saya selalu adalah untuk membuat para siswa merasa nyaman. Tak seorang pun dapat belajar dengan baik bila merasa tegang dan khawatir. Memang, sayalah instrukturnya, namun saya tahu bagaimana rasanya menjadi siswa. Saya juga pernah menjadi siswa. Tentu saja, mereka giat belajar dan banyak yang dipelajari di Gilead, namun, saya juga ingin agar mereka menikmati Gilead.

Saya tahu bahwa sewaktu mereka pergi ke tempat tugas mereka, ada beberapa hal tertentu yang mereka perlukan agar berhasil. Mereka membutuhkan iman yang kuat. Mereka membutuhkan kerendahan hati​—yang sangat besar. Mereka perlu belajar bergaul serasi dengan orang-orang lain, menerima keadaan, rela mengampuni. Mereka perlu terus memupuk buah-buah roh. Mereka juga perlu mengasihi orang dan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka. Itulah hal-hal yang selalu saya tandaskan kepada para siswa sewaktu mereka berada di Gilead.

Saya benar-benar tidak tahu berapa banyak siswa yang telah saya ajar. Namun, saya tahu bagaimana perasaan saya terhadap mereka. Setelah bersama mereka selama lima bulan di ruang kelas, saya mulai menyayangi mereka. Kemudian, sewaktu memperhatikan mereka berjalan ke panggung dan menerima diploma mereka pada hari wisuda, saya tahu bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan kursus dan akan segera pergi. Rasanya, seolah-olah anggota keluarga saya sendiri yang pergi. Bagaimana mungkin kita dapat menahan kasih kita kepada orang-orang yang merelakan diri dan melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang muda ini?

Bertahun-tahun kemudian, sewaktu mereka kembali berkunjung, saya mendengar mereka menceritakan sukacita mereka dalam dinas, dan saya tahu bahwa mereka masih berada di tempat tugas mereka, mempraktekkan pelatihan yang telah mereka terima. Bagaimana perasaan saya? Senang sekali.

Menatap Masa Depan

Sekarang, penglihatan saya terganggu, dan hal itu membuat saya frustrasi. Saya tidak dapat lagi mengajar di ruang kelas Gilead. Pada mulanya, saya merasa sulit membuat penyesuaian ini, namun, sepanjang hidup saya, saya telah belajar untuk menerima keadaan dan menjalaninya. Sering kali, saya mengingat rasul Paulus dan ”duri dalam daging”nya. Tiga kali Paulus berdoa memohonkan kesembuhan dari penderitaannya, namun, Tuan memberitahunya, ”Kebaikan hatiku yang tidak layak diterima cukup bagimu; karena kuasaku dibuat sempurna dalam kelemahan.” (2 Korintus 12:7-10) Paulus terus hidup menjalaninya. Jika ia bisa, berarti saya harus mencobanya. Meskipun, saya tidak lagi mengajar di kelas, saya bersyukur karena kantor saya dekat dengan tempat lalu lalangnya para siswa setiap hari. Kadang-kadang, saya dapat berbicara dengan mereka, dan hati saya senang memikirkan semangat yang baik yang mereka perlihatkan.

Apa yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu hal yang luar biasa untuk direnungkan. Dasarnya telah dibubuh sekarang. Gilead telah memiliki bagian yang menonjol di dalamnya. Setelah kesengsaraan besar, sewaktu gulungan yang disebutkan di Penyingkapan 20:12 dibuka, maka, selama seribu tahun, tersedia pendidikan intensif lebih lanjut tentang jalan-jalan Yehuwa. (Yesaya 11:9) Namun, itu pun bukan akhirnya. Justru itu baru permulaannya saja. Untuk selama-lamanya, akan ada lebih banyak orang yang belajar tentang Yehuwa dan lebih banyak yang harus dilakukan seraya kita melihat maksud-tujuan-Nya tersingkap. Saya yakin sepenuhnya bahwa Yehuwa akan memenuhi semua janji-janji yang agung yang telah Ia buat, dan saya ingin berada di sana untuk menerima petunjuk Yehuwa bagi kita kelak.

[Gambar di hlm. 26]

Wisuda Gilead di Yankee Stadium, New York, pada tahun 1953

[Gambar di hlm. 26]

Gertrude, saya, Kathryn, dan Russell

[Gambar di hlm. 26]

Bekerja bersama N. H. Knorr (paling kiri) dan M. G. Henschel dalam pengorganisasian kebaktian

[Gambar di hlm. 26]

Dalam studio pemancar WBBR

[Gambar di hlm. 29]

Di ruang kelas Gilead

[Gambar di hlm. 31]

Bersama Ann, belum lama ini

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan