PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Melayani Yehuwa dengan Hati yang Bersukacita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Sukacita—Kebahagiaan yang Berasal dari Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
  • Melayani Yehuwa dengan Sukacita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Sukacita Yehuwa Adalah Benteng Kita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2

SUKACITA

Emosi yang timbul karena mendapatkan atau mengharapkan hal-hal yang baik; keadaan hati yang berbahagia; kesukaan besar. Kata Ibrani dan Yunani yang digunakan dalam Alkitab untuk sukacita, kesukaan besar, kegembiraan, dan perasaan senang mengandung berbagai nuansa makna dan tingkat sukacita. Kata-kata kerja yang terkait memaksudkan sukacita yang dirasakan dalam hati dan yang diwujudkan secara nyata, dan antara lain berarti ”bersukacita; bersukaria; berteriak karena sukacita; melompat karena sukacita”.

Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Yehuwa disebut ”Allah yang bahagia”. (1Tim 1:11) Ia mencipta dan bekerja demi sukacita-Nya sendiri dan sukacita makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Hal-hal yang Ia wujudkan membuat-Nya bersukacita. (Mz 104:31) Ia pun ingin agar makhluk-makhluk ciptaan-Nya menikmati hasil pekerjaan-Nya dan pekerjaan mereka sendiri. (Pkh 5:19) Karena Ia adalah Sumber segala yang baik (Yak 1:17), segala makhluk cerdas, baik manusia maupun malaikat, bisa mendapatkan sukacita terutama karena mereka mengenal Dia. (Yer 9:23, 24) Raja Daud mengatakan, ”Biarlah renunganku akan dia menyenangkan. Aku, aku akan bersukacita karena Yehuwa.” (Mz 104:34) Ia juga bernyanyi, ”Orang yang adil-benar akan bersukacita karena Yehuwa dan akan benar-benar berlindung kepadanya; dan semua yang lurus hati akan bermegah.” (Mz 64:10) Rasul Paulus mendesak orang Kristen untuk selalu bersukacita karena pengenalan akan Yehuwa dan perbuatan-Nya terhadap mereka, dan ia menulis, ”Bersukacitalah selalu dalam Tuan [”Yehuwa”, dalam beberapa terjemahan]. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”—Flp 4:4.

Yesus Kristus, pribadi yang paling akrab dengan Yehuwa, sangat mengenal Dia (Mat 11:27), dan ia dapat menjelaskan tentang Dia kepada para pengikutnya. (Yoh 1:18) Oleh karena itu, Yesus bersukacita, dan disebut ”satu-satunya Pemegang Kekuasaan yang berbahagia”. (1Tim 6:14, 15) Karena mengasihi Bapaknya, ia selalu ingin melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia. (Yoh 8:29) Oleh karena itu, sewaktu ada tugas baginya untuk datang ke bumi, menderita, dan mati agar ia dapat membersihkan nama Bapaknya dari celaan, ”demi sukacita yang ditaruh di hadapannya ia bertekun menanggung tiang siksaan, mengabaikan keaiban”. (Ibr 12:2) Yesus juga memiliki kasih yang besar bagi umat manusia dan sukacita karena mereka. Ayat-ayat yang mempersonifikasikan dia sebagai hikmat sebelum ia menjadi manusia mencatat bahwa ia mengatakan, ”Pada saat itu, aku ada di sisi [Yehuwa] sebagai pekerja ahli, dan akulah pribadi yang secara khusus sangat ia sukai dari hari ke hari, karena aku bergembira di hadapannya pada segala waktu, bergembira akan tanah yang produktif dari buminya, dan hal-hal yang sangat aku sukai ada pada putra-putra manusia.”—Ams 8:30, 31.

Yesus ingin agar para pengikutnya memiliki sukacita yang sama; ia mengatakan, ”Hal-hal ini aku katakan kepadamu, agar sukacitaku ada dalam kamu dan sukacitamu dapat dibuat penuh.” Para malaikat bersukacita sewaktu bumi diciptakan. (Yoh 15:11; 17:13; Ayb 38:4-7) Mereka juga memperhatikan haluan yang ditempuh umat Allah, bersukacita atas haluan mereka yang setia dan khususnya sangat bergembira jika seseorang meninggalkan haluannya yang berdosa dan berpaling kepada ibadat murni dan dinas kepada Allah.—Luk 15:7, 10.

Apa yang membuat Allah bersukacita. Hati Yehuwa dapat dibuat senang oleh hamba-hamba-Nya melalui kesetiaan dan keloyalan mereka kepada-Nya. Setan si Iblis terus menantang keabsahan kedaulatan Allah dan integritas semua orang yang melayani Allah. (Ayb 1:9-11; 2:4, 5; Pny 12:10) Bagi mereka berlaku kata-kata, ”Hendaklah berhikmat, putraku, dan buatlah hatiku bersukacita, agar aku dapat memberikan jawaban kepada dia yang mencela aku.” (Ams 27:11) Umat Yehuwa di bumi dapat membuat Allah bersukacita melalui kesetiaan dan keloyalan mereka kepada-Nya.—Yes 65:19; Zef 3:17.

Salah Satu Buah Roh. Yehuwa adalah Sumber sukacita dan Ia ingin umat-Nya bersukacita, oleh karena itu, sukacita adalah buah roh kudus-Nya. Sukacita disebutkan tepat setelah kasih dalam daftar di Galatia 5:22, 23. Sang rasul menulis surat kepada orang Kristen di Tesalonika, ”Kamu menjadi peniru kami dan peniru Tuan, mengingat bahwa kamu menerima firman itu dengan mengalami banyak kesengsaraan disertai sukacita dari roh kudus.” (1Tes 1:6) Demikian pula, Paulus menasihati orang Kristen di Roma bahwa Kerajaan Allah ’berarti keadilbenaran, damai, dan sukacita karena roh kudus’.—Rm 14:17.

Sukacita yang sesungguhnya adalah sifat hati, dan dapat memberikan pengaruh baik pada seluruh tubuh. ”Hati yang bersukacita berpengaruh baik pada wajah,” dan ”hati yang bersukacita bermanfaat sebagai penyembuh [atau, ”bermanfaat bagi tubuh”],” kata penulis Amsal yang bijaksana.—Ams 15:13; 17:22, Rbi8, ctk.

Sukacita dalam Dinas kepada Allah. Apa yang Yehuwa minta dari hamba-hamba-Nya tidaklah membebani. (1Yoh 5:3) Ia ingin mereka menikmati dinas kepada-Nya. Umat-Nya, Israel, diperintahkan untuk menikmati perayaan musiman yang Ia tetapkan bagi mereka, dan bersukacita atas aspek-aspek lain dalam kehidupan dan ibadat mereka kepada Allah. (Im 23:40; Ul 12:7, 12, 18) Mereka harus berbicara tentang Allah dengan sukacita. (Mz 20:5; 51:14; 59:16) Seandainya mereka tidak melayani dengan hati yang gembira, ada sesuatu yang salah dengan hati mereka dan dengan penghargaan mereka atas kebaikan hati-Nya yang penuh kasih serta kebaikan-Nya. Oleh karena itu, Ia memperingatkan tentang apa yang akan terjadi jika mereka menjadi tidak taat dan tidak bersukacita dalam melayani Dia, ”Segala laknat ini pasti akan menimpa engkau, . . . karena engkau tidak mendengarkan perkataan Yehuwa, Allahmu, dengan melaksanakan perintah dan ketetapannya . . . Semuanya ini akan terus menimpamu dan . . . keturunanmu . . . karena engkau tidak melayani Yehuwa, Allahmu, dengan sukacita dan hati yang gembira atas segala sesuatu yang berlimpah.”—Ul 28:45-47.

Orang Kristen pun harus menikmati dinasnya kepada Allah. Jika tidak, berarti ia kurang penghargaan. (Mz 100:2) ”Sukacita Yehuwa adalah bentengmu,” kata salah seorang hamba Allah yang setia. (Neh 8:10) Malaikat Allah menyatakan bahwa kabar baik yang diberitakan orang Kristen adalah ”kabar baik tentang sukacita besar yang akan dimiliki semua orang”. (Luk 2:10) Nama Yehuwa yang disandang saksi-saksi-Nya dan kebenaran sebagaimana yang terdapat dalam Alkitab semestinya sudah merupakan sukacita bagi mereka. Nabi Yeremia mengatakan, ”Firmanmu menjadi kesukaan besar bagiku dan sukacita hatiku; sebab namamu disebutkan atasku, oh, Yehuwa, Allah yang berbala tentara.”—Yer 15:16.

Selain itu, keputusan hukum Yehuwa yang adil dan benar yang diterapkan di sidang Kristen dan dalam kehidupan orang Kristen menyebabkan sukacita, terutama pada masa manakala dunia ini telah mencampakkan keadilan dan keadilbenaran. (Mz 48:11) Dan juga, harapan yang luar biasa di masa depan pasti memberikan alasan yang kuat untuk sukacita. (”Bersukacitalah dalam harapan”; Rm 12:12; Ams 10:28.) Keselamatan mereka adalah dasar untuk bersukacita. (Mz 13:5) Lagi pula, hamba Allah memperoleh sukacita dari orang-orang yang mereka bantu untuk memperoleh pengetahuan akan Allah dan melayani Dia. (Flp 4:1; 1Tes 2:19) Berhimpun dan bekerja sama dengan umat Allah merupakan salah satu sukacita terbesar.—Mz 106:4, 5; 122:1.

Penganiayaan mendatangkan sukacita. Bagi orang Kristen yang menjaga hatinya, penganiayaan pun, meski hal itu sendiri tidak menyenangkan, harus dipandang sebagai sukacita, karena ketekunan dalam menanggungnya yang disertai integritas adalah suatu kemenangan. Allah akan membantu orang yang setia. (Kol 1:11) Lagi pula, hal itu merupakan bukti bahwa orang tersebut diperkenan Allah. Yesus mengatakan bahwa sewaktu dicela dan dianiaya, orang Kristen harus ’melompat karena sukacita’.—Mat 5:11, 12; Yak 1:2-4; 1Ptr 4:13, 14.

Berbagai Sukacita yang Disediakan Allah. Yehuwa menyediakan banyak hal lain yang bisa manusia nikmati dari hari ke hari. Beberapa di antaranya adalah perkawinan (Ul 24:5; Ams 5:18), menjadi bapak atau ibu dari anak yang adil-benar dan berhikmat (Ams 23:24, 25), makanan (Pkh 10:19; Kis 14:17), anggur (Mz 104:14, 15; Pkh 10:19), dan banyak lagi hal-hal yang diciptakan-Nya (Yak 1:17; 1Tim 6:17).

Sukacita yang Semu atau Tidak Bertahan. Yesus berbicara tentang sejumlah orang yang mau mendengar kebenaran dan menerimanya dengan sukacita tetapi tidak mengerti makna yang sesungguhnya. Mereka tidak memupuk firman yang ditanam dalam hati mereka dan, sebagai akibatnya, mereka segera kehilangan sukacita karena tersandung sewaktu timbul kesengsaraan atau penganiayaan oleh karena firman itu. (Mat 13:20, 21) Sukacita berdasarkan materialisme adalah sukacita semu yang keliru dan tidak akan bertahan lama. Selain itu, orang yang bersukacita atas malapetaka yang menimpa orang lain, sekalipun orang itu membencinya, harus memberikan pertanggungjawaban kepada Yehuwa atas dosanya itu. (Ayb 31:25-30; Ams 17:5; 24:17, 18) Adalah bodoh jika seorang muda berpikir bahwa kenikmatan hidup hanya bisa diperoleh apabila ia melampiaskan ”keinginan yang berkaitan dengan masa muda”. (2Tim 2:22; Pkh 11:9, 10) Demikian pula, orang yang menyukai kesukariaan akan terjerumus ke dalam situasi buruk. (Ams 21:17; Pkh 7:4) Bahkan orang Kristen yang senang membandingkan diri dengan orang lain tidaklah benar. Seharusnya, ia membuktikan pekerjaannya sendiri dan mempunyai alasan untuk bersukaria sehubungan dengan dirinya saja.—Gal 6:4.

Sukacita Abadi. Yehuwa berjanji untuk memulihkan umat-Nya, Israel, setelah masa pembuangan mereka di Babilon. Ia memang membawa mereka kembali ke Yerusalem pada tahun 537 SM, dan mereka sangat bersukacita ketika fondasi bait diletakkan. (Yes 35:10; 51:11; 65:17-19; Ezr 3:10-13) Namun, nubuat Yesaya (65:17) mengalami penggenapan yang lebih besar ketika ”langit baru dan bumi baru” terbentuk; dalam penyelenggaraan itu seluruh umat manusia akan memperoleh sukacita untuk selamanya di bawah ”Yerusalem Baru”.—Pny 21:1-3.

Sukacita tidak dapat dinikmati dengan langgeng dan sepenuhnya karena adanya kondisi-kondisi dewasa ini, kefasikan, penyakit, dan kematian. Akan tetapi, selaras dengan peraturan Alkitab, ”Raja yang berhikmat menyerakkan orang-orang fasik,” Yesus Kristus sebagai Raja akan melenyapkan semua musuh Allah dan musuh keadilbenaran. (Ams 20:26; 1Kor 15:25, 26) Dengan demikian, semua hal yang menghalangi terwujudnya sukacita yang lengkap akan disingkirkan, karena bahkan ”kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit”. (Pny 21:4) Kesedihan atas orang-orang yang telah meninggal akan lenyap sama sekali, karena disingkirkan melalui kebangkitan orang mati. Dewasa ini pun, pengetahuan tersebut menghibur orang-orang Kristen yang, karena hal itu, ”tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan”.—1Tes 4:13, 14; Yoh 5:28, 29.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan