PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g85_No14 hlm. 3-4
  • Seorang Pria Dengan Sebuah Impian

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Seorang Pria Dengan Sebuah Impian
  • Sedarlah!—1985 (No. 14)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”Dunia Harus Dibuat Aman untuk Demokrasi”
  • Impian untuk Perdamaian
    Sedarlah!—1985 (No. 14)
  • Akhir Sebuah Impian
    Sedarlah!—1985 (No. 14)
  • ”Umurmu Tinggal Lima Hari Lagi”
    Sedarlah!—1982 (No. 5)
  • ”Perang yang Mengakhiri Segala Perang”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2008
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1985 (No. 14)
g85_No14 hlm. 3-4

Seorang Pria Dengan Sebuah Impian

IA DILAHIRKAN di Staunton, Virginia, A.S., pada tanggal 28 Desember 1856. Meskipun ia baru mulai pendidikan formal pada usia sembilan tahun, ia dapat menempuh suatu karir dalam bidang pendidikan di Universitas Princeton. Kemudian ia beralih ke politik. Keputusan inilah yang membawa dia kepada kemasyhuran dan kecemasannya yang terbesar.

Ia mempunyai impian (vision) tentang cara bagaimana mendatangkan perdamaian atas umat manusia. Bayangan Woodrow Wilson sebagai pencetus perdamaian masih ditemukan di bumi kita ini yang terpecah belah oleh peperangan. Berdasarkan rencana perdamaiannya, ada politikus-politikus dan diplomat-diplomat yang masih berusaha mendatangkan perdamaian ke atas dunia kita.

Apa yang terjadi dengan impian Wilson? Apakah beliau mempunyai jawaban untuk problem-problem kita yaitu kebencian, peperangan, dan pertumpahan darah?

Pada tahun 1913 Woodrow Wilson menjadi presiden Amerika Serikat yang ke-28. Tahun berikutnya Perang Besar meletus di Eropa. Inilah peperangan yang penuh dengan kematian dan kekerasan dalam lumpur lanyau dari parit-parit yang menggenang, berbarengan dengan pasukan artileri yang menghancurkan urat syaraf, senapan-senapan mesin, dan serangan-serangan gas. Inilah pembantaian dalam skala raksasa.

Mula-mula, Amerika sangat menentang keterlibatan dalam api yang sedang berkecamuk di Eropa. Orang-orang Amerika ingin tetap tidak terlibat dalam pertikaian antara negara-negara besar di Eropa. Kenetralan merupakan garis besar haluan bangsa itu.

Presiden Wilson, seorang Presbiterian, adalah pria yang taat beragama dan seorang idealis. Beliau sungguh-sungguh ingin mempertahankan kenetralan dan paham isolasi Amerika. Namun ada peristiwa-peristiwa yang tidak dapat beliau kendalikan. Sebuah kapal selam Jerman menenggelamkan kapal samudra Lusitania pada tahun 1915, yang menewaskan 128 orang Amerika dalam kejadian itu. Namun Wilson tidak mau menyatakan perang terhadap Jerman. Pada tahun 1916 beliau dipilih kembali menjadi presiden Amerika Serikat dengan slogan, ”Ia menjauhkan kita dari peperangan.”

”Dunia Harus Dibuat Aman untuk Demokrasi”

Tahun berikutnya Jerman mengumumkan bahwa semua pelayaran, dari pihak yang ikut berperang ataupun netral, akan menjadi sasaran kapal-kapal selam mereka. Ini berarti bahwa kapal-kapal Amerika tidak aman lagi di lautan terbuka. Nampaknya, Wilson tidak mempunyai pilihan lain. Dengan perasaan segan beliau menyatakan perang terhadap Jerman, dan mengatakan: ”Suatu hal yang menakutkan untuk menggiring bangsa yang besar yang cinta damai ini kepada peperangan, ke dalam peperangan yang paling mengerikan dan penuh bencana dari semua peperangan, peradaban sendiri nampaknya sudah goyah.”

Dalam pidatonya kepada Kongres, beliau mengatakan bahwa Amerika Serikat akan berjuang ”demi perdamaian dunia yang asasi dan demi pembebasan dari rakyatnya.” Kemudian beliau mengucapkan kalimatnya yang terkenal, ”Dunia harus dibuat aman untuk demokrasi.” Kongres menyetujui keputusannya pada tanggal 6 April 1917. Beliau disambut dengan sorak-sorai oleh rekan-rekan sejawatnya di Capitol (gedung DPR di A.S.) dan oleh masyarakat umum di luar. Tetapi beliau tidak gembira sekali. ”Coba pikir apa yang mereka sambut dengan tepuk tangan,” kata beliau belakangan kepada salah seorang ajudannya. ”Pesan saya hari ini adalah pesan kematian bagi pemuda-pemuda kita. Betapa aneh kelihatannya bertepuk tangan untuk itu.” Beberapa menit kemudian, beliau ”menyeka genangan air matanya, dan kemudian menaruh kepalanya di atas meja kabinet, menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.”—Mr. Wilson’s War, oleh John Dos Passos.

Kenetralan telah lenyap. Negerinya kini terlibat dalam peperangan terburuk yang pernah dikenal manusia sampai waktu itu.

[Keterangan Gambar di hlm. 3]

U.S. National Archives

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan