PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w17 Juni hlm. 16-20
  • Tuntaskan Masalah dan Ciptakan Perdamaian

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tuntaskan Masalah dan Ciptakan Perdamaian
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2017
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • MASALAH DAN SOLUSINYA
  • KEPRIBADIAN YANG BERBEDA-BEDA MEMBUAT SIDANG LEBIH MENYENANGKAN
  • TUNTASKAN MASALAH SECEPAT MUNGKIN
  • ’Kejarlah Perdamaian dan Berusahalah Mendapatkannya’
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Bergaul Satu Sama Lain dengan Kasih
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
  • Kedamaian—Bagaimana Cara Mendapatkannya?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
  • Barnabas—”Putra Penghiburan”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2017
w17 Juni hlm. 16-20
Seorang saudari sedang marah di sidang

Tuntaskan Masalah dan Ciptakan Perdamaian

ALLAH YEHUWA ingin agar para penyembah-Nya menikmati perdamaian. Dia ingin agar mereka berupaya untuk saling berdamai. Dengan begitu, sidang Kristen akan tetap damai. Hasilnya, banyak orang akan tertarik untuk datang ke sidang.

Sebagai contoh, ada seorang dukun di Madagaskar yang memperhatikan bahwa ada perdamaian di antara umat Yehuwa. Dia berpikir, ’Kalau saya harus memilih, saya akan bergabung dengan agama ini.’ Akhirnya, dia tidak lagi menyembah hantu-hantu. Dia juga memastikan agar perkawinannya sesuai dengan prinsip Alkitab, dan dia mulai menyembah Allah perdamaian, Yehuwa.

Seperti pria tadi, ribuan orang bergabung dengan sidang Kristen tiap tahun dan akhirnya menemukan kedamaian yang selama ini mereka cari-cari. Tapi, Alkitab berkata bahwa ”kecemburuan yang pahit dan sifat suka bertengkar” bisa merusak persahabatan dan menimbulkan masalah di sidang. (Yak. 3:14-16) Tapi, Alkitab memberi kita nasihat agar kita bisa terhindar dari masalah ini dan agar kita semakin akrab dengan saudara-saudari. Mari kita pelajari bagaimana nasihat ini membantu saudara-saudari.

MASALAH DAN SOLUSINYA

”Susah sekali bekerja sama dengan saudara itu. Kami pernah bertengkar sampai teriak-teriak. Lalu, ada dua orang yang datang dan melihat kejadian itu.”​—CHRIS.

Dua saudari saling menatap dengan sinis

”Saya sering berdinas dengan seorang saudari. Tiba-tiba, dia membatalkan semua janji dinas kami. Lalu, dia tidak mau lagi berbicara dengan saya. Saya jadi bingung.”​—JANET.

”Saya dan dua teman saya sedang bertelepon. Lalu yang satu pamit, dan saya pikir dia sudah tutup teleponnya. Jadi, saya berbicara yang kurang bagus tentang dia ke teman saya yang satu lagi. Tapi ternyata, dia belum tutup teleponnya.”​—MICHAEL.

”Di sidang kami, ada dua perintis yang bertengkar. Yang satu suka memarahi yang lain. Pertengkaran mereka membuat saudara-saudari jadi resah.”​—GARY.

Masalah-masalah ini sepertinya tidak terlalu serius. Tapi, ini bisa menyebabkan luka yang dalam bagi saudara-saudari yang terlibat dan bisa merusak perdamaian di sidang. Untunglah, saudara-saudari ini mengikuti prinsip Alkitab dan kembali berdamai. Prinsip Alkitab apa yang membantu mereka?

”Jangan menjadi kesal satu sama lain di perjalanan.” (Kej. 45:24) Kata-kata ini diucapkan Yusuf kepada kakak-adiknya yang akan pulang ke rumah mereka. Jika seseorang tidak mengendalikan perasaannya dan mudah tersinggung, ini bisa memperkeruh keadaan. Orang lain bisa ikut marah. Chris mengakui bahwa dia kadang tidak rendah hati dan sulit mengikuti arahan. Dia ingin berubah. Jadi, dia meminta maaf kepada saudara yang sempat bertengkar dengan dia. Lalu, Chris berusaha mati-matian untuk mengendalikan emosinya. Sewaktu saudara itu melihat upaya Chris, dia juga berubah. Sekarang, mereka sudah berdamai dan bersama-sama bekerja bagi Yehuwa.

”Rencana-rencana gagal apabila tidak ada pembicaraan.” (Ams. 15:22) Saat Janet mulai diabaikan oleh temannya, dia memutuskan untuk menerapkan ayat ini. Jadi, dia berbicara dengannya. Janet bertanya apakah dia telah menyinggung atau membuatnya kesal. Awalnya, mereka berdua merasa canggung. Tapi, mereka terus berbicara dengan tenang sehingga suasananya menjadi nyaman. Saudari ini menyadari bahwa ternyata dia salah paham tentang suatu kejadian di masa lalu. Janet sebenarnya tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dia akhirnya meminta maaf kepada Janet. Mereka berdua akrab lagi dan bersama-sama bekerja bagi Yehuwa.

”Maka, jika engkau membawa pemberianmu ke mezbah dan di sana engkau mengingat bahwa ada sesuatu yang membuat saudaramu tidak senang, tinggalkan pemberianmu di sana di depan mezbah, dan pergilah; berdamailah dahulu dengan saudaramu.” (Mat. 5:23, 24) Yesus memberikan nasihat ini saat menyampaikan Khotbah di Gunung. Michael merasa sangat bersalah setelah mengucapkan kata-kata yang kurang baik tadi. Dia memutuskan untuk melakukan apa pun agar bisa berdamai. Jadi, dia menemui saudara ini dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Apa hasilnya? Michael berkata, ”Saudara itu mengampuni saya dengan tulus.” Mereka bersahabat lagi.

”Teruslah bersabar seorang terhadap yang lain dan ampuni satu sama lain dengan lapang hati jika ada yang mempunyai alasan untuk mengeluh sehubungan dengan orang lain.” (Kol. 3:12-14) Dua perintis yang bertengkar tadi dibantu oleh seorang penatua untuk melihat bahwa tindakan mereka membuat saudara-saudari kecewa dan tidak nyaman. Mereka dinasihati untuk saling bersabar dan menjaga perdamaian sidang. Mereka menerima nasihat ini dan menerapkannya. Sekarang, mereka berteman lagi dan bersama-sama memberitakan kabar baik.

Nasihat di Kolose 3:12-14 juga bisa membuat kita rendah hati, mengampuni orang yang menyakiti kita, dan tidak lagi memikirkan masalah itu. Tapi, bagaimana jika kita tidak bisa mengampuni padahal sudah berusaha? Kita bisa memikirkan prinsip di Matius 18:15. Di ayat itu, Yesus memang sedang berbicara tentang dosa serius. Tapi, kita bisa menerapkannya jika kita ada masalah dengan saudara-saudari. Jadi, tetaplah rendah hati dan coba bahas masalah itu dengan baik-baik serta cari solusinya.

Di Alkitab, ada banyak nasihat berguna lainnya. Untuk menerapkannya, Saudara perlu memiliki ”buah roh”, yaitu ”kasih, sukacita, damai, kepanjangsabaran, kebaikan hati, kebaikan, iman, kelemahlembutan, pengendalian diri”. (Gal. 5:22, 23) Seperti oli yang membuat mesin berjalan mulus, sifat-sifat bagus dari Yehuwa ini bisa membantu kita mengabaikan perbedaan dan mempunyai hubungan yang mulus dengan saudara-saudari.

KEPRIBADIAN YANG BERBEDA-BEDA MEMBUAT SIDANG LEBIH MENYENANGKAN

Kepribadian setiap orang berbeda-beda. Kita juga punya sifat yang berbeda. Cara berpikir dan berbicara kita juga tidak sama. Ini membuat persahabatan kita menarik dan menyenangkan. Tapi, ini juga bisa menyebabkan kesalahpahaman dan perbedaan pendapat. Seorang penatua yang berpengalaman memberi contoh berikut, ”Orang yang pemalu mungkin resah jika berteman dengan orang yang supel dan pandai bergaul. Perbedaan ini sepertinya kecil. Tapi, ini bisa menghasilkan masalah serius.” Apakah orang yang kepribadiannya sangat berbeda tidak akan bisa berteman? Coba kita lihat contoh para rasul. Petrus kemungkinan adalah orang yang ceplas-ceplos, atau berbicara apa adanya. Sedangkan Yohanes mungkin adalah saudara yang perhatian dan yang biasanya berpikir dulu sebelum berbicara atau bertindak. Kepribadian mereka berbeda. Tapi, mereka bisa bekerja sama dengan erat untuk Yehuwa. (Kis. 8:14; Gal. 2:9) Sekarang pun, bahkan orang Kristen yang kepribadiannya sangat berbeda bisa bekerja sama dengan erat.

Tapi, bagaimana jika ada orang di sidang yang mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat Saudara kesal? Ingatlah bahwa Kristus juga telah mati untuk dia. Dan, Yesus mau kita saling menyayangi. (Yoh. 13:34, 35; Rm. 5:6-8) Jadi, daripada merasa bahwa lebih baik tidak dekat-dekat dengan orang seperti itu, coba pikirkan, ’Apakah dia melakukan sesuatu yang melanggar hukum Yehuwa? Apakah dia sengaja mau menyakiti saya? Atau, apakah ini terjadi hanya karena perbedaan kepribadian? Malah, apakah dia punya sifat bagus yang mau saya tiru?’

Misalnya, jika orang itu senang berbicara tapi Saudara pendiam, maukah Saudara berdinas bersamanya dan belajar sesuatu darinya? Atau, jika dia lebih murah hati daripada Saudara, apakah Saudara melihat bahwa dia lebih bahagia karena bermurah hati kepada orang yang tua, sakit, dan yang membutuhkan? Bisakah Saudara belajar darinya untuk lebih murah hati? Intinya, walaupun Saudara berbeda dengan orang lain di sidang, Saudara bisa berfokus pada sifat-sifat baik mereka. Mungkin, kalian tidak bisa menjadi sahabat, tapi kalian akan punya hubungan yang baik. Dengan begitu, Saudara akan merasa damai dan sidang pun ikut damai.

Pada abad pertama, ada dua saudari yang bernama Euodia dan Sintikhe. Sepertinya, kepribadian mereka sangat berbeda. Tapi, Rasul Paulus menganjurkan mereka untuk ”memiliki pikiran yang sama dalam Tuan”. (Flp. 4:2) Kita juga ingin menyembah Yehuwa bersama-sama dengan saudara-saudari kita dan menciptakan perdamaian dalam sidang.

TUNTASKAN MASALAH SECEPAT MUNGKIN

Mengapa kita harus cepat-cepat membuang perasaan negatif apa pun terhadap orang lain? Perasaan ini bisa disamakan dengan rumput liar di taman bunga yang indah. Jika rumput itu tidak segera dicabut, itu akan menyebar ke seluruh taman. Demikian pula, jika perasaan negatif dibiarkan terus berkembang, seluruh sidang bisa terpengaruh. Tapi, karena menyayangi Yehuwa dan saudara-saudari, kita akan melakukan apa pun agar sidang tetap damai.

Dua saudari berbicara baik-baik dan berdamai

Jika Saudara tetap rendah hati dan berusaha berdamai, hasilnya bisa luar biasa

Jika kita berusaha berdamai dengan orang lain, hasilnya bisa luar biasa. Hal ini dialami oleh seorang saudari. Dia bercerita, ”Saya merasa seorang saudari memperlakukan saya seperti anak kecil. Saya sangat tidak suka! Semakin lama saya semakin jengkel, dan saya jadi judes dengan dia. Saya pikir, ’Dia juga tidak peduli dengan perasaan saya. Jadi, untuk apa saya peduli dengan perasaannya?’”

Belakangan, saudari ini memikirkan sikapnya sendiri. ”Saya sadar bahwa kepribadian saya sendiri ada kurangnya. Dan, saya sangat kecewa. Saya tahu bahwa saya harus mengubah cara berpikir saya. Setelah berdoa, saya memberi saudari itu hadiah dan menuliskan kartu ucapan maaf atas tingkah laku saya yang buruk. Kami berpelukan dan setuju untuk melupakan masalah ini. Sejak itu, kami belum pernah bermasalah lagi.”

Semua orang butuh kedamaian. Tapi, orang yang sombong dan suka bersaing bisa merusak perdamaian. Di dunia ini, banyak orang seperti itu. Tapi, Yehuwa ingin agar umat-Nya berbeda. Di antara Saksi-Saksi Yehuwa, perlu ada perdamaian dan persatuan. Yehuwa membimbing Paulus untuk menulis kepada orang Kristen agar mereka ”berjalan dengan layak sesuai dengan panggilan” mereka. Mereka dianjurkan untuk melakukan ini ”dengan kepanjangsabaran, saling bersabar dengan kasih, dengan sungguh-sungguh berupaya mempertahankan kesatuan roh dalam ikatan perdamaian yang mempersatukan”. (Ef. 4:1-3) ”Ikatan perdamaian yang mempersatukan” dalam umat Yehuwa sangatlah berharga. Jadi, kita semua perlu melakukan segala sesuatu untuk memperkuat ikatan itu dan menuntaskan masalah apa pun yang bisa timbul di antara kita.

Paulus dan Barnabas Tetap Bersahabat Walau Berbeda

Paulus dan Barnabas

Sebelum menjadi orang Kristen, Paulus adalah orang yang berapi-api. Dia mengancam dan ingin membunuh murid-murid Tuan. (Kis. 9:1) Belakangan, Paulus menjelaskan bahwa dulu saat bertemu orang Kristen, dia ”luar biasa geram terhadap mereka”.​—Kis. 26:11.

Setelah dibaptis, Paulus berubah. Tapi, hal buruk yang pernah Paulus lakukan masih membekas di hati orang-orang. Bahkan setelah dia sudah cukup lama menjadi orang Kristen, mereka masih ”takut kepadanya, karena mereka tidak percaya bahwa dia adalah seorang murid”.​—Kis. 9:26.

Saat Paulus datang ke Yerusalem, saudara-saudara di sana tidak percaya bahwa dia sudah berubah. Tapi, seorang saudara dari Siprus bernama Yusuf membantunya. Orang-orang di sidang itu menyayangi dan merespek Yusuf. Bahkan dia disebut Barnabas yang berarti ”Putra Penghiburan”. (Kis. 4:36, 37) Apa yang Barnabas lakukan untuk Paulus? Alkitab berkata, ”Barnabas menolong dia dan membawanya kepada rasul-rasul, dan dia menceritakan kepada mereka secara terperinci bagaimana dia telah melihat Tuan di jalan dan bahwa ia telah berbicara kepadanya, dan bagaimana dia telah berbicara dengan berani di Damaskus dengan nama Yesus.” (Kis. 9:26-28) Setelah mendengarkan Barnabas, saudara-saudara di Yerusalem mulai percaya kepada Paulus dan memperlakukan dia seperti rekan seiman. Tak lama kemudian, Paulus dan Barnabas bekerja sama sebagai utusan injil.​—Kis. 13:2, 3.

Barnabas pasti senang melihat semangat dan kejujuran Paulus karena dia tidak pernah takut untuk mengatakan atau melakukan hal yang benar. Paulus juga pasti senang karena bisa bekerja sama dengan Barnabas yang baik hati dan sangat perhatian.

Tapi, Alkitab mencatat bahwa di antara Paulus dan Barnabas pernah terjadi ”ledakan kemarahan yang sengit”. Mengapa ini terjadi? Perbedaan pendapat mereka bukanlah akibat kepribadian yang berbeda. Itu terjadi karena mereka membahas apakah Yohanes Markus memang memenuhi syarat untuk melayani bersama mereka sebagai utusan injil.​—Kis. 15:36-40.

Meski kepribadian Paulus dan Barnabas berbeda, mereka bisa bekerja sama dengan baik. Mereka bahkan bisa menuntaskan perbedaan pendapat itu, karena belakangan Yohanes Markus bekerja lagi bersama Paulus. (Kol. 4:10) Seperti Paulus dan Barnabas, kita semua punya kepribadian yang berbeda. Meski begitu, kita tetap bisa melayani Yehuwa dengan bahagia.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan