Referensi untuk Lembar Pelajaran Pelayanan dan Kehidupan Kristen
© 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
7-13 JULI
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 21
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat untuk Perkawinan yang Bahagia
Bagaimana Saudara Dapat Mengambil Keputusan yang Bijaksana?
Keputusan yang diambil dengan tergesa-gesa dapat terbukti tidak bijaksana. Amsal 21:5 memperingatkan, ”Rencana orang yang rajin pasti mendatangkan keuntungan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa pasti menuju kekurangan.” Misalnya, kaum remaja yang merasa tergila-gila pada lawan jenis hendaknya meluangkan cukup waktu sebelum memutuskan untuk mengikat hubungan dalam perkawinan. Kalau tidak, mereka dapat merasakan kebenaran dari apa yang dikatakan William Congreve, penulis drama asal Inggris pada awal abad ke- 18, ”Kita yang kawin tergesa-gesa, mungkin menyesal berlama-lama.”
Cara Membangun Perkawinan yang Sukses
Perlihatkan kerendahan hati. ”[Jangan] melakukan apa pun karena sifat suka bertengkar atau karena menganggap diri penting, tetapi dengan rendah hati, menganggap orang lain lebih tinggi daripada kamu.” (Filipi 2:3) Banyak konflik timbul karena suami atau istri dengan angkuh mencoba menyalahkan teman hidupnya atas problem yang timbul dan bukannya dengan rendah hati mencari jalan agar keadaan menjadi lebih baik. Kerendahan hati dapat membantu Anda menekan dorongan untuk berkeras bahwa Anda-lah yang benar dalam suatu perselisihan.
”Bersukacitalah dengan Istri Masa Mudamu”
Bagaimana jika perkawinan mengalami ketegangan karena cara suami atau istri memperlakukan pasangannya? Untuk mencari jalan keluarnya dibutuhkan upaya. Sebagai contoh, mungkin saja suatu pola tutur kata yang tidak ramah telah menyusup dan kini menjadi bagian dari perkawinan. (Amsal 12:18) Sebagaimana dibahas di artikel sebelumnya, dampaknya sangat merusak. Sebuah peribahasa Alkitab mengatakan, ”Lebih baik tinggal di padang belantara daripada dengan istri yang suka bertengkar disertai kesal hati.” (Amsal 21:19) Jika Saudari adalah istri dalam perkawinan seperti itu, tanyailah diri sendiri, ’Apakah watak saya membuat suami saya tidak betah di dekat saya?’ Alkitab memberi tahu para suami, ”Teruslah kasihi istrimu dan janganlah marah dengan sengit kepada mereka.” (Kolose 3:19) Jika Saudara seorang suami, tanyailah diri sendiri, ’Apakah pembawaan saya dingin, sehingga istri saya tergoda untuk mencari kehangatan di tempat lain?’ Tentu saja, tidak ada alasan yang bisa membenarkan amoralitas seksual. Namun, fakta bahwa tragedi demikian bisa terjadi merupakan alasan yang baik untuk membahas problemnya secara terbuka.
Permata Rohani
Gambaran Kerajaan Allah Menjadi Kenyataan
Yesus sekarang adalah seorang Raja yang penuh kuasa, bukan lagi seorang manusia yang menunggang keledai. Ia digambarkan menunggang kuda—yang digunakan dalam Alkitab untuk melambangkan peperangan. (Amsal 21:31) ”Lihat! seekor kuda putih,” kata Penyingkapan 6:2, ”dan pribadi yang duduk di atasnya mempunyai sebuah busur; dan sebuah mahkota diberikan kepadanya, dan ia pergi untuk menaklukkan dan menyelesaikan penaklukannya.” Selain itu, mengenai Yesus, pemazmur Daud menulis, ”Tongkat kekuatanmu akan diulurkan oleh Yehuwa dari Zion, dengan berfirman, ’Lakukanlah penaklukan di antara musuh-musuhmu.’”—Mazmur 110:2.
14-20 JULI
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 22
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat untuk Membesarkan Anak
Apakah Anak Saudara Akan Menjadi Penyembah Yehuwa?
Kalau Saudara sudah menikah dan ingin punya anak, coba pikirkan, ’Apakah kami orang yang rendah hati serta mengasihi Yehuwa dan Firman-Nya? Apakah menurut Yehuwa kami cocok untuk mengurus seorang anak, yang adalah karunia yang sangat berharga?’ (Mz. 127:3, 4) Kalau Saudara sudah punya anak, coba pikirkan, ’Apakah saya mengajar anak-anak saya pentingnya kerja keras?’ (Pkh. 3:12, 13) ’Apakah saya berusaha sebaik-baiknya untuk melindungi mereka dari bahaya di dunia Setan?’ (Ams. 22:3) Memang, Saudara tidak akan bisa melindungi anak-anak Saudara dari semua masalah yang mungkin akan mereka hadapi. Tapi, Saudara bisa terus mengajar mereka dengan pengasih tentang caranya mencari nasihat dari Alkitab. Dengan melakukan itu, Saudara mempersiapkan mereka untuk menghadapi masalah. (Baca Amsal 2:1-6.) Misalnya, kalau ada anggota keluarga Saudara yang meninggalkan Yehuwa, gunakan Firman Allah untuk membantu anak Saudara memahami mengapa mereka perlu tetap setia kepada Yehuwa. (Mz. 31:23) Atau kalau seseorang yang kalian sayangi meninggal, tunjukkan kepada anak Saudara ayat-ayat yang bisa menghibur dan menguatkan mereka.—2 Kor. 1:3, 4; 2 Tim. 3:16.
Orang Tua—Latihlah Anak Kalian untuk Mengasihi Yehuwa
Latih anak Saudara sejak bayi. Kalau orang tua mulai melatih anak mereka sedini mungkin, hasilnya akan lebih baik. (Ams. 22:6) Contohnya adalah Timotius, yang sewaktu dewasa melakukan perjalanan bersama Rasul Paulus. Ibu Timotius, Eunike, dan neneknya Lois melatih dia ”sejak masa bayi”.—2 Tim. 1:5; 3:15, catatan kaki.
Pasangan lain di Pantai Gading, John dan Paula, berhasil membantu keenam anak mereka untuk mengasihi dan melayani Yehuwa. Apa yang membuat mereka bisa berhasil? Mereka mengikuti teladan Eunike dan Lois. Mereka berkata, ”Kami mulai menanamkan Firman Allah di hati anak-anak kami sejak bayi, tidak lama setelah mereka lahir.”—Ul. 6:6, 7.
Apa artinya ’menanamkan’ Firman Yehuwa di hati anak Saudara? Itu berarti Saudara perlu berulang kali mengajarkan dan mengingatkan isi Firman Allah kepada mereka. Untuk bisa melakukan itu, orang tua perlu sering menggunakan waktu bersama anak mereka. Kadang, orang tua mungkin kesal karena harus berulang-ulang mengajarkan hal yang sama kepada anak mereka. Tapi, orang tua bisa menganggap itu sebagai kesempatan untuk membantu anak mereka memahami Firman Allah dan menjalankannya.
Orang Tua—Jadilah Teladan bagi Anak Saudara
Tentu saja, anak-anak berperilaku seperti anak-anak, dan ada yang keras kepala, malah sulit diatur. (Kejadian 8:21) Apa yang dapat orang tua lakukan? ”Kebodohan terikat pada hati anak laki-laki; tongkat disiplinlah yang akan menyingkirkannya jauh-jauh dari dia,” kata Alkitab. (Amsal 22:15) Ada yang menganggap perlakuan ini terlalu keras dan ketinggalan zaman. Sebenarnya, Alkitab menentang kekerasan dan penyiksaan dalam bentuk apa pun. ”Tongkat”, walaupun kadang-kadang memaksudkan pukulan secara harfiah, menggambarkan wewenang orang tua yang dijalankan dengan tegas namun pengasih dan pantas, didorong oleh kepedulian terhadap kesejahteraan kekal anak-anak.—Ibrani 12:7-11.
Permata Rohani
Tetap Bersukacita—Apa Pun Tugas Kita Sekarang
Kita bisa lebih bersukacita kalau kita sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas apa pun untuk Yehuwa, sama seperti budak yang kedua. Kita perlu sibuk mengabar dan aktif dalam kegiatan di sidang. (Kis. 18:5; Ibr. 10:24, 25) Persiapkan bahan perhimpunan supaya Saudara bisa memberikan komentar yang menguatkan. Kalau Saudara dapat tugas siswa di perhimpunan tengah pekan, bawakan itu dengan sebaik-baiknya. Ketika Saudara diberi tanggung jawab tertentu di sidang, lakukan itu dengan tepat waktu dan tunjukkan bahwa Saudara bisa diandalkan. Jangan remehkan tugas apa pun sehingga Saudara melakukannya dengan terburu-buru atau asal-asalan. Berusahalah untuk semakin terampil dalam mengerjakan tugas. (Ams. 22:29) Semakin Saudara sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan rohani dan tugas Saudara, persahabatan Saudara dengan Yehuwa akan semakin akrab, dan Saudara akan semakin bersukacita. (Gal. 6:4) Selain itu, Saudara bisa ikut senang kalau orang lain menerima tugas yang Saudara inginkan.—Rm. 12:15; Gal. 5:26.
21-27 JULI
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 23
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat tentang Minuman Beralkohol
Tetaplah Berpandangan Seimbang Mengenai Penggunaan Alkohol
Bagaimana kalau seseorang minum alkohol tetapi berhati-hati untuk tidak minum sampai taraf terlihat mabuk? Ada orang yang nyaris tidak terlihat mabuk sekalipun telah banyak minum. Namun, seseorang yang mengira bahwa kebiasaan demikian tidak berbahaya sebenarnya menipu dirinya sendiri. (Yeremia 17:9) Lambat laun, secara bertahap, seseorang bisa menjadi tergantung pada alkohol dan ”diperbudak oleh banyak anggur”. (Titus 2:3) Mengenai proses menjadi pecandu alkohol, pengarang Caroline Knapp berkata, ”Itu adalah proses yang lambat, bertahap, menipu, terselubung.” Minum alkohol secara berlebihan benar-benar jerat yang memautkan!
Pertimbangkan juga peringatan Yesus, ”Perhatikanlah dirimu sendiri agar hatimu jangan sekali-kali menjadi sarat dengan makan berlebihan dan minum berlebihan dan kekhawatiran hidup, dan dengan tiba-tiba hari itu dalam sekejap menimpa kamu seperti suatu jerat. Karena hal itu akan menimpa semua orang yang tinggal di segenap permukaan bumi.” (Lukas 21:34, 35) Seseorang bisa menjadi lesu dan malas—secara fisik maupun rohani—bahkan sebelum ia minum sampai mabuk. Bagaimana seandainya hari Yehuwa datang dan mendapatinya dalam keadaan demikian?
it-1 1438
Mabuk
Dikutuk Alkitab. Dalam Alkitab, penggunaan minuman keras hingga taraf mabuk sangat dikecam. Penulis buku Amsal yang berhikmat memberikan gambaran yang jelas dan akurat secara ilmiah tentang pengaruh minum minuman beralkohol yang berlebihan. Ia memperingatkan, ”Pada siapa ada celaka? Pada siapa ada ketidaktenangan? Pada siapa ada pertengkaran? Pada siapa ada keprihatinan? Pada siapa ada luka-luka tanpa alasan? Pada siapa ada mata yang kabur? Pada orang-orang yang tinggal untuk waktu yang lama dengan anggur, orang-orang yang datang untuk mencari anggur campuran. Jangan melihat kepada anggur apabila ia memperlihatkan warna merah, apabila ia mengeluarkan kilaunya di dalam cawan [apabila anggur kelihatan sangat menarik, mengilau], apabila ia mengalir dengan lancar [sewaktu anggur ditenggak terlalu cepat]. Pada akhirnya ia menggigit sama seperti ular, dan ia menyemburkan racun sama seperti ular berbisa [anggur dapat membuat seseorang sakit secara fisik (misalnya, menyebabkan sirosis hati) dan secara mental (menyebabkan delirium tremens) dan sesungguhnya dapat mengakibatkan kematian]. Matamu akan melihat hal-hal aneh [alkohol mempengaruhi pusat-pusat pengendalian di otak, menekannya; sikap-sikap yang dalam keadaan normal ditekan, bisa muncul ke permukaan; halusinasi muncul; kesenjangan pada ingatan diisi oleh cerita-cerita pengalaman yang fantastis dengan cara yang paling masuk akal, si pemabuk mempertunjukkan perilaku tanpa pengekangan], dan hatimu akan mengatakan hal-hal sesat [berbagai pikiran dan hasrat yang dalam keadaan normal ditekan akan diungkapkan].”—Ams 23:29-33; Hos 4:11; Mat 15:18, 19.
Pengalaman pribadi si pemabuk digambarkan seraya si penulis melanjutkan uraiannya, ”Dan engkau pasti akan menjadi seperti orang yang berbaring di jantung laut [bingung seperti orang yang sedang tenggelam, dan akhirnya pingsan], bahkan seperti orang yang berbaring di atas tiang kapal [tempat guncangan kapal paling terasa, demikianlah kehidupan si pemabuk berada dalam ancaman kecelakaan, stroke, perkelahian, dan sebagainya]. ’Mereka memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit; mereka menghantam aku, tetapi aku tidak mengetahuinya [kata si peminum, seakan-akan berbicara kepada diri sendiri; ia tidak menyadari apa yang sedang terjadi dan tidak merasakan perlakuan kasar akibat pengalaman itu]. Kapankah aku bangun? Aku akan mencarinya lebih banyak lagi [sekarang ia harus menghilangkan pengaruh pelampiasan nafsunya, tetapi ia sudah diperbudak oleh minuman itu dan menanti-nantikan saat ia dapat minum lagi].’” Ia akan jatuh miskin, karena menghambur-hamburkan uang untuk minuman keras dan juga karena menjadi tidak dapat diandalkan sehingga tidak sanggup bekerja.—Ams 23:20, 21, 34, 35.
Permata Rohani
Pertanyaan Pembaca
Misalnya, obesitas bisa jadi sebuah tanda kegelojohan, tetapi halnya tidak selalu demikian. Kelebihan berat badan seseorang bisa jadi disebabkan oleh penyakit. Faktor keturunan juga dapat menyebabkan obesitas. Kita juga hendaknya mencamkan bahwa obesitas adalah kondisi fisik, sedangkan kegelojohan adalah sikap mental. Obesitas didefinisikan sebagai ”suatu kondisi yang dicirikan oleh penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh”, sedangkan kegelojohan ialah ”ketamakan atau pemuasan nafsu secara berlebihan”. Jadi, kegelojohan tidak ditentukan oleh bentuk tubuh seseorang tetapi oleh sikapnya terhadap makanan. Tubuh seseorang mungkin berukuran normal atau mungkin bahkan kurus, namun ia bisa menjadi orang yang gelojoh. Lagi pula, apa yang dianggap sebagai berat dan bentuk tubuh yang ideal sangat berbeda di setiap tempat.
28 JULI–3 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 24
Caranya Siap Menghadapi Kesulitan
Aniaya, Penganiayaan
Orang Kristen juga menghargai imbalan yang menanti mereka yang bertekun. Sehubungan dengan upah ini, Yesus menyatakan, ”Berbahagialah mereka yang telah dianiaya demi keadilbenaran, karena kerajaan surga milik mereka.” (Mat 5:10) Mereka dikuatkan oleh pengetahuan akan harapan kebangkitan dan pengetahuan akan Pribadi yang menjadi Sumber persediaan itu. Hal itu menguatkan mereka untuk loyal kepada Allah sekalipun para penganiaya yang bengis mengancam untuk membunuh mereka. Karena beriman akan apa yang dicapai oleh kematian Yesus, mereka telah dimerdekakan dari rasa takut akan kematian yang mengenaskan demikian. (Ibr 2:14, 15) Sikap mental seorang Kristen penting jika ia ingin tetap setia di bawah tekanan berupa perlawanan. ”Peliharalah sikap mental ini dalam dirimu, yang juga ada dalam Kristus Yesus, yang . . . taat sampai mati, ya, mati pada tiang siksaan.” (Flp 2:5-8) ”Demi sukacita yang ditaruh di hadapan [Yesus] ia bertekun menanggung tiang siksaan, mengabaikan keaiban.”—Ibr 12:2; lihat juga 2Kor 12:10; 2Tes 1:4; 1Ptr 2:21-23.
Pertahankan Sukacita di Kala Susah
Amsal 24:10 mengungkapkan, ”Apakah engkau kecil hati pada hari kesesakan? Kekuatanmu akan kurang.” Amsal lain mengatakan, ”Kepedihan hati mematahkan semangat.” (Ams. 15:13) Beberapa orang Kristen menjadi begitu kecil hati sampai-sampai tidak lagi membaca Alkitab secara pribadi dan merenungkan Firman Allah. Doa-doa mereka menjadi ala kadarnya, dan mereka mungkin mengasingkan diri dari rekan-rekan seiman. Jelaslah, jika kita terus-terusan tenggelam dalam kesedihan, akibatnya bisa berbahaya.—Ams. 18:1, 14.
Di pihak lain, sudut pandang yang positif akan membantu kita berfokus pada sisi-sisi kehidupan yang bisa menyenangkan dan menyukacitakan kita. Daud menulis, ”Melakukan kehendakmu, oh, Allahku, aku suka.” (Mz. 40:8) Sewaktu ada masalah dalam kehidupan, kita justru tidak boleh berhenti dari kegiatan ibadat. Sesungguhnya, sibuk dalam kegiatan yang menghasilkan kebahagiaan adalah obat bagi kesedihan. Yehuwa memberi tahu kita bahwa kita bisa merasakan kesenangan dan kebahagiaan dengan membaca Firman-Nya dan dengan mendalaminya secara rutin. (Mz. 1:1, 2; Yak. 1:25) Dari Tulisan Kudus maupun perhimpunan, kita menerima ”perkataan yang menyenangkan” yang dapat menguatkan kita dan membuat hati kita bersukacita.—Ams. 12:25; 16:24.
Pertanyaan Pembaca
Amsal 24:16 berkata, ”Kalaupun orang benar jatuh sampai tujuh kali, dia akan bangun lagi.” Apakah ini memaksudkan orang yang berulang kali berbuat dosa tapi diampuni Allah?
Tidak, bukan itu maksud ayat ini. Sebenarnya, yang dimaksud adalah orang yang berkali-kali tertimpa masalah tapi bangun lagi.
Jadi, kata ”jatuh” di Amsal 24:16 tidak berarti berbuat dosa, tapi berarti mengalami masalah atau kesulitan, bahkan sampai berkali-kali. Di dunia yang jahat ini, orang benar bisa saja mengalami problem kesehatan atau yang lainnya. Bahkan, dia mungkin ditekan habis-habisan oleh pemerintah. Tapi, dia bisa yakin bahwa Allah akan menguatkan dia dan membantunya menghadapi semua itu. Coba pikirkan: ’Seberapa sering saya melihat umat Allah berhasil menghadapi kesulitan mereka?’ Kenapa mereka bisa berhasil? Pasti karena ”Yehuwa menopang semua orang yang hampir jatuh dan menguatkan semua orang yang terbungkuk”.—Mz. 41:1-3; 145:14-19.
Permata Rohani
Pertanyaan Pembaca
Pada zaman Alkitab, jika seorang pria ingin ’membangun rumah tangga’ atau berkeluarga dengan menikah, ia perlu menanyai diri, ’Sudah siapkah saya mengurus dan memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak yang mungkin kami miliki nantinya?’ Sebelum mulai berkeluarga, ia mempunyai pekerjaan untuk dilakukan, menggarap ladang atau kebunnya. Maka, terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini dengan jelas mengatakan, ”Janganlah mendirikan rumah tangga sebelum kau menyiapkan ladangmu dan mempunyai mata pencaharian.” Apakah prinsip yang sama berlaku dewasa ini?
Ya. Seorang pria yang ingin menikah perlu membuat persiapan yang baik untuk tanggung jawab itu. Jika secara fisik sanggup, ia harus bekerja. Tentu saja, kerja keras seorang pria dalam mengurus keluarganya tidak terbatas pada hal materi. Firman Allah menunjukkan bahwa seorang pria yang tidak memenuhi kebutuhan jasmani, emosi, dan rohani keluarganya lebih buruk daripada orang yang tidak mempunyai iman! (1 Tim. 5:8) Oleh karena itu, sewaktu mempersiapkan diri untuk menikah dan berkeluarga, seorang pria muda sepatutnya merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini: ’Apakah saya secara masuk akal siap untuk menyediakan kebutuhan materi keluarga? Apakah saya siap untuk menjadi kepala keluarga dalam hal rohani? Apakah saya akan menjalankan tanggung jawab untuk mengadakan pelajaran Alkitab yang teratur dengan istri dan anak-anak saya?’ Firman Allah benar-benar menekankan berbagai tanggung jawab yang penting itu.—Ul. 6:6-8; Ef. 6:4.
Jadi, seorang pria muda yang mencari seorang istri hendaknya memikirkan baik-baik prinsip yang terdapat di Amsal 24:27. Demikian pula, seorang wanita muda sepatutnya memikirkan apakah ia sudah siap mengemban berbagai tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Pasangan muda bisa mengajukan pertanyaan serupa sewaktu mempertimbangkan kemungkinan mempunyai anak. (Luk. 14:28) Hidup selaras dengan petunjuk terilham demikian bisa membantu umat Allah untuk menghindari banyak kepedihan hati dan menikmati kehidupan keluarga yang memuaskan.
4-10 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 25
Prinsip-Prinsip yang Bermanfaat dalam Hal Berbicara
Gunakan Lidah Demi Kebaikan
Mengapa penting untuk memilih waktu yang tepat untuk berbicara? Amsal 25:11 berkata, ”Bagaikan apel emas dalam pahatan perak, begitulah perkataan yang diucapkan pada waktu yang tepat.” Apel emas itu indah, tapi akan lebih indah jika ditaruh di atas sesuatu yang berwarna perak. Demikian juga, apa yang akan kita katakan mungkin baik, tapi itu akan lebih bermanfaat jika kita tahu saat yang tepat untuk menyampaikannya. Bagaimana kita bisa melakukannya?
Jika kita berbicara pada waktu yang tidak tepat, bisa jadi orang tidak mengerti atau tidak mau mendengarkan kita. (Baca Amsal 15:23.) Misalnya, pada bulan Maret 2011, terjadi gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan banyak kota di bagian timur Jepang. Lebih dari 15.000 orang tewas. Walaupun banyak Saksi Yehuwa juga kehilangan keluarga dan teman, mereka ingin membantu orang lain melalui Alkitab. Tapi, mereka tahu bahwa kebanyakan orang beragama Buddha dan hanya tahu sedikit tentang Alkitab. Jadi, saat itu saudara-saudari kita tidak bercerita tentang kebangkitan. Mereka hanya menghibur orang dan menjelaskan mengapa hal buruk menimpa orang baik.
Gunakan Lidah Demi Kebaikan
Cara kita berbicara bisa jadi sama pentingnya dengan apa yang kita katakan. Orang senang mendengarkan Yesus karena ia berbicara dengan cara yang ”menawan hati”, atau ramah. (Luk. 4:22) Jika kita berbicara dengan ramah, kemungkinan besar orang akan senang mendengarkan dan menyetujui pendapat kita. (Ams. 25:15) Kalau kita merespek orang lain, kita akan berbicara dengan ramah dan memedulikan perasaannya. Itulah yang Yesus lakukan. Misalnya, saat melihat kumpulan orang berupaya keras untuk mendengarkan dia, ia rela meluangkan waktu dan mengajar mereka. (Mrk. 6:34) Bahkan, saat orang-orang menghinanya, Yesus tidak membalas mereka.—1 Ptr. 2:23.
Meski mengasihi keluarga dan teman-teman, kita mungkin mengatakan hal-hal yang mengesalkan mereka karena kita sudah sangat mengenal mereka. Kita mungkin berpikir bahwa kita tidak perlu berhati-hati saat berbicara dengan mereka. Tapi, sewaktu berbicara dengan sahabat-sahabatnya, Yesus tidak pernah menyinggung perasaan mereka. Ketika beberapa muridnya berdebat tentang siapa yang lebih hebat, ia dengan baik hati mengoreksi mereka dan menggunakan contoh anak kecil untuk mengubah cara berpikir mereka. (Mrk. 9:33-37) Para penatua juga bisa meniru teladan Yesus dengan menasihati orang lain secara lembut.—Gal. 6:1.
Menggerakkan kepada Kasih dan Pekerjaan Baik—Bagaimana Caranya?
Dalam melayani Allah, kita semua dapat menggerakkan satu sama lain melalui teladan. Yesus tentu saja menggerakkan para pendengarnya. Ia mengasihi pekerjaan pelayanan Kristen dan menjunjung pelayanan. Ia mengatakan bahwa hal itu bagaikan makanan baginya. (Yohanes 4:34; Roma 11:13) Semangat demikian dapat menular. Dapatkah saudara juga membuat sukacita saudara dalam pelayanan menjadi nyata? Seraya berhati-hati untuk menghindari sikap membanggakan diri, ceritakan pengalaman-pengalaman saudara yang bagus kepada orang-orang lain di sidang. Sewaktu saudara mengajak orang-orang lain untuk bekerja bersama saudara, perhatikan apakah saudara dapat membantu mereka memperoleh sukacita sejati dalam berbicara kepada orang-orang lain tentang Pencipta Agung kita, Yehuwa.—Amsal 25:25.
Permata Rohani
Lemah Lembut
Orang yang lembut berwatak demikian karena ia memiliki iman dan sumber kekuatan. Ia tidak mudah menjadi tidak seimbang atau kehilangan akal sehatnya. Kurangnya kelemahlembutan adalah akibat perasaan tidak aman, frustrasi, kurangnya iman dan harapan, dan bahkan perasaan putus asa. Orang yang tidak berwatak lembut digambarkan sebuah peribahasa sebagai berikut, ”Bagaikan kota yang diterobos, tanpa tembok, begitulah orang yang tidak mempunyai penahan bagi rohnya.” (Ams 25:28) Ia terbuka dan rentan terhadap serbuan berbagai pikiran yang tidak patut, yang dapat memotivasinya untuk mengambil tindakan yang tidak patut.
11-17 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 26
Jauhilah ”Orang Bodoh”
Hujan
Musim. Dua musim utama di Tanah Perjanjian, musim panas dan musim dingin, dapat lebih tepat dianggap sebagai musim kering dan musim hujan. (Bdk. Mz 32:4; Kid 2:11, Rbi8, ctk.) Dari sekitar pertengahan bulan April sampai pertengahan bulan Oktober hanya ada sedikit hujan. Hujan jarang turun pada periode tersebut ketika panen tiba. Amsal 26:1 memperlihatkan bahwa hujan pada waktu panen dianggap tidak wajar. (Bdk. 1Sam 12:17-19.) Selama musim hujan, hujan tidak konstan, adakalanya diselingi hari-hari yang cerah. Karena pada saat itu udara juga dingin, orang akan menggigil jika kehujanan. (Ezr 10:9, 13) Maka, naungan yang nyaman sangat dihargai.—Yes 4:6; 25:4; 32:2; Ayb 24:8.
Disiplin Menghasilkan Buah-Buah Perdamaian
Bagi beberapa orang tindakan yang lebih drastis perlu, seperti dikatakan Amsal 26:3, ”Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal.” Kadang-kadang Yehuwa membiarkan bangsaNya Israel ditundukkan oleh kesulitan-kesulitan yang mereka datangkan atas diri sendiri, ”Mereka memberontak terhadap perintah-perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi, maka ditundukkanNya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong. Maka berseru-serulah mereka kepada [Yehuwa] dalam kesesakan mereka, dan diselamatkanNyalah mereka dari kecemasan mereka.” (Mazmur 107:11-13) Tetapi, ada orang-orang bodoh yang mengeraskan diri sehingga tidak dapat dijangkau oleh disiplin penyembuhan dalam bentuk apapun, ”Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan kembali.”—Amsal 29:1.
Timpang
Sebagai peribahasa. ”Seperti orang yang memotong kakinya [yang akan membuatnya timpang], seperti orang yang meminum kekerasan, begitulah ia yang menyodorkan persoalan ke tangan orang yang bebal,” kata Raja Salomo yang bijaksana. Memang, orang yang menggunakan orang bebal untuk menangani suatu proyek baginya sama seperti melumpuhkan kepentingan-kepentingannya sendiri. Ia pasti akan menyaksikan kegagalan pekerjaan yang ia rencanakan, dan merugikan diri sendiri.—Ams 26:6.
Permata Rohani
Bodoh; Orang Bodoh
Apabila kita menjawab orang bodoh sesuai dengan atau ”menurut kebodohannya”, dalam arti kita menggunakan cara berargumen mereka yang rendah, kita menunjukkan bahwa kita setuju dengan penalaran atau cara-cara tidak benar yang digunakan orang bodoh itu. Agar tidak menjadi seperti orang bodoh dalam hal ini, ada peribahasa yang menasihati kita, ”Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya.” Di pihak lain, Amsal 26:4, 5 memperlihatkan bahwa ada manfaatnya apabila kita menjawab orang bodoh ”menurut kebodohannya”, dalam arti menganalisis buah-buah pikirannya, menyingkapkannya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, dan memperlihatkan bahwa argumen-argumen dia sendiri menghasilkan kesimpulan yang sama sekali berbeda dengan kesimpulan yang telah diambilnya.
18-24 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 27
Manfaatnya Punya Teman-Teman yang Sejati
Yehuwa Menghargai Hamba-Hamba-Nya yang Rendah Hati
Kalau kita rendah hati, kita akan merasa bersyukur saat mendapat nasihat. Sebagai gambaran, bayangkan Saudara sedang ada di perhimpunan. Setelah Saudara berbicara dengan beberapa rekan seiman di sidang, salah satu dari mereka menarik Saudara ke samping dan memberi tahu Saudara bahwa ada makanan yang menempel di gigi Saudara. Meski Saudara sangat malu, Saudara pasti juga bersyukur karena dia mau memberi tahu Saudara. Malah, Saudara mungkin berharap seseorang memberi tahu Saudara dari tadi! Sama seperti itu, kalau seorang rekan seiman mau menasihati kita saat kita membutuhkannya, kita harus bersyukur karena dia mau melakukan itu. Kita memandang dia sebagai teman kita, bukan musuh kita. Itu menunjukkan bahwa kita rendah hati.—Baca Amsal 27:5, 6; Gal. 4:16.
Sesama; Tetangga
Akan tetapi, buku Amsal menasihati agar kita mempercayai dan mengandalkan seorang teman, dan menganjurkan kita untuk datang kepada mereka pada saat-saat genting, ”Jangan tinggalkan temanmu atau teman bapakmu, dan jangan masuki rumah saudaramu pada hari bencanamu. Lebih baik tetangga [sya·khenʹ] yang dekat daripada saudara yang jauh.” (Ams 27:10) Di ayat ini, maksud sang penulis tampaknya ialah bahwa seorang sahabat keluarga harus dihargai, dan dialah yang hendaknya dimintai pertolongan ketimbang seorang saudara, yaitu kerabat yang sangat dekat, yang tinggal di tempat yang jauh, karena ia mungkin tidak akan siap atau tidak berada dalam posisi yang memungkinkan dia memberikan pertolongan seperti yang dapat diberikan oleh seorang teman keluarga.
Anak Muda—Kehidupan Seperti Apa yang Kalian Inginkan?
Dari pengalaman Yehoas, kita belajar bahwa kita perlu memilih teman-teman yang menyayangi Yehuwa dan ingin membuat Dia senang. Teman-teman seperti itu bisa menjadi pengaruh yang baik untuk kita. Jangan hanya bergaul dengan orang-orang yang seumuran dengan kita. Ingatlah, Yehoyada jauh lebih tua daripada Yehoas. Untuk memastikan apakah kita punya teman bergaul yang baik, coba pikirkan: ’Apakah mereka membantu saya semakin beriman kepada Yehuwa? Apakah mereka mengikuti standar Yehuwa dan membantu saya untuk melakukannya juga? Apakah mereka sering berbicara tentang Yehuwa dan kebenaran yang berharga dari Firman-Nya? Apakah mereka berani mengoreksi saya saat saya membutuhkannya?’ (Ams. 27:5, 6, 17) Terus terang saja, kalau teman-teman kalian tidak menyayangi Yehuwa, kalian tidak membutuhkan mereka. Tapi, kalau kalian punya teman-teman yang menyayangi Yehuwa, teruslah bergaul dengan mereka. Mereka akan menjadi pengaruh yang baik untuk kalian.—Ams. 13:20.
Permata Rohani
Pokok-Pokok Penting Buku Amsal
27:21. Pujian dapat menunjukkan bagaimana diri kita sebenarnya. Kerendahan hati tersingkap jika pujian menggerakkan kita untuk mengakui bahwa kita berutang segala sesuatu kepada Yehuwa dan mendorong kita untuk terus melayani Dia. Kurangnya kerendahan hati tersingkap apabila pujian membuat kita merasa lebih unggul.
25-31 AGUSTUS
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | AMSAL 28
Perbedaan Antara Orang Jahat dan Orang Benar
Apakah Saudara Mengikuti Yehuwa dengan Sepenuh Hati?
”ORANG jujur, berani seperti singa.” (Amsal 28:1, BIS) Mereka mempraktekkan iman, dengan yakin bersandar kepada Firman Allah, dan dengan berani maju dalam dinas Yehuwa menghadapi bahaya apa pun.
Pengertian
Orang-orang yang berpaling dari Sumber itu. Orang yang mengarah kepada pelanggaran mulai meremehkan Allah sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan sewaktu membuat keputusan dan rencana. (Ayb 34:27) Orang tersebut membiarkan hatinya membutakan dia sehingga tidak dapat melihat bahwa cara-caranya salah dan ia kehilangan pemahaman. (Mz 36:1-4) Sekalipun mengaku menyembah Allah, ia menaruh prinsip manusia, yang lebih disukainya, di atas prinsip Allah. (Yes 29:13, 14) Ia berdalih dan menganggap tingkah laku bebasnya sebagai ”permainan” saja (Ams 10:23) dan penalarannya mulai menyimpang, tak berakal, bodoh, sampai pada taraf yang ekstrem, yakni menganggap bahwa Allah yang tidak kelihatan tidak melihat atau mengamati perbuatan salahnya, seakan-akan daya persepsi Allah tidak lagi berfungsi. (Mz 94:4-10; Yes 29:15, 16; Yer 10:21) Melalui haluan dan tindakannya, sebenarnya ia mengatakan, ”Tidak ada Yehuwa” (Mz 14:1-3) dan ’menyingkirkan’ Dia. Karena tidak dibimbing oleh prinsip-prinsip ilahi, ia tidak dapat menilai sesuatu dengan benar, melihat permasalahan dengan jelas, mengevaluasi faktor-faktor yang tersangkut, dan sampai pada keputusan yang benar.—Ams 28:5.
Integritas
Agar dapat berpegang pada haluan integritas demikian, seseorang tidak mungkin berhasil dengan kekuatan moral sendiri, tetapi hanya dengan iman dan kepercayaan yang dalam kepada Yehuwa dan kuasa penyelamatan-Nya. (Mz 25:21) Allah berjanji bahwa Ia akan menjadi ”perisai” dan ”benteng”, menjaga jalan orang-orang yang berintegritas. (Ams 2:6-8; 10:29; Mz 41:12) Karena mereka senantiasa peduli untuk memperoleh perkenan Yehuwa, kehidupan mereka menjadi stabil, memungkinkan mereka menempuh haluan yang lurus menuju cita-cita mereka. (Mz 26:1-3; Ams 11:5; 28:18) Walaupun, sebagaimana Ayub mengamati dengan bingung, orang yang tidak bercela bisa jadi menderita karena berkuasanya orang fasik dan bisa jadi mati bersama orang fasik, Yehuwa meyakinkan kita bahwa Ia memperhatikan kehidupan orang yang tak bersalah dan menjamin bahwa milik pusaka orang demikian akan berlanjut, masa depannya akan penuh damai, dan ia akan memiliki apa yang baik. (Ayb 9:20-22; Mz 37:18, 19, 37; 84:11; Ams 28:10) Seperti dalam kasus Ayub, seseorang akan benar-benar dihargai dan layak direspek bukan karena kekayaannya melainkan karena berintegritas. (Ams 19:1; 28:6) Anak-anak yang beruntung memiliki orang tua yang demikian dianggap berbahagia (Ams 20:7), karena mereka menerima warisan yang istimewa melalui teladan kehidupan ayah mereka, ikut menikmati nama baiknya dan respek yang ia peroleh.
Permata Rohani
Saudara Dapat Menghindari Serangan Jantung Rohani
Terlalu percaya diri. Banyak korban serangan jantung sangat yakin akan kondisi kesehatannya persis sebelum serangan jantung terjadi. Sering kali, pemeriksaan medis diabaikan atau bahkan dianggap enteng sebagai hal yang sama sekali tidak perlu. Demikian pula, beberapa orang mungkin merasa bahwa karena mereka sudah lama menjadi Kristen, tidak mungkin terjadi apa-apa terhadap diri mereka. Mereka mungkin lalai untuk mengadakan pemeriksaan diri secara rohani sampai bencana menyerang. Adalah penting untuk mencamkan nasihat bagus terhadap sikap terlalu percaya diri seperti yang diberikan oleh rasul Paulus, ”Biarlah ia yang berpikir bahwa ia sedang berdiri, berhati-hati agar ia tidak jatuh.” Kita berlaku bijaksana jika mengakui bawaan kita yang tidak sempurna dan memeriksa diri secara rohani dari waktu ke waktu.—1 Korintus 10:12; Amsal 28:14.