PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 April hlm. 3-4
  • Apakah Kehidupan Mempunyai Tujuan?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Kehidupan Mempunyai Tujuan?
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pentingnya Pertanyaan Tersebut
  • Apakah Ada Tujuan dalam Kehidupan?
    Apa Tujuan Hidup Ini? Bagaimana Saudara Dapat Menemukannya?
  • Menemukan Tujuan Hidup
    Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2015
  • Apa yang Membuat Hidup Benar-Benar Bermakna?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2004
  • Pencarian Akan Suatu Tujuan
    Sedarlah!—1992
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 April hlm. 3-4

Apakah Kehidupan Mempunyai Tujuan?

”’Untuk apa kita hidup?’ merupakan pertanyaan terpenting yang harus dihadapi umat manusia. . . . Saya percaya bahwa kehidupan mempunyai arti meskipun adanya kematian sia-sia yang telah saya lihat. Kematian tidak mempunyai arti, kehidupan mempunyainya.”

KATA-KATA ini ditulis oleh Elie Wiesel, penulis kenamaan dan orang yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi. Ia merupakan satu dari sekian banyak orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh majalah Life, ”Untuk apa kita hidup?” Ia telah mengamati kehidupan dari semua sisi, maka ia yakin bahwa kehidupan mempunyai arti.

Akan tetapi, tidak setiap orang setuju. Sopir taksi bernama José Martínez menjawab pertanyaan yang sama sebagai berikut, ”Kita hidup untuk mati, sekadar hidup dan mati. Saya mengemudikan taksi. Kadang-kadang saya pergi memancing, membawa pacar saya jalan-jalan, membayar pajak, membaca sedikit-sedikit, lalu bersiap-siap untuk mati . . . Hidup adalah kepalsuan besar.” Bagi José, kehidupan jelas tidak punya arti, tidak punya tujuan.

Herannya, sejumlah orang terpelajar cenderung setuju dengan pendapat supir taksi tersebut daripada dengan pendapat sang penulis. Penganut teori evolusi Richard E. Leakey dan Roger Lewin, dalam buku mereka Origins, menyarankan, ”Mungkin spesies manusia hanyalah kesalahan biologis yang mengerikan, yang berevolusi melampaui suatu tahap di mana ia dapat berkembang harmonis dengan dirinya sendiri dan dengan dunia di sekitarnya.” Paling tidak bagi mereka, kehidupan manusia tidak berarti.

Demikian pula, penganut teori evolusi Stephen Jay Gould menulis, ”Kita ada karena satu kelompok ikan yang lain daripada yang lain, memiliki anatomi sirip aneh yang dapat berubah menjadi kaki makhluk-makhluk darat; . . . karena suatu spesies yang kecil dan lemah, yang muncul di Afrika seperempat juta tahun yang lalu, telah berhasil, sampai sejauh ini, tetap hidup dengan satu atau lain cara. Kita boleh merindukan jawaban yang ’lebih luhur’—namun tak satu pun ada.” Bagi Gould, kehidupan manusia merupakan kebetulan yang tidak berarti.

Gould benar setidak-tidaknya dalam satu hal. Banyak orang memang merindukan jawaban yang ”lebih luhur” daripada jawaban yang ia ajukan. Sewaktu terjadi tragedi, banyak orang berpikir seperti Jason yang berusia 11 tahun. Anak laki-laki ini menulis tentang kematian sobat kecilnya, ”Sewaktu teman saya yang bernama Kim meninggal karena kanker, saya bertanya kepada Ibu, jikalau Allah berniat membuat Kim mati sewaktu ia baru berusia 6 tahun, untuk apa Allah membiarkan ia lahir?” Jason secara naluriah merasa bahwa kehidupan pasti ada tujuannya dan kematian sobat kecilnya yang menyedihkan ini tampaknya menggagalkan tujuan itu.

Pentingnya Pertanyaan Tersebut

Apakah memang penting untuk mengetahui apakah kehidupan ada tujuannya atau tidak? Apakah ini sekadar pertanyaan filosofis, atau pertanyaan yang seharusnya melibatkan Anda? Banyak orang telah menjalani kehidupan mereka tanpa banyak memikirkan pertanyaan tersebut. Dan jika José Martínez benar, tindakan mereka mungkin merupakan haluan yang bijaksana untuk diikuti.

Namun, jikalau Elie Wiesel benar dan kehidupan memang punya arti, tentu saja kita hendaknya berupaya menemukan apa arti kehidupan. Jika tidak, kita akan kehilangan seluruh makna yang paling penting dari petualangan menakjubkan dalam hidup ini. Hal itu bagaikan berjalan-jalan di sebuah sanggar seni tanpa melihat lukisan-lukisan atau duduk di sebuah restoran tanpa memesan makanan.

Bagaimana kita dapat mencari tahu apakah kehidupan ada tujuannya atau tidak? Dalam artikel berikut, kita akan membahas beberapa fakta yang membantu memecahkan masalah ini.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan